Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat” ini disusun dengan tujuan untuk
menggambarkan dan menjelaskan langkah-langkah tim, rencana kerja tim dan pendekatan
metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh tim kerja. Laporan Akhir ini
merupakan salah satu output pelaporan pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Akhir ini dibuat dalam 5 (Lima) bab, yaitu : (1) Pendahuluan; (2) Gambaran Umum
RTRW Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat ; (3) Pendekatan, Metodologi, dan Program
Kerja; (4) Proses Pendampingan; dan (5) Kesimpulan.
Tim Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memenuhi tujuan guna memberikan
penjelasan dan gambaran akhir mengenai pekerjaan yang dimaksud. Besar harapan kami
laporan akhir ini dapat diterima dengan baik, sehingga pekerjaan dapat dikatakatn telah
selesai. Atas kerjasama yang baik, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
i
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB II GAMBARAN UMUM PRODUK RTRW KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT
2.1. Status Perda RTRW Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat ................................... II-1
2.2. Progress Penyusunan Perda RTRW di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat........ II-3
4.3. Progress Pelaksanaan Pendampingan Proses Perda RTRW Kabupaten dan Kota..... IV-3
iii
Tabel 2. 1 Status Awal Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat .............. II-2
Tabel 2.2 Progress, Permasalahan, dan Target Awal Penysunan Perda RTRW
Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Barat ............................................... II-4
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pendampingan Teknis Percepatan Perda RTRW
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat .................................................. IV-4
Tabel 4.2 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten KepulauanMentawai ................................................................... IV-14
Tabel 4.3 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kota Padang Panjang .................................................................................... IV-14
Tabel 4.4 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten Limapuluh Kota ........................................................................... IV-15
Tabel 4.5 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten Solok Selatan ............................................................................... IV-15
Tabel 4.6 Jadwal dan Realisasi PercepatanPenyelesaian Perda RTRW Kota Solok .......... IV-16
Tabel 4.7 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten Solok .......................................................................................... IV-16
Tabel 4.8 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten Pasaman barat ............................................................................ IV-17
iv
Tabel 4.9 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kabupaten Dharmasraya .............................................................................. IV-17
Tabel 4.10 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kota Sawahlunto ........................................................................................... IV-18
Tabel 4.11 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kota Pariaman ............................................................................................... IV-18
v
Gambar 2. 1 Peta Status Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat........... II-7
Gambar 3.3 Diagram Simulasi Legal Drafting Ranperda RTRW Kabupaten/Kota ............ III-9
Gambar 3.4 Diagram Simulasi Pokok Muatan Ranperda RTRW Kab /Kota ..................... III-13
vi
1.1. Latar Belakang
Proses legalisasi RTRW Kabupaten menjadi peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten, UU
No. 26 tahun 2007 (pasal 18) mengamanatkan upaya harmonisasi substansi RTRW serta
kesesuaian RTRW dengan peraturan perundangan yang berlaku melalui proses persetujuan
substansi. Proses ini dimaksudkan agar RTRW kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terbaru bidang penataan ruang dan kebijakan terkait lainnya, saling
komplementer (melengkapi dan bersinergi satu dengan lainnya), serta selaras dengan
rencana tata ruang wilayah yang berbatasan dengannya.
Proses tersebut saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yaitu melalui
kegiatan sidang BKPRD Provinsi Sumatera Barat, hal ini disebabkan antara lain :
Sampai saat ini RTRW Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan menjadi Perda tentang RTRW
ataupun yang telah mendapatkan persetujuan substansi jumlahnya sangat jauh dari
harapan.
Dalam rangka mendorong dan mempercepat penyesuaian RTRW Kabupaten dengan UU No.
26 Tahun 2007 dan kebijakan terkait lainnya, maka Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satuan Kerja Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Provinsi Sumatera Barat akan melakukan pembinaan penataan ruang kepada Pemerintah
daerah melalui Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat.
Untuk itu perlu segera dilakukan percepatan penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Barat untuk mendapatkan legalitas hukum (legislasi). Selain merupakan
amanah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan amanah
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, juga karena RTRW merupakan :
2. Perwujudan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan bantuan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
se-Provinsi Sumatera Barat berupa Pendampingan Teknis dan fasilitasi percepatan
penyelesaian proses legislasi Perda RTRW Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Barat, yang
meliputi kegiatan :
Laporan Akhir I- 2
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat
1.2.2. Tujuan
1.2.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya pendampingan teknis kepada Pemerintah
daerah yang dilaksanakan melalui Tenaga Pendamping Daerah, yang meliputi kegiatan
sebagai berikut :
Laporan Akhir I- 3
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat
Laporan Akhir I- 4
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup kegiatan, landasan hukum, dan sistematika
pembahasan.
Laporan Akhir I- 5
2.1. Status Perda RTRW Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pantai
barat Pulau Sumatera, dan merupakan pintu gerbang masuk di wilayah barat pulau ini.
Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau.
Secara administrasi, wilayah Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 (dua belas) wilayah
kabupaten dan 7 (tujuh) wilayah kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 166 kecamatan.
