Você está na página 1de 7

10 SAHABAT NABI YANG DIJAMIN MASUK SURGA

OLEH ALLAH SWT


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Biografi Abu Bakar As-Sidiq. Abu Bakar As-Sidiq adalah orang yang paling awal memeluk agama
Islam (assabiqunal awwalun), sahabat Rasullullah Saw., dan juga khalifah pertama yang dibaiat
(ditunjuk) oleh umat Islam. Beliau lahir bersamaan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw. pada
572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah
ibni Abi Quhaafah. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan
kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak
menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal dan para budak, sulit diterima bahwa Abu
Bakar justru termasuk dalam mereka yang memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil
mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk Islam).

Abu Bakar berarti ‘ayah si gadis’, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang
sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang kemudian diubah oleh Rasulullah
menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu
Quhafah (Abu Quhafah adalah kunya atau nama panggilan ayahnya). Gelar As-Sidiq (yang dipercaya)
diberikan Nabi Muhammad SAW sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagaimana orang-orang yang pertama masuk Islam, cobaan yang diderita Abu Bakar As-Sidiq cukup
banyak. Namun ia senantiasa tetap setia menemani Nabi dan bersama beliau menjadi satu-satunya
teman hijrah ke Madinah pada 622 Masehi.

Menjelang wafatnya Rasullullah, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat menggantikannya. Hal ini
diindikasikan bahwa Abu Bakar kelak akan menggantikan posisi Nabi memimpin umat. Setelah wafatnya
Rasullullah, maka melalui musyawarah antara kaum Muhajirin dan Anshar memilih Abu Bakar sebagai
khalifah pertama, memulai era Khulafaur Rasyidin. Meski ditentang oleh sebagian muslim Syiah karena
menurut mereka Nabi pernah memilih Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya, namun Ali bin Abi Thalib
menyatakan setia dan mendukung Abu Bakar sebagai khalifah.

Segera setelah menjadi khalifah, urusan Abu Bakar banyak disibukkan oleh pemadaman pemberontakan
dan pelurusan akidah masyarakat yang melenceng setelah meninggalnya Nabi. Beliau memerangi
Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru
menggantikan Nabi Muhammad Saw, dan juga memungut zakat kepada suku-suku yang tidak mau
membayarnya setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw. Mereka beranggapan bahwa zakat adalah
suatu bentuk upeti terhadap Rasullullah. Setelah usainya pemberontakan dan berbagai masalah
internal, beliau melanjutkan misi Nabi Muhammad menyiarkan syiar Islam ke seluruh dunia. Abu Bakar
mengutus orang-orang kepercayaannya ke Bizantium dan Sassanid sebagai misi menyebarkan agama
Islam. Khalid bin Walid juga sukses menaklukkan Irak dan Suriah dengan mudah.

Beliau menjadi khalifah dalam jangka waktu 2 tahun. Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634
di Madinah. Beliau dimakamkan di samping makam Rasullullah Saw. Selanjutnya posisi khalifah
digantikan oleh Umar bin Khatab.
2. Umar bin Khattab
Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu
Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart
menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa. Beliau lahir di
Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel
bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang
pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia
menjadi juara gulat di Mekkah.

Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras
membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat keras dalam membela agama
tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Bahkan putrinya
dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar
berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang
muslim (Nu’aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah
memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.

Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an (surat Thoha), ia
menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh
pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian
menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur’an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari
itu juga.

Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan
yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar
serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang
sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah.
mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan
hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah
dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya.
Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk
menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu. Selama masa jabatannya,
khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium).

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Lukluk, seorang budak asal Persia yang dendam atas kekalahan
Persia terhadap Islam pada suatu subuh saat Umar sedang mengerjakan shalat. Umar meninggal pada
25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan
3. Ustman bin Affan
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal
sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan
ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain
yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua
dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti
Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal
Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman
bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh
Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja
dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi
perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu
kepadanya?”

Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan
kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan
tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah,
Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman
dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk
menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke
Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000
1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk,
nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000
dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan
untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah
memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di
musim kering.

Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik
khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah
bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam,
dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal.
Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang
pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman
menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan
masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam
kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan
khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid;
membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus,
Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini
banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari
dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam.
Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para
pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-
Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang
syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

4. Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun),
sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut
pandangan Sunni. Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam pertama dari 12
imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan
memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia mempercayai
Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Masa
remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda
cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk
membuka gudang tersebut.

Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-
orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali
dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra. Ali tidak hanya tumbuh menjadi
pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak
berjasa membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan
Perang Khaibar.
Setelah wafatnya Rasullullah, timbul perselisihan perihal siapa yang akan diangkat menjadi khalifah.
Kaum Syiah percaya Nabi Muhammad telah mempersiapkan Ali sebagai khalifah. Tetapi Ali dianggap
terlalu muda untuk menjabat sebagai khalifah. Pada akhirnya Abu Bakar yang diangkat menjadi khalifah
pertama. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, keadaan politik Islam menjadi kacau. Atas dasar
tersebut, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah mendesak agar Ali segera menjadi khalifah. Ali
kemudian dibaiat beramai-ramai, menjadikannya khalifah pertama yang dibaiat secara luas. Namun
kegentingan politik membuat Ali harus memikul tugas yang berat untuk menyelesaikannya.

Perang saudara pertama dalam Islam, Perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya fitnah seputar
kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit. Beliau meninggal di usia
63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan
Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan
Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan
secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Selanjutnya kursi kekhalifahan dipegang secara turun temurun oleh keluarga Bani Umayyah dengan
khalifah pertama Muawiyah. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Kulafaur Rasyidin.
5. Thalhah bin Abdullah
Thalhah bin Ubaidillah (wafat 36 H/ 656 M) adalah seorang sahabat nabi berasal yang dari suku
Quraisy, Thalhah ra. merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Thalhah
dijuluki "Burung elang hari Uhud". Dia menggunakan dirinya menjadi perisai bagi Nabi Muhammad saat
pertempuran Uhud. Ia akhirnya meninggal akibat terpanah pada Perang Jamal.

Thalhah bin Ubaidillah adalah Pribadi yang Pemurah dan Dermawan. Thalhah masuk Islam melalui anak
pamannya, Abu bakar As sidiq Ra.

Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.
Ibunya bernama Ash-Sha'bah binti Al Hadrami, saudara perempuan Al Ala'. Wanita ini telah menyatakan
dirinya sebagai seorang muslimah. Beliau seorang pemuda Quraisy yang memilih profesi sebagai
saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar,
hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Thalhah bin Ubaidillah masuk Islam

Pada suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah bin
Ubaidillah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya.

Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak,"Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang
berasal dari kota Makkah?." "Ya, aku penduduk Makkah," sahut Thalhah. "Sudah munculkah orang di
antara kalian orang bernama Ahmad?" tanyanya. "Ahmad yang mana?" "Ahmad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke
negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur,
memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung
pendeta itu.

Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, hingga tanpa menghiraukan kafilah
dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada
keluarganya,"Ada peristiwa apa sepeninggalku?" "Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya
Nabi dan Abu Bakar As Siddiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya," jawab
mereka.

"Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang
berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli
sejarah Quraisy," gumam Thalhah bin Ubaidillah lirih.

Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah langsung mencari Abu Bakar As Siddiq. "Benarkah Muhammad bin
Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?" "Betul." Abu Bakar As Siddiq menceritakan
kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira' sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar As Siddiq
mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk masuk Islam. Usai Abu Bakar As Siddiq bercerita Thalhah bin
Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar As Siddiq
tercengang. Lalu Abu Bakar As Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan
menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah bin
Ubaidillah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.

