Você está na página 1de 4

Pengaruh Perawatan Luka Bersih dengan Menggunakan Teknik Kasa Basah NaCl 0,9% Terhadap

Lama Penyembuhan Luka Post Laparatomi di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2014
Zuriati 1, Revi Naini ikbal, Afriani2
1 STIKes Alifah, Padang 25000

Email: yathie_zuriati13@yahoo.com
2 Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Alifah Padang

Email: stikes_alifah@yahoo.com

Abstract— Objectives: Research aims to know influence the Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan
treatment of injuries clean with used technique gauze wet nacl 0.9 luka pasca operasi ada beberapa macam diantaranya usia, nutrisi,
% against old healing wound post laparatomi in the surgical RSUP obesitas, gangguan oksigenasi, merokok, obat-obatan, diabetes,
Dr. M. Djamil Padang in 2014. radiasi, dan stres luka. Dimana antara masing-masing saling
Method: The kind of research is quantitative design worn ”Quasi mempengaruhi satu sama lain yang pada akhirnya akan
experiment” with any design post test only with control group. mempengaruhi proses penyembuhan luka (Potter & Perry, 2006).
Research is done in irna surgical ( men and women ) rsup Beberapa faktor lokal yang merugikan pada tempat luka, 2
dr.M.Djamil the january s / d july, data date may 30 s / d 21 june diantaranya adalah dehidrasi dan turunnya temperatur. Jika luka
2014. Population is all patients post operation laparatomi and terbuka dibiarkan terkena udara maka lapisan permukaannya akan
samples twelve people with 6 people group intervention and 6 mengering. Sel-sel epitel pada tepi luka bergerak di bawah lapisan
people the control group taken with purposive sampling. Data tersebut, sampai sel-sel tersebut mencapai kondisi lembab yang
collected through observations, were analyzed by Univariate and memungkinkan mitosis dan migrasi sel untuk menembus
bivariat with independent t-test test with a confidence level of 95% permukaan yang rusak. Waktu yang panjang akibat membiarkan
= 0.05. The result of univariat analysis suggests that the group luka itu mengering mengakibatkan lebih banyak jaringan yang
intervention old healing wound average 6,67 day, compared to the hilang dan menimbulkan jaringan parut yang akhirnya menghambat
control group healing wound longer with average 10,67 penyembuhan.
day.Analysis bivariat by showing absence of difference old healing Kondisi sebuah luka jika dipertahankan tetap lembab di
wound between the intervention and control by p = 0,008. bawah pembalut semipermiabel atau pembalut oklusif, maka
Conclusion: It can be concluded that there is a difference long penyembuhan dapat terjadi jauh lebih cepat. Terdapat suatu
wound healing after laparatomi post granted clean wound care keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan lingkungan
using wet gauze NaCl 0.9% and the technique of dry gauze. yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat
Comparative study of wound care is expected to post laparatomi berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan.
with engineering wet gauze NaCl 0.9% can contribute in the Eksotoksin dan sel-sel debris yang berada di dalam eksudat dapat
service and repair of existing wound care SOP. memperlambat penyembuhan dengan cara mengabadikan respon
inflamasi (Moya J. Morison, 2004).
Keyword : Long Healing Wounds, Laparatomi, NaCl 0.9 % Aktifitas fagositik dan aktifitas mitosis secara khusus
mudah berpengaruh terhadap penurunan temperatur pada tempat
I. PENDAHULUAN luka, kira-kira dibawah 28ᴼC. Aktifitas lekosit dapat turun sampai
0. Apabila luka basah dibiarkan terbuka lama pada saat menunggu
Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan pemeriksaan, maka temperatur permukaan dapat menurun sampai
yang menggunakan cara invansif dengan membuka atau paling rendah 12ᴼC. Pemulihan jaringan ke suhu tubuh dan aktifitas
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan bagian mitosis sempurna, dapat memakan waktu sampai 3 jam (Setiadi,
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah dkk, 2006).
bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak Dengan dilakukannya teknik perawatan luka yang tepat,
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan maka diharapkan dapat memicu proses pembentukan kapiler baru
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Ada beberapa jenis pembedahan, yang berdampak dalam memperpendek masa rawat luka. Berbagai
salah satunya bedah laparatomi. Laparatomi dilakukan pada kasus- teknik perawatan luka pembedahan saat ini berkembang pesat
kasus apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, meliputi teknik perawatan luka kering dan perawatan luka basah.
kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, Seiring dengan perkembangan zaman, pada akhir dekade
kolestisitis dan peritonitis. Dimana laparatomi merupakan salah ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi tentang manajemen
satu prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan perawatan luka terutama pada agen-agen pembersih luka yang
pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian dipakai. Normal saline 0,9% adalah larutan yang banyak dipakai
organ abdomen yang mengalami masalah hemoragi, perforasi, sebagai agen pembersih luka, sebab normal saline adalah larutan
kanker dan obstruksi (Sjamsuhidajat, 2005). isotonik, tidak mengganggu proses penyembuhan luka, tidak
Penyebab terjadinya laparatomi itu sendiri adalah obstruksi merusak jaringan, tidak menyebabkan sensitifitas atau alergi di
usus halus, obstruksi usus besar, tumor kolorektal, apendisitis, kulit dan tidak merubah atau menghilangkan kehidupan-kehidupan
adenocarsinoma endometrium dan kanker indung telur. Sehingga bakteri-bakteri normal yang ada di kulit. NaCl 0,9% adalah larutan
komplikasi yang dapat terjadi pasca laparatomi antara lain infeksi fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena tidak ada reaksi
luka, pendarahan pasca operasi dan abses intraabdominal, untuk hipersensitivitas terhadap Sodium Clorida (NaCl). Normal saline
mencegah terjadinya resiko komplikasi sebaiknya lakukan aman digunakan untuk kondisi apapun (Setiadi, dkk, 2006).
perawatan luka sebaik mungkin (Lubin, 2010). Ritin Fernandez (2004) dari Center for Applied Nursing
Perawatan luka adalah suatu tindakan untuk membantu Research Australia telah mengumpulkan data penelitian-penelitian
menciptakan kondisi lokal yang optimum pada daerah luka untuk mengenai agen pembersih luka yang telah dilakukan oleh para
penyembuhan, dengan mengeluarkan debris, seperti benda asing peneliti. Ada 8 penelitian yang telah dilakukan mulai tahun 1981
dan jaringan lunak yang mengalami defitalisasi, yang apabila terus sampai dengan 2003. 5 dari 8 penelitian itu menggunakan larutan
menerus ada akan mengakibatkan terjadinya infeksi klinis (Moya J. NaCl 0,9% yang digunakan untuk membersihkan luka baik luka
Morison, 2004). bersih maupun luka kotor (terinfeksi). Dari hasil penelitian tersebut
Kejadian infeksi luka operasi sebenarnya dapat dimonitor normal saline telah direkomendasi sebagai agen pembersih yang
sejak dini, dan dilakukan pencegahan segera dengan cara yang masih relevan (Ritin Et. Al. ; 2004) (Setiadi, dkk, 2006).
efektif dan efisien. Pencegahan infeksi luka operasi ini dapat Hasil penelitian Setiadi, dkk (2006) di Rumah Sakit Marinir
dilakukan dengan memberikan perawatan luka sesuai prosedur dan Gunungsari Surabaya, didapatkan adanya perbedaan antara
teknik aseptik. perawatan luka dengan kasa kering dan perawatan luka dengan kasa
basah NaCl dalam proses penyembuhan luka bersih, dimana rata-
rata pada 8 responden yang dirawat dengan kasa kering masuk
kriteria cukup, dan rata-rata pada 8 responden yang dirawat dengan
kasa basah NaCl masuk kriteria baik. Hal ini sejalan dengan II. METODA PENELITIAN
penelitian yang pernah dilakukan Hayati (2010), bahwa pasien
yang menjalani operasi di IRNA B (Bedah) RSUP Dr. M. Djamil Jenis penelitian adalah kuantitatif desain yang dipakai
Padang pada bulan Agustus-Oktober 2010 mengalami “quasi experiment” dengan jenis rancangan Post test only with
penyembuhan luka insisi pasca operasi dengan komplikasi control group. dimana responden dibagi menajadi 2 kelompok
sebanyak (59,1%) dalam 14-56 hari perawatan, dan penyembuhan yakni kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Design ini
luka tidak terjadi komplikasi (40,9%) dalam 5-14 hari perawatan. dipilih karena pada penelitian tidak dimungkinkan melakukan
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen pretest, dikarenakan proses perawatan luka yang ingin diteliti
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah adalah lama penyembuhan luka setelah operasi. Penelitian
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di Rumah dilakukan di IRNA Bedah (Pria dan Wanita) RSUP Dr. M. Djamil
Sakit se-Indonesia dengan persentase 12,8% yang diperkirakan Padang bulan Januari s/d Juli, pengumpulan data tanggal 30 Mei
32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi. Di s/d 21 Juni 2014. Populasi adalah semua pasien post operasi
Indonesia angka infeksi untuk luka bedah mencapai 2,30% sampai laparatomi dan sampel sebanyak 12 orang dengan 6 orang
dengan 18,30% (Depkes RI, 2001). Laporan Departemen kelompok intervensi dan 6 orang kelompok kontrol diambil dengan
Kesehatan Indonesia (DEPKES RI) Tahun 2009, laparatomi Purposive Sampling. Data dikumpulkan melalui observasi,
meningkat dari 250 menjadi 1.320 kasus pada tahun 2010 dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji t-test independen
1.567 kasus pada tahun 2011 (S. Feky, 2013). dengan tingkat kepercayaan 95% = 0,05.