Secara geografis Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0º54’ LU - 3º30’ LS serta 98º36’ BT
- 101º53’ BT dan dilalui garis katulistiwa (garis lintang nol derajat/garis equator). Wilayah ini
mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Luas daratan Provinsi Sumatera Barat ± 42.297,30 km² dan luas perairan (laut) ± 52.882,42
km² dengan panjang pantai wilayah daratan ± 375 km ditambah panjang garis pantai
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Barat
Kepulauan Mentawai ± 1.003 km, sehingga total garis pantai keseluruhan ± 1.378 km.
Perairan laut ini memiliki 375 pulau-pulau kecil dengan jumlah pulau terbanyak yaitu 323
pulau berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Posisi tersebut menjadikan provinsi ini sebagai gerbang masuk wilayah barat Indonesia yang
didukung oleh prasarana baik transportasi darat, laut, dan udara yang memadai, seperti
jalan nasional Trans Sumatera, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), maupun
pelabuhan laut Internasional Teluk Bayur. Provinsi ini juga termasuk dalam pengembangan
Kawasan Ekonomi Sub Regional (KESR) segitiga pertumbuhan Indonesia - Malaysia -
Thailand (IMT-GT). Dengan posisinya yang strategis, maka kebijakan RTRW dituntut untuk
segera memiliki kekuatan hukum sebagai mekanisme pembangunan dan investasi daerah.
Pada awal Juli 2012 hanya terdapat sekitar 106 (seratus enam) kabupaten dan 34 (tiga puluh
empat) kota yang telah di Perda kan RTRW-nya seluruh Indonesia
(www.penataanruang.net). Sementara dari 12 (dua belas) wilayah kabupaten dan 7 (tujuh)
wilayah kota di Provinsi Sumatera Barat, hanya terdapat 6 (enam) wilayah kabupaten dan 3
(tiga) wilayah kota yang sudah memiliki Perda RTRW, sedangkan sisanya, 10 (sepuluh)
wilayah kabupaten/kota masih dalam proses Perda. Lebih jelasnya mengenai kondisi
sementara dari proses Perda RTRW Kab/Kota di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 2.1
dan Gambar 2.1.
Tabel 2.1 Status Awal Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
Persub
Proses Proses Pem.
No Nama Wilayah Lingkup Menteri Perda RTRW
Revisi Rekomgub BKPRN
PU
Sumber : 1. www.penataanruang.net
2. Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat
2.1. Progress Penyusunan Perda RTRW di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat
Penyusunan Perda RTRW di kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat saat ini sedang
dalam proses yang masih terus belangsung. Kemajuan proses penyusunan perda berbeda di
masing-masing kabupaten dan kota. Berdasarkan pentunjuk dari Direktorat Jenderal
Penataan Ruang progress penyusunan Perda dibagi menjadi 7 (tujuh) tipologi untuk
memudahkan mengambil langkah penyelesaian yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing kabupaten dan kota. Adapun tipologi yang di masksud adalah sebagai berikut :
Evaluasi yang dilakukan terhadap Raperda RTRW masing-masing Kabupaten dan Kota, maka
dapat diketahui kondisi progress awal terkini dari perkerjaan fasilitasi ini, untuk wilayah
yang menjadi prioritas, adalah kabupaten dan kota yang masih berada di tipologi 1 adalah
Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kabupaten Padang Panjang, sedangkan untuk wilayah
kabupaten dan kota yang sudah memiliki progress yang jauh lebih baik dan berada di
tipologi 7, yaitu Kabupaten dan Kota yang sudah memiliki Perda tetapi masih menunggu
proses evaluasi dari gubernur. Untuk lebih jelasnya mengenai tipologi dan permasalahan
masing-masing kabupaten dan kota dalam penyusunan perda RTRW dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Progress, Permasalahan, dan Target Awal Penysunan Perda RTRW Kabupaten
dan Kota Provinsi Sumatera Barat
Target
No Permasalahan Solusi Penyelesaian
Raperda
Kabupaten Kepulauan Mentawai (tipologi 1)
1 Sedang proses pengajuan Perlu adanya mediasi dari Ditjen
pembahasan di DPRD Penataan Ruang dan Dinas Prasana
Jalan Tata Ruang dan Pemukiman
Minggu ke 4
Provinsi Sumatera Barat untuk
November
memeberi masukan kepada anggota
dewan, sehingga pembahasan di DPRD
dapat berlangsung efektif
Kota Padang Panjang (tipologi 1)
1 Sedang proses pengajuan Perlu adanya mediasi dari Ditjen
pembahasan di DPRD Penataan Ruang dan Dinas Prasana
Jalan Tata Ruang dan Pemukiman
Minggu ke 4
Provinsi Sumatera Barat untuk
November
memberi masukan kepada anggota
dewan, sehingga pembahasan di DPRD
dapat berlangsung efektif
Kabupaten Limapuluh Kota (tipologi 2)
1 • Jadwal paripurna sering Perlu adanya mediasi dari Ditjen
diundur oleh DPRD Penataan Ruang dan Dinas Prasana
• Kurangnya pengetahuan pansus Jalan Tata Ruang dan Pemukiman
dan anggota DPRD tentang Provinsi Sumatera Barat untuk
RTRW sehingga pembahasan memberi masukan kepada anggota
Minggu ke 4
memakan waktu yang lama dewan, sehingga pembahasan di DPRD
Oktober
• Kurangnya pendekatan dapat berlangsung efektif
pimpinan dari SKPD dan
pemerintah daerah dengan
DPRD, sehingga komunikasi
