Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dosen Pembimbing :
Pembimbing Klinik
Disusun Oleh:
Navy Dwi Puspitaningrum
Fitriya Irawati
Yaser Woretma
Suryo Prasetyo Aji
Yurongki Donana
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan industri,
urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam,
peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan aktivitas mengakibatnya terjadi peningkatan
insiden obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada
peningkatan insiden gagal jantung (Huddak&Gallo, 2010).
Jantung mempunyai fungsi utama yaitu untuk memompakan darah. Hal ini dapat
dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik,
system katupnya sendiri serta irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan ketidaknormalan
pada salah satu diatas maka akan mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan
dapat menyebabkan kegagalan memompa.
Gagal Jantung (Hearth Failure) adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah
yang dipompa oleh jantung oleh setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Kadang
orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal
jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban
kerjanya (Wahyu Rahayu Ningsih, 2009)
Menurut Naga (2012), apabila jantung tidak dapat mencukupi jumlah darah yang
dibutuhkan, maka mekanisme kompensasi tubuh akan bekerja, sehingga jantung akan tetap
dapat mencukupi kebutuhan jaringan. Namun, apabila jantung harus melakukan pekerjaan
pada keadaan-keadaan yang lebih sulit, mekanisme kompensasi ini tidak cukup untuk
menanggulanginya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya ke gagal jantung.
Congestive Heart Failure (CHF) termasuk salah satu penyakit urutan tertinggi dalam
daftar penyebab kematian di beberapa Negara Barat. Sementara, di Negara tropis, penyakit
ini juga menjadi penyebab yang penting dari invaliditas (cacat), bahkan kematian.
Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler termasuk di dalamnya
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data
Word Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika
menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun 2004 melaporkan 5,2 juta
penduduk Amerika menderita gagal jantung.
Angka kejadian Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia atau yang biasa disbeut
gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara
5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat (Karson, 2012).
Data statistik yang diperoleh dari Ruang Bougenvile RSUD Banyumas pada tahun 2014
selama 5 bulan terakhir dari bulan Januari sampai bulan Mei tahun 2014 jumlah pasien
dengan gangguan system kardiovaskuler 97 orang dari 245 orang, sedangkan yang menderita
CHF 78 orang (87%). CHF dalam 10 besar kasus di Ruang Kenangan menempati urutan
pertama (Profil RSUD Banyumas Tahun 2014).
Pada penderita gagal jantung kongestif perlu penanganan konservatif yang meliputi
usaha-usaha untuk meningkatkan curah jantung, mencegah kegagalan jantung lebih lanjut.
Dampak penyakit jantung pada pasien dapat terjadi komplikasi serius seperti syok
kardiogenik, episode trombo emboli, efusi pericardium dan tamponade pericardium, serta
merupakan ancaman kesehatan yang dapat menimbulkan kematian.
Berdasrkan data diatas maka kelompok kami tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada pasien dengan diagnosa medis CHF.
Kelompok kami melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisa data, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi dengan harapan agar dapat dijadikan sebagai acuan
untuk melakukan perawatan pada kasus gagal jantung kongestif.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan dokumentasi keperawatan dengan mengaplikasikan secara
langsung proses keperawatan pada Ny. I dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
pola nafas dengan diagnosa medis CHF di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk memaparkan
proses keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola
nafas pada pasien dengan diagnosa medis CHF di IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang,
sebagai berikut:
a. Pengkajian
b. Analisa data dan penerapan diagnosa keperawatan
c. Rencana tindakan keperawatan
d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Secara umum pola napas tidak efektif dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana ventilasi
atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat (NANDA, 2015).
