Você está na página 1de 11

Kumpulan Informasi Umum

Blok ini saya buat untuk berbagi informasi pada sahabat-sahabat..... :)

Selasa, 04 September 2012


Askep CHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada
gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain
itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di
rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal
(R. Miftah Suryadipraja).

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh


(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena
penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai
dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-
lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard
infark.

CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar
3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia
50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun
(Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).

Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan
Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit CHF

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian CHF

b. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab CHF

c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala CHF

d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi CHF

e. Mahasiswa mampu menjelaskan masifestasi klinis CHF

f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada CHF

g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan CHF

h. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan CHF

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess,1998).

Klasifikasi

1. Gagal jantung akut -kronik

a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan
tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh
darah.

b. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik,
penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel
sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.

2. Gagal Jantung Kanan- Kiri


a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat
sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral

b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang
berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik
di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.

3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik

a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi

b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume
cardiac output turun.

B. Etiologi

Penyebab gagal jantung kongestif yaitu:

1. Kelainan otot jantung

2. Aterosklerosis koroner

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

4. Peradangan dan penyakit miokardium

5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, tamponade perikardium, perikarditis
konstruktif, stenosis katup AV

6. Faktor sistemik seperti demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia.

C. Patofisiologi

Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi


arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi
otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal
jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung


karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan
salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat penimbunan
cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat
curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi
yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan
batuk.

Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual
dan nokturia.

D. Tanda dan Gejala

1. CHF Kronik

Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas bawah, kelemahan,


heaptomegali,ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas barat, kulit kehitaman.

2. CHF Akut
Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restletness, nafas pendek, bunyi krekels, fatigue,
takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk,
batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan
urin noutput, delirium, sakit kepala.

E. Komplikasi

1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.

2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata

3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan
pola.

2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi,
disfungsi pentyakit katub jantung.

3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau


hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.

4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.

5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan


gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri
koroner.

6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.

7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.

8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.

9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark


miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH).

G. Penatalaksanaan

1. Non Farmakologis
a. CHF Kronik

 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen


melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.

 Diet pembatasan natrium (<>

 Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada
ginjal menyebabkan retensi air dan natrium

 Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)

 Olah raga secara teratur

b. CHF Akut

 Oksigenasi (ventilasi mekanik)

 Pembatasan cairan (<>

2. Farmakologis

Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload

a. First line drugs; diuretic

Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal
pada disfungsi diastolic.

Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi
dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic

b. Second Line drugs; ACE inhibitor

Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.Obatnya adalah:

 Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang
mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi

 Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.

 Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
vasodilator pada disfungsi sistolik.

 Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian
dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
 Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada
disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD,
hipertrofi ventrikel kiri.

3. Pendidikan Kesehatan

a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.

b. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.

c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung
kalium seperti; pisang, jeruk, dll.

d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan terapis.

H. Pengkajian primer

1. Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap
jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.

2. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding
dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya
suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.

3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

4. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

I. Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat


menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks, dll.

J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Inefektif bersihan jalan napas b.d penurunan reflek batuk

2. Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler-alveolar


3. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik.

4. Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

K. Intervensi keperawatan

1. Diagnosa: Inefektif bersihan jalan napas b.d penurunan reflek batuk

Tujuan: setelah dilakuakn tindakan keprawatan, pasien menunjukkan jalan napas paten

Kriteria hasil:

- tidak ada suara snoring

- tidak terjadi aspirasi

- tidak sesak napas

Intervensi:

- kaji kepatenan jalan napas

- evaluasi gerakan dada

- auskultasi bunyi napas bilateral, catat adanya ronki

- catat adanya dispnu,

- lakukan pengisapan lendir secara berkala

- berikan fisioterapi dada

- berikan obat bronkodilator dengan aerosol.

2. Diagnosa: Kerusakan pertukaran gas b.d. perubahan membran kapiler-alveolar

Tujuan: setelah dilakukan tindakan kerpawatan, pasien dapat menunjukkan oksigenasi dan
ventilasi adekuat

Kriteria hasil:

- GDA dalan rentang normal

- Tidak ada sesak napas

- Tidak ada tanda sianosis atau pucat

Intervensi:

- auskultasi bunyi napas, catat adanya krekels, mengi

- berikan perubahan posisi sesering mungkin


- pertahankan posisi duduk semifowler

3. Diagnosa: Penurunan curah jantung b.d. perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan


inotropik.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan tanda peningkatan


curah jantung adekuat.

Kriteria hasil:

- frekuensi jantung meningkat

- status hemodinamik stabil

- haluaran urin adekuat

- tidak terjadi dispnu

- tingkat kesadaran meningkat

- akral hangat

Intervensi:

- auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung

- catat bunyi jantung

- palpasi nadi perifer

- pantau status hemodinamik

- kaji adanya pucat dan sianosis

- pantau intake dan output cairan

- pantau tingkat kesadaran

- berikan oksigen tambahan

- berikan obat diuretik, vasodilator.

- Pantau pemeriksaan laboratorium.

4. Diagnosa: Kelebihan volume cairan b.d. meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mendemonstrasikan volume cairan


seimbang

Kriteria hasil:

- masukan dan haluaran cairan dalam batas seimbang


- bunyi napas bersih

- status hemodinamik dalam batas normal

- berat badan stabil

- tidak ada edema

Intervensi:

- pantau / hitung haluaran dan masukan cairan setiap hari

- kaji adanya distensi vena jugularis

- ubah posisi

- auskultasi bunyi napas, cata adanya krekels, mengi

- pantau status hemodinamik

- berikan obat diuretik sesuai indikasi

BAB IV

PENUTUP

Chronik Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah


ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan. Penyebab CHF pada
lansia adalah peningkatan kolagen miokard akibat proses penuaan. Gagal jantung
diklasifikasikan menjadi gagal jantung kronik dan akut, gagal jantung kiri dan kanan, gagal
jantung sistolik-diastolik. Manifestasi klinis dari gagal jantung dikelompokkan menjadi gagal
jantung akut dan kronik yang meliputi:anoreksia, asites. Nokturia, intoleransi aktivitas
peningkatan BB, fatigue, takikardi, penurunan urin output, dan lain-lain.

Komplikasi yang disebabkan oleh CHF diantaranya adalah trombosis vena dalam,
toksisitas digitalis dan syok kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien CHF adalah Rontgen dada, ECG, EKG, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter meliputi: manajemen
farmakologis, non farmakologis dan pendidikan kesehatan.

Masalah-masalah Keperawatan yang biasanya muncul pada pasien CHF meliputi:


penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, cemas, risiko
kerusakan pertukaran gas, dan lain-lain.

Sebagai perawat professional hendaknya mampu melakukan asuhan Keperawatan


baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan petugas kesehatan lain.
Diposkan oleh Dheny Wardana di 23.57
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tidak ada komPosting LamaBerandaPoskan Komentar


(Atom)http://dherhasya.blogspot.com/2012/09/blog-post_4.html

Você também pode gostar