kurang harmonis
Target
No Permasalahan Solusi Penyelesaian
Raperda
Kabupaten Solok Selatan (tipologi2)
1 Terdapat kendala dengan legislatif Perlu adanya mediasi dari Ditjen
Penataan Ruang dan Dinas Prasana
Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Minggu ke 4
Provinsi Sumatera Barat untuk November
memberi masukan kepada anggota
dewan
Kota Solok (tipologi 3)
1 Penyempurnaan peta Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim Minggu ke 4
TPD November
Kabupaten Solok (tipologi 4)
1 Ada beberapa Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim
penambahan/pengurangan lokasi TPD
pada peta rencana struktur ruang
wilayah kabupaten, yaitu untuk
PPK dan PPL
2 Perbaikan peta : Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim
- Peta administrasi TPD
- Peta sebaran wilayah nagari
Kabupaten Solok Minggu ke 2
- Peta struktur ruang November
- Peta rencana pengembangan
sistem jaringan prasarana
- Seluruh nama peta
3 Perbedaan luas wilayah kabupaten Tim dari pusat dan provinsi
antara peta kehutanan dengan SK mendatangi DPRD untuk memberikan
Pembentukan Wilayah penjelesan materi teknis RTRW ,
untuk memberikan kepastian dari
batas wilayah yang sebenarnya. (Dari
Depdagri, Bakorsurtanal, dan BPN)
Kabupaten Pasaman Barat (tipologi 5)
1 Pengajuan evaluasi Raperda Mencoba cek ke Biro Hukum agar
kepada Gubernur sudah diajukan segera keluarnya hasil evaluasi dari
Minggu ke 4
pada tanggal 26 Juni 2012, tetapi Gubernur
September
belum ada tanggapan dari Biro
Hukum Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Dharmasraya (tipologi 5)
1 Permohonan Bupati untuk evaluasi Mencoba cek ke Biro Hukum agar
Perda dari Gubernur sudah segera keluarnya hasil evaluasi dari
disampaikan, dan usulan perbaikan Gubernur Minggu ke 4
sudah dikoreksi, tetapi belum ada September
respon dari pihak Biro Hukum
Provinsi
Target
No Permasalahan Solusi Penyelesaian
Raperda
Kota Sawahlunto (tipologi 5)
1 Pengajuan evaluasi Raperda Mencoba cek ke Biro Hukum agar
kepada Gubernur sudah diajukan segera keluarnya hasil evaluasi dari
Minggu ke 4
pada tanggal 11 Mei 2012, tetapi Gubernur
September
belum ada tanggapan dari Biro
Hukum Provinsi Sumatera Barat
Kota Pariaman (tipologi 5)
1 Pengajuan evaluasi Raperda Mencoba cek ke Biro Hukum agar
kepada Gubernur sudah, tetapi segera keluarnya hasil evaluasi dari Minggu ke 4
belum ada tanggapan dari Biro Gubernur September
Hukum Provinsi Sumatera Barat
a. Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disesuaikan paling
lambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak Undang-Undang ini
diberlakukan;
b. Semua Peraturan Daerah Provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun
atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diberlakukan; dan
c. Semua Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kota/kab
disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang
ini diberlakukan.
Perda RTRW daerah merupakan acuan bagi implementasi pembangunan dan investasi di
kabupaten /kota dengan tetap menjaga koridor keberlanjutan lingkungan, oleh karena itu
beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mempercepat penyelesaian
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Barat
Perda RTRW, sehingga diharapkan dengan adanya RTRW sebagai acuan, pembangunan di
daerah tidak terhambat, investasi dapat berjalan, dan lingkungan yang berkelanjutan dapat
dipertahankan.
Pelaksanaan amanat dari Undang-Undang Penataan Ruang dan beberapa uraian di atas,
diketahui bahwa hingga saat ini di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 5 (lima) wilayah
kabupaten dan 3 (tiga) wilayah kota sudah memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kota,
sedangkan sisanya 7 (tujuh) wilayah kabupaten dan 4 (empat) wilayah kota telah
mendapatkan persetujuan substansi, namun belum dilegalisasi/belum memiliki kekuatan
hukum (legal aspek).
Sebanyak 6 (enam) kabupaten dan 4 (empat) kota tersebut, dengan status RTRW saat ini
telah melampaui batas ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang berbunyi yaitu semua peraturan
daerah kota/kabupaten tentang rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten disusun atau
disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan
Pemukiman melakukan kegiatan percepatan penyelesaian perda RTRW kabupaten/kota
tersebut melalui mekanisme pendampingan teknis terhadap pemerintah 10 wilayah
kabupaten/kota, agar target penyelesaian tercapai hingga akhir tahun 2012 ini.
Berikut beberapa pendekatan yang akan kami gunakan dalam langkah awal penyelesaian
pekerjaan :
a. Pendekatan proaktif
Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka individu tenaga ahli harus mampu dan
selalu memiliki sikap proaktif dalam penyelesaian-penyelesaian masalah yang muncul
sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan, agar pekerjaan dapat terselesaiakan sesuai
target dan pencapaian.
