Você está na página 1de 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era serba cepat seperti saat ini tidak sulit bagi setiap orang untuk
memenuhi keinginannya dalam waktu yang relative singkat. Begitu juga dalam
hal memilih makanan, hampir sebagian masyarakat lebih memilih
mengkonsumsi makanan cepat saji yang mereka sendiri tidak tahu bahan apa
saja yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut dibandingkan
mengolah bahan makanan sendiri dirumah. Dengan alasan lebih mudah dan
efisien. Namun dibalik rasa nikmat yang dirasakan, mereka tidak tahu bahaya
apa yang akan terjadi jika mereka mengkonsumsi makanan tersebut dalam
jangka panjang.
Berbagai penyakit bisa saja mereka derita akibat mengkonsumsi
makanan cepat saji yang menjadi pilihan mereka. Salah satu penyakit yang
mungkin timbul akibat mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji dalam
jangka panjang adalah kanker.Sebagian manusia terkadang mengabaikan suatu
gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut baru
diketahui ketika telah mencapai stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat
kebiasaan buruk ini adalah kanker lambung dimana kanker lambung ini
merupakan suatu bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Ca Gaster?
2. Apa etiologi Ca Gaster?
3. Bagaimana anatomi fisiologi Ca Gaster?
4. Bagaimana klasifikasi Ca Gaster?
5. Bagaimana patofisiologi Ca Gaster?
6. Bagaimana manifestasi klinik Ca Gaster?
7. Bagaimana penatalaksanaan Ca Gaster?

1
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Ca Gaster?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Ca Gaster
2. Untuk mengetahui etiologi Ca Gaster
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Ca Gaster
4. Untuk mengetahui klasifikasi Ca Gaster
5. Untuk mengetahui patofisiologi Ca Gaster
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik Ca Gaster
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ca Gaster
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Ca Gaster

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ca Gaster
Kanker harus semakin diwaspadai mengingat jumlah penderitanya yang
terus bertambah. Jenis kanker pun semakin banyak dan hampir semua organ
tubuh bisa terkena. salah satunya adalah kanker lambung. Penyakit ini,
memang jumlah penderitanya di Indonesia masih sangat kecil, tetapi seperti
jenis kanker lainnya, kanker lambung sulit untuk disembuhkan.
Tumor jinak di lambung tidak menimbulkan gejala atau masalah medis.
Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang
menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma.
Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan
limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari
25 % kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun. Di Cina,
Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali ditemukan. Di AS,
lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang
tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian no. 7, yang terjadi pada
sekitar 8 dari setiap 100.000 orang ( Rudi Prasetyo,2008).
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan
dilambung. Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan
lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah
akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. ( Khaidir
Muhaj,2009 ).
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau
masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan
atau berkembang menjadi kanker.
Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung
lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker

3
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % terjadi pada
orang di bawah usia 50 tahun.
Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali
ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam
dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian no 7,
yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang ( Admin,2010 ).
Kanker lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan di
lambung, biasanya adenokarsinoma, meskipun mungkin merupakan
limfoma malignansi. Diketahui bahwa cancer lambung 2 kali lebih umum
terjadi pada pria daripada wanita dan lebih sering terjadi pada klien yang
mengalami anemia pernisiosa.
Meskipun tidak ada faktor etiologi khusus yang dihubungkan dengan ca
lambung, banyak faktor yang tampak berhubungan dengan perkembangan
penyakit ini seperti inflamasi lambung kronik, anemia pernisiosa, ulkus
lambung, bakteri Helicobacter Pylori dan faktor keturunan (Ns Nurhayati,
S.Kep ).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Patologi, dr. Achmad
Tjarta,2002).
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster (R.
Simadibrata, 2000).

B. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat, ulkus gastrikum bisa menyebabkan kanker.
Tapi kebanyakan penderita ulkus dan kanker lambung, kemungkinan sudah
mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum tukaknya terbentuk.
Helicobacter pylori, kuman yang memegang peranan penting dalam ulkus
duodenalis, juga bisa berperan dalam terjadinya kanker lambung. Penyebab

