Você está na página 1de 5

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2017, Volume 48, Number 3: 201-205


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMATIK OPTIK


NEUROPATI (TON) YANG MENDAPAT TERAPI
KORTIKOSTEROID DOSIS TINGGI DIBANDINGKAN
DENGAN OBSERVASI DI RSUP SANGLAH DENPASAR
TAHUN 2013-2015 CrossMark

Ni Made Widya Mahayani,1 Anak Agung Mas Putrawati Triningrat,2


Ida Bagus Putra Manuaba3

ABSTRACT

Traumatic optic neuropathy (TON) is a potential blinding complication and 28 patients received observation. In corticosteroid group, 84.6%
of head or orbital trauma. The injury impact may generate a shock were males, number of patients who were less than 20 years old is
wave which lead to optic nerve avulsion or indirect TON. Theraphy for the highest (46.2%), mayority came from Denpasar (53.8%), most of
TON remains controversial. The objective of this research is focus on the eyes had poor vision on presentation (6/60-NLP) with majority of
characteristic and difference improvement of visual acuity between patients (83%) presented with maxillofacial trauma, head injury with
TON patient treated by high-dose corticosteroid and observation in cranial base fracture. In clinical observation group, 78.6% were males,
Sanglah general hospital Denpasar. This research is a descriptive study number of patients who were less than 20 years old is the highest (50%),
using retrospective data of 41 patients with TON attending Sanglah mayority came from Denpasar (23.1%), most of the eyes had poor vision
General Hospital Denpasar, from January 2013 until December 2015. The on presentation (6/60-NLP), majority of patients (23.1%) had head
data were analyzed descriptively, shown as frequency and percentage. injury and maxillofacial trauma. This study concluded that there is no
Improvement of visual acuity were analyzed by chi-square test. Fourthy- statistically significant difference in improvement of visual acuity ≥ 2 line
one patients were included, 13 patiens received high dose corticosteroid between patients treated by high-dose corticosteroid and observation.

Keywords : traumatic optic neuropathy, high-dose corticosteroid, observation


Cite This Article: Mahayani, N.M.W., Triningrat, A.A.M.P., Manuaba, I.B.P. 2017. KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMATIK OPTIK NEUROPATI (TON) YANG
MENDAPAT TERAPI KORTIKOSTEROID DOSIS TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN OBSERVASI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2013-2015. Medicina
48(3): 201-205. DOI:10.15562/medi.v48i3.159

ABSTRAK

Traumatik optik neuropati (TON) merupakan komplikasi dari cedera intravena dan 28 pasien diobservasi. Pada kelompok kortikosteroid,
kepala dan orbita yang berpotensi menyebakan kebutaan. Cedera 78,6% lelaki, usia terbanyak kurang dari 20 tahun (46,2%), sebagian
tersebut dapat menimbulkan gelombang pendek yang menyebabkan besar berasal dari Denpasar (23,1%) dan memiliki tajam penglihatan
avulsi nervus optikus atau TON tidak langsung. Penatalaksanaan yang buruk saat pemeriksaan awal (6/60-no light perception (NLP)),
TON sampai saat ini masih kontroversial. Tujuan penelitian ini dengan mayoritas pasien dengan trauma maksilofasial, cedera kepala
untuk mengetahui karakteristik dan perbedaan peningkatan tajam dengan fraktur dasar tengkorak. Pada kelompok observasi, 84,6%
penglihatan pasien TON yang menjalani terapi kortikosteroid dosis lelaki, usia terbanyak kurang dari 20 tahun (50%), sebagian besar
tinggi dan terapi observasi di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini berasal dari Denpasar (23,1%) dan memiliki tajam penglihatan yang
merupakan studi deskriptif memanfaatkan data retrospektif 41 pasien buruk saat pemeriksaan awal (6/60-NLP), dengan mayoritas pasien
1,2 terdiagnosis TON yang datang ke RSUP Sanglah Denpasar dari Januari dengan cedera kepala dan trauma maksilofasial dengan fraktur
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Mata, Fakultas Kedokteran 2013 sampai Desember 2015. Data karakteristik subyek dianalisis secara dasar tengkorak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat
Universitas Udayana/Rumah Sakit deskriptif, ditampilkan sebagai frekuensi dan persentase. Peningkatan perbedaan yang bermakna secara statistik dalam peningkatan tajam
Umum Pusat Sanglah Denpasar tajam penglihatan dianalisis dengan uji chi-square. Empat puluh satu penglihatan ≥ 2 baris antara terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan
3
Bagian Biomedik Program pasien dilibatkan, 13 pasien menerima kortikosteroid dosis tinggi observasi pada pasien TON.
Pascasarjana Universitas Udayana