Gambar 3. 2 Kerangka Berpikir Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat
Mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatan keputusan, peran dan
sistem pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, perilaku
politik, dan kebijakan publik.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka situasi perpolitikan di setiap kabupaten
/kota di Provinsi Sumatera Barat harus dapat dipelajari walaupun sekilas pandang, hal
ini berpengaruh terhadap dukungan kekuasaan politik dalam percepatan paripurna
DPRD dalam menetapkan perda (legislasi).
c. Pendekatan de-birokratisasi
Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka langkah-langkah jalan pintas (shortcut)
namun tetap dalam koridor kewajaran akan coba ditempuh dalam proses penyelesaian
pekerjaan dan proses menghantarkan materi Ranperda hingga ke sidang paripurna.
Pendekatan ini diperlukan agar setiap institusi /lembaga pemerintahan (SKPD) yang
berada di kabupaten/kota dapat memberikan andil yang cukup besar dalam
penyelesaian Ranperda RTRW-nya, tidak hanya terbatas hanya oleh institusi teknis saja,
agar terjadi sinkronisasi atau kesepakatan dalam perencanaan ruang maupun
pemanfaatan ruang.
Berikut ini dapat disampaikan sistematika Naskah Akademis dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah, sebagai berikut :
1. Judul
2. Kata Pengantar
a. Bab I : Pendahuluan
e. Bab V : Jangkauan, arah pengaturan dan ruang lingkup materi muatan Perda
f. Bab VI : Penutup
4. Daftar Pustaka
3.2. Metodologi
Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan coba kami uraikan meliputi 3 (tiga) tahapan,
yaitu tahapan inventarisasi dan identifikasi status dan progress Perda RTRW
Kabupaten/Kota, tahapan proses pendampingan evaluasi, koreksi, perbaikan
/penyempurnaan materi Ranperda, dan tahapan penyiapan bahan pembahasan rapat teknis
Gubernur/anggota tim BKPRD Provinsi dan kepala daerah/anggota dewan (DPRD kabupaten
/kota).
A. Metodologi inventarisasi dan identifikasi status dan progress Perda RTRW Kabupaten
/Kota
1. Tabulasi cek kelengkapan dan kesesuaian materi teknis RTRW kabupaten/kota bab
per bab beserta arahan dan penyesuaian terhadap RTRWP Sumatera Barat dan
RTRW Nasional, mulai dari bab 1 Pendahuluan, bab 2 Tujuan, Kebijakan dan
Strategis Penataan Ruang, bab 3 Rencana Struktur Ruang, bab 4 Rencana Pola
Ruang, bab 5 Penetapan Kawasan Strategis, bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang, bab
7 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, hingga bab 8 Peran Masyarakat dan
Kelembagaan;
3. Tabulasi cek kelengkapan dan kesesuaian substansi peta lampiran Ranperda RTRW
kabupaten/kota beserta arahan penyesuaian mulai dari kartografis, layout,
simbologi, hingga cek koordinat yang meliputi peta administrasi, peta rencana
struktur ruang, peta rencana pola ruang, dan peta kawasan strategis.
C. Metodologi pembahasan
1. Tim teknis Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat ;
Pada Gambar 3.3 – 3.4 kami coba sampaikan simulasi legall drafting dalam Peraturan
Daerah tentang RTRW kabupaten/kota.
Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang disediakan dan kualitas
pekerjaan tetap terjaga dan sesuai dengan KAK, maka diperlukan beberapa stategi dan
skenario untuk menyelesaikan permasalahan dan kendala yang mungkin ditemui pada saat
pekerjaan dilaksanakan.
Metode Penanganan
• Mempersiapkan konsep dan skenario pendampingan : strategi makro (seluruh
kabupaten) dan strategi masing-masing kabupaten, kategorisasi per kabupaten/kota,
metode pendampingan, jadwal makro dan jadwal per kabupaten/kota, alokasi
personil, dan pembagian peran.
• Pemilahan masalah per kabupaten/kota menjadi Tipologi Status RTRW : Status legal
RTRW, progress penyusunan dan pembiayaan penyusunan, prioritas wilayah dan
substansi, progress penyelesaian teknis (belum disusun, sedang disusun, sudah selesai,
sudah diPerdakan, dsb), tingkatan masalah (banyaknya perbaikan, adanya konflik,
banyaknya hambatan, kualitas SDM lokal, belum ada pendanaan, kesulitan geografis,
dsb.) yang diikuti dengan penentuan jadwal penanganan seluruh kabupaten secara
berurutan sehubungan dengan banyaknya kabupaten vs terbatasnya personil
konsultan dan waktu yang tersedia.
• Penyiapan format isian (tabel check list) untuk memeriksa kesesuaian substansi RTRW
(struktur RTRW yang ada atau sedang disusun, kelengkapan substansi (terhadap
pedoman), kualitas/kedalaman analisis, harmonisasi/keselarasan sektoral & wilayah,
Jadwal survei/kunjungan untuk setiap kabupaten sehubungan dengan terbatasnya
tenaga ahli per bidang dan waktu.
e. Review, studi banding (empiric studie), dan pendalaman dokumen /materi Ranperda
RTRW 10 kabupaten/kota;
i. Menyiapkan bahan paparan materi teknis RTRW dan materi Ranperda hasil perbaikan
/penyempurnaan berdasarkan tabel cek kelengkapan dan kesesuaian dan berdasarkan
kesepakatan;
l. Finalisasi pekerjaan.
