Você está na página 1de 45

BAB I

PENDAHULUAN

Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis merupakan keadaan patologis yang
sering dipermasalahkan baik dari segi kejadian (insidens), etiologi, patogenesis maupun
dari segi pengobatan. Kejadian (insidens), maupun komposisi batu penderita BSK ini tidak
sama diberbagai belahan bumi, bervariasi menurut suku bangsa dan geografi, selain itu
setiap peneliti mengemukakan angka yang berbeda-beda.1
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh
masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di
seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika serikat dan eropa 5-10% penduduknya satu
kali dalam hidupnya pernah menderita penyakit saluran kemih, bahkan pada laki-laki angka
ini lebih tinggi yaitu 10-20%. Angka kejadiannya laki-laki dibanding perempuan sebesar 3
dibanding 1, usia terjadinya batu antara 20 tahun sampai 40-50 tahun dimana merupakan
usia produktif. Lebih kurang dua pertiga dari pasien batu pada anak adalah batu kandung
kemih. Biasanya banyak didapatkan pada umur 2-7 tahun dan kebanyakan pada anak laki-
laki.2
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan
melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem perkemihan
dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima.
Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal.1
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu Nefrolitiasis.
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada dibagian pelvis renalis.3
Penyakit yang diakibatkan oleh terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan
salah satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia. Batu ginjal lebih sering terjadi bila
dibandingkan batu kandung kemih. Di Indonesia, data yang dikumpulkan dari rumah sakit
di seluruh Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah
kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar
19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Batu ginjal yang paling

1
sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%). Jenis batu lainnya yang tersering
berturut-turut adalah batu asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin.4
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering muncul pada
semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting perawatan medis pada pasien
dengan batu saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak
pilihan tindakan yang tersedia untuk pasien, namun pilihan ini dapat juga terbatas karena
adanya variabilitas dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun
daerah. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemihm dehidrasi dan idiopatik.5
Nefrolitiasis menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis,
lalu apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi,
diantaranya adalah gagal ginjal, infeksi, avaskuler iskemia yang akhirnya dapat
mengakibatkan ancaman kematian bagi penderita.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Urolithiasis
Definisi
Urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk
batu berupa kristal yang mengendap dari urin. Pembentukan batu dapat terjadi ketika
tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat,
asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah.
Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang terbentuk
karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu.2
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan letak batu
antara lain:
1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal
2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter
3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/ batu buli
4) Urethrolitiasis disebut sebagai batu pada uretra

2. Nefrolithiasis
A. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal
ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus
vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan
adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal
kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.6

3
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal
dan tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan
calix minor.
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

4
Gambar 2.2 Anatomi Ginjal, CW Urology

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/ Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,
tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus
ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal)
Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya
sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta
medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki
lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.6
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang
akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior,
anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.6

5
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis
ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus
imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral.
Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.6

B. Definisi
Nefrolithiasis adalah massa keras seperti batu yang berada di ginjal dan
salurannya dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau
infeksi.

Gambar 2.2 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal, pembentukan
deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun
juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (nefrolitiasis).

C. Etiologi1,3,4
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah

6
kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung Penyebab terbentuknya batu
digolongkan dalam 2 faktor:1,3,4
a. Faktor endogen :
 Herediter (keturunan)
 Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah.
 Hiperkalsiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin. Kelainan ini dapat
menyebabkan hematuri tanpa ditemukan pembentukan batu. Kejadian hematuri
diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal
kecil. Peningkatan eksresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor
risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik.
 Hiperoksaluria : Eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram per hari. Kelainan ini
berbentuk kerusakan akibat kekurangan enzim dan menyebabkan kelebihan
produksi oksalat dari glikosalat.
 Hipositraturia : Penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat. Masuknya protein merupakan salah satu faktor utama
yang dapat membatasi ekskresi sitrat.
 Hiperurikosaria : Meningkatnya asam urat air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium, minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan
membentuk nidus untuk presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi kalsium fosfat.
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh

b. Faktor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang
masuk.
 Suhu

7
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang
akan mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya
batu.
 Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu. Diet
tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit nefrolitiasis.
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.
 Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas atau sedentary life.

