Você está na página 1de 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHUSING’S SYNDROME

Oleh : Saifudin Zukhri,SKp

Pengertian
Chusing’s syndrome (CS) merupakan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh karena
kelebihan hormon kortisol (hipercortisolism).

Patofisiologi
Efek metabolic dari CS merupakan efek fisiologis yang berlebihan dari kortisol
(glukokortikoid). Korteks adrenal pada penderita CS mengalami hiperplasia yang disebabkan
oleh kelebihan Adreno Cortikotropic Hormon (ACTH). Kelebihan ACTH mungkin disebbabkan
oleh hipersekresi dari hipofisis anterior atau ektopik (berasala dari luar hipofisis). Kelebihan
ACTH tersebut menyebabkan hilangnya irama diurnal yang normal; penurunan responsivitas
prolaktin, tirotropin, dan gonadotropin terhadap releasing hormonnya; serta perubahan pola tidur.
Pasien dnegan CS menunjukkan gangguan metabolisme nitrogen, karbohidrat, dan mineral.
Adanya peningkatan jumlah total lemak tubuh sebagai akibat berkurangnya penggantian
(turnover) asam lemak dalam plasma , disertai redistribusi sebagian besar lemak menyebabkan
obesitas sentripetal . Pasien CS mengalami peningkatan pemecahan protein jaringan, yang
menyebabkan peningkatan kadar nitrogen dalam urine, penurunan massa otot, proximal miopaty,
penipisan kulit, penurunan matrik tulang, kehilangan Calcium tulang, dan kehilangan jaringa
limpoid. Kadar kortikosteroid yang tinggi dpat membunuh sel-sel limfosit, dan organ-organ
yang mengandung sel limfosit seperti hepar, lien, limfa nodi akan mengalami pengecilan ukuran.
Sebagai akibatnya, responsivitas antibody terhadap antigen akan menurun.
Pada sebagain besar kasus CS akan disertai dnegan peningkatan produksi androgen, ynag disertai
timbulnya jerawat, hirsutisme, dan hipertropi klitoris. Peningkatan hormon androgen juga dapat
mengganggu aksis hipofisis-ovarium, sehingga menurunkan prosuksi estrogen dan progesterone
dari ovarium, dan menyebabkan oligomenorhea (jarang menstruasi).

Etiologi
CS merupakan gejala yang ditimbulkanoeh kelebihan kortisol. Kelebihan kortisol dapat
disebabkan oleh karena :
1. Faktor endogen, yaitu karena kelebihan ACTH. Kelebihan ACTH mungkin disebabkan
oleh edenoma pada hipofisis atau produk ektopik (tumor paru, usus, atau pancreas)
2. factor eksogen , yaitu karena penggunaan hormon kortisol yang berlebihan (Iatrogenik)
untuk terapi, mislanya pada cangkok organ, penyakit autoimun, dll.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Gambaran klinik pada CS disebabkan oleh karena kelebihan kortisol. Pengkajian
keperawatan yang lengkap yang meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
diarahkan untuk mengkaji manifestasi klinik yang merupakan tanda/gejala CS.