Di Indonesia, rata-rata lama hari rawat dari tahun 2003
sampai 2009 belum juga ideal karena tergolong pendek yaitu III. HASIL PENELITIAN
berkisar 4 sampai 5 hari. Rata-rata lama hari rawat yang tergolong
tinggi adalah di Kalimantan Barat yaitu 5,6 hari dan terendah di A. Karakteristik Responden
Kepulauan Bangka Belitung yaitu 3,1 hari (Depkes, 2011) dalam Responden dalam penelitian ini adalah pasien post
penelitian (R. Vicky, 2012). laparatomi di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak
RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit 12 orang. Dari penelitian didapatkan hasil dari 6 responden
umum milik pemerintah propinsi Sumatera Barat terletak di kota kelompok intervensi rentang usia 20-40 tahun dengan rata-rata
Padang, disamping itu juga sebagai rumah sakit rujukan ke-3 yaitu 29,67 tahun, sedangkan 6 responden kelompok kontrol rentang usia
rumah sakit tipe B setelah pukesmas dan rumah sakit tipe C, 26-52 tahun dengan rata-rata 41,67 tahun.
dimana rumah sakit tipe B ini yang sudah memiliki fasilitas operasi
yang lebih lengkap. Oleh karena sebagai rumah sakit rujukan ke-3 B. Hasil Penelitian
maka akan didapat banyak pasien dengan kasus-kasus pembedahan 1. Analisa Univariat
yang berat atau yang sudah komplikasi, dimana sebagian besar a. Mengidentifikasi Lama Penyembuhan Luka Post Laparatomi
bedah mayor dilakukan dirumah sakit ini . Kelompok Intervensi dan Kontrol Setelah Diberikan Perawatan
Hasil data yang diperoleh dari Medical Record RSUP Dr. Luka
M. Djamil Padang, jumlah pasien operasi laparatomi terhitung 4 Tabel 4.1
tahun terakhir dari tahun 2010-2013 sebanyak 1.245 orang yang Mengidentifikasi Lama Penyembuhan Luka Post Laparatomi
terdiri dari 679 orang laki-laki dan 566 orang wanita. Sedangkan Kelompok Intervensi dan Kontrol Setelah Diberikan
dilihat 6 bulan terakhir terhitung bulan Juli-Desember 2013 pasien Perawatan Luka di Ruang Bedah RSUP
operasi laparatomi sebanyak 129 orang yang terdiri dari 74 orang Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014
laki-laki dan 55 orang wanita. Di ikuti data yang dilihat dari lama
hari rawat pasien / LOS didapatkan rata-rata pasien dirawat Tahun
2012 selama 13 hari dan Tahun 2013 selama 14 hari.