D. Epidemiologi2
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit nefrolitiasis
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai
dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan perbandingan data
penyakit nefrolitiasis di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai
berkembang terdapat banyak nefrolitiasis.2
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah,
baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di
negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas,
terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran
kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.2
Satu dari dua puluh orang mederita nefrolitiasis. Pria:wanita = 3:1. Puncak
kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk
pria dan 7% untuk wanita. Batu struvit lebih sering ditemukan pada wanita daripada
pria.2

8
E. Patofisiologi3
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari nefrolitiasis bervariasi, kira-kira
tiga perempat dari batu adalahkalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan
konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga membuat tempat untuk
pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkankebasaan urin oleh
produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong,
1996 : 323) Proses pembentukan nefrolitiasis dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori:3
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk nefrolitiasismendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi
kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat

9
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah satu
batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

F. Jenis dan Komposisi Batu,3,9,10


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin,
silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat
pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu
saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campuran dari kedua unsur itu.
Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
 Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24
jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
 Hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus.
 Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang
yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor paratiroid.
 Hiperoksaluri
 Hiperurikosuri
 Hipositraturia
 Hipomagnesiuria

10
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan
termasuk pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Sekitar 75% kasus batu
staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau
disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, walaupun dapat pula terbentuk
dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.

c. Batu Asam Urat


Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-
80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout,
penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide,
dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

G. Tanda dan Gejala3,9,10,11


Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut,
kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia karena distensi dari kapsul ginjal. Pasien
merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih
biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuria. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak
batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.

11
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:3,9,10,11
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polikisuria/frequency
d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang menjalar ke perut bagian bawah, selanjutnya kea rah penis atau vulva.
f. Nyeri kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih,
biasanya pada pertemuan pelvis renal dengan ureter (ureteropelvic junction). Nyeri
bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke
perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan.
g. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis
atau infeksi pada ginjal.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.

H. Diagnosis12,13
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis, penyakit nefrolitiasis perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi
saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak
atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda jenis batu sehingga dari sifat ini dapat
diduga jenis batu yang dihadapi.12
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu magnesium amonium fosfat
akan memberikan bayangan semiopak, sedangkan batu asam urat murni akan

12
memberikan bayangan radiolusen. Batu staghorn dapat diidentifikasi dengan foto polos
abdomen karena komposisinya yang berupa magnesium amonium sulfat atau campuran
antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga akan nampak bayangan radioopak.12
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
sebab terjadinya batu.12
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara
terpisah pada nefrolitiasis bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai
dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi
dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta
dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.13

I. Diagnosis Banding13
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik
ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik
saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu
juga dipertimbangkan adneksitis.13
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan, apalagi
bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran
kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada nefrolitiasis dengan
hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal dari jenis ginjal
polikistik hingga tumor Grawitz.13

J. Komplikasi14
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah:14
a. Gagal ginjal

13
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

K. Pemeriksaan Diagnostik9,15,16
a. Pemeriksaan Urin
 PH lebih dari 7,6
- Sediment sel darah merah lebih dari 90%
- Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
c. Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction)
Pembuatan foto polos perut bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat
bersifat radioopak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu
asam urat bersifat radiolusen.

14
Jenis batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/sistin Nonopak

d. Pemeriksaan rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
PIV dapat mendeteksi adanya batu semiopak atau batu nonopak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograd.
e. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang
diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material
radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu
radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2
mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen
selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian
yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang,
CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif
97% untuk diagnosis batu ureter.
f. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik
ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bias memperlihatkan ginjal
dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki
sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm
juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.
g. Renogram
Dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.

15
L. Penatalaksanaan1,15,17-20
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau
hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera
dikeluarkan.
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
a. Obat diuretik thiazide (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu
sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, sepertihiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam
urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

16
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasis adalah:
Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensiDengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu
yang dapatmerupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidinhidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemihatau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentudapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya.
3. ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun1980. Alat ini dapat memecah nefrolitiasis, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL

17
dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti
dapatmenurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem
kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi
per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang Dormia.
5. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu
secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi
dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
b. Nefrektomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat ginjal dengan
atau tanpa kelenjar getah bening regional

18
c. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada
di ureter
d. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinearia
e. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra
f. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di
pelvis renalis.
6. Pemasangan stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent terkadang memegang
peranan penting sebagai tidakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya
pada penderita sepsis yang ditandai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat
perlu, selain itu juga diperlukan pada batu yang melekat. Setelah batu dikeluarkan
dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-
rata 7% per tahun atau kurang dari 50% dalam 10 tahun.