Riwayat
Pasien CS dating dangan berbagai macam keluhan sebagai akibat kelebihan kortisol
dalam tubuh. Perawat perlu menanyakan kepada pasien mengenai adadanya perubahan pola
aktifitas dna pola tidur. Biasanya pasien mengalami kelelahan dan kelemahan otot ; serta
kesulitan tidur pada malam hari.
Osteoporosis merupakan kejadian yang lazim dialami pasien CS, sehingga klien pelru
ditanya apakah mengalami nyeri tulang, dan riwayat terjadinya fraktur. Perawat juga perlu
menanyakan apakah pasien sering mengalami infeksi, dan mudah memar akibat kelebihan
kortisol. Pada pasien wanita, mungkin mengeluh mengalami gangguan mentruasi
(oligomenorhea).
Perawat perlu juga mengkajai riwayat pengobatan sbelumnya , terutama mengenai
penggunan kortikosteroid ataupun penyalahgunaan alkhohol (keduanya daat menimbulkan
gejala sperti CS).
Pemeriksaan Fisik
Pasien CS menunjukkan perubahan fisik yang khas (lihat gambar) Perubahan distribusi
lemak akan menyebabkan adanya buffalo hump, obesitas snetripetal, penumpukan lemak
supra clavikula, dan moon face (wajah seperti bulan). Perawatan perlu mengklaji bentuk
tubuh secra keseluruhan. Biasanya pasien CS ditandai dnegan tubuh yang besar , ekstremitas
(kaki/tangan) yang kecil, disertai kelemahan otot.
Selama memeriksa kulit, perawat perlu mengamati adanya perubahan kulit akibat
meningkatnya fragilitas pembuluh darah, seprti adanya bruis, kulit tipis dna transparan, luka
yang tidak sembeuh dengan sempirna, Redish-purple striae pada abdomen dan paha.
Kelebihan kortisol dapat juga menyebabkan timbulnya bulu-bulu halus pada wajah dan
badan disertai timbulnya jerawat. Pada pasien wanita perlu dikaji adanya hirsutism dna
hipertropi klitoris sebagai akibat kelebiahn anmdrogen. Kelebihan androgen dapat juga
menyebabkan suara yang kasar, penipisan rambut tubuh dan kebotakan pada pria.
Ketika memriksa tanda-tanda vital , perawat harus mengamai adanya hipertensi akibat
kelebihan kortisol.

Pengkajian Psikososial
Hipersekresia kortisol dapat menyebabkan emosi yang labil. Perawat pelru mwngkaji
adanya iritabilitas, kebingungan, atau depresi. Klien CS dapat mengalami neurotik ataupun
psikotik akibat peningkatan kadar kortisol. Karena pasien CS mengalami perubahan
penampilan fisik, maka perawat pelru mengkaji respon pasien terhadap perubahan tersebut,
mungkin pasien megalami gangguan gambaran diri.

Pemriksaan Laboratorium
Kadar kortisol dalam plasma mengalami peningkatan. Kadar kortisol dalam plasma harus
selalu diperiksa pada waktu yang sama setiap hari, karena kadar kortisol sangat bervariasi
sepanjang hari. Kadar plasma yang tinggi dapat juga terjadi pada keadaan sakit atau trauma
yang akut.
Kadar ACTH dalam plasma tergantung dari etiologi. Kadar ACTH akan rendah samapi
tak terukur pada CS yang disebabkan oleh factor endogen primer (hiperplasia korteks
adrenal), ACTH meningkat pada CS yang disebabkan oleh factor ektopik (ACTH-producing
adenoma).
Hasil pemriksaan laboratorium yang lain meliputi ; peningkatan kadar gula darah;
peningkatan jumlah sel leukosit dan lomfosit dalam darah, peningkatan kadar natrium, serta
penurunan kadar kalsium dan potassium.
Pemriksaan urin ditujukan untuk mengetahui adanya kortisol bebas dan metabolit kortisol
dan androgen (17-hydroksikortikosteroid dan 17-ketosteroid). Pasien harus diberitahu kalau
ia harus menampung seluruh urin selam 24 jam. Pada CS kadar zat-zat tersebut dalam urin
biasanya meningkat .

