Você está na página 1de 5

ASAL BATUBARA

2.1. Pendahuluan

Lapisan yang mengandung endapan batubara atau gambut ditemukan di seluruh dunia dan
umurnya berkisar antara Upper Paleozoic hingga Recent.

Batubara merupakan hasil dari akumulasi sisa tumbuh-tumbuhan di lingkungan endapan khusus.
Akumulasi tersebut telah terpengaruh oleh synsedimentary dan post-sedimentary yang
mempengaruhi produksi batubara dari kelas yang berbeda dan derajat yang berbeda dari struktur
yang kompleks. Keduanya saling berhubungan satu sama lain.

Kesamaan yang luar biasa ada dalam coal-bearing sequences, karena untuk bagian yang lebih baik
hingga asosiasi endapan yang khusus dibutuhkan untuk menghasilkan dan menyediakan batubara.
Sequence dari umur yang sangat berbeda jauh dari wilayah geografi terpisah memiliki kerangka
litologi yang sama, dan dapat bereaksi di struktur model.

Ini adalah kenyataannya, bagaimanapun, asal muasal batubara telah dipelajari selama lebih dari
serratus abad dan tidak ada satupun model telah diidentifikasi yang bisa memprediksi kejadiannya,
pengembangan dan tipe batubara. Macam – macam model ada yang mencoba lingkungan
pengendapannya, tetapi tidak ada satupun yang cukup bisa memberikan penjelasan yang
memuaskan tentang siklus dari endapan batubara, kemenerusan dari lapisan batubara, dan sifat
fisik dan kimia batubara.

2.2. Pengendapan Batubara dan coal-bearing sequences

Selama 35 tahun, ketertarikan meningkat secara signifikan di bidang ilmu proses sedimentology.
Khususnya untuk karakteristik dari lingkungan pengendapan di delta dan fluvial. Lingkungan
pengendapan ini khususnya memiliki identifikasi yang hampir mirip dengan coal-bearing
sequences.

Ini sangat penting untuk memberikan pertimbangan pada kedua pengakuan dari prinsip lingkungan
pengendapan, dan perubahan terbaru dalam penekanan tentang proses fisik yang dibutuhkan untuk
produksi batubara dan nilai ekonomis. Sebagai tambahan, pengertian tentang bentuk, morfologi,
dan kualitas lapisan batubara adalah penting sebagai rencana kedepan dan pertambangan batubara.
Meskipun pembentukan batubara yang dipelajari sangat banyak, model yang digunakan untuk
menentukan kejadian, distribusi dan kualitas dari batubara masih sangat kurang untuk menebak
yang akurat.

2.2.1. Model endapan

Pengenalan dari model endapan untuk menjelaskan tentang asal mula coal-bearing sequences dan
hubungan mereka pada sedimen sekitarnya telah tercapai oleh perbandingan dari lingkungan
dibawah modern peat terbentuk dan sequence ancient mengandung batubara.

Cecil dan kawan kawan pada tahun 1993, mengatakan bahwa model yang sekarang lebih sering
berkonsentrasi pada deskripsi fisik dari endapan yang terasosiasi dengan batubara daripada factor
geologi yang mengontrol pembentukan batubara. Mereka juga mengatakan bahwa model yang
menyatukan sedimentasi dan tektonik dengan eustasy dan perubahan kimia belum sepenuhnya
dikembangkan. Seperti model yang terintegrasi bisa memberikan sebuah penjelasan yang
membaik dari proses fisika dan kimia pada sedimentasi. Ini seharusnya menjadi catatan bahwa
kegunaan dari urutan stratigrafi dalam satu model fasies didasarkan pada proses fisik dan bukan
mengambil dari kimia stratigrafi. Ini akan membuktikan kekurangan ketika memprediksi kejadian
dan sifat dari lapisan batubara.

Model endapan konvensional digunakan oleh banyak pekerja yang berdasar pada ‘cyclothem’,
sebuah seri lithotypes terjadi dalam pengulangan ‘cycles’. Konsep ini telah mengalami perubahan
menjadi model yang berhubungan dengan lateral dan vertical sequen berubah menjadi pengaturan
endapan yang telah diakui dalam modern fluvial, deltaic, dan system coastal barrier. Model
konvensional didasarkan pada pekerjaan yang dilakukan di USA oleh Horne dkk(1978-1979),
Ferm dkk (1979), Ferm and Staub (1984), Staub and cohen (1979), dalam satu seri pembejaran di
tahun 1970-an. Sequence atau lithofasies ditandai oleh sedimentasi pada table 2.1. Pekerja lainnya
termasuk Thornton (1979) serta Jones dan Hutton (1984) pada sequence batubara di Australia, dan
Guion dkk (1995) di Inggris.

Studi yang lebih baru telah dibandingkan seperti didirikan model endapan dengan modern coastal
plain sedimentasi. Missal di daerah khatulistiwa di Asia Tenggara, dan konsentrasi khususnya pada
endapan modern gambut tropis. Cecil dkk (1993), Clymo (1987), Gastaldo dkk (1993), McCabe
dan parrish (1992). Dipelajari oleh Hobday (1987), Diessel (1992), Jerzykiewicz (1992), Dressen
dkk (1995), Cohen dan Spackman (1972,1980), Flint dkk (1995), McCabe (1984,1987,1991),
semuanya telah dikembangkan model untuk endapan batubara dari perbedaan umur, penggunaan
model konvensional tetapi menghubungkan juga dengan proses sedimentasi yang modern.

