Você está na página 1de 19

A.

Judul : Eksraksi Minyak Biji Bintaro Dengan Menggunakan Metode


Soxhletasi Dengan Pelarut Etil Asetat
B. Tujuan : Mahasiswa Dapat Menentukan Kadar Minyak Pada Biji Bintaro
Dengan Menggunakan Metode Soxhletasi
C. Dasar Teori :
Tumbuhan Bintaro sebagaimana tumbuhan yang lain, memiliki klasifikasi
dan tata nama sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Cerbera Gambar 1. Buah Bintaro
Spesies : Carbera odollam Gaertn

Tumbuhan bintaro mempunyai ciri berupa batang tegak, berkayu, bulat, dan
berbintik-bintik hitam. Daunya memiliki karakteristik tunggal, trsebar, lonjong, tepi
rata, ujung dan pangkal meruncing, tipis, licin, prtulangan menyirip, mempunyai
panjang sekitar 15-20 cm dan lebar 3-5 cm. Bentuk bunga yang dimiliki tumbuhan
bintaro majmuk, berkelamin dua, di ujung batang, tangkai putik panjang 2-2,5 cm
berjumlah empat, kepala sari coklat, kepala putik hijau keputih-putihan, mahkota
berbentuk terompet,ujung pecah menjadi lima, halus, brwarna putih yang agak
wangi serta batang berwarna kelabu. Buahnya berbentuk bulat seperti bola
berwarna hijau dan apabila matang berwarna muda dan seterusnya berwarna hitam.
Biji bintaro berbentuk pipih, dan panjang, sedangkan akarnya tunggang dan
berwarna coklat [1].
Bintaro tumbuh dan berkembang dari daerah bakau, pada lazimnya
ketinggian pohon tidak lebih tinggi dari 20 m, terdapat cukup banyak terutama di
sepanjang tepi-tepi sungan dan pantai. Dari biji bintaro yang masak, dapat
menghasilkan minyak untuk lampu. Selain itu minyak biji bintaro juga dapat
digunakan untuk memasak benang guna penyerapan zat-zat warna, obat kudis, serta
dapat menjadi obat sendi, apabila dicampurkan dengan minyak-minyak lain setelah
dipanaskan. Apabila dikonsumsi, biji tumbuhan bintaro dapat menyebabkan
muntah, mengantuk, denyut nadi menjadi lemah, tekanan darah menjadi rendah,
keletihan, sakit perut, degup jantung yang tidak normal dan mata yang
mengembang. Daun tumbuhan ini juga dapat memberi pengaruh pada sistem saraf
pusat [1].
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan di
laboratorium kimia organic. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai metode
pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan pelarut
berdasarkan beda kelarutan antara zat satu dan yang lainnya. Ekstraksi dingin dapat
dilakukan dengan maserasi (perendaman) dan enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas
dilakukan dengan pemisahan mengguanakan alat (metode sokhletasi). Pelarut yang
digunakan sedikit dan keefisienan dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi
kekurangan dalam metode ini adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang titik
didihnya rendah [2].
Sokhletasi merupakan proses pemisahan (ekstrak padatan) suatu bahan alam
dengan palarut organic yang menggunakan alat sokhlet. Pada umumnya metode ini
digunakan untuk memisahkan lemak dan minyak. Pada tahapan prosesnya, teknik
sokhletasi ini hamper sama dengan partisi cair-cair, namun yang membedakannya
adalah cara pemisahannya. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak
dengan menggunakan pelarut organic. Setalah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat
ditimbang dengan dihitung presentase kadar sampelnya. Proses pemisahan dengan
metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang digunakan masih utuh, dapat
digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan masih utuh karena pada
penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh tadi memisahkan pelarut
yang ada dalam filtrate. Dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena
pemanasan [2].
Tetapi metode ini kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak
yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya denagn cara diuapkan. Alasan dari
pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar dihasilkan zat-zat terlarut sebagai
ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali. Soklet terdiri dari:
1. Pengaduk / granul anti-bumping
2. Still pot (wadah penyuling)
3. Bypass sidearm
4. Thimble selulosa
5. Extraction liquid
6. Syphon arm inlet
7. Syphon arm outlet
8. Expansion adapter
9. Condenser (pendingin) Gambar 2. Alat Soxhletasi
10. Cooling water and Cooling water
Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstrasian emak pada suatu bahan
makanan. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam
labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepatKerugian metode ini
ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk
ekstraksi senyawa yang tahan panas. [2].
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5.
Senyawa ini merupakan ester dari ethanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat adalah pelarut polar
menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat dibuat melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol. Reaksi
esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks asam
karboksilat bersama etanol dengan katalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversible yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis,
kesetimbangan reaksi akan tercapai lebih cepat. Asam yang dapat digunakan
sebagai katalis adalah asam sulfat, asam klorida, dan asam fosfat. Dari reaksi asam
asetat dan etanol inilah akan menghasilkan etil asetat dengan persamaan reaksinya :

CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2 O


Asam asetat Etanol Etil asetat dan Air

Gambar 3. Struktur Etil Asetat

Beberapa kegunaan etil asetat :


1. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan baku pembuatan plastik
2. Untuk kebutuhan industri farmasi
3. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak
4. Sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, flavor, kosmetik, dan minyak atsiri [3].

Evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu evaporasi yang


berarti proses penguapan yang terjadi secara alami dan evaporasi yang dimaknai
proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu
peralatan. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan
dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat
cair mendidih [4].
Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu:
1. Pemberian panas ke dalam cairan makin tinggi pressure makin besar panas
yang dibutuhkan . Jadi pressure perlu diturunkan untuk mendapatkan kondisi
operasi yang optimal.
2. Pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap.
Peristiwa bubbling yaitu terbentuknya nukleat sebagai awal pembentukan
gelembung.
3. Pemisahan uap dari cairan.
4. Mengkondensasikan uapnya [4].
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)
dengan penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya
secara alami dan penambahan steam. Proses evaporasi yang berlangsung secara
alami ialah proses penguapan yang terjadi begitu saja diruang lingkup dunia, dengan
bantuan sinar matahari secara langsung, tanpa adanya alat-alat bantu dari manusia,
inilah yang dimaksud dengan evaporasi ataau penguapan secara alami. Sedangkan
evaporasi atau penguapan dengan penambahan steam sebagai alat penyuplai
panasnya adalah salah satu upaya manusia dalam menciptakan produk baru dengan
menggunakan system kerja evaporasi alami yang ditransfer kedalam proses
menggunakan mesin-mesin. Evaporasi ini berlangsung dengan adanya mesin atau
alat-alat penyuplai panas pengganti dari sinar matahari, alat tersebut dinamakan
evaporator [5].
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat dimana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa
saja terdiri dari beberapa komponen volatile (mudah menguap).
Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.
Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan
contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator [5].

Gambar 4. Alat Evaporasi


Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya.
Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas
oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan
energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain. Titik didih cairan yang
diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur tekanan pada permukaan
uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur tinggi, maka evaporator
dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi dalam industri secara
normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan kebutuhan panas [5].
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya,selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
denganadanya pendingin balik.Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi
uap dan kembalikondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan
dalam industri danlaboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk
memasok energiuntuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran
reaksi cairditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini
terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan
kembalike didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal
kemudiandipanaskan keras untuk kursus reaksi [6].