Pemeriksaan Penunjang Lain


Over night dexametason test, suatu test supresi, berguna dalam sekreening awal terhadap
CS. Pada eriksaan tersebut, pasien tidak boleh mendapatkan terapi selam 2 hari sebelum
pemeriksaan, terutama terapi phenitoin dan Phenobarbital. Pada tengah malam, pasien
diberikan deksametason 1 mg per oral, pada pagi harinya kadar kortisol plasma diperiksa.
Normalnya, kadar kortisol kurang dari 5 mg/dl. Bila kadar kortisol lebih dari 5 mg/dl maka
perlupemriksaan definitive untuk menegakkan CS.
Pada Low-dose deksametason test, pasien tidak mendpatkan obat-obatan 2 hari sebelum
test, dan harus dihindarkan dari tindakan yang dapat menimbulkan stress.Data dasar dari
urin 24 jam dikumpulkan pada hari peertama . Kemudian pasien diberikan deksametason 0.5
mg setiap 6 jam pada hari ke-2 dan ke-3 sambil dilakukan pengumpulan uirine 24 jam.
Setelah terkumpul urine 24 jam kemudian diperiksa kadar kortisol bebas, kadar kreatinin ,
17-ketosteroid dan 17-hydroksikortikosteroidnya. Pada kondisi normal, kadart 17-
ketosteroid dan 17-hydroksikortikosterpoid akan menurun (tersupresi). Jika kadarnya dalam
urin tidak tersupresi, maka perlu pemriksaan lanjutan dnegan high – dose (8mg)
deksametasone suppression test. Pasien tidak boleh diberikan obat 2 hari sebelum
pemeriksaan,dan dihindarkan drai stress. Deksamteason 2 mg diberikan peroral setriap 6 jam
selam 2 hari, dan urin 24 jam selam 2 hari juga dikumpulkan. Pasien dengan hiperplasia
korteks adrenal bilateral akan mengalami supressi kadar 17-hydroksikortikosteroid sebsar 50
% atau kurang dari data dasar.
Test Metryrapone, digunakan untuk mengkaji respon umpan balik antara hypothalamus-
hipofdisis- korteks adrenal. Metyrapone 750 mg diberikan setiap 4-6 jam. Metyrapon akan
menurunkan kadar kortisol sehinga menstimulasi sekresi ACTH. Pada penderita adenoma
korteks adrenal, tidak terjadi peningkatan kadar ACTH.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada pasien dengan CS adalah :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi sodium
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan fragilitas kapilerdna
kulit
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dna kelemahan otot.
4) Resiko terjadi cidera (fraktur) berhubungan dengan kehilangan matrik tulang.
5) Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan supresi sistem imunitas.
7) Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido dan amenorhea.

3. Perencanaan dan Implementasi


Tindakan keperawatan yang spesifik dilakukan untuk mengatasi maslah yang teridentifikasi.
Karena pasien CS biasnay memrlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan tanda dan
gejalanya, maka pasien perlu mendapatkan pelrawatan pre dan post operasi secara terintegrasi.
Berikut ini akan disamapiakn indakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan yang utama dari
CS.
Kelebihan Volume Cairan
Tujuan untuk diagnosa keperawatan ini adalah agar keseimbangan cairan tubuh pasien dapat
dipulihkan.
Intervensi keperawatan dan kolaborasi yang direkomendasikan meliputi :
Intervensi non bedah :
1) Menimbang berat badan setiap hari
2) Memonitor intake dan output untuk mengkaji adanya penumpukan cairan dalam
tubuh
3) Membatasi intake cairan
4) Kolaborasi pemberian obat yang dpat menurukan skeresi ACTH, seperti Mytotane
(Lysodren) suatu obat sitotoksik adrenal, Aminoglutethimide (Elipten, Cytadren)
dan Metirapone yenang meruakan enzim penghambat sekresi kortisol.
5) Terapi radiasi diperlukan pada CS yang disebbakan oleh adenoma hipofisis ,
walaupun tidak selalu efektif dan dapat merusak jaringan yang normal.
Intervensi pembedahan :
Jenis pembedahan yang dilakukan pada CS tergantung dari etiologinya. Jika penyebbanya
adenoma pada hiofisis maka perlu dilakukan hipophisektomi transfenoid. Jika penyebabnya
adenoma atau karsinoma adrenal, maka perlu dilakukan adrenalektomy. Biola hanya satu adrenal
yang terserang, maka dilakukan adrenalektomy unilateral, bila penyebabnya ektopik, maka
dilakukan hipophisektomi bilateral.
Perawatan pre operasi :
1) Memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, chlorida,
potassium)
2) Karena psien muda terserang infeksi, maka perawat perlu menjaga tehnik aseptic dan
tehnik cuci tangan yang baik.
3) Pasang pengaan di sisi tempat tidur dan Bantu pasien bila akan turun drai tempat tidur,
karena pasien mudah terjatuh.
4) Berikan diit tinggi kalori dna tinggi protein sebelum operasi
5) Jelaskan pada pasien kemungkinan pasien ia perlu pemberian kotrisol selama 2 tahun
setelah operasi unilateral dan pemberian kortisol selama hidup bila dilakuakn
adrenalektomy bilateral.
6) Cek kadar gula darah, lakukan koreksi bila terjadi hiperglikemi.