M. Pencegahan10,21,22
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama,
pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau
pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
1. Pencegahan Primer10,21
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk
menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2
liter per hari. Konsumsiair putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan
konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama
bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

19
Ada juga beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
 Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan
menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam
 Rendah oksalat
 Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
 Rendah purin
2. Pencegahan Sekunder21
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan
penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran
Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ
yang bersangkutan :
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul
(flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui
apakah terjadi infeksi yaitu peningkatanjumlah leukosit dalam darah, hematuria
dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH
urine harus diuji karena batu sistin dan asamurat dapat terbentuk jika nilai pH
kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvitlebih mudah terbentuk pada pH
urine lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:


a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapatmenunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi
batu yaitudengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat
dan kalsiumfosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit,

20
sistin dancampuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal
maupunbatu diluar ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum
dapatmenjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal,sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan
untukmenunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
d. Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.

3. Pencegahan Tersier21,22
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasisehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif.Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita
penyakit BSK agarpenyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatanrehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih
memahami tentangcara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSKsehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan
tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup
sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.

N. Prognosis2
Prognosis nefrolitiasis tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah

21
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
obstruksi akan dapat menyebabkan penurnan fungsi ginjal.2
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas
dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen
batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan
bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.2

22
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Jhony Johanis Saraisang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Touilang Jaga 1
MRS : 01 Februari 2018
Nomor RM : 52.42.30
Tanggal MRS/KRS : 01 Februari 2018/19 Februari 2018
Nomor HP : 081340156508
DPJP : dr. Ari Astram, Sp.U
Ruangan/Bed : Irina A teratai kelas I Bed 2

B. Anamnesis
 Keluhan utama
Nyeri di pinggang kanan dan kiri
 Riwayat penyakit sekarang
Nyeri di pinggang kanan dan kiri dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri menjalar
sampai perut bagian bawah. Riwayat nyeri seperti ini sebelumnya (-), demam (+),
muntah (-) BAK nyeri (-), keruh (+), berpasir (-), Riwayat kencing berwarna merah
± 20 tahun yang lalu, BAB normal. Riwayat penyakit dahulu (termasuk riwayat
rawat inap/operasi)
DM (-), Hipertensi (-), Asam Urat (+), Kolesterol (-), Jantung (-), Hati (-), Ginjal
(+).

23
 Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa dengan pasien.
 Riwayat alergi
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien.
 Riwayat sosial
Tidak ada orang sekitar yang menderita penyakit serupa dengan pasien.
 Riwayat kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan kurang mengkonsumsi air putih dan berolahraga.
Riwayat mengkonsumsi rokok dan alkohol (+) sejak berumur 25 tahun.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Kesadaran : Compos mentis
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,9C
o Kepala
Bentuk kepala = normocephal, tidak teraba benjolan.
Rambut = terdistribusi merata, warna hitam.
Kulit kepala = tidak ada kelainan.
o Mata
Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra = edema (-)
Konjungtiva anemis = (-/-)
Sklera ikterik = (-/-)
Injeksi konjungtiva dan siliar = (-/-)
Kornea = jernih
Lensa = jernih

24
Pupil = bulat, isokor ө 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung
(+/+)
o Telinga
Bentuk telinga = normal
Nyeri tekan tragus = (-/-)
Nyeri tarik aurikula = (-/-)
Serumen = (-/-)
o Hidung
Bentuk hidung = normal, tidak terdapat deviasi septum.
Mukosa hidung = tidak pucat dan tidak hiperemis.
o Tenggorok
Mukosa faring = tidak hiperemis.
Uvula = letak tengah.
Tonsil = T1/T1 tidak hiperemis.
o Leher
Trakea = letak tengah.
Kelenjar tiroid = tidak teraba membesar.
Pembesaran KGB = (-).