B. ETIOLOGI
Beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan munculnya masalah keperawatan
gangguan oksigenasi mengenai pola napas tidak efektif adalah (NANDA, 2015):
1. Hiperventilasi
2. Sindrom Hipoventilasi
3. Deformitas tulang
4. Nyeri
5. Deformitas dinding dada
6. Ansietas
7. Keletihan
8. Keletihan otot pernafasan
9. Disfungsi neuromuscular
10. Gangguan musculoskeletal
11. Obesitas
12. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
13. Cedera medulla spinalis
14. Gangguan neurologis (EEG positif, trauma kepala, gangguan kejang)
15. Imaturitas neurologis
C. FAKTOR PENCETUS/PRESIPITASI
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi mengenai pola napas tidak
efektif yaitu bisa terjadi karena faktor pencetus dari penyakit penyebabnya seperti:
Pneumonia, CHF, Infark Miokard Akut, Status asmatikus dll (Brunner, 2006)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk memastikan masalah keperawatan pola
napas tidak efektif diantaranya (Kozier, 2010):
1. Pemeriksaan spirometri
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang keluar masuk
paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu volume
udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi secara
biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu jumlah udara
yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot ekspirasi setelah
ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa dalam paru
setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam
satu kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC), yaitu jumlah
udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal yang dapat
masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV).
Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumlah udara
maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ± 6000 ml, P = ±
4200 ml.
h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran napas yang
tidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15 x/menit).
Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang berbaring
dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke
diafragma, sedangkan volume udara paru menungkat sehingga ruangan yang diisi
udara berkurang.
j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah yang digunakan
adalah arteri radialis (mudah diambil).
2. Pemeriksaan fisik dada
3. Rontgen
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya
sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan
memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang
padat memberi kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut (Suparmi, 2008)
:
1. Tingkat kesadaran
2. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
3. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut
4. Dada
a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea,
atau obstruksi jalan pernafsan)
b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
c. Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernafasan)
d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e. Suara nafas tidak normal
f. Bunyi perkusi ( resonansi)
g. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)
5. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda gagal
ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)
6. Jantung
a. Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya
oksigen ke dalam miokard
b. Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
7. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian
tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,
menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel
8. Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume
9. Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri mesenterika merupakan
potensial komplikasi yang fatal
10. Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda dini
syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria.
11. Kulit
Warna dan suhu kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : Minggu, 18 Februari 2018
Jam : 22.15 WIB
Tanggal Pengkajian : Senin, 19 Februari 2018
Jam : 07.30 WIB
Ruang : IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Salatiga
Pendidikan : SMTA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. RM : C503541
Diagnosa medis : Cronic Heart Failure (CHF)
3. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas, jalan nafas paten, pasien tampak tenang
b. Breathing
Pengembangan dada tidak simetris, pernafasan cepat dan dangkal, tampak menggunakan
otot bantu nafas, adanya penurunan ekspansi paru, RR 34 x/menit, vocal fremitus tidak
teraba, suara paru ronki basah halus di dextra dan sinistra. pasien menggunakan O2 nasal
kanul dengan 4 lpm, hasil foto thorax terdapat efusi pericard DD/ pancardiomegali,
pulmo tampak infiltrate, efusi plura kanan dan suspek efusi pleura kiri.
c. Circulation
Tekanan darah 118/60 mmHg, nadi 112 x/menit, SPO2 100%, nadi perifer teraba kuat,
tidak ada ketegangan pada vena cordis, suhu 36, 6 C, ektremitas hangat, ada edema di
ektremitas atas kanan, dan ektremitas bawah kanan kiri, CRT > 2 detik, tidak
ada perdarahan, kulit elastis, terdapat ascites, hasil EKG sinus tachycardia, dan Right
Ventricular Hypertrophy (RVH). Ekstremitas atas kanan terpasang srynge pump
dobutamin 1,8ml/jam, infus NaCl 0,9 % ml 8 tpm, ekstremitas atas kiri terpasang srynge
pump furosemide 0,5 cc/jam.
d. Disability
Tingkat kesadaran klien Compos Mentis, kondisi umum baik dengan GCS 3 (E4M6V5)
Pupil isokor diameter kanan 2 mm kiri 2 mm
Kekuatan otot pada ekstemitas kanan atas dan bawah 5-5 dan ekstremitas kiri atas dan
bawah klien 5-5
5 5
5 5
e. Exposure
Terdapat luka pada ekstermitas bawah dextra dan sinistra. Ekstermitas atas dextra dan
sinistra terpasang IV line, klien tidak terpasang DC.
4. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian SAMPLE
1) Symptom
Klien tidak mengalami penurunan kesadaran, GCS 15 (E4M6V5), terdapat luka pada
ekstermitas bawah kanan dan kiri, terdapat edema pada ektremitas atas kanan, dan
edema pada ektremitas bawah kanan dan kiri, klien sesak nafas dengan RR : 34
x/menit, terdengar suara ronchi basah halus pada lapang paru kanan dan kiri,
terdapat ascites.
2) Allergy
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi obat atau makanan dan minuman.
3) Medication
- Infus NaCl 0,9 % 8 tpm
- Injeksi furosemide 0,5cc/jam
- Injeksi Dobutamin 1,8 ml/jam
- Miniaspim 8mg/ 24 jam
- CPG 75 mg/ 24 jam
- Spinorolactone 25 mg/ 24 jam
- Digoxin 0,25 mg/ 24 jam
- N- Acetisystein 40 mg/8 jam
- Atorvastatin 40 mg/ 24 jam
- Bicnat 500 mg/ 24 jam
4) Past Illnes
Klien mengatakan keluarga mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit jantung.
5) Last Meal
Keluarga mengatakan bahwa klien terakhir makan nasi, sayur, dan minum teh.
6) Event
Klien mengalami sesak nafas 4 hari , perut membesar, kencing klien sedikit, kedua
kaki bengkak, dan tangan kanan bengkak. Pasien sebelumnya dirawat di RSUD
Salatiga tanggal 22 januari 2018 dilakukan bedah vaskuler pada kaki kanan tanggal
26 Januari 2018 dan kaki kiri pada tanggal 30 Januari 2018. Klien mendapatkan
therapy furosemide 40 mg, bicnat 500 mg/24jam, N-acetiasystein 400mg/8jam,
atorvastatin 40 mg/ 24jam, paracetamol 500 mg/ 8 jam, miniaspi 80 mg/ 24 jam,
CPG 75 mg/ 24 jam, spinorolactone 25mg/ 24 jam, digoxin 0,25 mg jam
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital
- TD 118/60 mmHg
- MAP = 2 x 60+118 = 79 mmHg
3
- RR 34 x/menit.
- Nadi 112 x/menit
- Suhu 36,6 0C
2) Keadaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : Kepala berbentuk mesochepal, persebaran rambut merata, rambut
berwarna hitam.
Palpasi : tidak ada benjolan disekitar kepala, tidak ada nyeri
tekan
b) Mata
- Inspeksi : mata simetris antara kanan dan kiri, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, refleks mata
terhadap cahaya normal, tidak tampak adanya lesi disekitar mata.
.Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan intraokuler mata.
c) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris antara kanan dan kiri,
pelebaran nares hidung simetris, tidak tampak adanya lesi, tidak ada
perdarahan dan sekresi, terpasang O2 nasal 4 lpm
g) Thorak
Paru-paru
Inspeksi : pengembangan nafas tidak simetris, tampak
menggunakan otot bantu nafas, adanya penurunan
ekspansi paru ,RR = 34 x/menit.
Palpasi : taktil fremitus kedua sisi tidak teraba
Perkusi : Bunyi sonor di paru kiri dan suara redup di paru
kanan
Auskultasi : Terdengar suara ronki basah halus di kedua lapang paru
h) Jantung
Inspeksi : tidak tampak adanya lesi di dada kiri, ictus cordis
tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC VI 1 cm linea
midklavikularis sinistra
.
Perkusi : terdapat suara redup pada batas jantung kanan atas
sela iga II garis parasternal kanan dan batas jantung kanan bawah
sela iga IV garis midklavikularis kanan, batas jantung kiri sela iga
IV bergeser ke lateral kanan
Auskultasi: Bunyi jantung I –II meningkat dan ireguler. TD: 118/60 mmHg
i) Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, ascites
Auskultasi : bising usus tidak terdengar.