4
kanker lambung adalah bakteri Helicobacter Pylori yang ditemukan oleh
dua warga Australia peraih hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 2005,
yakni J. Robin Warren dan Barry J. Marshall. Kebanyakan penderita kanker
lambung datang ke dokter sudah dalam kondisi stadium akhir. Bahkan di
Amerika Serikat, hanya 10-20 persen penderita yang diketahui datang ke
dokter pada stadium awal. Akan tetapi, penyebab keberadaan bakteri
Helicobacter Pylori di dalam lambung masih belum diketahui dengan pasti.
Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya pola makan yang tidak
sehat, seperti kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Juga gaya hidup tidak
sehat, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan makan makanan yang
dibakar (barbeque). Polip lambung, suatu pertumbuhan jinak yang
berbentuk bundar, yang tumbuh ke dalam rongga lambung, diduga
merupakan pertanda kanker dan oleh karena itu polip selalu diangkat.
Kanker mungkin terjadi bersamaan dengan jenis polip tertentu, yaitu
polip yang lebih besar dari 1,8 cm atau polip yang jumlahnya lebih dari 1.
Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker
lambung. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Asupan garam yang tinggi.
b. Asupan karbohidrat yang tinggi.
c. Asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi.
d. Asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
e. Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung
kronis.
Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan
merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan
tersebut seperti ;
a. Gastritis kronis.
b. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
c. Herediter.

5
d. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar
atau diasapkan.
e. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
f. Kurang makanan yang mengandung serat.
g. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik
Ada yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi garam yang
meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dlam diet tinggi protein telah
memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen seperti
nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
Penurunan kanker lambung di USA pada decade lalu dipercaya sebagai
hasil pendinginn yang meningkat yang mnyebabkan terjadinya bermacam-
macam makanan segar termasuk susu, sayuran, buah, juice, daging sapid an
ikan, dengan penurunan konsumsi makanan yang diawetkan, garam, rokok,
dan makanan pedas. Jadi dipercaya bawha pendinginan dan vit C (dlm buah
segar dan sayuran) dapat menghambat nitrokarsinogen.
Factor genetic mungkin memainkan peranan dalam perkembangan
kanker lambung. Frekuensi lebih besar timbul pada individu dgn gol.darah
A. Riwayat keluarga meningkatkan resiko individu tetapi minimal, hanya
4% dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga.
C. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen
atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung
berbentuk tabung-J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah alpukat
raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara otomatis
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan
bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada

6
kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter
kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke
dalam lambung dan mencegah rufluks isi lambung memasuki esofagus
kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal
dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi
makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter
ini akan mencegah terjasinya aliran balik isi usus halus ke dalam
lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat
mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai
komplikasi dari penyakit tukak lambung. Abnormalitas sfingter pilorus
dapat pula terjadi pada bayi. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi
bila serat-serat otot di sekelilingnya mengalami hipertrofi atau spasme
sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari
lambung ke dalam duodenum. Bayi akan memuntahkan makanan
tersebut dan tidak mencerna serta menyerapnya. Keadaan ini mungkin
dapat diperbaiki melalui operasi atau pemberian obat-obatan adrenerfik
yang menyebabkan relaksasi serat-serat otot.
Lambung terdiri dari empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar
merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan
terus memanjang ke arah hati, membentuk omentum minus. Lipatan
peritonium yang keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut
sebagai ligamentum. Jadi omentum minor (dikenal juga dengan nama
ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis) menyokong
lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura
mayor, peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus, yang
menutupi usus halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum

7
minus adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan
(pseudokista pancreatikum) akibat komplikasi pancreatitis akut.
Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun
dari tiga lapis dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di
bagian luar, lapisan sirkuler di tengah, dan lapisan oblik di bagian
dalam. Susunan serat otot yang unik ini memungkin berbagai macam
kombinasi kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan
menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur
makanan tersebut dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah
duodenum.
Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan
longitudinal yang disebut rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini
lambung dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. Ada beberapa tipe
kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi
lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium
kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar mukus atau gastrik
terletak di fundus dan hampir pada seluruh korpus lambung. Kelenjar
gastrik memiliki tiga tipe utama sel. Sel-sel zimogenik atau chief cells
mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam
suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan
faktor intrinsik. Faktor intrinsk diperlukan untuk absorbsi vitamin B12
di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan
pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) di temukan di leher fundus atau
kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon
gastrik diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pilorus lambung.
Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam
hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh
lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion
natrium, kalium dan klorida.