Gambar 5. Alat Refluks


Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia
yangdilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-
samadengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi
padakondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembalimenuju labu alas bulat, akan menyaring kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlagsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan [6].
Pengertian Untuk Uji Kimia
1. Uji Titik Leleh
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi
cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami
perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan. Oleh karena itu
tekanan biasanya tidak dilaporkan pada penentuan titik leleh, kecuali kalau
perbedaan dengan tekanan normal terlalu besar. Pada umumnya titik leleh
senyawa organic mudah diamati sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi
hampir sama dengan temperatur dimana zat telah meleleh semuanya. Contohnya :
suatuzat dituliskan dengan range titik leleh 122,1°- 122,4°C dari pada titik
lelehnya 122,2°C [7].
Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari
titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan
perluasan range titik leleh. Misalnya : suatu asam murni diamati titik lelehnya
pada temperatur 122,1°C – 122,4°C penambahan 20% zat padat lain akan
mengakibatkan perubahan titik lelehnya dari temperatur 122,1°C – 122,4°C
menjadi 115°C - 119°C. Rata – rata titik lelehnya lebih rendah 5°C dan range
temperatur akan berubah dari 0,3°C jadi 4°C. Titik leleh ini sangat penting karena
merupakan standar untuk: Identifikasi senyawa yang tidak diketahui, uji
kemurnian, dan menentukan berat molekul dari suatu senyawa [7].
2. Uji Massa Jenis
Massa jenis (density) suatu zat adalah kuantitas konsenrasi zat dan dinyatakan
dalam massa persatuan volume. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh
temperature. Semakin tinggi temperatur, kerapatan suatu zat semakin rendah
karena molekul-molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan
temperaur menyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis dan
volume suatu zat memiliki hubungan yang berbanding terbalik [8].
3. Uji Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang
sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda
titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi
iodometri [9].
4. Uji Indeks Bias
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau
konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dan sebagainya.
Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan
refraksi cahaya. Prinsip pengukuran dapat dibedakan oleh cahaya,
penggembalaan kejadian dan total refleksi. Semua ini adalah pembiasan atau
reflaksi total cahaya yang digunakan. Indeks bias adalah perbandingan kecepatan
cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias
berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada
suhu 200 c dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena
sangat mempengaruhi indeks bias. Harga indeks bias dinyatakan dalam
farmakope Indonesia edisi empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada
panjang gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm, dan untuk mencapai kestabilan, alat
harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standart. Refraktometer Abbe
adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan [10].
5. Uji Bilangan Iod
Bilangan iodium mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun
minyak dan lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk
senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya
ikatan rangkap. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan
iodium (dua atom iodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak).
Semakin banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan.
Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh
dan demikian pula derajat ketidakjenuhan (bilangan iodium) dari lemak
bersangkutan. Asam lemak januh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh
adalah cair, karenanya semakin tinggi bilangan iodium semakin tidak jenuh dan
semakin lunak lemak tersebut [11].
Bilangan iodium dinyataka sebagai banyaknya garam iod yang diikat oleh
100 gram minyak atau lemak. Penentuan bilangan iodium dapat dilakukan
dengan cara hanus atau cara Kaufmaun dan cara Von Hubl atau cara Wijs. Pada
cara hanus, larutan iod standarnya dibuat dalam asam asetat pekat (glasial) yang
berisi bukan saja iod tetapi juga iodium bromida. Adanya iodium bromida dapat
mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs menggunakan larutan iod dalam asam
asetat pekat, tetapi mengandung iodium klorida sebagai pemicu reaksi [12].
6. Uji Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak
atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH
akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu
molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan
titrasi menggunakan HCL sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui. Angka
penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak
yang disusun oleh sam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai
berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar
dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka
penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya
(mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak
[13].
7. Uji pH
pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam
suatu larutan di mana: pH = -log[H+ ] Nilai pH yang paling rendah adalah pH =
0 [H+ ] sangat tinggi atau dalam kata yang lain larutan sangat asam) dan nilai pH
yang paling tinggi adalah pH = 14 ([H+ ] sangat sedikit atau dalam kata yang lain
larutan sangat alkali). Nilai pH H2O yang murni sama dengan “7” dan larutan
lain yang bernilai pH = +/- 7 disebut larutan netral. pH atau derajat keasaman
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh
suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH
> 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7
menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan
pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indicator sederhana
yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila
keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan
kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH
mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan
alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika
dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi
yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen.
pH adalah singkatan dari power of Hydrogen [14].
8. Uji Bilangan Asam
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Bilangan
asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan
berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam
dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan
asam lmak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak [15].
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula,
yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan
yang kurang baik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya
[16].
D. Alat Dan Bahan
Untuk Soxhletasi
No. Alat Bahan
1. Satu set alat soxhletasi Biji bintaro
2. Batu didih 200 mL Etil asetat
1. Uji Titik Leleh
No. Alat Bahan
1. Gelas kimia Aluminium foil
2. Thermometer Biji bintaro yang sudah dibekukan
3. Pembakar Bunsen
4. Kaki tiga
5. Statif dan klem
6. Kulkas
2. Uji Massa Jenis
No. Alat Bahan
1. Piknometer Minyak biji bintaro
2. Neraca analitik
3. Kaca arloji
3. Uji Bilangan Peroksida
No. Alat Bahan
1. Neraca analitik KI
2. Erlenmeyer 250 mL Kloroform
3. Statif dan klem Indicator PP
4. Buret Minyak biji bintaro
5. Gelas ukur Aquadest
6. Pipet tetes Asam asetat
Sodium tiosulfat
4. Uji Indeks Bias
No. Alat Bahan
1. Pipet tetes Minyak biji bintaro
2. Gelas kimia
5. Uji Bilangan Iod
No. Alat Bahan
1. Neraca analitik Miyak biji bintaro
2. Erlenmeyer Asam asetat
3. Statif dan klem Kloroform
4. Pipet tetes H2O
5. Gelas ukur Na2S2O3
Indicator amilum
6. Uji Bilangan Penyabunan
No. Alat Bahan
1. Refluks Minyak biji bintaro
2. Erlenmeyer HCl
3. Buret Indicator PP
4. Statif dan klem KOH
5. Neraca analitik
7. Uji Bilangan Asam
No. Alat Bahan
1. Pipe tetes Minyak biji bintaro
2. Erlenmeyer Methanol
3. Buret Indicator PP
4. Statif dan klem KOH
5. Neraca analitik
6. Gelas ukur
8. Uji pH
No. Alat Bahan
1. Kertas indicator Minyak biji bintaro