Dari hasil data yang diperoleh dari Ruang IRNA Bedah Pria Variabel Kelompok n Min Max Mean SD
dan Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang, diketahui bahwa pasien
yang post laparatomi selama bulan Oktober 2013 sebanyak 16
orang dan mengalami peningkatan pada bulan November dan
Desember 2013. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan Lama Intervensi 6 5 8 6,67 1,506
pada tanggal 16 dan 18 Januari 2014 di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Penyemb
Djamil Padang ditemukan 3 orang pasien post laparatomi di bedah uhan
pria dan 2 orang pasien di bedah wanita, dimana teknik perawatan Luka
luka yang digunakan hanya menggunakan perawatan luka kasa
kering betadine. Setelah di wawancarai salah satu kepala ruangan Kontrol 6 7 13 10,67 2,852
khusus bedah pria mengatakan sebelumnya semua perawatan luka
yang digunakan biasanya menggunakan perawatan luka kasa kering Jumlah 12
betadine dan salah satunya pasien luka bersih yaitu post laparatomi
dan biasanya proses penyembuhan pasien post laparatomi paling Berdasarkan Tabel 4.1 hasil distribusi responden
cepat sembuh atau pulang hari ke 10-12. berdasarkan lama penyembuhan luka post laparatomi pada
Lama hari rawat pasien pasca operasi laparatomi adalah kelompok intervensi didapatkan lama penyembuhan luka (min-max
hari rawat pasien sejak menjalani operasi sampai pada saat pasien = 5-8 hari ) dengan rata-rata 6,67 hari, dibandingkan dengan
dipulangkan. Apabila terjadi komplikasi khususnya komplikasi kelompok kontrol penyembuhan luka lebih lama (min-max = 7-13
setelah laparatomi perlu mendapat perhatian yang besar karena hari) dengan rata-rata 10,67 hari.
beberapa komplikasi dapat terjadi setelah operasi dan apabila tidak
ditangani dengan baik, maka lama hari rawat pasien akan menjadi
panjang yang akhirnya dapat menyebabkan dampak pada
peningkatan biaya perawatan pasien yang semakin lama dirawat 2. Analisa Bivariat
a. Rerata Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Bersih Post
biaya semakin meningkat serta dampak bagi Rumah Sakit akan
Laparatomi Setelah Diberikan Perawatan Luka menggunakan
bertambahnya setiap tahun tingkat persentase lama hari rawat
Teknik Kasa Basah NaCl 0,9% Dan Teknik Kasa Kering
pasien sehingga akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
Dengan dilakukan perawatan luka dengan teknik asepsis dan cara Tabel 4.2
pembalutan yang tepat pada luka diharapkan mampu mencegah Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Bersih Post Laparatomi
terjadinya infeksi dan dapat mempercepat proses penyembuhan Setelah Diberikan Perawatan Luka menggunakan Teknik
luka yang bersih dan lebih sempurna sehingga diharapkan lama hari Kasa Basah NaCl 0,9% Dan Teknik Kasa Kering di Ruang
rawat pasien menjadi berkurang. Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2014 menggunakan Kasa Basah NaCl 0,9% ternyata mendapatkan hasil
8 (100%) responden dalam kategori baik, dibandingkan dengan 8
Variabel Kelompo Mean SD t P- responden yang menggunakan Kasa Kering ternyata 3 (37,5%)
k value responden dalam kategori baik, dan 5 responden (62,5%) kategori
Jumlah Intervensi 6,67 1,506 3,278 0,008 cukup. Hasil penelitian Bakkara (2012) di RSU Kota Tanjung
Lama Kontrol 10,67 2,582 Pinang didapatkan bahwa pada hari ke 5 penyembuhan luka post
penyemb appendiktomi pada kelompok intervensi sembuh 100%.
uhan Perawatan luka adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan
Pasien debris organik maupun anorganik sebelum menggunakan balutan
untuk mempertahankan lingkungan yang optimum pada tempat
luka untuk proses penyembuhan. Normal saline 0,9% adalah
Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa rerata lama larutan yang banyak dipakai sebagai agen pembersih luka, sebab
penyembuhan luka pada kelompok intervensi yaitu sembuh hari ke normal saline adalah larutan isotonik, tidak mengganggu proses
6,67 hari dengan standar deviasi sebesar 1,506, sedangkan lama penyembuhan luka, tidak merusak jaringan, tidak menyebabkan
penyembuhan luka pada kelompok kontrol didapatkan yaitu sensitifitas atau alergi di kulit dan tidak merubah atau
sembuh hari ke 10,67 hari dengan standar deviasi 2,582. Hasil dari menghilangkan kehidupan-kehidupan bakteri-bakteri normal yang
kedua kelompok itu juga didukung oleh hasil uji bivariat dengan t- ada di kulit (Setiadi, dkk, 2006).
test independent yang menghasilkan nilai p value 0,008 sehingga Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah
dapat disimpulkan terdapat perbedaan lama penyembuhan luka merupakan cara yang paling efektif untuk menyembuhkan luka.