8
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis
untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui
saraf vagus. Trunkus vagus mencabang ramus gastrik, pilorik, hepatik
dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena
vagotomi selektif merupakan tindakan primer yang penting dalam
mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major dan
ganglia seliakum. Serabut-serabut aferen mengantarkan impuls nyeri
yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, dan
dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis
menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf
mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk
persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkoordinasi aktifitas
motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai di lambung dan pancreas (serta hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang
mempercabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan
mayor.
Dua cabang penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis
dan arteria pancreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan
sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior
duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan perdarahan.
Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari
pancreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui
vena porta.
b. Fisiologi
Fungsi motorik dan pencernaan lambung meliputi:
1. Fungsi motoric
a) Fungsi reservoir

9
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi
sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.
Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan
dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh saraf
saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b) Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kotraksi otot
yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh
suatu irama listrik intrinsik dasar.
c) Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus dipengaruhi oleh
viskositas, volume, keasaman, aktifitas osmotik, keadaan fisik,
serta oleh emosi, obat-obatan, dan kerja. Pengosongan lambung
diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
2. Fungsi pencernaan dan fungsi sekresi
a) Pencernaan protein
Pencernaan protein oleh pepsin dan HCI dimulai di sini;
pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam
lambung kecil peranannya.
b) Sintesis dan pelepasan gastrin
Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan
rangsangan vagus.
c) Sekresi faktor intrinsic
Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari
usus halus bagian distal.
d) Sekresi mucus

10
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi
sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

D. Klasifikasi
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil
pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub
mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I,
terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai
kombinasi seperti tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe
II a dan tipe II c. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut
klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
a. Bormann I.

11
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
b. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
c. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
E. Patofisiologi
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering
sebagai massa irregular dengan penonjolan ulserasi sentral ke lumen dan
menyerang lumen dinding lambung. Kanker mungkin menginfiltrasi dan
menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi
dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong tidak dapat
meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi hal
ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar
untuk membedakan dari polip benigna pada X-ray. Kanker lambung
mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler
walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3
distal lambung, selain itu menginvasi struktur local seperti bagian bawah
dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase
timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung

12
Karsinoma Gaster

Kebiasaan Hidup : Keadaan


Gastritis atropik, Herediter Infeksi H. Pilory Lingkungan
polip di gaster, Sering makanmakanan
anemia pernisiosa panas , pedas,
makanan diasap,

Perubahan mukosa yang abnormal

Pertumbuhan epitel pada membran mukosa


Dx 3. Perubahan nutrisi kuranggaster
dari kebutuhan tubuh b.d
mual, muntah dan tidak nafsu Dx 1. Nyeri b.d
Massa tumor cukup membesar
proses
Gangguan anoreksia pertumbuhan sel-

Metastase Hepar Tumor membesar →


Gangguan penyerapan nutrisi pada usus menekan saraf sekitar gaster
Hepatomegali
Penurunan Fe → Anemia Impuls saraf terganggu

Gangguan perfusi jaringan Nyeri tekan epigastrik

Asites
Penurunan kebutuhan O2 di otak
Teraba massa
Stadium Lanjut
pada rectum

Dx 4. Intoleransi beraktivitas Kelenjar limfe suprakalvikuler kiri


b.d kelemahan fisik. (Limfonodi Virchow) membesar

Penyebaran telah mencapai Ikterus Obstruktif


porta hepatika
Dx 2. Kecemasan b.d
rencana pembedahan
13
F. Manifestasi Klinik
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak nyata karena kebanyakan
tumor ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ggn fungsi
lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti
nyeri yg hilang dgn antasida dapat menyerupai gejala pd pasien ulkus
benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dyspepsia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia
dan mual serta muntah ( Harnawati,2008 ).
a. Bercak darah dalam tinja merupakan salah satu tanda-tanda menderita
kanker perut Adanya darah saat membagikan feses juga disebabkan oleh
kondisi lain,. Tapi untuk kanker perut itu adalah salah satu gejala yang
paling indikatif. Juga, itu adalah gejala yang dihubungkan ke beberapa
jenis kanker. Ketika ada tumor hadir di perut, mungkin menyebabkan
darah mengalir keluar melalui tinja.
b. Penderitaan dari rasa sakit konstan dalam perut merupakan gejala dari
kanker lambung. Hal ini bisa apa saja dari rasa sakit ringan sampai nyeri
kram parah. Jenis rasa sakit biasanya ada di daerah atas perut.
c. Konstan dengan mual muntah, terutama setelah Anda makan adalah
tanda kanker lambung. mual mungkin gigih dan hadir untuk jangka
waktu yang panjang. Hal ini pernah berhubungan dengan demam atau
sakit kepala. Jenis mual sering menunjukkan masalah kesehatan serius.
d. Kehilangan nafsu makan tanpa alasan adalah tanda lain yang cukup
sering terlihat pada orang yang menderita dari kanker terdiagnosis dalam
lambung. Beberapa orang mungkin mengalami kembung di daerah perut
bahkan jika mereka tidak makan apa-apa. Kebiasaan usus dapat berubah
drastis.
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering
tidak dihiraukan. Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan
dimana lokasi kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh

14
atau tidak nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada
bagian bawah lambung.
Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh
kesulitan makan atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan
mineral. Anemia bisa diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak
menyebabkan gejala lainnya. Kadang penderita juga bisa mengalami
muntah darah yang banyak (hematemesis) atau mengeluarkan tinja
kehitaman (melena).
Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya
massa pada dinding perut. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil
bisa menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh.
Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning
(jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang
bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan
tulang, sehingga terjadi patah tulang ( Admin,2010 ).

G. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara di bawah ini,
untuk mengurangi risiko kanker perut dengan membuat perubahan
kecil kehidupan sehari-hari Anda. Sebagai contoh, cobalah untuk:
a. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Cobalah untuk memasukkan
lebih banyak buah dan sayuran ke dalam makanan setiap hari.
Memilih berbagai jenis buah-buahan dan sayuran berwarna.
b. Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang anda makan.
Lindungi perut Anda dengan membatasi makanan ini. Coba dengan
bumbu dan cara lain untuk penyedap makanan yang tidak
menambahkan natrium.

15
c. Berhenti merokok. Jika Anda merokok, berhenti. Jika Anda tidak
merokok, jangan mulai. Merokok meningkatkan risiko kanker perut,
dan juga banyak jenis kanker lainnya. Berhenti merokok bisa sangat
sulit, sehingga mintalah bantuan dokter.
d. Tanyakan kepada dokter Anda tentang risiko kanker perut.
Beberapa kondisi medis yang meningkatkan risiko kanker perut,
seperti anemia, maag dan perut polip. Jika Anda telah didiagnosa
dengan salah satu kondisi tersebut, tanyakan kepada dokter
bagaimana ini mempengaruhi risiko kanker perut. Bersama Anda
dapat mempertimbangkan periodik endoskopi untuk mencari tanda-
tanda kanker perut. Tidak ada pedoman untuk menentukan siapa
yang harus menjalani skrining untuk kanker lambung di Amerika
Serikat. Tetapi dalam beberapa kasus, Anda dan dokter Anda dapat
memutuskan risiko Anda cukup tinggi bahwa manfaat dari skrining
lebih besar daripada potensi resiko.
2. Pengobatan
a. Kemoterapi dan terapi radiasi
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan
pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi dan terapi penyinaran
bisa meringankan gejala.
Hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih baik
daripada karsinoma. Mungkin penderita akan bertahan hidup lebih
lama bahkan bisa sembuh total.

b. Reseksi bedah.
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik
adalah pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar,
pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif.

16
Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat
lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar
yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
c. Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil,
mitomisin C, doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin
dengan hasil 18 – 30 %.
d. Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi
untuk menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena
kanker lmbung ini proses penyerapan nutrisi yang terjadi di
lambung terganggu dan mengakibatkan kekurangan nutrisi dari
kebutuhan yang diperlukan. Maka diberikan hiperalimentasi ini.
3. Perawatan
a. Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan
pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai beberapa hari
setelah tanda dan gejala terjadi, dan 7 hari setelah dilakukan operasi
untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus.
b. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2
posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia
hipostatik dan decubitus.
4. Diet
a. Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring
kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan
usus dan perforasi usus.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat
secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa.

