Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KENCING TERPUTUS
SKENARIO 2
Tn. N berusia 61 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian perut bawah, nyeri
semakin bertambah saat klien buang air kecil. Saat dikaji klien mengatakan bahwa 2 bulan
terakhir klien sering mengalami nokturia perasaan ingin kencing sulit untuk ditahan. Selain itu,
klien juga mengeluh saat buang air kecil harus mengejan dan tidak lancar. Hasil pemeriksaan
fisik TD: 130/90 mmHg, HR: 88x/menit, RR: 24x/menit, SB: 37,5 0C. Perut bagian bawah
membesar dan sangat nyeri.
A. Klarifikasi Isilah-istilah penting
1. Nokturia
Nokturia didefinisikan oleh International Continence Society sebagai gangguan
tidur satu atau lebih banyak waktu di malam hari untuk buang air kecil. Relatif
jarang terjadi pada dewasa muda, dibandingkan pada usia 80 tahun prevalensi
meningkat menjadi 80 sampai 90%. Hal ini bisa terjadi pada pria dan wanita (dalam
Kajubu Dean A., 2009).
2. Tekanan Darah (TD)
TD (Tekanan Darah) merupakan gambaran resistensi pembuluh darah, cardiac
output, status sirkulasi dan keseimbangan cairan. Tekanan darah ini dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain : aktifitas fisik, status emosional, nyeri, demam atau
pengaruh kopi dan tembakau (The Joint National Committe VII, dalam Harioputra
Dhani, 2016).
Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII) :
Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 >160 >100
Harioputra Dhani, Suselo Yuliana, Suryawati Betty, dkk. 2016. Buku Pedoman
Keterampilan Klinis Pemeriksaan Tanda Vital Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta (online).
3. Heart Rate (HR)
HR (Heat Respiratory) merupakan suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat
pada arteri dan dapat dirasakan sebagai akibat dari Jantung yang bekerja
memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru (dari ventrikel
kanan). Jumlah frekuensi nadi per-menit (Normal pada dewasa : 60-100
kali/menit). Takikardia bila frekuensi nadi >100 kali/menit, sedangkan bradikardia
bila frekuensi nadi <60 kali/menit. Pengukuran untuk nilai normal pada masing-
masing usia adalah sbb :
Bayi 120-130 x/mnt
Anak 80-90 x/mnt
Dewasa 70-80 x/mnt
Lansia 60-70 x/mnt
(The Joint National Committe VII, dalam Harioputra Dhani, 2016)
4. Respiration Rate (RR)
RR (Respiratory Rate) merupakan frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan
inspeksi, palpasi, atau dengan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi
nafas orang dewasa sekitar 14-20 x/menit dengan pola nafas yang teratur dan
tenang.
Bayi 30-40 x/mnt
Anak 20-30 x/mnt
Dewasa 14-20 x/mnt
Lansia 14-16 x/mnt
Catatan :
Dispnea : Pernapasan yang sulit
Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal (lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea : Pernapasan terhenti
Ipnea : Pernapasan normal (The Joint National Committe VII, dalam
Harioputra Dhani, 2016).
5. Nyeri
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman, baik secara
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun
tidak. Tipe dari nyeri adalah cutaneus pain, Viseral pain, Neuropathic pain, Acute
pain dan chronic pain (Association for the study of pain dalam Syamsiah Nita,
2015).
6. SB (suhu badan)
SB (Suhu Badan) merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis
(produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur
oleh pusat thermoregulator hipothalamus.
E. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Apakah terdapat hubungan antara usia pada kasus?
2. Apa yang menyebabkan klien nyeri perut bagian bawah dan semakin nyeri apabila
buang air kecil?
3. Apakah yang menyebabkan klien mengalami nokturia dan sulit untuk ditahan?
4. Apa yang membuat klien mengejan saat buang air kecil dan tidak lancar?
5. Diagnosa keperawatan apa yang dapat diangkat untuk menagani klien dengan
kasus diatas?
6. Intervensi apakah yang pertama kali digunaan untuk menagani klien dengan
keluhan seperti atas?