Palpasi : dinding abdomen supel, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
Kanan Kiri
5 5
5 5
Pergerakan
Kanan Kiri
+ +
+ +
Pemeriksaan
Kimia klinik
Glukosa 138 80-160 Normal Mengetahui kadar glukosa dalam
sewaktu darah
Pemeriksaan Radiologi
X foto thoraks AP Semierect (Asimetris, Inspirasi kurang) tgl 19 Februari 2018 pukul 00.40
WIB
Kesan : Efusi pericard DD / Pancardiomegali, Pulmo tak tampak Infiltrat, Efusi pleura kanan,
suspek efusi pleura kiri
Diagnosa
No Data Fokus Masalah Etiologi TTD
Keperawatan
1 DS : Tim
Klien mengatakan sesak napas Ketidakefektifan Hiperventilasi Ketidakefektifan pola KMB
Klien mengatakan jika tiduran ia tidak bisa bernapas pola nafas nafas (00032) b.d
DO :
Hiperventilasi
RR 34 – 50 x/mnt
Pernapasan cepat dan dangkal
Terdapat peningkatan usaha napa
Ekspansi dinding dada asimetris
Suara napas ronki basah halus pada lapang paru kanan dan
kiri
Perkusi : bunyi sonor di paru kiri dan suara redup di paru
kanan
Efusi pleura kanan, suspek efusi pleura kiri
DS :
Klien mengatakan sesak napas
Klien mengatakan jika tiduran ia tidak bisa bernapas
DO :
RR 34 – 50 x/mnt
Nadi 112 x/mnt
Pernapasan cepat dan dangkal Gangguan Pertukaran
Terdapat peningkatan usaha napas, Gangguan Perubahan Gas ( 0030) b.d
2
Pertukaran Gas Membran Kapiler Perubahan membran
Klien terlihat kelelahan
kapiler
Ekspansi dinding dada asimetris
pH = 7,461 (diatas normal)
PCO2 = 23,0 mmHg (dibawah normal)
HCO3 = 16,5 mmol/L (dibawah normal)
BE = -5,1 mmol/L (normal)
Hasil = Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
PF ratio = PO2 / FiO2 = 184,7:32 x 100 = 577,2
3 DS : Penurunan Curah Penurunan Penurunan Curah
Klien mengatakan ia merasa kelelahan Jantung Kontraktilitas Jantung (0029) b.d
DO : Penurunan
Nadi 112 x/mnt Kontraktilitas
Pemeriksaan EKG : tgl 27 Februari 2018 : Sinus takikardia,
dan sinus aritmia
Klien terlihat kelelahan
Terdapat edema di ekstremitas atas dan bawah, serta perut
klien ( Edema Anasarka)
4 DS : Kelebihan Gangguan Kelebihan volume
Klien mengatakan seluruh badannya membesar sejak volume cairan mekanisme cairan Ekstavaskuler
seminggu lalu Ekstavaskuler regulasi (0026) b.d Gangguan
DO : mekanisme regulasi
Terdapat edema di ekstremitas atas dan bawah, serta perut
klien ( Edema Anasarka)
Penapasan cepat dan dangkal
RR : 34 50 x/mnt
Foto thorax Kesan : Efusi pericard DD / Pancardiomegali,
Efusi pleura kanan, suspek efusi pleura kiri
Hb sedikit menurun 12,5
Ht sedikit menurun 39,5
5 DS : Intoleransi Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan ia merasa kelelahan aktivitas antara suplai dan (0092) b.d
DO : kebutuhan oksigen Ketidakseimbangan
Klien terlihat lelah antara suplai dan
RR : 34 – 50 /mnt kebutuhan oksigen
TD : 118 / 60 mmHg
Pemeriksaan EKG : tgl 27 Februari 2018 : Sinus takikardia,
dan sinus aritmia
Klien hanya beraktivitas di tempat tidur dengan posisi
fowler
ADL dibantu seluruhnya oleh ibu klien dan perawat
6 DS : Kerusakan Post bedah Kerusakan Integritas
Klien mengatakan tgl 30 januari kedua kakinya dioperasi Integritas jaringan Vaskuler jaringan (0044) b.d Post
DO : bedah vaskuler
Terdapat luka balut pada kaki kedua kaki klien ( post bedah
vaskuler
Luka dibalut dengan kassa, tidak terdapat rembesan, tidak
berbau,
Balutan terlihat bersih
B. Diagnosa Keperawatan
TGL/ DIAGNOSA TGL/
NO TTD TTD
JAM DITEMUKAN KEPERAWATAN JAM TERATASI
1 Senin, 19 Februari 2018 Ketidakefektifan pola nafas (00032) b.d
Pukul 07.40 WIB Hiperventilasi
2 Senin, 19 Februari 2018 Gangguan Pertukaran Gas ( 0030) b.d
