Você está na página 1de 3

BAPAK MULYOTO PANGESTU

PENEMU EVAPORATIVE DRYING UNTUK PEMBEKUAN SPERMA HEWAN

Perhatian dunia tertuju pada sistem dan teknik pendinginan. Apalagi sistem
pendinginan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, terutama di daerah iklim panas
ekstrem, yang berguna untuk kenyamanan termal manusia. Tak hanya itu saja, sektor lain pun
ikut mendukung eksistensi sitem pendingin dalam menjaga kualitas produksi sumber daya.
Sektor komersial yang sangat menggandrungi penggunaan air conditioning, contohnya
terdapat di departement store, supermarket dan perkantoran, hingga pasar industri produksi
makanan dan minuman yang benar-benar menjaga kualitas dan tahan lama.

Seiring dengan berkembangnya zaman, inovasi-inovasi pun terus digalakkan, bahkan


dunia pendingin pun tidak hanya digunakan untuk keperluan kenyamanan termal manusia dan
pengawetan makanan dan minuman, sektor bioteknologi pun membutuhkan sistem pendingin.
Salah satunya penggunaan Cold Storage untuk menyimpan bahan organis dengan
membutuhkan nitogen cair sebagai bahan pendingin (coolant). Akan tetapi, tangki nitrogen
tersebut sangat mahal bahkan memakan tempat. Apalagi nitrogen cair sangat berbahaya, sebab
agar tetap cair, nitrogen jenis ini harus disimpan pada suhu di bawah minus 196⁰C.

Oleh karena itu, banyak ilmuwan yang berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah
inovasi yang dapat mengatasi hal tersebut. Salah satu ilmuwan yang berhasil membuat inovasi
tersebut adalah Bapak Mulyoto Pangestu. Dr. Mulyoto Pangestu adalah ilmuwan Indonesia
yang lahir pada 11 November 1963 di Pekalongan dan dibesarkan di Tegal, Jawa Tengah.
Bapak Mulyoto ini adalah alumnus SMA Negeri 1 Tegal dan merupakan salah satu lulusan
terbaik dari Fakultas Peternakan di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto.
Lalu melanjutkan pendidikan Magister dan Doktoral di School of Agricultural and Forestry di
University of Melbourne. Saat ini Bapak Mulyoto adalah staf pengajar di Laboratorium
Fisiologi dan Reproduksi UNSOED dan membantu mengajar di Departemen Obsetri dan
Ginekologi Monash University, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran dan
Universitas Gajah Mada. Selain dikenal sebagai staf pengajar, beliau juga sering melakukan
penelitian di bidang fertilitas dan teknologi reproduksi dengan beberapa ahli dan tenaga
pendidik dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Udayana dan
University Melbourne. Sebelumnya, Bapak Mulyoto tertarik dengan reproduksi hewan, akan
tetapi, pada saat beliau memasuki S2, beliau lebih teratrik terhadao reproduksi manusia.
Inovasi yang sudah dilakukan oleh Bapak Mulyoto merupakan sebuah terobosan yang
sangat luar biasa bagi bangsa Indonesia, bahkan di seluruh bangsa di Dunia dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beliau telah menemukan sebuah metode yang
efisien untuk menyimpan sperma dengan menggunakan bahan yang sering ditemukan dan
sering dipakai oleh kehidupan sehari-hari manusia, yakni sedotan plastik dan kantong
aluminium foil. Dengan membeli bahan-bahan tersebut hanya seharga 25 sen US Dolar atau
Rp. 25.000,-, Bapak Mulyoto berhasil mengalahkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara
Asia Pasifik. Dengan menggunakan dua lapis tabung plastik mini yang berukuran masing-
masing 0,25 ml dan 0,5 ml dan disegel dengan heat sealed, kemudian dibungkus lagi dengan
aluminium foil sehingga sperma tersebut dapat disimpan dan dibekukan di dalam ruangan
bertemperatur kamar. Beliau yang menjadi kandidat doktor di Monash University menuturkan
bahwa teknik atau metode tersebut dinamakan dengan metode pengeringan evaporatif
(evaporative drying).

Sperma yang telah dikeringkan atau dibekukan tersebut dengan menggunakan cara
tersebut tidak mampu bergerak lagi (immotile). Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
menggunakan bahan pewarna dan dilihat bahwa sperma tersebut “mati” setelah dilakukan
proses evaporative drying. Agar dapat membuahi sel telur, maka sel sperma yang sudah “mati”
akan disuntikkan ke dalam sel telur tersebut. Teknik yang dilakukan dikenal dengan sebutan
Intracytoplasmic Sperm Injection atau disingkat ICSI, apalagi teknik tersebut sudah digunakan
dalam pembuatan bayi tabung manusia. Bapak Mulyoto sendiri tidak pernah melakukan
percobaan dengan menggunakan metode tersebut, dikarenakan Bapak Mulyoto memiliki ethics
permit untuk hewan saja. Sperma yang sudah pernah dikeringkan adalah berasal dari mecit
(mice), marmoset (sejenis kera), dan juga wombat (binatang asli Australia).

Berulah setelah melakukan penelitian dalam inovasi tersebut dan dibandingkan dengan
penelitian lainnya serta hasil studi literatur, akhirnya Bapak Mulyoto beserta supervisornya,
Dr. Jillian Shaw, menyimpulkan bahwa sperma dapat disimpan pada suatu kondisi yang kering
dan bebas oksigen. Hasil penemuan Bapak Mulyoto tersebut merupakan kemasan
penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan efisien
sehingga hasilnya pun dapat dipakai selamanya walaupun telah dsimpan selama bertahun-
tahun. Penemuan Bapak Mulyoto kini sedang dalam proses dipatenkan di Australia dan paten
temuan Bapak Mulyoto menjadi milik Monash University. Akan tetapi beliau masih tercatat
sebagai penemunya. Pengeringan dan pembekuan sperma atau penyimpanan pada suhu ruang,
sebenarnya sudah dilaporkan sejak tahun 1970-an. Namun laporan-laporan tersebut masih
terbatas informasinya. Barulah pada bulan Juli 1998, Wakayama dan Yanagimachi dari
Universitas Hawaii mempublikasi hasil temuan mereka dalam jurnal Nature Biotechnology,
yang isinya adanya kelahiran anak mencit hasil pembuahan menggunakan sperma kering dan
beku (freeze-dried sperm).

Riset yang dilakukan oleh Bapak Mulyoto Pangestu tentang upaya pembekuan sperma
hewan dengan cara yang sederhana, murah, dan efisien tersebut telah mengantar beliau meraih
penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang
diselenggarakan oleh majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dab Hewlett Packard
Asia Pasific. Selain itu, penelitian dalam kasus pelestarian sperma membuat Bapak Mulyoto
Pangestu juga memenangkan penghargaan emas pada tahun 2000 dan menempatkan beliau
dalam daftar peneliti terkemuka di Dunia, hal ini dikarenakan penemuan Bapak Mulyoto sangat
berguna bagi para ilmuwan dan dokter di negara yang sedang berkembang dan memiliki
kekurangan biaya untuk mengadakan perlatan pendingin.

Saat ini Bapak Mulyoto Pangestu sedang mengembangkan metode yang efisien untuk
thawing atau pencairan kembali embrio yang sudah pernah dibekukan atau dikeringkan.

Você também pode gostar