Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kisah seorang anak bernama Ishaan yang menderita disleksia dan bagaimana dia dididik oleh guru baru di sekolah asramanya dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan sesuai dengan kecerdasan alaminya. Dokumen tersebut juga menjelaskan gejala disleksia dan penanganannya melalui metode-metode pembelajaran yang men
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kisah seorang anak bernama Ishaan yang menderita disleksia dan bagaimana dia dididik oleh guru baru di sekolah asramanya dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan sesuai dengan kecerdasan alaminya. Dokumen tersebut juga menjelaskan gejala disleksia dan penanganannya melalui metode-metode pembelajaran yang men
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang kisah seorang anak bernama Ishaan yang menderita disleksia dan bagaimana dia dididik oleh guru baru di sekolah asramanya dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan sesuai dengan kecerdasan alaminya. Dokumen tersebut juga menjelaskan gejala disleksia dan penanganannya melalui metode-metode pembelajaran yang men
KRANJI PACIRAN LAMONGAN 2018 Setiap anak itu berbeda, masing-masing memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda beda pula. Setiap anak memiliki cara mereka sendiri dalam memahami suatu hal, dalam menyerap informasi dan juga dalam mendapatkan suatu ilmu. Dan tugas seorang gurulah untuk membimbing mereka, mengarahkan mereka, dan memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus “disleksia” mereka memiliki kesulitan belajar membaca, tapi banyak dari mereka yang memiliki potensi luar biasa salah satunya dalam bidang seni. Inilah yang ingin digambarkan dalam film “ Taare Zameen Par”. Lahir dan bersekolah dalam lingkungan yang menganggap prestasi dan kepandaian adalah terukur melalui angka-angka, Ishaan Awasthi (diperankan oleh Darsheet Safary) merasa ia menjadi pembanding bagi kakaknya yang super jenius, Yohan. Sang kakak menjuarai semua mata pelajaran seperti Aljabra, Geometri, Sejarah, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, dan Biologi terkecuali bahasa Hindi (juara 2 di kelasnya). Ishaan yang kesulitan dalam belajarnya, dianggap orang tua dan guru yang mengajarinya dengan metode pengajaran yang ortodok sebagai MALAS atau BODOH. Tak jarang guru di sekolah mengucapkan kata-kata destruktif semacam “Shameless Boy!” (anak laki-laki tak tau malu), “King of Moron” (raja dari orang tolol), “Lazy” (malas). Sedangkan di rumah, sang ayah yang merasa Ishaan sebagai produk gagal sering menyebutnya IDIOT. Bagi seumuran siswa SD kelas 3, Ishaan menghadapi permasalahan pelik yaitu kesulitan membaca dan menulis. Alhasil, dalam semua mata pelajaran, Ishaan selalu gagal sebab dia tidak memahami apa yang ia baca dan tidak ada yang bisa memahami ketidak tahuan ishaan. Sang ibu yang telaten mengajari Ishaan menulis pun putus asa pada anak tersebut. Sang ibu mengira Ishaan tidak mau bersungguh-sungguh belajar menulis. Ibu tidak pernah tau bahwa ada permasalahan yang lebih pelik yang dialami Ishaan. Tertekan oleh sikap sang Ayah yang selalu bangga ketika anaknya memenangkan kompetisi, tertekan oleh guru dan teman-teman di sekolah, tertekan oleh teman-teman sebayanya di lingkungan tempat tinggalnya, Ishaan menjadi semakin tertutup. Hingga suatu hari sang kepala sekolah memanggil orang tua Ishaan untuk memindahkan Ishaan ke sekolah lain. Ishaan sang dyslexia inipun memasuki sekolah asrama yang begitu kaku dalam sistem pengajaran di kelas. Guru menjadi sumber ilmu utama, buku adalah sumber bacaan utama, dan meniru ucapan guru adalah kewajiban utama. Seperti burung beo, begitulah guru mengkondisikan siswa-siswanya. Jawaban yang tidak sama dengan guru adalah salah, seberapapun logisnya itu. Gambar yang tidak sama dengan guru berarti hukuman. Ishaan menjadi semakin depresi hingga seorang guru Seni pengganti mengenali gejala dyslexia Ishaan. Dengan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, sang guru ini berhasil mengajarkan baca tulis kepada Ishaan melalui cara yang sangat kreatif, sesuai dengan bakat alami Ishaan, yaitu menggambarkan multiple intelegences dalam diri Ishaan