Pukul 07.40 WIB Perubahan membran kapiler
3 Senin, 19 Februari 2018 Penurunan Curah Jantung (0029) b.d
Pukul 07.40 WIB Penurunan Kontraktilitas
4 Senin, 19 Februari 2018 Kelebihan volume cairan Ekstavaskuler (0026)
Pukul 07.40 WIB b.d Gangguan mekanisme regulasi
5 Senin, 19 Februari 2018 Intoleransi aktivitas (0092) b.d
Pukul 07.40 WIB Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6 Senin, 19 Februari 2018 Kerusakan Integritas jaringan (0044) b.d Post
Pukul 07.40 WIB bedah vaskuler
C. Intervensi Keperawatan :
NAMA : Ny. I
NO CM : C503541
UMUR : 36 tahun
Fluid monitoring
NO CM : C503541
UMUR : 36 tahun
O:
Klien tampak tidur
dengan posisi semi
fowler
RR 34x/menit,
Ronchi basah (+/+)
Terpasang O2 3 Lpm
RR : 30x/menit
O:
RR : 30 x/menit
11.00 1,2,3,4 Mengkaji ekstremitas akan S:
Kel 3
adanya oedema, sianosis Klien mengatakan kaki
tangannya terasa berat dan KMB
bengkak
O:
Akral dingin,
Extremitas tampak
oedema (+),
sianosis (-)
11.15 1,2,3,4,
Memonitor intake cairan S:- Kel 3
5,6
memonitor tetesan infus O: KMB
Infus nacl 0,9 % 8 tetes/menit
Dobutamin 1,8 ml/jam
(syring pump)
Furosemid 0,5 ml/jam (syring
pump)
11,30 1,2,3,4
membatasi intake cairan S: Kel 3
KMB
Menganjurkan untuk minum
sedikit
Klien mengatakan ingin
minum
O:
13.50 4
Mengukur intake dan output S : - Kel 3
cairan O : oedema (+), KMB
intake minum/Infus : 600 CC / 6
jam, output urine : 250 CC / 6 jam
NO CM : C503541
UMUR : 36 tahun
RR : 30 x/menit
SPO2 100%,
O2 = 3 LPM
pH = 7,461 (diatas normal)
PCO2 = 23,0 mmHg (dibawah
normal)
HCO3 = 16,5 mmol/L
(dibawah normal)
BE = -5,1 mmol/L (normal)
A:
Masalah Teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi :
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Monitor respirasi dan status
O2
Monitor suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Berikan nebuliser dengan
menggunakan obat birotec,
bisolvon, atroven dan NaCl
masing-masing 1 cc.
2. Jam 14:00 Ketidakefektifan pola S:
Kel 3
nafas (00032) b.d Klien mengatakan masih
Hiperventilasi merasakan sesak nafas. KMB
O:
1. RR : 30 x/menit
2. SPO2 100%,
3. O2 = 3 LPM
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi :
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Monitor respirasi dan status
O2
Monitor suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Kolaborasi pemberian terapi
oral expectorant (N-
Acetisystein 40 mg)
Berikan bronkodilator,
Nebulisasi
Melihat hasil pemeriksaan
BGA
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi :
Kaji ekstremitas akan adanya
oedema, sianosis
Ukur tekanan darah dan nadi
klien
Kolaborasi pemberian
Furosemid 0,5 ml/jam (syring
pump)
Batasi intake cairan
Monitor balance cairan intake
output
5. Jam 14.00 Intoleransi aktivitas S:
Kel 3
(0092) b.d Klien mengatakan senang
Ketidakseimbangan dibantu oleh perawat dalam KMB
antara suplai dan mobilisasi maupun ADLs
kebutuhan oksigen
O:
Klien tampak nyaman dengan
posisi semi fowler
P : Lanjutkan Intervensi
Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat
Bantu klien memenuhi
kebutuhan ADLs
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
6. 14.00 Kerusakan Integritas S:
Kel 3
jaringan (0044) b.d Post Klien mengatakan luka
bedah vaskuler pada kedua kakinya KMB
belum sembuh
O:
Terdapat luka balut pada
kaki kedua kaki klien (
post bedah vaskuler
Luka dibalut dengan
kassa, tidak terdapat
rembesan, tidak berbau,
Balutan terlihat bersih
A:
Masalah belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
Kolaborasi Pemberian
Antibiotik untuk
mempercepat
kesembuhan luka.