*
Correspondence to: Kata kunci: traumatik optik neuropati, kortikosteroi dosis tinggi, observasi
Cite Pasal Ini: Mahayani, N.M.W., Triningrat, A.A.M.P., Manuaba, I.B.P. 2017. KARAKTERISTIK PASIEN TRAUMATIK OPTIK NEUROPATI (TON) YANG
Diterima: 2017-09-14 MENDAPAT TERAPI KORTIKOSTEROID DOSIS TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN OBSERVASI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2013-2015. Medicina
Disetujui: 2017-09-14 48(3): 201-205. DOI:10.15562/medi.v48i3.159

201
ARTIKEL ASLI

PENDAHULUAN frekuensi. Untuk mengetahui perbedaan pening-


katan tajam penglihatan antara pasien TON
Traumatik optik neuropati (TON) merupakan yang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi
cedera akut dari nervus optikus dengan gangguan dengan observasi dilakukan uji beda dengan uji
fungsi penglihatan.1 Kejadian TON pada popu- chi-square.
lasi umum sebesar 1 dalam 1.000.000 populasi.2
Beberapa literatur yang menyebutkan penatalak-
sanaan TON berupa pemberian kortikosteroid, HASIL
dekompresi pembedahan kanalis optik dan atau Selama periode Januari 2013 sampai Desember
observasi.3 Namun sampai saat ini masih belum 2015 terdapat 67 pasien yang mengalami TON di
ditemukan cukup bukti kemanfaatan dari terapi RSUP Sanglah Denpasar, namun hanya 41 pasien
tersebut dalam penatalaksanaan TON. Oleh karena yang memenuhi syarat sebagai sampel. Terdapat 13
itu maka kami tetarik melakukan penelitian ini pasien (31,7%) yang mendapat terapi kortikosteroid
sebagai data dasar atau acuan bagi penatalaksanaan dosis tinggi dan 28 pasien (68,3%) yang mendapat
TON. terapi observasi. Adapun karakteristik pasien dapat
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dilihat pada Tabel 1.
karakteristik pasien TON di RSUP Sanglah, Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelompok
Denpasar periode Januari 2013 sampai Desember terapi kortikosteroid dosis tinggi didapatkan
2015 dan untuk mengetahui perbedaan pening- proporsi lelaki lebih besar (84,6%) dibandingkan
katan tajam penglihatan pasien yang menjalani perempuan (15,4%), begitu pula pada kelom-
terapi kortikosteroid dosis tinggi dan terapi pok terapi observasi didapatkan proporsi lelaki
observasi pada pasien TON di RSUP Sanglah, lebih besar (78,6%) dibandingkan perempuan
Denpasar periode Januari 2013 sampai Desember (21,4%). Berdasarkan variabel umur, rentang usia
2015. Hasil penelitian ini dapat menjadi data terbanyak dibawah usia 20 tahun pada kelom-
acuan mengenai karakteristik TON di Bagian pok terapi kortikosteroid dosis tinggi (46,2%)
Ilmu Kesehatan Mata RSUP Sanglah, Denpasar. maupun kelompok yang medapatkan terapi obser-
Data mengenai TON yang diperoleh pada pene- vasi (50%). Domisili didapatkan paling banyak
litian ini dapat digunakan sebagai bahan pendi- berasal dari Denpasar, yaitu 53,8% pada kelompok
dikan dan penelitian lebih lanjut, dan menjadi kortikosteroid dosis tinggi dan sebesar 53,8%
bahan pertimbangan dalam menentukan penatal- pada kelompok observasi. Berdasarkan cedera
aksanaan TON di Bali. yang mendasari, terbanyak dikarenakan trauma
maksilofasial, cedera kepala disertai fraktur dasar
tengkorak sebesar 23,1% pada kelompok kortiko-
BAHAN DAN METODE
steroid dosis tinggi serta cedera kepala dengan
Penelitian ini merupakan suatu penelitian obser- trauma maksilofasial dan disertai fraktur dasar
vasional analitik dengan pendekatan studi potong tengkorak sebesar 28,6% serta pada kelompok
lintang. Subyek penelitian ini adalah catatan medis terapi observasi. Pada kelompok terapi kortiko-
pasien yang dirawat dengan TON di RSUP Sanglah steroid dosis tinggi didapatkan 11 dari 13 pasien
pada bulan Januari 2013 sampai dengan Desember memiliki tajam penglihatan yang buruk (lebih
2015, didapatkan sebanyak 41 pasien TON. Data buruk dari 6/60 hingga NLP) dan pada kelompok
jenis kelamin, umur, domisili, tajam penglihatan observasi didapatkan 24 dari 28 pasien memiliki
awal, dan satu bulan pasca terapi kortikosteroid tajam penglihatan yang buruk (lebih buruk dari
dosis tinggi dan observasi, jenis cedera yang 6/60 hingga NLP).
mendasari serta peningkatan tajam penglihatan Perbedaan peningkatan tajam penglihatan atau
pada masing-masing terapi didapatkan dengan visus ≥ 2 baris pada pasien TON yang menjalani
metode observasi. Populasi target pada penelitian terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan observasi
ini adalah semua pasien TON. Populasi terjangkau selama 1 bulan dianalisis dengan menggunakan uji
adalah pasien TON yang menjalani terapi kortiko- chi-square. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada
steroid dosis tinggi dan terapi observasi pada bulan Tabel 2.
Januari 2013 sampai bulan Desember 2015. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat
Hasil pengumpulan data di analisis secara perbedaan bermakna pada peningkatan tajam
deskriptif dengan program komputer. Data karak- penglihatan ≥ 2 baris pada pasien TON yang
teristik terdiri atas jenis kelamin, umur, visus menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan
awal sebelum terapi, domisili, dan cedera yang observasi selama 1 bulan (p>0,05), hal tersebut
mendasari, ditampilkan dalam bentuk distribusi dapat dilihat dalam Tabel 2.