17
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA GASTER
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik
1. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
a. Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
b. Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
c. Lingkungan tempat tinggal klien
d. Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
e. Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok,
alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
2. Nutrisi metabolic
a. Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
sehari
b. Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
nutrisi
c. Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan
tertentu.
d. Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
e. Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
f. Adanya makanan tambahan
g. Nafsu makan berlebih/kurang
h. Kebersihan makanan yang dikonsumsi
3. Eliminasi
a. Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah
pengontrolan
b. Adanya mencret bercampur darah
c. Diare dan konstipasi
d. Warna feses, bentuk feses, dan bau
e. Adanya nyeri waktu BAB

18
4. Aktivitas dan latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari hari
b. Kebiasaan olah raga
c. Rasa sakit saat melakukan aktivitas
5. Tidur dan istirahat
a. Adanya gejala susah tidur/insomnia
b. Kebiasaan tidur per 24 jam
6. Persepsi kognitif
a. Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
b. Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
c. Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
d. Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
7. Persepsi dan konsep diri
a. Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
8. Peran dan hubungan dengan sesama
a. Klien hidup sendiri/keluarga
b. Klien merasa terisolasi
c. Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
9. Reproduksi dan seksualitas
a. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
b. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
a. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b. Mekanisme koping yang biasa digunakan
c. Respon emosional klien terhadap status saat ini
d. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
11. Sistem kepercayaan
a. Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
Pemeriksaan diagnostic

19
a. Seri GI atas menunjukkan massa padat
b. Scan CT abdomen menunjukkan massa padat
c. Pemeriksaan endoskopi memberi visualisasi langsung terhadap lesi dan
memungkinkan pengambilan spesimen untuk biopsi dan pemeriksaan sitologi
d. JDL menunjukkan anemia (hb, hmt, dan jumlah sel darah di bawah normal)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Pre-Op
a. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
b. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan
d. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
2. Post-Op
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
b. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap
prosedur invasif atau intervensi operasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status puasa.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap prosedur invasive.
e. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil
pengobatan kanker.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pre-Operasi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang

20
Rencana Tindakan:
a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R : Mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi
selanjutnya
b. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R : Dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan
untuk mengurangi nyeri
c. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R : Tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R : Analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dx 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
a. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R : Pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan
pasien
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R : Untuk mengurangi kecemasan
c. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
medik
R : Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang
tepat
d. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan

21
R : Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan

Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Kriteria Hasil :
a. Nutrisi klien terpenuhi
b. Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
a. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R : Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
b. Kaji kebiasaan makan klien.
R : Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu
makan klien.
c. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R : Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi
mual.
d. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R : Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R : Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak

Dx 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai
tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.

22
Rencana Tindakan :
a. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R : Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam
proses penyembuhan.
b. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R : Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
c. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R : Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
d. Bantu memenuhi kebutuhan klien
R : Terpenuhinya kebutuhan klien.
2. Post-Operasi
Dx 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil :
a. Suara nafas vesikuler
b. Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi,
krekels, ronchi.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi
nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya
bunyi nafas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R : Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi

23
akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
c. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”,
gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
R : Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja,
bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai
alat ekspansi dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan
bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
R : Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger
episode akut.
f. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dyspnea dan menurunkan jebakan udara.
g. Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
R : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi
duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
h. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret.
Mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat

24
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

Dx 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap


prosedur invasif atau intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
a. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R : mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi
selanjutnya
b. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R : dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan
untuk mengurangi nyeri
c. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R : tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R : analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status puasa.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
Kriteria Hasil :
a. Nutrisi klien terpenuhi
b. Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
a. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R : Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

25
b. Kaji kebiasaan makan klien.
R : Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu
makan klien.
c. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R : Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan
mengurangi mual.
d. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R : Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R : Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut
dalam lemak

Dx 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan


sekunder terhadap prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
a. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R : Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
b. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R : Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
c. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
R : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi, membantu mengurangi ansietas.
d. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R : Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

26
Dx 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil
pengobatan kanker
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
a. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R : pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi
kecemasan pasien
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R : Untuk mengurangi kecemasan
c. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang
diagnosa medik
R : Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang
tepat
d. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan
R : Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan

Dx 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan


Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana tindakan :
a. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan
penanganannya.
R : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.

27
b. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
c. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan
perawatan di rumah
R : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di
rumah.

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. (Nursalam, 2001)
Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat berperan sebagai pelaksana keperawatan,
memberi support, pendidik, advokasi, konselor dan penghimpunan data.
(Carpenito, 1999)

E. EVALUASI
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad
Tjarta,2002).Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada
Gaster. (R. Simadibrata,2000).
Penyebab kanker Lambung Adanya kerusakan selaput lendir lambung
akibat infeksi basil Helikobakter pilori memacu terbentuknya sel-sel kanker
dilambung. Kanker lambung jarang bersifat menurun. Namun, perlu dicurigai
adanya faktor keturunan pada penderita kanker lambung yang berusia sangat
muda, factor itu menjadi salah satu penyebab kanker lambung.

29

Você também pode gostar