 Thoraks
o Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri.
Palpasi : Sterm fremitus kanan – kiri.
Perkusi : Sonor kanan dan kiri.
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
o Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pulsasi ictus cordisteraba di ICS V sinistra.
Perkusi :
Batas atas jantung berada di ICS 2 linea parasternalis dextra.
Batas kanan jantung berada di ICS 4 linea parasternalis dextra

25
Batas bawah jantung berada di ICS 4 lineaparasternalis dextra.
Batas jantung kiri berada di ICS 5, linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
o Abdomen
Inspeksi : datar.
Auskultasi : bising usus (+), normal.
Palpasi : nyeri tekan lumbal (+) ; hepar, ginjal, dan lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
 Ekstremitas : akral teraba hangat, edema (-)

Status lokalis
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
SP : tidak terisi penuh
OUE : dalam batas normal
RT : TSA baik, ampula tidak kolaps, nyeri tekan tidak ada, prostat pole atas tidak teraba,
mukosa licin dan simetris.

D. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium Klinik 01/02/2018


HEMATOLOGI
Leukosit 10.200
Eritrosit 3.60
Hemoglobin 9.8

26
Hematokrit 29.2
Trombosit 395.000
MCH 27.2
MCHC 33.6
MCV 81.1
KIMIA KLINIK
SGOT 20
SGPT 13
Ureum 27
Creatinin 0.6
Gula Darah Sewaktu 116
Chlorida 95.6
Kalium 3.44
Natrium 133

Hasil Foto Thorax 01/02/2018

Kesan : dalam batas normal


27
Hasil EKG 11/02/2018

Kesan : dalam batas normal

Hasil BNO 01/02/2018

Kesan : Nefrolithiasis Sinistra

28
Hasil CT Scan Abdomen + Kontras 24-10-2017

Kesan : Nefrolitiasis Sinistra

29
Kesan : Nefrolitiasis Sinistra

30
E. Resume
Nyeri di pinggang kanan dan kiri dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri menjalar sampai perut
bagian bawah. Riwayat nyeri seperti ini sebelumnya (-), demam (+), muntah (-) BAK nyeri
(-), keruh (+), berpasir (-), Riwayat kencing berwarna merah ± 20 tahun yang lalu, BAB
normal. Riwayat alergi obat dan makanan serta riwayat keluarga yang menderita penyakit
serupa disangkal pasien. Riwayat mengkonsumsi rokok dan alkohol (+) sejak berumur 25
tahun. Riwayat DM, hipertensi, kolesterol, jantung, hati disangkal pasien.

E. Diagnosis dan Follow Up


NEFROLITIASIS MULTIPLE SINISTRA

09-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Pro nefrektomi sinistra
Transfusi PRC 1 bag

10-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (+)

31
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Pro nefrektomi sinistra

11-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Pro nefrektomi sinistra

32
12-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Pro nefrektomi sinistra
Rencana konsul IBS 13-2-2018

13-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)

33
Pro nefrektomi sinistra 15-2-18
Cek PT-APTT

14-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Pro nefrektomi sinistra 15-2-18

15-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + +
Nyeri ketok + +
Ballotment - +
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)

34
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Operasi nefrektomi sinistra hari ini

Laporan operasi:
 Pasien tidur dalam posisi Right Lateral Decubitus (RLD)
 Asepsis dan antisepsis lapangan operasi
 Dilakukan insisi lumbotomy di ICS 11 ke arah umbilicus ± 10 cm
 Insisi diperdalam sampai facia gerota
 Facia gerota dibuka secara tumpul dari ginjal
 Identifikasi hilus ginjal
 Identifikasi vena renalis dan dituegel dilanjutkan vena spermatika dan vena
adreanal diligasi dan dipotong dari tempat keluarnya vena renalis
 Identifikasi arteri renalis diligasi ganda dan dipotong
 Vena renalis diligasi ganda dan dipotong
 Cabang vasa adrenalis yang keluar dari aorta diidentifikasi, diligasi dan dipotong
 Keluarkan ginjal dari kavum abdomen
 Kontrol pendarahan
 Cuci kavum abdomen sampai bersih
 Pasang drain vacum
 Luka operasi dijahit lapis demi lapis
 Operasi selesai

16-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (-)
O : KU tampak sakit ringan
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -

35
Nyeri ketok - -
Ballotment - -
Lumbal sinistra : nyeri luka operasi, luka tertutup kassa kering
Drain : 150 cc
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Post nefrektomi sinistra (15-02-2018)
Cek darah lengkap

17-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (-)
O : KU tampak sakit ringan
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Ballotment - -
Lumbal sinistra : nyeri luka operasi, luka tertutup kassa kering
Drain : 120 cc
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Post nefrektomi sinistra (15-02-2018)

36
18-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (-)
O : KU tampak sakit ringan
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Ballotment - -
Lumbal sinistra : nyeri luka operasi, luka tertutup kassa kering
Drain : 25 cc
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : IVFD NaCl 0.9% 20 gtt/m
Ceftriaxone inj 2x1gr (iv)
Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)
Post nefrektomi sinistra (15-02-2018)

19-02-2018
S : Nyeri pinggang kiri (-)
O : KU tampak sakit ringan
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Ballotment - -
Lumbal sinistra : nyeri luka operasi, luka tertutup kassa kering
Drain : 25 cc
A : Nefrolitiasis multiple sinistra
P : Diet lokal

37
Imobilisasi ringan
Rawat luka
Aff Kateter dan infus
3 hari kemudian kontrol di poli bedah
Post nefrektomi sinistra (15-02-2018)

F. Diagnosis Banding
 Pielonefritis
 Hidronefrosis
 Tumor ginjal

G. Penatalaksanaan
 Non medikamentosa
 Minum sehingga diuresis 2 liter/hari
 Rajin berolahraga
 Diet lokal
 Immobilisasi ringan
 Medikamentosa
 Ceftriaxone 2x1gr (iv)
 Asam mefenamat inj 3x500mg (iv)
 Ranitidin inj 2x50mg (iv)
 Operasi
 Nefrektomi sinistra

H. Komplikasi
 Hidronefrosis
 Gagal ginjal

J. Prognosis
Dubia ad bonam

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya batu di ginjal,
nefrolitiasis hanya berada di bagian pelvis. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus
dalam pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat
dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus (nefrolitiasis).
Pasien dengan nefrolitiasis didiagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, saat dianamnesis terdapat nyeri di pinggang kanan
dan kiri dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Nyeri menjalar sampai perut bagian bawah. Riwayat nyeri
seperti ini sebelumnya (-), demam (+), muntah (-) BAK nyeri (-), keruh (+), berpasir (-),
Riwayat kencing berwarna merah ± 20 tahun yang lalu, BAB normal. Riwayat penyakit
dahulu (termasuk riwayat rawat inap/operasi). Riwayat DM, hipertensi, kolesterol, jantung,
hati disangkal pasien. Pasien menderita asam urat dan ginjal karena ditemukannya
nefrolitiasis pada hasil CT Scan pada ginjal kiri. Pasien dibawa ke RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tanggal 01 Februari 2018 karena nyeri pinggang kiri yang dirasakan
semakin memberat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok pada CVA, tes
ballotement (+), bulging (-). Pada pemeriksaan penunjang CT Scan abdomen 03-02-2018
ditemukan nefrolitiasis sinistrra.
Pada pasien ini diterapi dengan IVFD 0,9% NaCl 20 gtt/m, ceftriaxone inj 2x1gr
iv, ranitidin inj 2x50mg iv, dan ketorolac inj 3x30mg iv. Ceftriaxone adalah obat golongan
antibiotik cephalosporin yang mengikat lebih dari satu penisilin binding proteins (PBP)
sehingga menghambat transpeptidasi tahap akhir dari sintesis peptidoglikan pada dinding
sel bakteri. Dengan penghambatan tersebut, maka mencegah biosintesis dan pembentukan
dinding sel sehingga mengakibatkan matinya sel bakteri. Kegunaan obat ini digunakan
sebagai profilaksis bedah atau pencegahan infeksi pada pasien pascaoperasi. Asam
mefenamat adalah salah satu jenis obat NSAID. Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit
tingkat ringan hingga menengah, serta mengurangi peradangan. Asam mefenamat

