Você está na página 1de 2

Penyakit Gagal Ginjal Kronis berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian

kardiovaskuler dan beban finansial. Angka kejadian di Amerika Serikat mneyabutkn 13,6%
pasien dewasa (Go, Chertown, Fan, McCullosh, & Hsu, 2004). Berdasarkan laporan dari
American National and Nutritional Examination Survey bahwa periode 1994-2004 prevalensi
kejadian gagal ginjal kronik meningkat dari pada tahun 1988-1994 seiring dengan peningkatan
kejadian hipertensi dan diabetes militus (Gansevoort, Correa-Rotter, Hemmelgarn, Jafar,
Heerspink, & Mann, 2013). Peningkatan prevalensi gagal ginjal banyak faktor seperti dengan
penyaki DM dan hipertensi (Coresh, Selvin, & Steven, 2007)
Angka kejadian penderita gagal ginjal kronik di Indonesia sampai sekarang belum ada data yang
akurat dan lengkap, namun diperkirakan penderita gagal ginjal kronik kurang lebih 50 orang per
satu juta penduduk (Suhardjono, Lydia, Kapojos, & Sidabutar, 2001). Pada tahun 1995 secara
nasional terdapat 2.131 pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis. Pada tahun 2000 terdapat
sebanyak 2.617 pasien dengan hemodialisis dan pada tahun 2004 menjadi 6.314 pasien. Hal ini
terjadi peningkatan angka kejadian pasien dengan gagal ginjal kronik di level nasional (Bakri,
2005). Jumlah penderita gagal ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 22.304 dengan
68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1% kasus baru
(PERNEFRI, 2012). Prevalensi gagal ginjal kronis tertinggi di tiga provinsi yaitu provinsi
Sulawesi Tengah yaitu 0,5% kemudian provinsi Aceh, Sulawesi Utara, Gorontalo yaitu 0,4% dan
kemudian provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Banten yaitu sebesar 0,3%.
Prevalensigagal ginjal tertinggi di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Klaten 0,7%
(Kemenkes, 2013).

Kegagalan operasi arteri-vena fistula yaitu pada kejadian traumatic. Kejadian tersering terjadi
pada laki-laki daripada wanita 3,6:1.
Fourteen patients of traumatic AV fistula underwent various open vascular repairs. Age of patients
ranged from 16 to 75 years with average age of 34.3 ± 14.5 years. Male to female ratio was 3.6:1.
Penetrating injuries were the commonest cause i.e. 11 (78.6%). Time interval between injury and
presentation in hospital ranged from 4 months to 25 years with average time interval 4.3 years. Lower
limb vessels were affected in 10 (71.4%) the upper limb in 1 (7.1%) and neck vessels in 2 (14.3%) and 1
(7.1%) case of post appendectomy AVF between inferior epigastric artery and adjacent vein. Superficial
femoral artery and vein was the most frequently involved vessels i.e. 7 (50%) cases. Conclusion: Low
velocity penetrating vascular trauma was the commonest cause of traumatic AV fistula. Lower
extremities were the most frequently involved site. In most of the cases traumatic AV fistula presents
late with its complications. Surgical intervention includes the excision of fistula and restores the
continuity of the involved artery and vein with interposition reverse autogenous vein graft or prosthetic
graft.
1. Angka kegagalan av fistula
2. Kapan av shunt harus dipasang
3. Onset diagnose sampai pemasang av shunt
4. Av shunt tahan berapa lama
5. Komplikasi av shunt
6. Av shunt double lumen sering dipasang di
7. Av shunt lebih awal lebih baagis
8.

Você também pode gostar