202 Medicina; 48(3): 201-205 | doi: 10.15562/Medicina.v48i3.159


ARTIKEL ASLI

Tabel 1  Karakteristik pasien TON DISKUSI


Karakteristik Pasien Kortikosteroid Observasi TON merupakan kehilangan tajam pengliha-
Jenis Kelamin, n(%) tan oleh karena trauma, disertai dengan defisit
Lelaki 11 (84,6) 22 (78,6) lapang pandang, persepsi warna dan adanya reflex
Perempuan 2 (15,4) 6 (21,4) afferent pupillary defect (RAPD). Nervus optikus
mengalami kerusakan oleh karena trauma pada
Umur, n(%) kepala, orbita maupun bola mata. Penelitian yang
< 20 tahun 6 (46,2) 14 (50,0) dilakukan oleh Sundeep dkk,4 melaporkan prev-
21 – 30 tahun 3 (23,1) 6 (21,4) alensi TON seluruhnya pada lelaki sebesar 100%
31 – 40 tahun 3 (23,1) 5 (17,9) (9 kasus). Penelitian di Malaysia oleh Lee dkk,5
41 – 50 tahun 1 (7,7) 2 (7,1) didapatkan kejadian TON terjadi pada lelaki sebe-
> 50 tahun 0 1 (3,6)
sar 100% (24 kasus). Studi yang dilakukan di RSUP
Sanglah oleh Maliawan dkk,6 didapatkan 91,7% (11
Visus Awal, n(%)
NLP 6 (46,2) 9 (32,1) kasus) adalah lelaki. Pada penelitian ini prevalensi
LP 1 (7,7) 3 (10,7) TON didapatkan lebih besar pada lelaki sebesar
1/300 0 1 (3,6) 84,6% (11 kasus) pada kelompok terapi kortiko-
6/60 hingga 1/60 4 (30,8) 11 (39,3) steroid dosis tinggi dan sebesar 78,6% (22 kasus)
<6/12 hingga ≥ 6/60 1 (7,7) 2 (7,1) pada kelompok terapi observasi.
≥ 6/12 1 (7,7) 2 (7,1) Penelitian yang dilakukan oleh Sundep dkk,4
mendapatkan rata-rata umur pasien TON 39,1
Domisili, n(%) tahun dengan rentang usia 14-55 tahun. Maliawan
Denpasar 7 (53,8) 8 (28,6) dkk,6 mendapatkan proporsi usia 30 tahun kebawah
Negara 1 (7,7) 0
sebesar 75% (9 kasus) dan usia > 40 tahun sebe-
Singaraja 2 (15,4) 3 (10,7)
sar 25% (3 kasus). The International Optic Nerve
Bangli 1 (7,7) 1 (3,6)
Gianyar 2 (15,4) 3 (10,7) Trauma Study melaporkan rerata usia pasien 34
Karangasem 0 3 (10,7) tahun (SB 18 tahun).3 Pada penelitian ini didapa-
Klungkung 0 1 (3,6) tkan usia terbanyak kurang dari 20 tahun sebesar
Badung 0 3 (10,7) 46,2% (6 kasus) pada kelompok terapi kortiko-
Luar Bali 0 5 (17,9) steroid dosis tinggi dan kelompok terapi observasi
Luar Negeri 0 1 (3,6) sebesar 50% (14 kasus).
Kehilangan tajam penglihatan pada TON segera
Cedera yang mendasari, n(%) terjadi dan sering merupakan kasus yang berat,
Cedera kepala 1 (7,7) 4 (14,3) 24-86% pasien memiliki tajam penglihatan NLP
Trauma maksilofasial 3 (23,1) 4 (14,3)
saat pertama kali terdiagnosis.7 Penelitian yang
Cedera kepala + trauma maksilofasial 2 (15,4) 8 (28,6)
dilakukan oleh Sundeep dkk,4 didapatkan 10 dari
Cedera kepala+ fraktur dasar tengkorak 3 (23,1) 1 (3,6)
Cedera kepala + trauma maksilofasial + 1 (7,7) 8 (28,6) 12 pasien memiliki tajam penglihatan yang buruk
fraktur dasar tengkorak (lebih buruk dari 6/60 hingga NLP). Pada peneli-
Tidak ada cedera 3 (23,1) 3 (10,7) tian ini, kelompok terapi kortikosteroid dosis tinggi
didapatkan 11 dari 13 pasien memiliki tajam peng-
* NLP = no light perception
LP = light perception lihatan yang buruk (lebih buruk dari 6/60 hingga