Kolaborasi ahli gizi
dalam dukungan nutrisi
pasien yang menunjang
kesembuhan luka
BAB IV
PEMBAHASAN
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Smeltzer & Bare,
2001). Pasien dengan congestive heart failure biasanya terjadi tanda dan gejala sesak nafas
yang spesifik pada saat istirahat atau saat beraktivitas dan atau rasa lemah, tidak bertenaga,
retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan fungsi
jantung.
Kasus pada Ny. I (58 tahun), yaitu mengalami keluhan sesak nafas, sesak semakin memberat
jika untuk aktivitas, klien hanya bisa melakukan kegiatan yang sangat ringan, terasa lemas, kaki
dan tangan bengkak, posisi klien tidur dengan semi fowler, dengan pemberian oksigen nasal
3l/mnt. Klien di diagnosa dengan CHF NYHA 3, yaitu pasien hanya dapat melakukan kegiatan
yang ringan di tempat tidur
Pada kasus ini, klien ditemukan dengan sesak nafas terpasang O2 3l/mnt. Pola nafas tidak
efektif terjadi karena ventikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru
sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru(Nugroho, dkk, 2016). Menurut Suratinoyo, Rottie, Massi
(2016) pada pasien gagal jantung kongestif sering kesulitan mempertahankan oksigenasi
sehingga mereka cenderung sesak nafas.
Intervensi yang dilakukan pada kasus ini, yaitu dengan pemberian posisi semi
fowler. Pemberian posisi semi fowler ini sangat membantu memaksimalkan ventilasi paru,
sehingga klien merasa lebih nyaman, sesak berkurang, pernafasan reguler. .Menurut Marmi
(2016) posisi yang sesuai untuk keadekuatan oksigen adalah posisi semi fowler,
keuntungan dari posisi ini adalah mendorong isi perut kebawah dan mengurangi tekanan
dinding thorak pada paru-paru sehingga ekspansi maksimal, hal tersebut membuat pasien
mudah untuk bernafas. Hasil ini menunjukkan klien lebih merasa nyaman, RR 20x/mnt
reguler.
DAFTAR PUSTAKA
Aidemark, et al. 2014. Challenges for Heart Failure Patients’ Self-Care Systems – Analysis of
Patients’ Needs. Elsevier: procedia technology.
Babtiste, DL.2014. A Nurse Guided Patient Centered Education Program. Journal of Nursing
Education and Practice
Brunner & Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (edisi kedelapan), volume
2. Jakarta : EGC.
Dochterman, Joanne. 2013. Nursing Classification (NIC) Six Edition. Mosby Elsevier.
Fadli. 2016. Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Sensitivitas Barorefleks Arteri pada
Klien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Makassar
: STIKES Muhammadiyah Sidrap. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 2
Herdman, Heather. 2010. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC.
Kozier B. 2010.Buku Ajar Praktek Klinik Keperawatan: konsep, proses, praktik. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A 2014, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika. Marmi. (2016). Ketrampilan dasar Praktek Klinik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Nugroho,T.,Bunga,T.P. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan International Ed 10. Jakarta: EGC.
Nanda Internasional, 2015, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, EGC,
Jakarta.
Suparmi, Y, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
PT Citra Aji Parama.