Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3. Teori Dienes
Zoltan P. Dienes mengenai pengajaran matematika, lebih mengutamakan
kepada pengertian, sehingga matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih
menarik. Dienes menyatakan bahwa konsep adalah struktur matematika yang terdiri
dari tiga macam, yaitu konsep murni matematika (pure mathematical concept),
konsep notasi (notational concept), dan konsep terapan (applied concept). Konsep
murni matematika berkenaan dengan mengelompokkan bilangan dan hubungan
antara bilangan tanpa mempertimbangkan bagaimana bilangan itu disajikan (ditulis).
Konsep notasi adalah sifat-sifat bilangan sebagai akibat dari bilangan itu disajikan.
Sedangkan konsep terapan ialah aplikasi konsep murni dan konsep notasi dalam
pemecahan soal-soal matematika dan dalam bidang studi lain yang berhubungan.
Menurut Dienes, konsep matematika tidak dapat dijelaskan menurut stimulus-
respons. Dienes percaya bahwa semua abstraksi yang berdasarkan kepada situasi dan
pengalaman kongkrit, prinsip penjelmaan banyak (Multiple Embodiment Principle)
adalah suatu prinsip yang bila diterapkan oleh guru untuk setiap konsep yang
diajarkan akan menyempurnakan penghayatan siswa terhadap konsep tersebut.
Dienes berpendapat bahwa terdapat enam tahapan dalam belajar dan
mengajarkan konsep matematika. Tahap-tahap itu ialah:
1) Bermain bebas, adalah tahap permulaan anak-anak belajar matematika. Anak-
anak bermain dengan benda-benda kongkrit model matematika. Mereka belajr
bebas, tidak diatur, dan tidak diarahkan. Siswa belajar konsep matematika dengan
memanipulasikan benda-benda kongkrit.
2) Permainan, dimulai setelah tahap bermain bebas. Pada tahap ini anak mulai
mengamati pola, sifa-sifat kesamaan/ketidaksamaan, keteraturan/ketidakteraturan
suatu konsep yang diwakili (disajikan) oleh benda-benda kongkrit.
3) Penelaahan sifat bersama. Pada tahap ini siswa belajar melihat sifat bersama dari
setiap konsep yang disajikan oleh benda-benda kongkrit itu sehingga ia dapat
menghayatinya. Sehingga akhirnya diharapkan ia mampu menunjukkan contoh
dan bukan contoh.
4) Representasi. Pada tahap ini siswa belajar membuat pernyataan tentang sifat
bersama atau konsep yang ditemukan pada tahap penelaahan sifat bersama.
Pernyataan itu ialah representasi yang dapat berupa diagram atau lisan.
5) Penyimbolan. Pada tahap ini siswa belajar membuat simbol dari representasi yang
dinyatakan sebelumnya.
6) Pemformalan, maksudnya ialah tahap di mana siswa belajar mengorganisasikan
konsep-konsep matematika secara formal sehingga sampai pada aksioma, dalil,
atau teori.
4. Van Hiele
Van Hiele dalam pengajaran geometri. Dari penelitian disertasinya mengenai
geometri, ia menyimpulkan bahwa terdapat lima tahap pemahaman geometri. Tahap-
tahap atau perkembangan mental siswa dalam memahami geometri itu adalah:
1) Tahap pengenalan. Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri,
tetapi belum bisa memahami sifat-sifatnya.
2) Tahap analisis. Pada tahap ini, siswa sudah memahami sifat-sifat konsep atau
bentuk geometri, tetapi ia belum memahami hubungan antara bentuk-bentuk
geometri itu.
3) Tahap pengurutan. Pada tahap ini, siswa sudah dapat mengurutkan bentu-bentuk
geometri yang satu sama lain berhubungan, tetapi pada tahap ini berfikir secara
deduktifnya belum berkembang dengan baik, baru mulai.
4) Tahap deduksi. Pada tahap ini, siswa dapat memahami pentingnya deduksi
(mengambil kesimpulan secara deduktif). Matematika adalah ilmu deduktif.
Karena itu, pengambilan kesimpulan, pembuktian dalil, dan lain lain harus
dilakukan secara deduktif. Pada tahap ini siswa sudah dapat memahami
pentingnya mengambil kesimpulan secara deduktif itu, karena misalnya ia dapat
melihat bahwa kesimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa keliru.
Pada taha ini juga siswa sudah dapat memahami pentingnya unsur-unsur yang
tidak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau postulat, dan
dalil. Tetapi, siswa belum bisa mengerti sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil,
jadi ia belum memahami pentingnya suatu sistem deduktif.
5) Tahap keakuratan (rigor). Pada tahap ini siswa sudah dapat memahami bahwa
adanya ketepatan (presisi) dari apa-apa yang mendasar itu penting.