F. Jawaban Pertanyaan Penting
1. BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) merupakan suatu penyakit dimana terjadi
pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel sel yang biasa
terjadi pada laki laki berusia lanjut. Kelainan ini dapat menyerang pada usia 40
tahun keatas dan frekuensinya makin bertambah sesuai dengan penambahan usia,
sehingga pada usia di atas 80 tahun kira kira 80% dari laki laki yang menderita
kelainan ini. Menurut beberapa referensi di indonesia, sekitar 90% laki laki berusia
40 tahun ke atas mengalami gangguan berupa pembesaran kelenjar prostat (Buffa,
2006 dalam Samidah & Romadhon, 2015). Menurut WHO pada tahun 2012,
diperkirakan bilangan penderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah
sebanyak 30 juta, bilangan ini hanya pada kaum pria usia karena wanita tidak
mempunyai kelenjar prostat, maka oleh sebab itu BPH terjadi hanya pada kaum
pria (Samidah & Romadhon, 2015). Hal ini disebabkan karena faktor hormonal
dimana seiring dengan pertambahan usia akan terjadi perubahan keseimbanagan
hormonal Pada usia yang semakin tua, terjadi penurunan kadar testosterone
sedangkan kadar estrogen relative tetap, sehingga terjadi perbandingan antara
kadar estrogen dan testosterone relative meningkat. Hormon estrogen didalam
prostat memiliki peranan dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan
cara meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian
sel-sel prostat (apoptosis). Meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat
rangsangan testosterone meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai
umur yang lebih panjang sehingga masa prostat jadi lebih besar.
2. Penderita penyakit Benigne Prostat Hierplasia (BPH) biasanya mengalami
hambatan pada saluran air seni atau uretra di dekat pintu masuk kandung kemih
seolah-olah tercekik. Bila jepitan pada uretra meningkat, keluarnya air seni akan
makin sulit dan pancaran air seni melemah, bahkan dapat mendadak berhenti.
Akibatnya, timbul rasa nyeri hebat pada perut bagian bawah ditambah lagi dengan
keadaan penampungan kandung kemih yang berlebih. Keadaan ini selanjunya
dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Kalau sudah terjadi infeksi, aliran
air seni berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus menggunakan kateter,
yang akibatnya penderita akan mengalami rasa sakit. Jika lebih parah lagi maka
dilakukan pemotongan pada kelenjar prostat. (Setiawan, 2015)
3. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher bili-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase
kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi lagi sehingga
terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis. Nokturia
dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi
sehingga interval pada tiap miksi lebih pendek, frekuensi terutama terjadi pada
malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari kortes berkurang dan tonus
sfingter dan uretra berkurang selama tidur. (Dewantara, 2016)
4. Mengejan pada saat buang air terjadi karena tertahannya/obstruksi saluran kemih
yang menghubungan antara buli dengan uretra karena pembesaran kelenjar prostat.
Kelenjar prostat yang tidak tertangani dengan baik maka megalami hiperplasia
semakin hari semakin membesar sehingga mempersulit untuk buang air kecil.
Apabila keadaan ini dipaksakan terus menerus akan mengakibatkan infeksi saluran
kemih. Lama kelamaan kandung kemih akan kehilangan kemampuannya
berkontraksi sehingga tak mampu mengeluarkan urin. Hal-hal inilah yang
menyebabkan keluhan klinis pada pasien dengan pembesaran prostat sehingga
pasien merasa perlu megejan untuk bisa buang air kecil.( Anindyajati,2015)
5. Berdasarkan kasus diatas diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dan bisa
menyelesaikan masalah yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan klien pada area
suprapubik akibat terhambatya saluran kemih oleh prostat yang hiperplasia.
b. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan gangguan eliminasi yang
dikeluhkan klien seperti mengejan saat buang air kecil, tidak lancar serta
nokturia perasaan sulit ditahan.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keadaan klien yang tidak
menegtahui proses perjalanan penyakit yang dialami.
6. Intervensi yang kami angkat pertama kali untuk masalah seperti kasus diatas yaitu
menagani nyeri yang dirasakan klien dengan intervensi kontrol nyeri, tingkat nyeri
dan terapi-terapi yang dapat meminimalisir nyeri. Selain itu, melakukan tindakan
yang berguna dalam pengurangan hiperplasia dari kelenjar prostat dengan
memberikan obat-obat analgesik serta tindakan penatalaksanaan yang tepat.
G. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
1. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa medis.
2. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan berhubungsn dengan terapi untuk
menagani nyeri yang dirasakan.
H. Informasi Tambahan
1. Penatalaksanaan hiperplasia prostat jinak dengan menggunakan terapi
farmakologis, yang diteliti oleh Komunis harian medan bisnis pada tahun 2016 (
CDK-239 / vol.43, no.4)
2. Tinjauan Penggunaan Penghambat Adrenergik a1 Pada Terapi Benign Prostatic
Hypertrophy oleh dr. Ilham Hariaji, M.Biomed Departemen Farmakologi dan
Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara tahun
2016 (E-ISSN: 2528-410X)
3. Herbal Management of Benign Prostatic Hyperplasia Nyamai DW, et al dalam
jurnal of Science &therapy (ISSN: 1948-5956 JCST, an open access journal)
I. Klarifikasi Informasi
1. Hiperplasia prostat jinak merupakan dianosis histolois prolierasi otot polos dan
epitel di zona transisional prostat dan bermanifestasi gejala salaran kemih bagian
bawah. terapi farmakolois dipertimbangkan pada pasien tanpa kontraindikasi
dengan keluhan sedang hingga berat. Dan terapi adalah memperbaiki keluhan
mengurangi proresivitas atau keduanyaa. empat golonan obat dan menadi pilihan
adalah penghambat reseptor a-adrenerik inhibitor 5a-redktase antimskarinik dan
inhibitor 5-osodiesterase.
2. Hampir 70% pria pada umur 65 tahun mengalami pembesaran kelenjar prostat, hal
ini disebabkan berkurangnya hormon tertosteron pada usia tua yang oleh tubuh
dikompensasi dengan banyak terbentuknya enzim 5 a-reduktasi yang bekerja
mereduksi tertosteron menjadi dihidrotertosteron (DHT) yang lebih aktif yang
merangsang pertumbuhan jaringan kelenjar prostat. Pertumbuhan jaringan kelenjar
prostat ini menyebabkan perbesaran prostat yang berakibat tercekiknya uretra yang
mengurangi aliran urin yang menimbulkan gejala kencing tidak lampias dan dan
sering kencing hingga kesulitan dalam buang air kecil. Kelenjar prostat merupakan
kelenjar yang kaya dengan reseptor a1Sehingga tamsulozin memberikan efek
relaksasi pada otot-otot trigon dan sfingter di leher kadung kemih serta otot polos
kelenjar prostat yang membesar, hal ini bermanfaat untuk perbaikan aliran urin serta
gejala lain yang menyertai obstruksi prostat tersebut.
3. Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi tergantung usia yang
mempengaruhi pria tua. Kondisi berhubungan dengan gejala seperti frekuensi
buang air kecil, hesistancy, nocturia, aliran urin lemah dan seksual penyelewengan
fungsi. Dengan demikian, perlu update pengobatan penyakit ini. Sebagian besar
pasien BPH menggunakan konvensional Metode yang mencakup obat yang
menargetkan enzim 5-alfa reduktase dan operasi invasif. Metode konvensional ini
menyebabkan efek samping yang parah termasuk disfungsi ereksi dan
ginekomastia. Orang lebih suka pergi untuk phytotherapy untuk pengelolaan
kondisi untuk menghindari efek samping ini. Finasteride, misalnya telah ditemukan
Penyebab disfungsi ereksi tidak seperti Serenoa yang efek sampingnya jarang dan
ringan. Ulasan ini menyediakan informasi tentang metode konvensional untuk
mengurangi kondisi serta pilihan fitoterapi. Alternatif Obat meringankan gejala
BPH namun kurang parah atau tidak ada efek samping.