Dalam tahap ini konsultan mendorong kepada pihak Pemerintah Daerah untuk segera
menyusun pengajuan pembahasan Raperda RTRW Kabupaten ke DPRD melalui
penyampaian surat permohonan pembahasan Raperda yang dilengkapi dengan:
Pada tahap ini konsultan melakukan pendampingan teknis kepada Pemerintah Daerah
dan DPRD terkait dengan beberapa substansi Raperda RTRW yang bersifat teknis dan
membutuhkan penyesuaian berdasarkan kesepakatan bersama.
Surat permintaan evaluasi untuk RTRW Provinsi diajukan ke Mendagri, dengan syarat
dilakukan setelah :
Dalam tahap evaluasi Perda RTRW Provinsi, Mendagri dapat berkoordinasi dengan
kementerian yang membidangi tata ruang, dalam hal ini adalah Kementerian PU.
Pada tahap ini Konsultan membantu dan mendampingi Pemerintah Daerah dalam
menindaklanjuti hasil Evaluasi Mendagri (untuk RTRW Provinsi) dan Evaluasi Gubernur
(untuk RTRW Kabupaten). Tindak lanjut tersebut dapat berupa perbaikan dan
penyempurnaan beberapa hal yang dianggap substantif sesuai hasil evaluasi yang
diberikan.
Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan-perkerjaan diatas, maka akan ditempatkan tim TPD
(Tenaga Pendamping Daerah) di masing-masing kabupaten dan kota. TPD (Tenaga
Pendamping Daerah) merupakan tenaga ahli bidang perencanaan wilayah/kota atau setara,
yang ditempatkan di Kabupaten/Kota untuk melakukan pendampingan teknis kepada
pemerintah kabupaten/kota dalam rangka percepatan penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota.
• Melakukan bantuan teknik kepada pihak pemda, baik legal drafting Raperda maupun
perbaikan materi tenkis dan perbaikan peta;
Komposisi tim dan penugasannya sesuai yang disyaratkan untuk dapat mempercepat proses
Raperda RTRW adalah sebagai berikut :
Ahli Perencanaan dan Kota bertugas memimpin pelaksanaan pekerjaan sampai selesai (5
bulan penuh) serta melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap seluruh tenaga ahli
(anggota tim) dalam rangka penyusunan program kerja dan kegiatan serta tahapan
pencapaian sesuai dengan kontrak, membuat pembagian tugas tenaga ahli; menyusun
jadwal kegiatan kerja dan mengatur waktu konsultasi dengan tim teknis; membuat rumusan
dan konsep substansi materi pekerjaan; mengidentifikasi dan menganalisis deviasi dalam
materi Ranperda; melakukan evaluasi, perbaikan/penyempurnaan terhadap kelengkapan
dan kesesuaian materi Ranperda; membuat rumusan strategi percepatan penyelesaian
pekerjaan; dan menyusun setiap tahapan pelaporan pekerjaan.
2. Anggota Tim
Ahli Hukum
Tenaga ahli ini dibutuhkan untuk melakukan evaluasi, perbaikan /penyempurnaan terhadap
kelengkapan dan kesesuaian jenis peta dan substansi peta berdasarkan kaidah-kaidah
ketelitian peta dalam penataan ruang. Jenis peta meliputi peta dasar, peta tematik, dan
peta rencana. Substansi peta meliputi pengecekkan layout, simbologi, koordinat (geografis
dan UTM), dan kartografis. Membantu ketua tim dalam penyusunan pelaporan dan
penyelesaian pekerjaan. Bertanggung jawab terhadap beban pekerjaan yang dilimpahkan.
Sedangkan tenaga pendukung yang dibutuhkan terdiri dari sekretaris dan operator
komputer sebagai penunjang kinerja tenaga ahli, bertugas :
Penugasan tenaga ahli sesuai dengan jadwal akan mempermudah dalam pengaturan dan
pendistribusian setiap materi pekerjaan berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan
dilaksanakan, serta tugas dan tanggungj awab setiap tenaga ahli yang membidangi keahlian
tersebut, dalam rangka pelaksanaan pekerjaan “Pendampingan Teknis Percepatan
Penyelesaian RTRW Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat” dan diharapkan akan
dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran.
Pelaksanaan pekerjaan ini direncanakan selesai dalam waktu 5 (lima) bulan kalender atau
sekitar 150 (seratus lima puluh) hari kalender, terhitung sejak SPMK ditandatangani. Dengan
mengacu pada waktu yang disediakan tersebut, maka disusun rencana jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang menjadi acuan setiap kemajuan pekerjaan dan target dalam penyelesaian
pekerjaan, termasuk jadwal pembahasan laporan dan penyerahan laporan, selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
4.3. Progress Pelaksanaan Pendampingan Proses Perda RTRW Kabupaten dan Kota
1. Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan temuan dan analisa pada awal pekerjaan
termasuk dalam tipologi 2, yaitu dalam proses pembahasan dengan DPRD dan target
awal untuk penyelesainnya adalah minggu ke 4 Bulan Oktober.
Pada pelaksanaannya progress Raperda RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota saat ini
memasuki tahap evaluasi dari Biro Hukum Provinsi untuk mendapatkan surat
rekomendasi hasil evaluasi dari Gubernur Sumatera Barat.
Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui ada
beberapa permasalahan utama yang ditemui selama proses pendampingan, yaitu :
Tabel 4. 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pendampingan Teknis Percepatan Perda RTRW Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat
Nama Perusahaan : PT. SANTIKA CONSULINDO
Bulan Ke
No Uraian Pekerjaan I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Tahapan Kegiatan
1 Persiapan, melakukan
a. Pendalaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)
b. Mobilisasi personil dan koordinasi awal
c. Studi literatur, pemantapan metodologi dan penyusunan program kerja
d. Penyiapan tabel cek (checklist ) kelengkapan dan kesesuaian materi ranperda
e. Review dokumen rencana /materi teknis RTRW 13 kabupaten /kota
f. Review, studi empirik (empiris studie ), pendalaman dokumen /materi ranperda RTRW 14 kab /kota
g. Penyusunan Laporan Pendahuluan
2 Pelaksanaan, melakukan
a. Koordinasi tim teknis dan supervisi terkait jadwal pelaksanaan
b. Mengidentifikasi dan inventarisasi status dan progres ranperda masing-masing kabupaten /kota
c. Melakukan pendampingan teknis evaluasi, koreksi, perbaikan /penyempurnaan dokumen rencana
(mateks RTRW) dan materi ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist ) kelengkapan dan kesesuaian
d. Penyiapan materi evaluasi, koreksi, perbaikan /penyempurnaan dokumen rencana (mateks RTRW)
dan materi ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist ) kelengkapan dan kesesuaian
e. Menyiapkan bahan paparan materi teknis RTRW dan materi ranperda hasil perbaikan /penyempurnaan
berdasarkan tabel cek kelengkapan dan kesesuaian dan berdasarkan kesepakatan
f. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan rapat koordinasi /konsultasi /asistensi di tingkat Provinsi
g. Melakukan fasilitasi koordinasi dengan pemerintah kabupaten /kota
terkait penyiapan rapat teknis bersama kepala daerah /DPRD Kabupaten/Kota
i. Penyusunan Laporan (konsep dan akhir)
3 Finalisasi : Pemantapan, penetapan materi pekerjaan, dan penyerahan seluruh produk pekerjaan
B Pelaporan
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Akhir
3 Ringkasan Eksekutif
4 Laporan Proceeding
C Diskusi teknis (koordinasi, konsultasi, asistensi, rapat, pembahasan)
1 Asistensi berkala bersama tim teknis
2 Rapat dan pembahasan bersama anggota tim BKPRD Provinsi (fasilitasi)
3 Rapat dan pembahasan bersama kepala daerah /DPRD kab /kota (fasilitasi)
4 Pembahasan laporan pendahuluan
6 Pembahasan laporan akhir
2. Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Dharmasraya termasuk dalam kabupaten yang perkembangan proses
Raperdanya cukup baik, pada awal pekerjaan stasusnya sudah memasuki tipologi 5,
sehingga target untuk Perda RTRW Kabupaten Dharmasraya adalah September 2012.
Saat ini Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu kabupaten yang sudah
menyelesaikan proses Perda RTRW, sehingga dapat menjadi contoh bagi kabupaten
dan kota lain yang masih terhambat progress Raperdanya.
3. Kabupaten Solok
Posisi awal Kabupaten Solok adalah pada tipologi 4, dimana sudah terjadi
kesepakatan dengan pihak DPRD tetapi terdapat beberapa catatan perbaikan untuk
segera diperbaiki sebelum masuk ke tahap berikutnya, yaitu pengajuan evaluasi di
Biro Hukum Provinsi.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut :
- Mengundang perwakilan dari BIG (Badan Informasi Geospasial) agar dapat
memberi arahan terhadap tim yang ada di Bappeda agar peta yang dihasilkan
sesuai dengan standar yang berlaku.
- Memberikan bantuan teknis oleh tim data spasial TPD dalam perbaikan peta-
peta yang belum standar. Adapun perbaikan peta yang dilakukan meliputi
batas wilayah, luas wilayah, perbaikan peta fisik, dan perbaikan peta rencana.
- Memberikan bantuan teknis perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD
agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum Provinsi.
- Melakukan transfer knowlegde khususnya masalah perpetaan, sehingga pada
saat program pendampingan penyusunan Raperda RTRW sudah selesai,
masih ada SDM di daerah yang dapat mengerjakan perbaikan pasca proses-
proses selanjutnya.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kabupaten Pasaman Barat adalah sebagai berikut :
- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera
mengevaluasi Raperda.
- Memberikan bantuan teknis dalam perbaikan Raperda oleh tenaga ahli
hukum agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum Provinsi.
- Memberikan bantuan teknis oleh tim data spasial TPD dalam perbaikan peta-
peta yang perlu diperbaiki hasil koreksi dari Biro Hukum Provinsi.
Hingga kini hasil evaluasi dari Biro Hukum masih dikerjakan oleh Pemda dengan
fasilitasi tim TPD, dan diharapkan selesai pada bulan Desember ini sehingga dapat
segera keluar nomor untuk Perda RTRW Kabupaten Pasaman Barat.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut :
- Memberikan masukan terhadap Pansus DPRD mengenai Perda RTRW
Kabupaten, sehingga dapat mempercepat proses pembahasan di DPRD.
- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera
mengevaluasi Raperda.
- Memberikan bantuan teknis dalam perbaikan Raperda khususnya masalah
perbaikan peta, agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum
Provinsi.
Perbaikan peta saat ini sudah selesai di lakukan oleh tim TPD GIS, sehingga perbaikan
dari Biro Hukum tinggal menunggu perbaikan untuk Raperda yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah. Pada pelaksanaannya Kabupaten Solok Selatan saat ini sudah
memasuki tipologi 5, yaitu perbaikan hasil dari Biro Hukum yang hingga saat ini
masih diperbaiki oleh pihak Pemerintah Daerah difasilitasi oleh tim TPD.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :
- Memfasilitasi Pemerintah Daerah dan DPRD agar segera dapat dibentuk
Pansus yang akan membahas Raperda RTRW Kabupaten Kepulauan
Mentawai, sehingga proses Raperda dapat berjalan ke tahap berikutnya.
- Mengundang tim dari Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman
Provinsi Sumatera Barat dan Kementerian PU (Ditjen Penataan Ruang) untuk
berdiskusi dengan DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Wakil Bupati
Kabupaten Kepulauan Mentawai mengenai urgensi dari Perda RTRW
Kabupaten.
- Manfasilitasi perbaikan materi peta oleh tenaga ahli data spasial TPD agar
peta-peta yang akan dibahas bersama dengan Pansus DPRD telah sesuai
dengan standar, terutama mengenai kawasan hutan, trans Mentawai, dan
rencana pola ruang.
- Memfasilitasi perbaikan dan penyesuaian materi Raperda dan materi teknis
agar sesuai dengan perbaikan peta-peta yang telah dilakukan, sehingga
terdapat keselarasan antara Raperda, album peta, dan materi teknis.
Kondisi dari Raperda, album peta, dan materi teknis RTRW Kabupaten Kepulauan
Mentawai saat ini sudah selesai untuk perbaikan materi untuk persiapan
pembahasan sudah dilakukan dengan fasiltasi tim TPD, khususnya untuk masalah
peta, tetapi hingga selesainya pekerjaan fasilitasi ini, belum ada jadwal dari DPRD
Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk membahas Perda RTRW.
7. Kota Pariaman
Kota Pariaman termasuk dalam kota yang perkembangan proses Raperda-nya cukup
baik, pada awal pekerjaan stasusnya sudah memasuki tipologi 5, sehingga target
untuk Perda RTRW Kota Pariaman adalah September 2012.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kota Pariaman adalah sebagai berikut :
- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera
mengevaluasi Raperda.
- Memfasilitasi perbaikan peta oleh tim data spasial TPD yang berkonsentrasi
kepada penyempurnaan peta rencana pola ruang sesuai dengan masukan
dari Biro Hukum Provinsi.
- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum, sehingga penulisan
Raperda sesuai dengan legal drafting, serta penyelarasan Raperda dengan
album peta dan materi teknis.
Progress Raperda RTRW Kota Pariaman saat ini adalah menunggu surat hasil evaluasi
dari Gubernur, yang diharapkan dapat keluar dalam waktu dekat, sehingga Perda
RTRW dapat segera disahkan.
8. Kota Sawahlunto
Kota Sawahlunto termasuk dalam kota yang perkembangan proses Raperda-nya
cukup baik, pada awal pekerjaan statusnya sudah memasuki tipologi 5, sehingga
target untuk Perda RTRW Kota Sawahlunto adalah September 2012.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut:
- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera
mengevaluasi Raperda.
- Memfasilitasi perbaikan peta yang dilakukan oleh tim data spasial TPD, agar
dapat mengakomodir perbaikan dari Biro Hukum.
- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD, sehingga
masukan-masukan dari Biro Hukum dapat diperbaiki dan sesuai dengan
album peta dan materi teknis.
Saat ini Kota Sawahlunto adalah salah satu kota yang sudah menyelesaikan proses
Perda RTRW dengan Perda No 8 Tahun 2012 yang ditetapkan tanggal 18 Oktober
2012, sehingga dapat menjadi contoh bagi kabupaten dan kota lain yang masih
terhabat progress Raperda-nya.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kota Padang Panjang adalah sebagai berikut :
- Memantau proses pembahasan di DPRD, sehingga perkembangannya dapat
terus dimonitor.
- Memfasilitasi perbaikan peta berdasarkan masukan-masukan dari hasil
pembahasan di DPRD oleh tim data spasial TPD.
- Memfasilitasi penyesuaian Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD sehingga
perbaikan yang dilakukan pada peta dapat segera diakomodir dalam Raperda
RTRW Kota padang Panjang.
Hingga saat ini Raperda RTRW Kota Padang Panjang masih dalam proses
pembahasan, sehingga belum keluar surat kesepakatan substansi antara Pemda
dengan DPRD.
Dari hasil telaah pada awal pekerjaan, Kota Solok termasuk pada tipologi 3, yaitu
sudah ada kesepakatan dengan DPRD dan masuk ke Biro Hukum Provinsi.
Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui
di Kota Solok adalah sebagai berikut :
- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera
mengevaluasi Raperda.
- Melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan
Pemukiman Provinsi Sumatera Barat maupun dengan Ditjen Penataan Ruang,
Kementerian PU, mengenai rekomendasi dari hasil evaluasi dari Biro Hukum
yang menyerankan untuk materi dikembalikan ke Kementerian PU untuk
diperbaiki.
- Memfasilitasi perbaikan peta, terutama sinkronisasi dengan peta RTRW
Provinsi Sumatera Barat oleh tim data spasial TPD.
- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD, agar materi
Raperda sesuai dengan album peta dan materi teknis, dan secara legal
drafting sesuai dengan standar yang ada
Hasil evaluasi dari Biro Hukum terdapat perbaikan terutama pada perbaikan peta.
Perbaikan peta saat ini masih dilakukan oleh pihak pemerintah daerah dengan
fasilitasi dari tim TPD GIS agar dapat segera masuk lagi untuk di evaluasi, sehingga
dapat keluar surat hasil evaluasi dari Gubernur untuk dapat segera ditetapkan
sebagai Perda RTRW Kota Solok.
Untuk lebih jelasnya mengenai target dan realisasi percepatan penyelesaian Raperda RTRW
untuk masing-masing kabupaten dan kota yang di fasilitasi oleh tim TPD dapat dilihat pada
Tabel-Tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Jadwal dan Realisasi Jadwal Percepatan Penyelesaian Perda RTRW
Kota Solok
Tipologi 3
Agustus September Oktober November
No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persetujuan substansi Menteri
1 PU
Pengajuan pembahasan Raperda
2 ke DPRD
Pembahasan Raperda dengan
3 DPRD
Persetujuan substansi antara
pemerintah kabupaten/kota
4 dengan DPRD
Pengajuan evaluasi Raperda
5 kepada Gubernur
Evaluasi Raperda oleh Pemerintah
6 Provinsi
7 Evaluasi Gubernur
8 Penetapan Perda RTRW
Keterangan :
Target
Realisasi
Berdasarkan hasil fasilitasi terhadap proses legalisasi Raperda RTRW menjadi Perda RTRW di
10 (sepuluh) Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat, dapat diambil beberapa
permasalahan utama, yang antara lain adalah :
1. Lamanya proses untuk mencapai kesepakatan dengan DPRD, hal ini terjadi
dikarenakan masih rendahnya pengetahuan Pansus DPRD mengenai urgensi dari
Perda RTRW;
2. Permasalahan utama yang memakan waktu banyak dalam proses legalisasi Raperda
RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat adalah proses evaluasi gubernur
di Biro Hukum Provinsi Sumatera Barat yang sangat lama, hal ini terjadi dikarenakan
banyaknya Raperda yang harus dievaluasi dan kurangnya sumber daya yang ada;
3. Sebagian besar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota tidak memiliki sumber daya
untuk pengolahan peta (data spasial) yang cukup, sehingga pengolahan data spasial
masih sangat tergantung kepada tim TPD atau tim konsultan daerah;
4. Kurangnya sumber daya di beberapa Pemerintahan Daerah yang menjadi tim teknis
untuk mengawal proses legalisasi Perda RTRW, sehingga ketergantungan terhadap
tim TPD masih sangat besar; dan
5. Masih ada beberapa Kabupaten/Kota yang masih belum mengadopsi SK Menteri
Kehutanan No 141 Tahun 2012 tentang Perubahan Kawasan Hutan, sehingga peta
Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian
RTRW Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Barat
kehutanan mereka masih belum terupdate dengan perubahan kawasan hutan yang
telah disetujui. Dengan demikian Raperda, peta dan materi teknis RTRW
Kabupaten/Kota yang belum mengadopsi peraturan tersebut perlu dilakukan
perubahan.
5.2. Rekomendasi
1. Menjembatani antara pihak Pemerintah Daerah dengan DPRD. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan mengenai pentingnya payung
hukum untuk RTRW Kabupaten/Kota dan jika tim TPD masih belum dapat
menanganinya, maka akan diundang pula tim dari Dinas PU Provinsi Sumbar maupun
tim dari Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU untuk berdiskusi dengan DPRD;
2. Mengontrol dan memantau secara kontinyu ke Biro Hukum Provinsi pada saat
proses evaluasi gubernur, sehingga pembahasan mengenai Raperda RTRW
Kabupaten/Kota mendapat prioritas utama, dengan demikian proses evaluasi dan
pembahsan dapat dilakukan lebih cepat;
3. Memberikan bantuan fasilitasi perbaikan peta-peta yang harus di koreksi oleh tim
data spasial TPD dibantu oleh tenaga ahli planologi, sehingga perbaikan peta dapat
dilakukan lebih cepat dan proses legalisasi Perda RTRW dapat berlangsung ke tahap
berikutnya;
4. Memberikan bantuan fasilitasi perbaikan materi teknis dan Raperda oleh tenaga ahli
hukum dan ahli perencana wilayah, sehingga antara Raperda, materi teknis, dan peta
memiliki muatan yang sama dan saling menjelaskan satu sama lainnya; dan
5. Tim data spasial memfasilitasi dan mensinkronkan daerah-daerah yang belum
mengadopsi SK Menteri Kehutanan No 141 Tahun 2012 dan rencana pola ruang
RTRW Provinsi Sumatera Barat dalam peta rencana pola ruang mereka.