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol di Ruang Balutan tersebut tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. zat-zat udara yang lain. Kondisi yang demikian merupakan
lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan
IV. PEMBAHASAN melakukan replikasi secara optimum, karena pada dasarnya sel
dapat di lingkungan yang lembab atau basah (Burnsurgery, 2004).
A. Karakteristik Responden Luka jika terbuka dibiarkan terkena udara maka lapisan
Penelitian dari 12 responden didapatkan hasil 6 responden permukaannya akan mengering. Sel-sel epitel pada tepi luka
kelompok intervensi rentang usia 20-40 tahun dengan rata-rata bergerak di bawah lapisan tersebut, sampai sel-sel tersebut
29,67 tahun, sedangkan 6 responden kelompok kontrol rentang usia mencapai kondisi lembab yang memungkinkan mitosis dan migrasi
26-52 tahun dengan rata-rata 41,67 tahun. Hasil penelitian ini sel untuk menembus permukaan yang rusak. Waktu yang panjang
hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Hayati (2010) akibat membiarkan luka itu mengering mengakibatkan lebih
di RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan lebih dari separoh 18 banyak jaringan yang hilang dan menimbulkan jaringan parut yang
responden (60%) umur responden ≥ 50 tahun. akhirnya menghambat penyembuhan (Moya J. Morison, 2004).
Penuaan dapat mengganggu semua tahap penyembuhan Kondisi sebuah luka jika dipertahankan tetap lembab di
luka karena kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan bawah pembalut semipermiabel atau pembalut oklusif, maka
pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, penyembuhan dapat terjadi jauh lebih cepat. Terdapat suatu
proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan lingkungan
memperlambat proses penyembuhan luka. Semakin tua usia yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat
seseorang maka akan terjadi perubahan vaskuler yang dapat berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan (Moya
mengganggu sirkulasi ke daerah luka (Potter & Perry, 2006). J. Morison, 2004).
Berdasarkan analisis peneliti terdapat perbedaan usia dalam Berdasarkan analisa peneliti, bahwa perawatan luka bersih
proses penyembuhan luka antara kelompok intervensi dan kontrol, dengan menggunakan kasa basah NaCl 0,9% memberikan hasil
bahwa sebagian besar pasien lama penyembuhan luka post yang lebih baik dalam proses penyembuhan luka bersih khusus
laparatomi lebih banyak didapatkan pada pasien kelompok kontrol luka post laparatomi. Terbukti bahwa dari penelitian yang
yang memiliki usia > 50 tahun, rentang usia 26-52 tahun dengan dilakukan pada 6 responden paling lama penyembuhan luka pasien
rata-rata 41,67 tahun, dibandingkan kelompok intervensi rentang adalah hari ke 8. Ini menunjukkan dengan diberikan perawatan
usia 20-40 tahun dengan rata-rata 29,67 tahun, usia ini bisa luka menggunakan kasa basah NaCl 0,9% yang tepat, maka dapat
merupakan salah satu faktor yang memperkuat penyembuhan luka memicu proses pembentukan kapiler baru yang berdampak dalam
pasien kelompok kontrol lebih lama dibandingkan kelompok memperpendek masa rawat luka pasien. Adanya pemberian kasa
intervensi. Masing-masing klasifikasi usia memiliki kemampuan yang basah akan memberikan suasana lembab pada daerah luka
dan kebutuhan yang berbeda dalam pelaksanaan program sehingga elastisitas kulit disekitar luka tetap terjaga, kasa basah
perawatan diri.usia dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka juga bisa mengangkat crusta yang ada pada luka yang akhirnya
seseorang karena terdapat perbedaan proses penyembuhan luka proses penyembuhan akan lebih baik karena tidak terhambat oleh
pada anak-anak dan dewasa. Hal ini berdampak terhadap adanya crusta.