Sejajar dengan pekerjaan ini, studi yang rinci dari gambut mire keduanya telah dikembangkan dan
menjawab semua pertanyaan pada pengembangan dari geometri batubara. Model konvensional
masih menjadi dasar untuk studi modern batubara, tetapi terhubung pada pengertian lebih baik
dari pengembangan gambut dan kelestariannya.

2.2.2. Model Konvensional.

2.2.2.1 Coastal barrier dan back barrier facies

Ujung pantai dari model endapan ditandai oleh pembatas batupasir yang bersih. Yang mana pada
arah menuju ke laut menjadi berbutir lebih halus dan diselingi oleh serpihan calcareous yang
berwarna merah dan hijau dan batuan karbonat, dan terakhir mengandung organisme laut. Kea
rah darat, mereka gradasi menjadi serpihan abu gelap lagoonal dengan organisme air payau, dan
masuk ke dalam daerah rawa yang mana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan. Pembatas batupasir
telat beralih fungsi secara pasto dank arena itu lebih banyak kuarsa daripada batupasir itu di
lingkungan sekitar dengan sumber daerah yang sama.

Mereka menunjukkan variasi dari macam-macam endapan, yang pertama, lembaran yang banyak
dari plane-bedded batupasir dengan rippled dan burrow di atas permukaan, di interpretasikan
sebagai menyapu pasir badai. Kedua, tubuh wedge-shaped yang mengarah ke darat, dapat
mencapai ketebalan mencapai 6 meter, dan memiliki kemiringan yang landai kearah darat dan
melalui cross beds, di interpretasikan sebagai endapan delta tidal flood, dan ketiga, puritan yang
terisi batupasir yang mana mungkin memeriksa hingga kedalaman 10 meter didalam lapisan
sedimen, di interpretasikan sebagai endapan tidal channel.

Sebuah rekonstruksi endapan ditunjukkan pada gambar 2.1 (a) didasarkan studioleh Horne dkk
(1979).

Lingkungan lagoonal back barrier ditandai oleh pengkasaran keatas, kaya akan kandungan organic,
dan serpihan abu-abu, dan batulanau mengatasi dari ketipisan dan batubara yang menerus.
Sequence ini menunjukkan zona bioturbasi yang sering, bersama dengan konkresi dari presipitasi
kimia iron carbonate. Luas dari beberapa sequence dianggap menjadi 20-30 meter pada ketebalan
dan 5-25 kilometer lebarnya. Tipe vertical sequence dari endapan back barrier ditunjukkan pada
gambar 2.1 (b).

2.2.2.2 Lower delta plain facies

Endapan pada Lower delta plain didominasi oleh pengkasaran keatas dari mudstone dan siltstone.
Tebalnya antara 15-55 meter, dan 8-110km luasnya,. Bagian lower pada sequence ini ditandai oleh
abu gelap hingga hitam pada mudstone dengan tidak beraturan distribusi batugamping dan siderite.

Bagian upper, batupasir lebih sering dijumpai, menunjukkan energy yang bertambah dari air
dangkan sebagai teluk terisi dengan sedimen. Dimana teluk telah terisi cukup untuk hingga
tanaman bisa tumbuh, batubara terbentuk. Dimana teluk tidak terisi cukup, bioturbated, siderite
yang tersementasi batupasir dan batulanau terbentuk.

Pola Pengkasaran keatas terganggu di banyak tempat karena crevasse-splays. Dalam karboniferus
amerika, endapan crevasse-splays bisa mencapai ketebalan 10m, dan lebar 30m – 8km.

Di banyak kasus, transisi sequence lower delta plain telah terkarakteristik, menunjukkan alternasi
dari puritan, interdistibusi teluk, dan endapan crevasse-splay.

Lapisan yang melapisi dan lateral setara dengan teluk mengisi sequence batupasir yang tebal
sampai 25m dan lebar hingga 5km. ini diinterpretasikan sebagai distributary endapan mulut bar.
Mereka terluas di dasar dan memiliki gradasi kontak. Pengkasaran keatas dan Kearah tengah tubuh
batupasir. Dalam beberapa tempat, sequences penghalusan keatas dikembangkan diatas
distributary mouth bar dan endapan teluk isi.

Endapan ini mengisi saluran distributary yang telah berhamburan dengan kontak basalt tajam,
diproduksi oleh penggosokan bawah batupasir. Pada dasarnya, pebble dan fragment batubara
endapan lebih sering dijumpai.

Karena pengendapan yang sangat cepat, mudstone berbutir halus terisi lebih sering di endapan
lower delta plain. Mereka menunjukkan lanau dan sisa tumbuhan yang mana menetap dari
suspense distribustary yang diabaikan. Di beberapa daerah, akumulasi tumbuhan yang tebal diisi
di channel ini, menghasilkan formasi dari batubara lenticular, batubara umumnya relative tipis dan
tersebar luas. Seperti batubara terorientasi parallel pada pola distributary.
2.2.2.3. Upper delta dan alluvial plain fasies

Berbeda dengan sequence tebal butiran halus dari lower delta fasies, endapan upper delta plain
didominasi oleh linear, batupasir lenticular dengan tebal 25m dan lebar hingga 11km, batupasir ini
mengalami penggosokan di dasar dan melewati lateral di bagian upper masuk ke dalam serpihan
abu, batulanau dan batubara. Batupasir menghalus keatas dengan sisipan kerakal konglomerat, dan
pecahan batubara di bagian lower. Batupasir ditandai oleh lapisan massive dan diselingi oleh
batulanau.

Batupasir ini memperluas ke atas di sayatan menyilang dan dianggap telah terendapkan di puritan
dan pada samping arus yang bermigrasi melewati upper delta plain.

Você também pode gostar