J. Analisa dan Sintesis Informasi
Berdasarkan kasus Tn. N berusia 61 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
dibagian perut bawah, nyeri semakin bertambah saat klien buang air kecil. Saat dikaji
klien mengatakan bahwa 2 bulan terakhir klien sering mengalami nokturia perasaan
ingin kencing sulit untuk ditahan. Selain itu, klien juga mengeluh saat buang air kecil
harus mengejan dan tidak lancar. Hasil pemeriksaan fisik TD: 130/90 mmHg, HR:
88x/menit, RR: 24x/menit, SB: 37,5 0C. Perut bagian bawah membesar dan sangat
nyeri. Dari analisa yang kami diskusikan bersama kelompok, berdasarkan manifestasi
yang ditujukan pada kasus yaitu mengenai sistem perkemihan kami mengangkat tiga
diagnosa pembanding yang mana manifestasi yang ditimbulkan sama seperti kasus
yaitu Benigna prostat hiperplasia, infeksi saluran kemih serta Ca buli. Setelah itu, dikaji
kembali kedalam lembar ceklis kami telah menentukan bahwa penyakit yang diderita
klien lebih merujuk kepada Benigna prostat hiperplasia. Dibuktikan dengan berbagai
referensi yang telah kami kaji dan pahami sehingga kami dapat menganalisa proses
terjadinya penyakit tersebut. Yang pertama pada kasus BPH sering kali menyerang pria
dengan usia lanjut 40 tahun keatas, karena pada masa tersebut telah terjadi penurunan
fungsi organ terutama pada produksi hormon estrogen dan testoteron. Pada usia lanjut
produksi hormon estrogen meningkat sedangkan testoteron menurun sehingga terjadi
ketidak seimbangan kedua hormon tersebut dan terjadilah peningkatan poliferasi sel
prostat dan hiperplasia sel jaringan stoma dalam keadaan ini akan membuat saluran
kemih antara bula dan uretra menjadi menyempit. Rasa nyeri yang dirasakan klien pada
perut bagian bawah dan semakin bertambah nyeri saat BAK ini dipengaruhi karena
terdapat hambatan pada saluran air seni atau uretra di dekat pintu masuk kandung kemih
seolah-olah tercekik karena hiperplasia kelenjar prostat. Bila jepitan pada uretra
meningkat, keluarnya air seni akan makin sulit dan pancaran air seni melemah, bahkan
dapat mendadak berhenti. Akibatnya, timbul rasa nyeri hebat pada perut bagian bawah
ditambah lagi dengan keadaan penampungan kandung kemih yang berlebih. Keadaan
ini selanjunya dapat menimbulkan infeksi pada kandung kemih. Kalau sudah terjadi
infeksi, aliran air seni berhenti, untuk mengeluarkan air kencing harus menggunakan
kateter, yang akibatnya penderita akan mengalami rasa sakit. Keadaan klien yang
semakin parah akan mengakibatkan semakin menyempitnya saluran kemih sehingga
klien akan Mengejan pada saat buang air terjadi karena tertahannya/obstruksi saluran
kemih yang menghubungan antara buli dengan uretra karena pembesaran kelenjar
prostat. Kelenjar prostat yang tidak tertangani dengan baik maka megalami hiperplasia
semakin hari semakin membesar sehingga mempersulit untuk buang air kecil. Apabila
keadaan ini dipaksakan terus menerus akan mengakibatkan infeksi saluran kemih.
Lama kelamaan kandung kemih akan kehilangan kemampuannya berkontraksi
sehingga tak mampu mengeluarkan urin. Hal-hal inilah yang menyebabkan keluhan
klinis pada pasien dengan pembesaran prostat sehingga pasien merasa perlu megejan
untuk bisa buang air kecil. Dari hal tersebut maka klien harus segera ditangani dengan
diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, gangguan eliminasi urine serta defisiensi
pengetahuan sehingga segala masalah yang dialami klien dapat teratasi.