Di luar kesulitan membaca dan menulisnya, Ishaan yang dianggap anak keterbelakangan mental ini, mempunyai beberapa tipe kecerdasan yang tidak diapresiasi oleh lingkaran pendidikan di sekolah dan di rumah (oleh sang Ayah). Mengambil istilah multiple intelegences yang digagas oleh Howard Gardner, Ishaan sang dyslexia mempunyai beberapa kecerdasan yang luar biasa di antaranya: 1. Kecerdasan Visual Ishaan mempunyai kemampuan menggambar dan melukis (painting) di atas rata-rata. Goresan kuasnya sangat tegas dan perpaduan warnanya sangat unik. Sangat superb. Dia juga memvisualisasikan apa yang dia pelajari melalui imajinasinya yang sangat kreatif. 2. Kecerdasan Natural Ikan, anjing, burung, sangat disukai Ishaan. Ia sayang sekali pada binatang dan memelihara ikan di akuariumnya. Ia sering memperhatikan tingkah laku binatang dan takjub akannya. 3. Kecerdasan Sosial Bisa dibilang Ishaan berasal dari keluarga ekonomi menengah atas India yang cukup sejahtera. Namun, ia begitu peduli pada orang-orang yang kurang beruntung di sekitarnya. Ia begitu empati pada anak-anak asongan, para buruh kasar, pedagang- pedagang kaki lima, hingga para gelandangan. Ia bisa menatapi mereka selama beberapa saat dengan tatapan ingin menolong. 4. Kecerdasan interpersonal Ishaan adalah seorang perenung dan pemikir. Ketika ia melihat gerak polah ikan, atau melihat induk burung yang sedang memberi makan anak-anaknya. Perasaannya juga sangat sensitif, ia memikirkan apa yang salah dengan dirinya hingga semua orang mengecapnya buruk, kecuali ibunya yang juga tidak tahu kelainan apa yang dia alami. 5. Kecerdasan eksistensial Hampir sama dengan kecerdasan interpersonal, namun lebih menyangkut pada hal lain di luar diri pribadinya. Terlihat ketika Ishaan menginterpretasikan sebuah puisi yang dibacakan oleh salah seorang teman di kelasnya. Ishaan menjelaskan puisi itu seperti seorang sastrawan atau filsuf. Sayangnya, gurunya menolak jawaban Ishaan. Jadi, Ishaan hanya lemah dalam Kecerdasan Linguistik, khususnya untuk membaca dan menulis. Dalam mendengarkan dan berbicara, Ishaan tidak mengalami kendala. Sayangnya, hanya karena lemah dalam satu jenis kecerdasan ini ditambah dengan sistem pendidikan yang hanya mengapresiasi baca tulis hitung sebagai ukurannya, Ishaan dicap sebagai anak berketerbelakangan mental, bodoh, atau idiot. Padahal, ia unggul di lebih banyak jenis kecerdasan daripada teman-temannya.
Dyslexia, Gejala dan Penanganannya
1. Kesulitan membaca dan menulis Dalam menulis tangan, ada pola kesalahan yang konstan, misalnya pada huruf yang jika dicerminkan sama P dan B (kecil), penulisan angka 7, huruf R, S yang terbalik. Untuk membaca, ia tidak bisa karena huruf-huruf yang dibuku seakan teracak dan tidak bisa dipahami. 2. Kesulitan memperkirakan ukuran, jarak, dan kecepatan Ishaan sering terantuk (kejedot), tidak bisa melempar atau menangkap bola, serta sering terperosok ketika berjalan. 3. Kesulitan memahami perintah yang kompleks Seperti misalnya, buka halaman 9 paragraf 4 baris ke 5. Ishaan kesulitan mengatasinya. 4. Kemampuan gross motoric dan fine motoric yang rendah Gross motoric berkaitan dengan gerakan seluruh anggota badan, sedangkan fine motoric berkaitan dengan keterampilan yang menggunakan jari (tangan). Sang guru yang ternyata mantan disleksis mengajari Ishaan menulis, membaca, dan menghitung dengan cara yang kreatif, melalui pintu kecerdasan yang sudah dimiliki Ishaan, yaitu natural dan visual, seperti: 1. Menulis huruf di pasir menulis dengan jari pada kulit tangan, menulis sembari mewarnai, menulis sembari membuat kerajinan tangan dari clay (lilin malam). 2. Memanfaatkan audio book bersamaan dengan textbook. Ishaan mendengarkan rekaman di kaset sembari merunuti tulisan yang ada di buku bacaannya. Ishaan juga menuliskan huruf yang disebutkan sang guru dengan mata terpejam. 3. Diktat (dictation) Setelah Ishaan mengenal huruf dan angka, sang guru mendikte Ishaan dengan beberapa kata, kemudian lambat laun beberapa kalimat. 4. Mengajari berhitung dengan naik turun tangga Dan gerakan kinestetik lain. Sang guru menuliskan angka-angka di anak tangga, kemudian mengajari Ishaan penambahan dan pengurangan dengan naik turun tangga itu.