penurunan fisik yang dimiliki pasien itu sendiri, sehingga dalam Pembalutan dengan kasa kering akan mempengaruhi proses
penuaan tersebut akan mengganggu terhadap penyembuhan luka penyembuhan luka. Terlihat dari penelitian yang dilakukan pada 6
itu sendiri, dikarenakan pada usia tersebut banyaknya perubahan responden penyembuhan luka paling lama adalah hari ke 13. Ini
terutama pada perubahan vaskuler yang menganggu ke daerah menunjukkan bahwa balutan yang tidak menggunakan kasa basah
luka, penurunan fungsi hati, mengganggu sintesis faktor akan mengakibatkan suhu disekitar luka yang kering akan
pembekuan, responden inflamasi lambat. mempengaruhi proses penyembuhan luka, karena kulit disekitar
luka menjadi tidak elastis. Crusta tidak terangkat sepenuhnya
B. Hasil Penelitian sehingga adanya crusta pada luka akan menghambat proses
1. Analisa Univariat penyembuhan luka dan akan menimbulkan bekas luka.
a. Mengidentifikasi Lama Penyembuhan Luka Post Laparatomi
Kelompok Intervensi dan Kontrol Setelah Diberikan Perawatan 2. Analisa Bivariat
Luka a. Rerata Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Bersih Post
Berdasarkan analisis univariat didapatkan bahwa hasil Laparatomi Setelah Diberikan Perawatan Luka menggunakan
distribusi responden berdasarkan lama penyembuhan luka post Teknik Kasa Basah NaCl 0,9% Dan Teknik Kasa Kering
laparatomi pada kelompok intervensi didapatkan lama Hasil analisis bivariat didapatkan terdapat perbedaan rata-
penyembuhan luka (min-max = 5-8 hari ) dengan rata-rata 6,67 rata lama penyembuhan luka pada kelompok intervensi yaitu
hari, dibandingkan dengan kelompok kontrol penyembuhan luka sembuh hari ke 6,67 hari dengan standar deviasi sebesar 1,506,
lebih lama (min-max = 7-13 hari) dengan rata-rata 10,67 hari. Hasil sedangkan lama penyembuhan luka pada kelompok kontrol
penelitian yang telah diperoleh hampir sama dengan hasil didapatkan yaitu sembuh hari ke 10,67 hari dengan standar deviasi
penelitian yang dilakukan oleh Setiadi, dkk (2006), di Rumah Sakit 2,582. Hasil dari kedua kelompok itu juga didukung oleh hasil uji
Marinir Gunungsari Surabaya terhadap 8 responden yang bivariat dengan t-test independent yang menghasilkan nilai p value
0,008 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan lama Tahun 2014, maka dapat disimpulkan : Dari 12 orang responden
penyembuhan luka yang signifikan antara kelompok intervensi dan didapatkan lama penyembuhan luka post laparatomi pada
kontrol di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014. kelompok intervensi sembuh pada hari ke 5-8 hari dengan rata-rata
Hasil penelitian yang telah diperoleh hampir sama dengan 6,67 hari, dibandingkan dengan kelompok kontrol penyembuhan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiadi, dkk (2006), di Rumah luka lebih lama 7-13 hari dengan rata-rata 10,67 hari. Ada
Sakit Marinir Gunungsari Surabaya menjelaskan ada perbedaan perbedaan lama penyembuhan luka bersih post laparatomi setelah
antara perawatan luka bersih dengan menggunakan kasa basah diberikan perawatan luka menggunakan teknik kasa basah NaCl
NaCl dan tanpa menggunakan kasa basah NaCl dengan nilai p= 0,9% dan teknik kasa kering di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil
0,001. Padang Tahun 2014 (p = 0,008). Bagi Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Penelitian yang dilakukan oleh Bakkara (2012) di RSU Padang diharapkan perbandingan perawatan luka post laparatomi
Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau mengatakan bahwa ada dengan menggunakan teknik kasa basah NaCl 0,9% dapat
perbedaan yang signifikan dalam penyembuhan luka post berkontribusi dalam pelayanan rawat luka dan memperbaiki SOP
appendiktomi antara kelompok yang menggunakan sodium klorida perawatan luka yang ada dan mensosialisasikan ke perawat
0,9% dengan kelompok yang menggunakan povidine iodine 10%. sehingga akan meningkatkan pemahaman perawat terhadap
Kondisi balutan yang lembab atau sedikit basah merupakan perubahan pada penggunaan teknik kasa basah, hal ini juga dapat
cara yang paling efektif untuk menyembuhkan luka karena terdapat meningkatkan tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat
suatu keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan dalam memilih teknik perawatan luka khususnya luka post
lingkungan yang lembab serta untuk mengeluarkan eksudat yang laparatomi, serta perawat dapat memperhatikan kondisi dan bentuk
berlebihan (Moya J. Morison, 2004). luka sebelum melakukan perawatan luka, selain itu juga
Luka basah dibiarkan terbuka lama pada saat menunggu memberikan kenyamanan pada pasien dan mencegah terjadinya
pemeriksaan, maka temperatur permukaan dapat menurun, infeksi pada pasien selama menjalani proses perawatan luka.