K. Laporan Diskusi
Terlampir
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Tekanan mekanis
Merangsang nosiseptor
melepaskan Neuro
transmiter
Dihantarkan kekoateks
serebri untuk diproses
NYERI AKUT
2 DS : Gangguan
Perubahan Usia
Klien mengeluh (Usia Lanjut) pola eliminasi
saat buang air urine
Ketidakseimbangan
kecil mengejan produksi hormon ekstrogen
dan tidak lancar dan terstoteron
DO :
Perut bagian Kadar testoteron menurun
Kadar ekstrogen meningkat
bawah membesar
Mempengaruhi RNA dalam
Hiperplasia sel stoma pada
dan sangat nyeri inti sel
jaringan
Benigne Prostat
Hiperplasia (BPH)
Peningkatan tekanan
intravesikal
Terbentuknya selula,sekula
dan divertikel buli-buli
Kencing terputus-putus
3 DS : Defisiensi
Perubahan Usia
2 bulan terakhir (Usia Lanjut) pengetahuan
klien sering Ketidakseimbangan
mengalami produksi hormon ekstrogen
dan terstoteron
nokturia
perasaan sulit
Kadar testoteron menurun
ditahan Kadar ekstrogen meningkat
Mempengaruhi RNA dalam
DO : Hiperplasia sel stoma pada
inti sel
jaringan
Poliferasi sel prostat
Benigne Prostat
Hiperplasia (BPH)
Peningkatan tekanan
intravesikal
D. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Nyeri AKut (00132)
1 Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Gangguan eliminasi urin (00016)
2 Domain : 3 eliminasi dan pertukaran
Kelas : 1 fungsi urinarius
Defisiensi Pengetahuan (00126)
3 Domain : 5 : Persepsi/Kognisi
Kelas : 4 : Kognisi
E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Nyeri AKut (00132) Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Memberikan informasi untuk
Kenyamanan keperawatan selama … x 24 jam komprehensif yang membantu dalam menentukan
Kelas 1 : diharapkan klien dapat meliputi lokasi, pilihan atau keefektifan
Kenyamanan Fisik mengontrol nyeri. karakteristik, onset/durasi, intervensi
Definisi : Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
Pengalaman sensori 1. Mengenali kapan nyeri terjadi intensitas atau beratnya
dan emosional yang (4) nyeri dan faktor pencetus
tidak menyenangkan 2. Menggambarkan fakitor 2. Observasi adanya 2. Dengan melihan petunjuk non-
yang muncul akibat penyebab nyeri (4) petunjuk non-verbal verbal kita dapat menentukan
kerusakan jaringan 3. Menggunakan tindakan mengenai rasa ketidaknyaman akibat nyeri
yang actual atau pencegahan nyeri (5) ketidaknyamanan yang dirasakan klien
potensial atau 4. Menggunkanan tindakan terutama kepada mereka berdasarkan ekspresi wajah dan
digambarkan dalam pengurangan nyeri tanpa yang tidak dapat prilaku melindungi area nyeri
hal kerusakan analgesik (4) berkomunikasi secara
sedemikian rupa Keterangan : efektif
(International (1) Tidak pernah menunjukkan 3. Gunakan strategi 3. Strategi komunikasi yang tepat
Association for the (2) Jarang menunjukkan komunikasi teraupetik dapat membina hubungan saling
study of Pain): (3) Kadang-kadang menunjukkan untuk mengetahui percaya antar klien sehingga
awitan yang tiba- (4) Sering menunjukkan pengalaman nyeri dan klien lebih terbuka dalam
tiba atau lambat dari (5) Secara konsisten menunjukkan sampaikan penerimaan menceritakan perasaan yang
intensitas ringan pasien terhadap nyeri dirasakan saat ini
hingga berat dengan Tingkat nyeri
akhir yang dapat Setelah dilakukan tindakan 4. Kurangi atau eliminasi 4. Ada beberapa faktor yang dapat
diantisipasi atau keperawatan selama … x 24 jam faktor-faktor yang dapat menimbulkan rasa nyeri
diprediksi dan diharapkan tingkat nyeri yang mencetuskan atau bertambah parah dengan
berlangsung <6 dirasakan klien berkurang meningkatnya nyeri mengurangi pencetus tersebut
bulan Kriteria hasil:: (misalnya ; ketakutan, dapat mengurangi rasa nyeri
DS : 1. Keteganagan otot (4) keadaan monoton dan yang dirasakan
P : Buang air kecil 2. Tidak bisa beristirahat (4) kurang pengetahuan)
5. Memberikan informasi kepada
Q:- Keterangan : 5. Dorong pasien untuk
perawat mengenai nyeri yang
R : Perut bagian (1) Berat mendiskusiakn
dirasakan memungkinkan
bawah (suprapubik) (2) Cukup berat pengalaman nyerinya
perawat memberikan intervensi
S : Sangat nyeri saat (3) Sedang sesuai kebutuhan
tambahan agar keluhan dapat
BAK (4) Ringan
berkurang
T:- (5) Tidak ada
6. Dukung istirahat/tidur 6. Istirahat sangat berguna dalam
DO : 3. Tekanan darah (4)
yang adekuat untuk proses pengurangan nyeri, sebab
TD : 130/90mmHg 4. Denyut nadi apikal (5)
membantu penurunan dengan meningkatkan istirahat
Keterangan :
nyeri klien tidak banyak berfikir dan
(1) Deviasi berat dari kisaran normal melakukan aktivitas sehingga
(2) Deviasi yang cukup cukup berat nyeri dapat berkurang
dari kisaran normal 7. Ajarkan prinsip-prinsip 7. Mengajarkan tindakan
(3) Deviasi sedang dari kisaran manajemen nyeri manajemen nyeri kepada klien
normal agar klien dapat mengontrol rasa
(4) Deviasi ringan dari kisaran nyeri yang dirasakan secara
normal mandiri.
