Você está na página 1de 56

Terlambat bicara

Seorang anak perempuan usia 3 tahun di bawa orang tuanya dengan keluhan
belum dapat bicara. Pasien ini juga belum mampu duduk sendiri. Menurut
informasi orang tuanya, pasien lahir normal. Saat usia 1 tahun pasien mengalami
demam tinggi disertai kejang. Pada pemeriksaan saat ini didapatkan strabismus
konvergen dan tetraparesis spastika

Tugas :
● Jelaskan fenomena yang terjadi pada anak tersebut !
● Pemeriksaan lanjutan apa yang perlu dilakukan pada anak tersebut !
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan :
1. Definisi dan Klasifikasi dari Demam Kejang
2. Etiologi Demam Kejang
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis Demam Kejang
5. Diagnosis => Anamnesis, Pemeriksaan Fisik & Pemeriksaan
Penunjang
6. Tatalaksana Demam Kejang
7. Diagnosis Banding Demam Kejang
8. Komplikasi Demam Kejang
9. Prognosis Demam Kejang
DEFINISI & KLASIFIKASI
Definisi Demam Kejang Menurut Para Ahli
Definisi Demam Kejang Menurut Para Ahli
Definisi Demam Kejang Menurut Para Ahli

CONSENSUS STATEMENT ON FEBRILE SEIZURES


Klasifikasi Demam Kejang
ETIOLOGI
Etiologi Kejang Demam

Kenaikan suhu tubuh secara drastis

IMUNISASI INFEKSI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala kejang demam berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Dalam tingkatan yang masih
tergolong ringan hingga menengah, gejala yang muncul biasanya berupa mata yang tampak terbuka lebar
(terbelalak). Sedangkan pada tingkat keparahan yang lebih tinggi, gejala bisa berupa tubuh yang mengejang
atau otot-otot menegang.

Kejang demam seringkali terjadi dalam kurun 24 jam setelah terjadinya infeksi pada tubuh anak. Saat
mengalami kejang demam, anak juga bisa menunjukkan beberapa gejala lain, seperti:
Gejala lain

■ Lengan dan kaki bergerak tidak terkontrol.


■ Bola mata tampak menatap ke atas.
■ Kehilangan kesadaran.
■ Muntah
■ Mulut berbusa.

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN
FISIK
ANAMNESIS
Identitas : …

KU : Belum bisa bicara


1. SACRED 7
2. Hal-hal yang perlu ditanyakan :
a. Faktor Demam : Infeksi ?
b. Faktor Usia : Mengenai berbahasa
c. Faktor Keluarga : Termasuk anak sebelumnya
d. Faktor Prenatal :
1. Usia saat Ibu hamil
2. Penyulit kehamilan
e. Faktor Perinatal :
1. Asfiksia : Trauma Persalinan
2. BBLR
3. Persalinan (Cara, Partus Lama, Usia Hamil)
f. Faktor Paskanatal : Trauma, Toksik, Infeksi SSP
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Mata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lumbal Pungsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

3. CT Scan dan MRI


PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. EEG (Elektroenchepalogram)
TATALAKSANA
Penatalaksanaan saat kejang
Pemberian obat pada saat demam

1. Antipiretik

a. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali


sehari dan tidak lebih dari 5 kali.

b. Dosis Ibuprofen 5-10 mg kg/kali, 3-4 kali sehari

c. Hindari penggunaan salisilat : sindrom reye

2. Antikonvulsan → Untuk mencegah berulangnya kejang

• Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

• Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu >38,5 C

• ESO : ataksia, iritabel, sedasi berat


Pengobatan Obat Rumat

Indikasi:

• Kejang lama > 15 menit

• Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis

• retardasi mental, hidrosefalus

• Kejang fokal
Antikonvulsan

• Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis

• Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2- 3 dosis,

• Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan


secara bertahap selama 1-2 bulan
Edukasi pada orang Tua

Pertama, orang tua perlu diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta
petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua
dan keluarga; penjelasan terutama pada:

• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

• Memberitahukan cara penanganan kejang

• Memberi informasi mengenai risiko berulang.

• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping
obat.
Pertolongan Pertama pada Kejang
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING

Meningitis Ensefalitis Abses Otak

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2000. Buku Ajar Neurologi Anak.


MENINGITIS

GEJALA ;

1. Panas Mendadak
2. Letargi
3. Muntah
4. Kejang
ENSEFALITIS

GEJALA ;

1. Demam
2. Kejang
3. Penurunan Kesadaran
ABSES OTAK
GEJALA ;

1. Sakit Kepala
2. Kejang
3. Demam
4. Muntah
5. Gejala vokal
KOMPLIKASI
Komplikasi
Kejang > 15 menit
• Kerusakan neuron otak
• Retardasi mental
• Epilepsi

Mikati, Mohamad A. 2011. Febrile Seizures. In Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. p.2017-2019
Kerusakan Neuron Otak

Johnston, Michael V. 2011. Encephalopathies. In Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton: Nelson Textbook of Pediatrics.19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.
P. 2061-2064.
Jenis Spastic

Johnston, Michael V. 2011. Encephalopathies. In Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton: Nelson Textbook of Pediatrics.19th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. P. 2061-2064.
Cortex cerebri

Baehr, M & frotscher, M. 2010. Diagnosis topik neurologi DUUS. Edisi 4. EGC : Jakarta
PROGNOSIS
Kemungkinan kejang demam berulang -> 30-50%

Dalam satu tahun setelah yang pertama -> 75%

Resiko bertambah bila :

1. Kejang demam terjadi <1 tahun, resiko berulang 50%. Kejang demam terjadi >1 tahun , resiko
berulang 28%.
2. Riwayat keluarga kejang demam / epilepsi
3. Cepat kejang setelah demam
4. Kejang yang terjadi pada suhu yang tidak terlalu tinggi (38C)

Kejang demam simpleks -> tidak memiliki resiko menginap epilepsi

-> kematian setelah kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi, bahkan pada anak yang resiko
tinggi sekalipun
BICARA dan BAHASA
Soetjiningsih. Ranuh, IGNG. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. EGC : Jakarta

BICARA vs BAHASA
BICARA BAHASA
● Bahasa berarti
● Bicara adalah menyatakan dan
pengucapan,yang menerima informasi
menunjukkan dalam suatu cara
keterampilan tertentu.
seseorang ● Bahasa merupakan
mengucapkan suara salah satu cara
dalam suatu kata. berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.

Você também pode gostar