E. Prosedur Kerja
Untuk Soxhletasi
1. Uji Titik Leleh

2. Uji Massa Jenis


3. Uji Bilangan Peroksida

4. Uji Indeks Bias


5. Uji Bilangan Iod

6. Uji Bilangan Penyabunan


7. Uji Bilangan Asam

8. Uji pH
Daftar Pustaka

[1] Marheni., dan Setyoningrum, T.M., 2010, Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Menggunakan Katalis Asam Padat Skripsi. Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional: Yogyakarta.
[2] Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[3] Palwa, Andari Yuta. 2016. Variasi Penambahan Asam Asetat Dan Katalis Pada
Proses Esterifikasi Etanol Dari Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca I.)
Menjadi Etil Asetat. Politeknik Negri Sriwijaya.
[4] McCabe, Warren L. "Operasi teknik kimia jilid 1 / Warren L. McCabe, Julian C.
Smith, Peter Harriott; alih bahasa E. Jasjfi "1999.
[5] Long, Robert. B, 1995. In Waste Separation Processes Minimization. Marcel Dekker,
Inc., New York.
[6] Akhyar.2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar
dan Buah Bakau (rhizophora stylosagriff.) Terhadap Vibrio Harveyi.
Makassar: Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
[7] Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik. Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga
[8] Besari, Ismail. 2005. Kamus Fisika. Bandung: Pionir Jaya.
[9] Tranggono dan Setiaji, B., 1989, Biokimia Pangan, 112-113, Pusat Antar Universitas
pangan Gizi UGM, Yogyakarta.
[10] Hidayah, Nurul. 2014. Laporan Indeks Bias. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia
Fakultas FMIPA Unversitas Udayana.

[11] Sudarmadji S, dkk. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
[12] Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
[13] Herlina, Netti.2002.Lemak dan Minyak.Medan: Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sumatera Utara
[14] Chairini, Nini dan Syafei, Zakirullah. 2015. pH Meter, Persiapan Larutan
Penyangga. Prodi: Magister Ilmu Biolmedik
[15] Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta : UI-Press
[16] Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Você também pode gostar