8. Ajarkan teknik
(5) Tidak ada deviasi dari kisaran 8. Terapi TENS dalam penanganan
penggunaan non-
normal nyeri sangat bermanfaat karena
formakologi (seperti,
dengan tindakan ini pikiran klien
biofeedback, TENS,
akan terputus mengenai nyeri
hypnosis, relaksasi,
yang dirasakan karena
bimbingan antisipatif,
kenyamanan yang terjadi saat
terapi musik, terapi
terapi.
bermain, terapi aktifitas,
akupresur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah, dan
jika memungkinkan,
ketika melakukan aktifitas
yang menimbulkan nyeri,
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan
bersamaan dengan
tindakan penurunan rasa
nyeri lainya.)
9. Ajarkan metode
9. Berguna dalam perawatan jalan
farmakologi untuk
di rumah, apabila terjadi nyeri
menurunkan nyri.
kembali yang tak tertahankan
diharapkan klien mengkonsumsi
obat penurun nyeri.
10. Evaluasi bersama pasien
10. Mengevaluasi sangat berguna
dan tim kesehatan lainya
dalam menentukan keberhasilan
menegnai efektifitas
dari tindakan yang kita lakukan
tindakan pengontrolan
apakah efektif, dn apakah ada
nyeri yang pernah di
masalah yang belum tertangani.
gunakan sebelumnya
Terapi relaksasi
1. Antisipasi penggunaan
1. Relaksasi merupakan pilihan
relaksasi
pada klien yang merasakan nyeri
tidak begitu berat, sehingga klien
akan melupakan segala hal yang
berhubungan dengan nyeri yang
dirasakan
2. Berikan deskripsi detai
2. Memberikan deskripsi singkat
terkait intervensi relaksasi
megenai tindakan relaksasi agar
yang di pilih
klien dapat patuh terhadap
standar oprasional prosedur.
3. Tunjukan dan praktikan 3. Menunjukan cara teknik relaksasi
teknik relaksasi pada membantu klien dalam
pasien melakukan tindakan secara tepat
dan benar
2 Gangguan eliminasi Eliminasi urine Bantuan berkemih
urin (00016) Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan kemampuan 1. Pada pasien BPH kemampuan
Domain : 3 keperawatan selama … x 24 jam dalam rangka mengenal berkemihnya terganggu akibat
Eliminasi dan diharapkan pola eliminasi urine untuk BAK otot-otot detrusor mengalami
Pertukaran normal hipertropi akibat penyempitan
Kelas 1: Fungsi Kriteria hasil: saluran kemih. Dengan mengenal
urinarius 1. Pola eliminasi (4) kemampuan klien untuk
Definisi : disfungsi 2. Mengosongkan kandung menentuka tindakan yang sesuai
eliminasi urine kemih sepenuhnya (5) dengan keluhan
DS : Keterangan : 2. Lakukan pencatatan 2. Pencatatan unrin selama
Klien mengeluh (1) Sangat terganggu mengenai spesifikasi beberapa hari berguna dalam
saat buang air (2) Banyak terganggu kontinensia selama 3 hari melihat perubahan dari tindakan-
kecil mengejan (3) Cukup terganggu untuk mendapatkan pola tindakan yang sebelumnya
dan tidak lancar (4) Sedikit terganggu pengeluaran urine dilakukan.