Tabel 2  P
 erbedaan peningkatan tajam penglihatan ≥ 2 baris antara terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan
observasi pada pasien TON
Kortikosteroid Observasi
Tajam penglihatan Jumlah Peningkatan 2 baris (%) Jumlah Peningkatan 2 baris (%) p
Secara Umum 13 5 (38,5) 28 11 (39,3) 0,755
Baseline NLP, LP, HM 7 1 (14,3) 13 1 (7,7)
Baseline < 6/60 ~ CF 4 3 (75) 11 8 (61,5)
Baseline < 6/12 ~ ≥ 6/60 1 1 (100) 2 1 (50)
Baseline ≥ 6/12 1 0 (0) 2 1 (50)
*NLP = no light perception
LP = light perception
CF = counting finger
HM = hand movement
p signifikan pada nilai < 0,05

Medicina 2017; 48(3): 201-205 | doi: 10.15562/Medicina.v48i3.159 203


ARTIKEL ASLI

NLP) dan pada kelompok observasi didapatkan 24 kortikosteroid pada retinal ganglion cell (RGC),
dari 28 pasien memiliki tajam penglihatan yang degenerasi axon atau fungsi visual. Sehingga diin-
buruk (lebih buruk dari 6/60 hingga NLP). dikasikan bahwa kortikosteroid tidak memberikan
Pasien TON yang berobat ke RSUP Sanglah keuntungan yang jelas dibandingkan dengan terapi
sebagian besar berasal dari kota Denpasar yaitu observasi.
sebesar 53,8% (7 kasus) pada kelompok terapi Pada penatalaksanaan observasi, pasien dimon-
kortikosteroid dosis tinggi dan sebesar 28,6% itor dan tidak diberikan terapi setelah terdiagnosis
(8 kasus) pada kelompok observasi. Denpasar sebagai TON. Tajam penglihatan pasien TON
merupakan ibukota Propinsi Bali yang memiliki dapat mengalami perbaikan tanpa diberikan inter-
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, pendi- vensi.11 Penelitian oleh Yu,2 mendapatkan tingkat
dikan yang tinggi serta memiliki pusat pelayanan penyembuhan tajam penglihatan dilaporkan sebe-
kesehatan yang mudah dicapai, sehingga penduduk sar 40-60% pada kasus indirect TON yang hanya
Kota Denpasar akan lebih cepat memeriksakan diri diterapi dengan observasi. Penelitian oleh Lee dkk,5
ke pusat pelayanan kesehatan. mendapatkan 11 pasien (45,8%) diterapi dengan
Studi yang dilakukan oleh Sundeep dkk,4 kortikosteroid intravena dan oral. Tujuh (7) pasien
didapatkan 5 dari 9 pasien mengalami fraktur (29,2%) diterapi secara konservatif dan 6 pasien
orbita multipel. Penelitian oleh Lee dkk,5 tahun (25%) diterapi dengan kortikosteroid. Pada peneli-
2010 mendapatkan pasien TON sebesar 0,5-5% tian ini, terdapat 13 pasien (31,7%) yang mendapat
dari seluruh cedera kepala. Sebagian besar pasien terapi kortikosteroid dosis tinggi dan 28 pasien
sebesar 79,2% (19 kasus) mengalami lebih dari (68,3%) yang mendapat terapi observasi.
satu fraktur pada tulang tengkorak dan/atau orbita Penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk,5 dimana
dan 20,8% (5 pasien) tidak mengalami fraktur. membandingkan efektifitas terapi kortikosteroid
Pada penelitian ini didapatkan paling banyak oleh dengan observasi pada pasien TON. Penelitian
karena cedera yang mendasari, terbanyak dikare- tersebut memperoleh hasil bahwa tidak ada perbe-
