Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
penjara
24 September 2014
Kirim
Anas Urbaningrum terbukti menerima hadiah dan melakukan tindak pidana pencucian
uang.
Anas juga dihukum harus membayar pidana denda sebesar Rp300 juta dan harus
membayar uang penganti kerugian negara sedikitnya Rp 57,5 miliar.
Putusan ini berbeda dengan tuntutan jaksa yang menuntut Anas dihukum 15 tahun
penjara, membayar uang pengganti Rp 94,18 miliar dan mencabut hak politiknya.
Anas dan jaksa penuntut umum kemudian meminta waktu sepekan untuk "berpikir"
mengajukan upaya banding atau tidak.
Dalam amar putusannya, dua orang majelis hakim sempat mengajukan perbedaan
pendapat.
Tuntutan jaksa menyebutkan, Anas juga menerima dua kendaraan mewah yang masing-
masing seharga Rp 670juta dan Rp 735 juta.
Anas Urbaningrum (kiri) bersama petinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam fakta persidangan, pria kelahiran 1969 ini terbukti melakukan pencucian uang
dengan membeli rumah di Jakarta dan sepetak lahan di Yogyakarta senilai Rp 20,8
miliar.
Anas juga disebut menyamarkan asetnya berupa tambang di Kutai Timur, Kalimantan
Timur.
Amar putusan majelis hakim mengungkapkan, uang yang diperoleh Anas sebagian
disimpan di Permai Group untuk digunakan sebagai dana pemenangan untuk posisi
Ketua Partai Demokrat.
Berulangkali membantah
Anas berulang kali membantah telah menerima hadiah berupa uang, barang dan
fasilitas senilai Rp 116,8 miliar dan US$ 5,26 juta. Dia juga berulangkali menyebut
dirinya sebagai pihak yang dikorbankan.
Dugaan keterlibatan Anas terungkap berdasarkan kesaksian mantan bendahara Partai
Demokrat, Muhammad Nazaruddin.
Dalam berbagai kesempatan, Nazaruddin -terpidana kasus korupsi- mengaku uang hasil
dugaan korupsi proyek tersebut digunakan untuk biaya pemenangan Anas dalam
Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010 lalu.
Anas
berulangkali membantah tuduhan korupsi dan menganggap dirinya dikorbankan.
KPK mulai melakukan penyelidikan aliran dana proyek Hambalang ini sejak pertengahan
2012 lalu.
Sebelumnya, KPK telah menetapkan dua tersangka kasus proyek Hambalang, yaitu
antara lain Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng serta Kepala
Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy Kusdinar.
Dalam persidangan kasus Anas, sejumlah saksi telah menyebut beberapa nama
petinggi Partai Demokrat yang disebut juga menerima dana dari Nazaruddin, tetapi
telah dibantah oleh yang bersangkutan.
Kalangan aktivis anti korupsi telah meminta KPK agar menindaklanjuti fakta-fakta baru
yang terungkap selama persidangan Anas Urbaningrum.
VONIS ANAS URBANINGRUM: Ini Putusan
Lengkap Majelis Hakim Tipikor Untuk
Anas
Sholahuddin Al Ayyubi Rabu, 24/09/2014 18:50 WIB
Terdakwa dugaan kasus gratifikasi terkait Hambalang, Anas Urbaningrum mendengarkan pembacaan berkas
Antara/Rosa Panggabean
Selain divonis 8 tahun penjara, mantan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut juga
dijatuhkan hukuman untuk membayar denda sebesar Rp300 juta.
Kemudian jika denda tersebut tidak dibayarkan, maka akan diganti dengan pidana
kurungan penjara selama 3 bulan.
Selain itu, Anas juga diwajibkan untuk membayar uang pengganti kerugian negara
akibat tindak pidana korupsi yang telah dilakukan olehnya sebesar Rp57.590.330.580
dan 5.261.70 dolar Amerika Serikat.
"Dengan ketentuan, apabila tidak membayar uang pengganti tersebut dalam waktu satu
bulan setelah putusan ini memperoleh putusan hukum tetap, maka hartanya akan disita
oleh Jaksa Penuntut Umum," kata Haswandi.
Kemudian, lanjut Haswandi, jika harta yang disita tidak cukup untuk mengganti kerugian
negara tersebut, maka akan diganti dengan pidana penjara selama 2 tahun.
KOMPAS.com/ICHA RASTIKAGedung Komisi Pemberantasan Korupsi
Pada Jumat (8/5/2015) lalu, sejumlah wartawan dipanggil sebagai saksi dalam
kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013 yang
menjerat Suryadharma Ali. Hingga saat ini, KPK telah memeriksa sekitar 170
saksi dalam kasus ini.
Sebagian besar yang diperiksa penyidik berasal dari kalangan swasta. Pada
kasus yang menjeratnya, Suryadharma diduga memanfaatkan dana setoran
awal haji oleh masyarakat untuk membiayai pejabat Kementerian Agama dan
keluarganya naik haji. Keluarga yang ikut diongkosi antara lain para istri
pejabat Kementerian Agama.
Tidak hanya itu, diduga juga terdapat kuota haji untuk para wartawan. Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menemukan adanya transaksi
mencurigakan yang memperlihatkan bahwa Suryadharma mengajak 33 orang
untuk berangkat haji.