DO : (5) Tidak terganggu Perawatan retensi urin
3. Nyeri saat kencing (5) 1. Lakukan pengkajian 1. Melakukan pengkajian mengenai
4. Retensi (4) komprehensif sistem sistem perkemihan berdasarkan
Perut bagian 5. Nokturia (4) perkemihan fokus terhadap keluhan bertujuan untuk
bawah membesar 6. Inkontinensia urine (4) inkontinensia (misal, urine menetapkan intervensi yang
dan sangat nyeri Keterangan : output, pola berkemih, cocok untuk retensi urine
(1) Berat fungsi kognitif dan sehingga masalah teratasi
(2) Cukup berat masalah saluran kemih
(3) Sedang sebelumnya)
(4) Ringan 2. Monitor adanya 2. Dengan memonitor pengunaan
(5) Tidak ada penggunaan agen-agen bahan ataupun makanan bergua
Keparahan gejala yang tidak sesuai resep dalam pengurangan faktor
Setelah dilakukan tindakan yang mengandung bahan- pencetus yang dapat
keperawatan selama … x 24 jam bahan anticholinergic atau memperburuk keadaan pola
diharapkan Keparahan yang alpa-agonist eliminasi
dialami klien berkurang. 3. Monitor inteke dan output 3. Intake input dan ouput cairan
Kriteria hasil: berguna dalam menentukan pola
1. Intensitas gejala (4) berkemih yang normal atau tidak
2. Terkait ketidaknyamanan (4) 4. Monitor derajat distensi 4. berguna dalam menentukan
3. Tidur yang kurang cukup (4) kandung kemih dengan keadaan klien agar diketahui
Keterangan : palpasi dan perkusi bahwa masih ada urine yang
(1) Berat tertampung dalam vesika urinari.
(2) Cukup berat 5. Berikan privasi dalam 5. Berguna dalam menjaga privasi
(3) Sedang melakukan eliminasi klien saat BAK
(4) Ringan 6. Stimulasi refleks kandung 6. Dengan stimulus refleks kemih
(5) Tidak ada kemih dengan membasahi yaitu membasahi abdomen
abdomen dengan air dengan air membuat stimulus
Kontinensia urine dingin, memberikan berkemih secara normal.
Setelah dilakukan tindakan sentuhan pada paha bagian
keperawatan selama … x 24 jam dalam atau dengan air yang
diharapkan klien dapat mengalir.
mengendalikan urine dari 7. Gunakan minyak esensial 7. Minyak esensial digunakan
kandung kemih. “spirit of wintergreen” dalam menstimulus berkemih
Kriteria hasil: dalam bepan atau urinal apabila tindakan dengan air tidak
1. Menjaga pola berkemih yang berhasil
teratur (4) 8. Ajarkn pasien atau 8. Berguna dalam mencatat outpun
2. Mengkonsumsi cairan dalam keluarga untuk mencatat yang tidak sesuai dengan input
jumlah yang cukup (4) urine output sesuai sehingga mengetahui apakah ada
Keterangan : kebutuhan gangguan pada ginjal atau tidak.
(1) Tidak pernah menunjukkan
(2) Jarang menunjukkan 9. Rujuk pada spesialis 9. Apabila terdapat keluhan yang
(3) Kadang-kadang menunjukkan perkemihan, sesuai belum bisa tertangani dengan
(4) Sering menunjukkan kebutuhan intervensi yang diberikan,
(5) Secara konsisten menunjukkan rujukan salah satu pilihan untuk
mengatasi masalah karena terjadi
gangguan yang lebih dalam
mengenai berkemih
Kontrol infeksi
1. Berguna dalam melihat apakah
1. Monitor adanya tanda-
sudah terjadi infeksi pada saluran
tanda infeksi
kemih akibat pembesaran prostat.
2. Dorong istirahat
2. Istirahat dapat mengurangi
infeksi karena dalam keadaan
tersebut tubuh tidak melakukan
aktivitas sehingga berfokus
dalam penyembuhan penyakit
3. Berikan terapi antibiotik
3. Antibiotik berguna dalam
sesuai kebutuhan
membunuh bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada
kandung kemih
4. Tindakan ini dilakukan agar klien
4. Ajarkan pasien dan
dan keluarga dapat
keluarga mengenai tanda
mengantisipasi apabila terjadi
dan gejala infeksi dan
infeksi sehingga tidak terjadi
kapan harus
infeksi pada saluran kemih.