nakan trauma maksilofasial, cedera kepala disertai daan yang bermakna perbaikan tajam penglihatan
fraktur dasar tengkorak sebesar 23,1% pada kelom- antara pasien TON yang diberikan kortikosteroid
pok kortikosteroid dosis tinggi serta cedera kepala dengan observasi (p=0,368). Penelitian yang
dan trauma maxilofasial dan disertai fraktur dasar dilakukan oleh Levin,3 memperoleh hasil yang
tengkorak sebesar 28,6% serta pada kelompok sama dimana tidak diperoleh perbedaaan yang
terapi observasi. bermakna peningkatan tajam penglihatan antara
Terapi TON sudah lama menjadi suatu perde- pembedahan, observasi, maupun steroid pada
batan. Perawatan standar adalah kortikosteroid pasien TON.
dosis tinggi atau pembedahan dekompresi, tetapi Penelitian ini didapatkan perbedaan pening-
studi terbaru menemukan kekurangan dari terapi katan tajam penglihatan ≥ 2 baris antara terapi
ini dan menemukan komplikasi yang serius.8 Studi kortikosteroid dosis tinggi dengan observasi
oleh Yu-Wai-Man dan Griffiths,2 mengemukakan pada pasien TON selama pemantauan satu bulan.
beberapa pilihan modalitas terapi untuk TON, Secara keseluruhan peningkatan tajam pengliha-
yaitu penggunaan steroid dan dekompresi kana- tan ≥  2  baris diperoleh sebanyak 5 dari 13 pasien
lis optik. Tujuan dari modalitas ini adalah untuk (38,5%) yang menjalani terapi kortikosteroid dosis
menurunkan tekanan pada nervus optikus dida- tinggi dan sebanyak 11 dari 28 pasien (39,3%) yang
lam kanalis optik, oleh karena mekanisme utama menjalani terapi observasi. Pada pasien dengan
menyebutkan trauma menginduksi timbulnya visus awalny NLP, LP, dan HM peningkatan tajam
pembengkakan didalam tulang yang membatasi penglihatan ≥ 2 baris diperoleh sebanyak 1 dari
kanalis optik kemudian menekan suplai pembuluh 7 pasien (14,3%) yang menjalani terapi kortiko-
darah ke nervus optikus dan menyebabkan kema- steroid dosis tinggi dan sebanyak 1 dari 13 pasien
tian neuron sekunder.9 (7,7%) yang menjalani terapi observasi. Pada
Sebuah uji klinis dengan percobaan tikus, pasien dengan visus awal < 6/60 hingga CF pening-
random, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo, katan tajam penglihatan ≥ 2 baris diperoleh seban-
membandingkan efek terapi kortikosteroid dosis yak 3  dari 4  pasien (75%) yang menjalani terapi
tinggi dengan plasebo pada terapi TON. Studi ini kortikosteroid dosis tinggi dan sebanyak 8 dari
mengkonfirmasi penemuan sebelumnya bahwa 11 pasien (61,5%) yang menjalani terapi observasi.
tidak ada perbedaan dalam peningkatan tajam Pada pasien dengan visus awal < 6/12 hingga ≥ 6/60
penglihatan antara kortikosteroid dosis tinggi peningkatan tajam penglihatan ≥ 2 baris diperoleh
dan plasebo. Menurut Ohlsson dkk,10 mengamati sebanyak 1 dari 1 pasien (100%) yang menjalani
efek terapi kortikosteroid dosis tinggi pada perco- terapi kortikosteroid dosis tinggi dan seban-
baan tikus dan tidak mendeteksi adanya efek yak 1  dari 2 pasien (50%) yang menjalani terapi