pemulihan jaringan ke suhu tubuh dan aktifitas mitosis sempurna,
dapat memakan waktu sampai 3 jam (Setiadi, dkk, 2006). DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan analisis peneliti, disimpulkan bahwa adanya
perbedaan lama penyembuhan luka bersih post laparatomi yang (1) Bakkara (2012). Pengaruh Perawatan Luka Bersih Menggunakan
diberikan perawatan luka dengan menggunakan teknik kasa basah Sodium Klorida 0,9% dengan povidine iodine 10% terhadap
NaCl 0,9% dengan yang tidak diberikan perawatan luka penyembuhan luka Post Apppendiktomi di RSU Kota Tanjung
menggunakan teknik kasa basah NaCl 0,9%, karena dengan Pinang Kepulauan Riau. Skripsi
diberikan perawatan luka bersih menggunakan kasa basah NaCl (2) Hayati, 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
0,9% lebih efektif dalam proses penyembuhan luka bersih dari Penyembuhan Luka Pasca Operasi Di IRNA Bedah RSUP
pada hanya dengan kasa kering, karena balutan yang sebelumnya Dr.M.Djamil Padang (Skripsi). Padang : Universitas Andalas
dibasahkan dengan NaCl 0,9% untuk membalut luka post operasi (3) Lubin, Michael F. Et. al. 2010. Medical Management of the
sangat baik untuk kesembuhan luka, sebab pembalutan dengan Surgical Patient, A Textbook of Perioperative Medicine, Fourth
kasa basah NaCl bisa menciptakan iklim yang lembab pada suatu Edition. England : Cambridge
luka dan luka tidak mengalami dehidrasi, sehingga proses (4) Morison, Moya J. 2004. Manajemen luka, Jakarta : Buku
penyembuhan luka dapat tercapai lebih cepat dan sempurna Kedokteran EGC
sehingga lama hari rawat pasien menjadi berkurang. (5) Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi
Apabila terjadi komplikasi khususnya komplikasi setelah 4, Jakarta: EGC
laparatomi perlu mendapat perhatian yang besar karena beberapa (6) R, Vicky. 2012. Hubungan Antara Faktor Individu, Sosio
komplikasi dapat terjadi setelah operasi dan apabila tidak ditangani Demografi, Dan Administrasi Dengan Lama Hari Rawat Pasien
dengan baik, maka lama hari rawat pasien akan menjadi panjang Rawat Inap Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (Skripsi). Jakarta :
yang akhirnya dapat menyebabkan dampak pada peningkatan biaya Universitas Indonesia.
perawatan pasien yang semakin lama dirawat biaya semakin (7) Setiadi, dkk. (2006). Perbandingan Efektifitas Perawatan Luka
meningkat serta dampak bagi Rumah Sakit akan bertambahnya Dengan Kasa Kering Dan Kasa Basah NaCl Dalam Proses
setiap tahun tingkat persentase lama hari rawat pasien sehingga Penyembuhan Luka Bersih Di Poli Bedah Rumah Sakit Marinir
akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Gunung Sari Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan : 57-64
(8) Sjamsuhidajat & Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi.
Jakarta: EGC
V. KESIMPULAN (9) S. Feky, 2013. Gambaran Pelaksanaan Mobilisasi Dengan Pola
Eliminasi Fekal Pasien Paska Laparatomi Di IRNA B (Bedah)
Setelah dilakukan penelitian pada 12 orang responden RSUP.Dr.M.Djamil Padang (Skripsi). Padang : Universitas
tentang pengaruh perawatan luka bersih dengan menggunakan Andalas.
teknik kasa basah NaCl 0,9% terhadap lama penyembuhan luka
post laparatomi di Ruang Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang

Você também pode gostar