39
berfungsi menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin. Prostaglandin adalah
senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit serta reaksi peradangan. Ranitidin
merupakan obat penghambat reseptor H2, penggunaanya untuk menangani gejala akibat
produksi asam lambung yang berlebihan. Obat ini bekerja menurunkan produksi asam
lambung. Obat ini juga digunakan untuk mencegah munculnya gejala-gejala gangguan
pencernaan akibat konsumsi suatu jenis obat atau makanan tertentu. Asam mefenamat
bekerja dengan cara menghambat efek dari enzim cyclo-oxygenase (COXX). Enzim ini
membuat reaksi kimia lainnya dalam tubuh, yaitu munculnya prostaglandin. Beberapa
prostaglandin dihasilkan di tempat cidera yang dapat menghasilkan inflamasi dan nyeri.
Ranitidin digunakan untuk menangani efek samping dari asam mefenamat yaitu nyeri ulu
hati. Pasien telah operasi nefrektomi pada tanggal 15-02-2018.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena telah dilakukan tindakan
pengobatan secara tepat dan benar. Akan tetapi kemungkinan untuk terjadi rekurensi
nefrolitiasis pada ginjal sebelah kanan tetap ada. Penderita kemudian dianjurkan untuk diet
rendah purin dan banyak minum air putih serta olahraga.

40
BAB V
KESIMPULAN

Nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya batu ginjal,
nefrolitiasis hanya berada di bagian pelvis.Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus
dalam pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat
dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus (nefrolitiasis).
Dalam menentukan suatu diagnosis perlu untuk dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Nefrolitiasis terbentuk dari endapan kristal-
kristal pada uroepitelium dan kemudian menumpuk batu yang komposisinya dapat berupa
batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan batu sistin.
Gejala klinis nefrolitiasis terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga
hematuria. Selain itu pasien juga mengeluhkan BAK nyeri, tidak tuntas, pancaran lemah,
keluar darah dan pasir. Penatalaksanaan nefrolitiasis dilakukan dengan pengenalan sedini
mungkin. Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi penyebab nefrolitiasis. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat
nefrolitiasis. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan cara medikamentosa, ESWL, PNL,
ataupun operasi terbuka. Sebaiknya disarankan kepada setiap orang untuk lebih berhati-hati
terhadap penyebab nefrolitiasis, yaitu pola hidup. Maka dari itu setiap pasien disarankan
untuk banyak minum dan rajin berolahraga.

41
Lampiran

42
43
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011.


2. Stoller, Marshall. Urinary Stone Disease in Smith’s General Urology. Mc Graw-Hill
Company Inc. North America. 17th Ed. 2008. P 246-75.
3. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
5. Rahardjo Djoko, Prostat Hipertrofi, Urologi Bab IV. Ilmu Bedah FKUI. Universitas
Indonesia:jakarta. 2007.
6. Tortora GJ, Derrickson B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology Maintanance
and Continuity of the Human Body 13th Edition. Amerika Serikat: John Wiley &
Sons, Inc.
7. The free dictionary by farlex. Nephrolithiasis. Available at : https://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/nephrolithiasis. Accessed November 23 2017.
8. Pfau A, Knauf F. AJKD. Update on nephrolithiasis: Core curiculum 2016. Available at
: http://www.ajkd.org/article/S0272-6386(16)30254-2/pdf. Accessed November 23
2017.
9. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
EGC:Jakarta. 2005
10. Medscape Reference. Categories of Urology Articles, Stones, Subject of Bladder
Stones. Available at :http://emedicine.medscape.com/article/440657-overview
AccessedNovember 24 2017.
11. Price, Sylvia Anderson. Patofisiology : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC.
Jakarta. 2005.
12. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in Cavitas Pelvis
Part II. Lippincot William and Wilkins Inc. 2006. USA. P. 33370.
13. Kim L Hyung and Belldregun. Urology. Schwart’z Principles of Surgery, eight edition,
Mcgraw-Hill:USA. 2005.

44
14. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta. 2009.
15. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001.
16. Potts, J. M. Essential Urology: A guide to Clinical Practice. Humana Press Inc,
Totowa, NJ. P. 117-47.
17. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu PenyakitDalam
FKUI:Jakarta. 2007
18. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998.
19. Shires, Schwartz. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta: EGC, 2000. P.
588-589.
20. Pearle, S, Margarret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA: Informa
healthcare, 2009. P. 1-6.
21. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki.
Semarang: Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008.
22. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990.

45

Você também pode gostar