204 Medicina; 48(3): 201-205 | doi: 10.15562/Medicina.v48i3.159


ARTIKEL ASLI

observasi. Pada pasien dengan visus awal ≥  6/12 2. Yu-Wai-Man P dan Griffiths PG. Steroids for traumatic
optic neuropathy. Cochrane database of systemic reviews.
peningkatan tajam penglihatan ≥ 2 baris diper- 2013;6:1-21.
oleh sebanyak 0 dari 1 pasien (0%) yang menjalani 3. Levin LA, Beck RW, Joseph MP, Seiff S, Kraker R.
terapi kortikosteroid dosis tinggi dan sebanyak The international optic nerve trauma study: the treat-
ment of traumatic optic neuropathy. Ophthalmology.
1 dari 2 pasien (50%) yang menjalani terapi obser- 1998;106:1268–77.
vasi. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna 4. Sundeep, Niveditha H, Nikhil N, Vitutha BV. Visual out-
peningkatan tajam penglihatan ≥ 2 baris pada come of traumatic optic neuropathy in patients treated
with intravenous methylprednisolone. International
pasien TON yang menjalani terapi kortikosteroid Journal of Scientific Study. 2014;2(3):67-70.
dosis tinggi dengan observasi selama 1 bulan. 5. Lee KF, Nor NI, Yaakub A, Hitam WH. Traumatic optic
neuropathy: a review of 24 patients. International Journal
of Ophthalmology. 2010;3(2):175-8.
SIMPULAN 6. Maliawan S, Mahadewa TG, Mas AA. Lateral orbitotomy
for traumatic optic neuropathy and traumatic opthalmo-
Pada penelitian dapat disimpulkan tidak ada plegia: is it beneficial ?. Neurology Asia. 2009;14:35-9.
7. American Academy of Ophthalmology Staff. Neuro-
perbedaan bermakna peningkatan tajam pengli- Ophthalmology, Basic and clinical science course,
hatan atau visus ≥ 2 baris pada pasien TON yang Section 5. San Francisco:2014-2015.
menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan 8. Rajiniganth MG, Gupta AK, Gupta A, Bapuraj JR.
Traumatic optic neuropathy: visual outcome following
observasi selama satu bulan. combined therapy protocol. Arch Otolaryngol Head Neck
Surg. 2003;129:1203-6.
9. Wang AG. How to manage traumatic optic neuropathy?
SARAN Taiwan Journal of Ophthalmology. 2015;5:1-2.
10. Wu N, Yin ZQ, Wang Y. Traumatic optic neuropathy ther-
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi apy: an update of clinical and experimental studies. The
penelitian lanjutan, tidak hanya menilai tajam peng- Journal of International Medical Research. 2008;36:883–9.
11. Levin LA. Traumatic optic neuropathy. Dalam: Roy FH
lihatan pada pasien TON, namun juga melakukan dan Fraunfelder F, penyunting. Roy and Fraunfelder’s
pencatatan gambaran funduskopi, fungsi pengli- Current Theraphy. Edisi ke-6. Philadelphia: Saunders;
hatan warna, pemeriksaan lapang pandang, dan 2007. h. 75-9.
ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL).

DAFTAR PUSTAKA
1. Steinsapir KD dan Goldberg RA. Perspective traumatic
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
optic neuropathy: An evolving understanding. Elsevier.
2011;151(6):928-33.

Medicina 2017; 48(3): 201-205 | doi: 10.15562/Medicina.v48i3.159 205

Você também pode gostar