Bagi keluarganya, masuk Islamnya Thalhah bin Ubaidillah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya
dan orang-orang satu sukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu,
namun karena pendirian Thalhah bin Ubaidillah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan
demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya
dengan tangan terbelenggu di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan
memukuli kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah bin
Ubaidillah, yaitu ibunya, Ash-Sha'bah.

Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakar As Siddiq
dan Thalhah bin Ubaidillah mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke algojo hingga darah
mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini. Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar As Siddiq dan
Thalhah bin Ubaidillah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia. Tidak hanya sampai disini
saja cobaan dan ujian yang dihadapi Thalhah bin Ubaidillah, semua itu tidak membuatnya surut,
melainkan makin besar bakti dan perjuangannya dalam menegakkan Islam, hingga banyak gelar dan
sebutan yang didapatnya antara lain Assyahidul Hayy, atau syahid yang hidup.

Pengorbanan Thalhah kepada Rasulullah SAW

Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu bakar Ra selalu teringat pada Thalhah ra. Ia berkata, "Perang
Uhud adalah harinya Thalhah ra. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah
SAW. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini."
Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari
tangannya putus." Diceritakan ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah SAW dalam
bahaya akibat ketidakdisiplinan pemanah-pemanah dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan
musyrikin bagai kesetanan merangsek maju untuk melumat tentara muslim dan Rasulullah SAW,
terbayang di pikiran mereka kekalahan yang amat memalukan di perang Badar.

Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh keluarga mereka sewaktu perang Badar
dan berniat akan membunuh dan memotong-motong dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari
Rasulullah SAW. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari Rasulullah
SAW. Tetapi kaum muslimin dengan sekuat tenaga melindungi Rasulullah SAW, melindungi dengan
tubuhnya dengan daya upaya, mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan anak panah. Tombak
dan panah menghunjam mereka, tetapi mereka tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati
mereka berucap dengan teguh, "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah saw.". Salah
satu diantara mujahid yang melindungi Nabi SAW adalah Thalhah ra. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia
ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah saw. yang tubuhnya berdarah.
Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia
ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya bagai laron yang tidak memperdulikan maut.
Alhamdulillah, Rasulullah saw. selamat.

Thalhah memang merupakan salah satu pahlawan dalam barisan tentara perang Uhud. Ia siap
berkorban demi membela Nabi SAW. Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena ALLAH
menganugrahkan kepada dirinya tubuh kuat dan kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada
agama ALLAH. Akhirnya kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah
SAW telah tewas. Alhamdulillah, Rasulullah saw. selamat walaupun dalam keadaan menderita luka-luka.
Baginda dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan
kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya Rasulullah saw. dengan ayah
ibuku." Nabi SAW tersenyum dan berkata, " Engkau adalah Thalhah kebajikan." Di hadapan para
sahabat Nabi SAW bersabda, " Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh ...." Yang dimaksud nabi
SAW adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan "Burung elang
hari Uhud."

Wafatnya Thalhah

Sewaktu terjadi pertempuran "Aljamal", Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra dan Ali Ra
memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia
segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia wafat.
Thalhah wafat pada usia enam puluh tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra.

Rasulullah saw pernah berkata kepada para sahabat Ra, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang
siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi maka lihatlah Thalhah ra". Hal itu juga
dikatakan ALLAH dalam firman-Nya : "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada ALLAH, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan
diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
(Al-Ahzaab: 23)

Thalhah menikah dengan Su'da binti Auf. Thalhah dikaruniai 14 orang putera dan puteri, yaitu:
Muhammad As Sajjad, Imran, Isa, Ismail, Ishak, yaakub, Musa, Zkaria, Yusuf, Yahya, Aisyah (Istri Mush'ab
bin Zubair bin Awwam), Ummu Ishak (Istri Hasan bin Ali), Sha'bah, Maryam.

6. Zubeir bin Awwam


7. Sa'ad bin Abi Waqqas
8. Sa'id bin Zaid
9. Abdurrahman bin 'Auf
10. Abu 'Ubaidah bin Jarrah

Você também pode gostar