Perawatan Post Operasi :


1) Pasien post operasi adrenalektomy perlu dirawat di unit perawatn intensif (ICU)
2) Segera setlah operasi perawat perlu mengkaji adanya tanda-tanda gangguan
kardiovaskuler dan syock (hipotensi, nadai cepat dna lemah, penurunan ouput urine.
3) Monitor tanda-tanda vital, intake output, tekanan vena sentral, berat badan dan elektrolit.
4) Berikan kortikosteroid sesuai pesanan
5) Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri akibat luka insisi.Monitor respon pasien
terhadap analgetik, laporkan dokter bila nyeri tidka berkurang.
6) Ajnjurkan apsien untuk batuk efektif, nafas dalamdan berganti posisi untuk mencegah
akumulasi secret paru.
7) Ganti bauta dna lakukan perawatan lukadnegan tehnik aseptic.

Kerusakan Integritas Kulit


Tujuan untuk diagnosakep[erawatan ini adalah agar pasien dapat mempertahankan keutuhan
integritas kulit.
Intervensi non pembedahan :
1) Kaji keadaan kulit secara periodic untuk mengtahui adanya kemerahan, ekskoriasi, lecet
dan edema.
2) Ganti posisi secara teratur dan pasnag bantalan pada bagian tulang yang menonjol.
3) Anjurkan pasien untuk menghindari aktifitas yang dapat menyebabakan cidera kulit
4) Anjurkan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus, dan menggunakan pencuur
elektrik.
5) Jaga kebersihan dan kelembaban kulit. Keringkan kulit setelah mandi dengan hati-hati,
bila perlu berikan losion pelmbab.
6) Hati-hati saat memasang dan melepas plester bila ada.
7) Berikan tekanan bebrapa saat pada tempat suntikan/injeksi untuk mencegah perdarahan.

Tidak Toleran Terhadap Aktifitas


Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien dapat menghematenergi dan dapat
meningkatkan kemmapuan beraktifitasnya.
Intervensi keperawatan :
1) Berikan waktu istirahat yang cukup, karena klien udah lelah.
2) Bnatu klien mengidnetifikasi metode menghemat energi
3) Buat jadwal perawatan bersama pasien, sehingga katifitas perawatan tidak mengganggu
wkatu istirahat pasien.

Resiko Cidera (fraktur)


Tujuan utama dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien tidak mengalami fraktur
akibat osteoporosis.
Intervensi keperawatan :
1) Bantu pasien saat beraktifitas
2) Jelaskan adanya resiko fraktur sebagi akibat drai penyakit pasien.
3) Jelaskan diit yang diperlukan (tinggi kalori dan protein, tinggi kalsium)
4) Hindari terbentur benda keras an terjatuh.
5) Pasien mungkinperlu diberikanvitamin D
6) Hindari minuman yang mengandung cafein dna alkhohol.

Gangguan Body Image


Tjuan dari diagnosa keperwatan ini adalah pasien dapat menggunakan cara-cara berdandan yang
data meningkatkan penampilan dan dapat mengungkapkan harapannya yang realistis.
Intervensi keperawatan L:
1) Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang agak longgar, berkrah tinggi dan lengan
panjang.
2) Diskusikan tentang perasaan pasien terhadap keadaanya saat ini.
3) Rujuk pasien kepada psikolog bila diperlukan.

Pendidikan Kesehtan Bagi Klien/Keluarga


Sebelum klien pulang, maka klien dan keluarga perlu dipersiapkan untuk perawatan di rumah
dengan memberikan pendidikan kesehatan. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat itu adalah :
1. Pemberian kortisol (lama pemberian, dosis, efek smap9ing dna cara pemberian)
2. Perlunya menggunakan medical alert (tanda)
3. Perlunya membatasi aktifitas , karena pasien mengalami kelemahan dan
kelelahan.
4. Pencegahan terjadinya fraktur (penggunaan lat Bantu jalan, hindari lantai licin,
benturan dll)
5. tempat pelayanan yang dapat dihubungi bila klien memerlukan.

Você também pode gostar