Você está na página 1de 2

Apapun kabar yang dibawa angin, seharusnya ia tidak mempercayainya.

Seharusnya ia tidak
membiarkan otaknya berpikir layaknya remaja cengeng yang tengah ditinggal selingkuh kekasihnya.
Namun kasusnya sedikit berbeda, kabar itu terlalu mengusik hingga menemui Corrina menjadi
kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Saat ia bertemu Corrina, maka ia akan mempercayai
apapun kalimat yang akan meluncur dari bibir gadis itu. Sekalipun itu adalah jawaban yang tidak
ingin didengarnya.
Di lorong ruang pertemuan yang panjang, ia menemukan Corrina tengah berbincang
dengan Pangeran Leon mengenai sesuatu yang serius hingga sudut mata sang pangeran menangkap
kehadirannya. Namun Corrina tidak, karena gadis itu berdiri membelakanginya. Ia pun
mengurungkan niatnya dan menunggu hingga percakapan itu usai. Sesuatu yang tidak disangkanya
adalah ketika Pangeran Leon berkata dengan keras hingga suaranya menggema di sepanjang lorong.
“Kudengar kau menerima cinta Moon hanya untuk mengambil hati pasukannya?”
Ia telah berkali-kali melihat kelicikan Pangeran Leon dan tidak pernah sekalipun menyukai
gagasan-gagasan tentang Negeri Titan yang dibuatnya itu. Namun di sebuah konteks yang berbeda,
untuk pertama kalinya ia menyetujui pertanyaan menohok dari pangeran.
Keheningan sempat mengisi jeda atas pertanyaan yang Pangeran Leon lontarkan kepada
Corrina. Dan Moon memahami dengan sangat bahwa gadis itu sedang memikirkan jawaban yang
sama menohoknya sebagai balasan. Gadis itu tidak akan memberikan apapun yang akan
memuaskan hati musuhnya.
“Apa salahnya? Kita telah sepakat untuk menggunakan cara terkotor sekalipun.” Ujar
Corrina yang segera berbalik dengan seringaiannya.
Untuk sesaat Moon hanya menganggap bahwa jawaban Corrina adalah tanda dimulainya
sebuah permainan baru antara dirinya dan Pangeran Leon. Hingga ia menyadari bahwa pupil gadis
itu melebar saat mata hijau koralnya bertemu dengan miliknya. Teori pertahanan manapun tidak
ada yang mampu menjelaskan ketika kepercayaan dirinya tiba-tiba runtuh bagai dihantam godam.
Dan seperti biasa, Corrina selalu dapat menguasai dirinya dengan cepat, mengubah raut wajahnya
menjadi setenang air. Lalu Moon segera menyadari bahwa ia tidak perlu mempertanyakan
kebenarannya saat gadis itu berusaha mengindari tatapannya.
Dilihatnya Pangeran Leon yang tersenyum lebar merayakan kemenangan atas argumennya
dengan Corrina. Dan ia tidak benar-benar mengerti mengapa sebuah kalimat sederahana dapat
menghancurkan manifesto-manifesto masa depan yang dibuatnya bersama Corrina. Gadis itu
bahkan tidak perlu repot-repot untuk menyangkal ataupun menjelaskan apapun yang perlu
dijelaskan kepadanya.
Bulan pun telah menampakkan sinarnya dan suasana hatinya tetap sama buruknya seperti
beberapa saat yang lalu. Hampir seperempat dari waktu dalam sehari ia duduk di samping
gundukan tanah tempat tanaman obat milik Corrina tumbuh hanya untuk mengasihani diri sendiri.
Ia bahkan telah lupa bahwa istana masih dalam suasana berkabung atas meninggalkannya Raja ke-
tiga, yang ia ingat hanyalah nyeri yang amat sangat di relung hatinya yang paling dalam.
“Kenapa kau disini?”
Suara lembut yang akrab menyapa telinganya, namun tak lantas ia membalikkan badan dan
menjawabnya. Ia mendengus dan menyadari betapa kekanakan sikapnya hari ini.
“Tidak apa-apa, hanya mencari udara” ujarnya seraya berdiri dan menghadap Corrina. “Ada
apa?” Suaranya terdengar tidak ramah di telinganya sendiri. Mungkin itulah mengapa Corrina
sedikit menaikkan alisnya.
“Apakah aku harus memiliki alasan untuk menemuimu?”
“Iya” tidak ada keraguan di suara Moon, “jika tidak maka aku akan kembali ke markas” ia
hendak melangkahkan kakinya saat Corrina menahan lengannya. Ia pun menoleh.
Moon menyadari bahwa di bawah sinar rembulan wajah Corrina yang sedikit pucat. Ia
segera teringat di perjalanan pulang dari – saat ia memutuskan untuk menerima hatinya yang tengah
mengukir nama Corrina.
“Aku ingin mendengar pendapatmu tenta~”
“Apa kau akan mendengarnya?!” rahang Moom mengeras saat ia mengingat bagaimana
Corrina meminum racun untuk mengelabuhi Ratu Zenn. Di saat itupun Corrina tidak memerlukan
pendapatnya. “kau tidak lagi mendengarkan pendapatku. Kau tidak lagi mempedulikanku yang
mengkhawatirkanmu. Dan kau telah berubah!”
Corrina menatapnya dengan tajam, “aku berubah untuk membalas para monster itu dan~”
“Kau lah monster itu!!!”
Teriakan Moon berhasil membuat Corrina menelan kembali suaranya. Gadis itu pun
perlahan menutup mulutnya yang sedikit bergetar.
Moon melirihkan suaranya, “kau lah yang ditakuti di istana ini, bahkan saudaramu sendiri
menakutimu. Karena kau memang semenakutkan itu!” ia berbalik dan melangkah meninggalkan
Corrina.
“Kapten”
Hanya beberapa langkah dan Moon kembali menghentikan gerak kakinya. Rintihan gadis
itu membuat otaknya kembali memutar memori 15 tahun yang lalu. Rintihan yang sama dengan
milik Corrina kecil yang ketakutan karena bahunya terluka dan mengeluarkan banyak darah.
“Seharusnya kau tahu betapa muaknya aku dengan semua ini!” teriak gadis itu frustasi.
“Benar! Kau tahu, aku tahu dan semua orang pun tahu bahwa cintamu hanyalah sarana yang
kugunakan untuk kepentinganku sendiri” Moon mendengar dengan jelas suara gadis itu yang
bergetar, “sementara cintaku hanya aku sendiri yang tahu. Cintaku yang selalu mengharapkan
kesehatanmu, keselamatanmu dan kebahagiaanmu. Cintaku yang sebagaimana dimiliki orang lain,
aku pun mencintaimu seperti halnya mereka mencintai!”
Moon berbalik. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengutuk dirinya sendiri yang telah
menyakiti gadisnya. Dan ia mengutuk untuk jatuh ke perangkap Pangeran Leon dengan mudahnya.

Você também pode gostar