melaporkannya kepada
penyedia pelayanan
perawatan
3 Defisiensi Pengetahuan : Manajemen Pengajaran : Proses penyakit
Pengetahuan penyakit akut 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Pengetahuan klien mengenai
(00126) Setelah dilakukan tindakan klien terkait dengan penyakit yang dialaminya dapat
Domain : 5 (Persepsi keperawatan selama … x 24 jam penyakit yang dialaminya mencegah penyakit, jadi perlu
Kognisi) diharapkan klien dapat dilakukan pengkajian
Kelas : 4 (Kognisi) mengetahui manajemen penyakit pengetahuan agar kita dapat
Definisi : yang dialami. menentukan apakah klien
Ketidakadaan atau Kriteria hasil: megetahui penyakit atau tidak.
defisiensi informasi 1. Faktor-faktor penyebab dan 2. Review pengetahuan pasien 2. Agar perawat dapat menentukan
kognitif yang faktoryang berkontribusi (5) mengenai kondisisnya saat penjelasan mengenai penyakit
berkaitan dengan 2. Tanda dan gejala penyakit ini. yang dialaminya saat ini,
topik tertentu. (5) sehingga klien lebih paham
DS : Keterangan : terhadap penyakitnya
2 bulan terakhir (1) Tidak ada pengetahuan 3. Identifikasi perubahan 3. Untuk mengetahui kondisi fisik
klien sering (2) Pengetahuan terbatas kondisi fisik pasien klien, apabila klien kurang akan
mengalami (3) Pengetahuan sedang pengetahuan mengenai penyakit
nokturia perasaan (4) Pengetahuan banyak maka kondisinya akan semakin
sulit ditahan (5) Pengetahuan sanggat banyak parah.
DO :
- Pengetahuan : Proses 4. Jelaskan patofisiologi 4. Penjelasan mengenai proses
penyakit penyakit dan bagaimana perjalanan penyakit akan
Setelah dilakukan tindakan hubungannya dengan meningkatkan pengetahuan klien
keperawatan selama … x 24 anatomi dan fisiologi, mengenai penyakit yang
jam diharapkan klien dapat sesuai keutuhan dialaminya.
mengetahui proses
5. Memberikan informasi mengenai
perjalanan penyakit 5. Berikan informasi kepada
kondisinya akan membuat klien
Kriteria hasil: pasien sesuai dengan
mematuhi pengobatan yang akan
1. Faktor resiko (5) kondisinya
dilakukan.
2. Strategi untuk
meminimalkan
6. Jelaskan komplikasi kronik 6. Agar klien mengetahui
perkembangan penyakit
yang mungkin ada kondisinya apabila tidak segera
3. Proses perjalanan
berdasarkan gejala melakukan pengobatan akan
penyakit
mengakibatkan keparahan yang
Keterangan:
merunjuk pada penyakit kronik
(1) Tidak ada pengetahuan
7. Edukasi pasien mengenai 7. Tindakan mengontrol gejala yang
(2) Pengetahuan terbatas
tindakan untuk mengontrol timbul dilakukan agar klien dapat
(3) Pengetahuan sedang
atau meminimalkan gejala mengurangi gejala secara
(4) Pengetahuan banyak
mandiri
(5) Pengetahuan sanggat banyak
8. Edukasi pasien mengenai 8. Ada beberapa gejala yang harus
tanda dan gejala yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan,
dilaporkan kepada petuhas sehingga keluarga atu klien harus
kesehatan melaporkan hal tersebut bila
berlangsung terjadi.
9. Perkuat informasi yang 9. Agar klien bersemangat dalam
diberikan dengan anggota proses pengobatan dan berguna
tim kesehatan lainnya. dalam penambahan informasi
klien terhadap penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi kelima.
Diterjemahkan oleh : Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Yogyakarta :
Elvisier.
Bickley, L. S. (2015). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta: Egc.
Kusuma, A. H. (2015). Nanda Nic Noc Jilid 3. Jogyakarta: Mediaction.
Mahendrakrisna, D. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Rawat Inap Pada Pasien
Pembesaran Prostat Jinak Di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Jurnal Ilmiah
Kedokteran, 102-108.
Kidingallo, Y. (2011). Kesesuaian Ultrasonografi Transabdominal Dan Transrektal Pada
Penentuan Karakteristik Pembesaran Prostat. Jst Kesehatan, 158-164.