Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tumbuhan bintaro mempunyai ciri berupa batang tegak, berkayu, bulat, dan
berbintik-bintik hitam. Daunya memiliki karakteristik tunggal, trsebar, lonjong, tepi
rata, ujung dan pangkal meruncing, tipis, licin, prtulangan menyirip, mempunyai
panjang sekitar 15-20 cm dan lebar 3-5 cm. Bentuk bunga yang dimiliki tumbuhan
bintaro majmuk, berkelamin dua, di ujung batang, tangkai putik panjang 2-2,5 cm
berjumlah empat, kepala sari coklat, kepala putik hijau keputih-putihan, mahkota
berbentuk terompet,ujung pecah menjadi lima, halus, brwarna putih yang agak
wangi serta batang berwarna kelabu. Buahnya berbentuk bulat seperti bola
berwarna hijau dan apabila matang berwarna muda dan seterusnya berwarna hitam.
Biji bintaro berbentuk pipih, dan panjang, sedangkan akarnya tunggang dan
berwarna coklat [1].
Bintaro tumbuh dan berkembang dari daerah bakau, pada lazimnya
ketinggian pohon tidak lebih tinggi dari 20 m, terdapat cukup banyak terutama di
sepanjang tepi-tepi sungan dan pantai. Dari biji bintaro yang masak, dapat
menghasilkan minyak untuk lampu. Selain itu minyak biji bintaro juga dapat
digunakan untuk memasak benang guna penyerapan zat-zat warna, obat kudis, serta
dapat menjadi obat sendi, apabila dicampurkan dengan minyak-minyak lain setelah
dipanaskan. Apabila dikonsumsi, biji tumbuhan bintaro dapat menyebabkan
muntah, mengantuk, denyut nadi menjadi lemah, tekanan darah menjadi rendah,
keletihan, sakit perut, degup jantung yang tidak normal dan mata yang
mengembang. Daun tumbuhan ini juga dapat memberi pengaruh pada sistem saraf
pusat [1].
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan di
laboratorium kimia organic. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai metode
pemisahan komponen dari suatu campuran dengan menggunakan pelarut
berdasarkan beda kelarutan antara zat satu dan yang lainnya. Ekstraksi dingin dapat
dilakukan dengan maserasi (perendaman) dan enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas
dilakukan dengan pemisahan mengguanakan alat (metode sokhletasi). Pelarut yang
digunakan sedikit dan keefisienan dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi
kekurangan dalam metode ini adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang titik
didihnya rendah [2].
Sokhletasi merupakan proses pemisahan (ekstrak padatan) suatu bahan alam
dengan palarut organic yang menggunakan alat sokhlet. Pada umumnya metode ini
digunakan untuk memisahkan lemak dan minyak. Pada tahapan prosesnya, teknik
sokhletasi ini hamper sama dengan partisi cair-cair, namun yang membedakannya
adalah cara pemisahannya. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak
dengan menggunakan pelarut organic. Setalah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat
ditimbang dengan dihitung presentase kadar sampelnya. Proses pemisahan dengan
metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang digunakan masih utuh, dapat
digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan masih utuh karena pada
penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh tadi memisahkan pelarut
yang ada dalam filtrate. Dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena
pemanasan [2].
Tetapi metode ini kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak
yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya denagn cara diuapkan. Alasan dari
pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar dihasilkan zat-zat terlarut sebagai
ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali. Soklet terdiri dari:
1. Pengaduk / granul anti-bumping
2. Still pot (wadah penyuling)
3. Bypass sidearm
4. Thimble selulosa
5. Extraction liquid
6. Syphon arm inlet
7. Syphon arm outlet
8. Expansion adapter
9. Condenser (pendingin) Gambar 2. Alat Soxhletasi
10. Cooling water and Cooling water
Soxhlet biasa digunakan dalam pengekstrasian emak pada suatu bahan
makanan. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam
labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepatKerugian metode ini
ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk
ekstraksi senyawa yang tahan panas. [2].
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5.
Senyawa ini merupakan ester dari ethanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud
cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat adalah pelarut polar
menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat dibuat melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol. Reaksi
esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks asam
karboksilat bersama etanol dengan katalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversible yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis,
kesetimbangan reaksi akan tercapai lebih cepat. Asam yang dapat digunakan
sebagai katalis adalah asam sulfat, asam klorida, dan asam fosfat. Dari reaksi asam
asetat dan etanol inilah akan menghasilkan etil asetat dengan persamaan reaksinya :
E. Prosedur Kerja
Untuk Soxhletasi
1. Uji Titik Leleh
8. Uji pH
Daftar Pustaka
[1] Marheni., dan Setyoningrum, T.M., 2010, Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah
Menggunakan Katalis Asam Padat Skripsi. Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional: Yogyakarta.
[2] Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[3] Palwa, Andari Yuta. 2016. Variasi Penambahan Asam Asetat Dan Katalis Pada
Proses Esterifikasi Etanol Dari Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca I.)
Menjadi Etil Asetat. Politeknik Negri Sriwijaya.
[4] McCabe, Warren L. "Operasi teknik kimia jilid 1 / Warren L. McCabe, Julian C.
Smith, Peter Harriott; alih bahasa E. Jasjfi "1999.
[5] Long, Robert. B, 1995. In Waste Separation Processes Minimization. Marcel Dekker,
Inc., New York.
[6] Akhyar.2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar
dan Buah Bakau (rhizophora stylosagriff.) Terhadap Vibrio Harveyi.
Makassar: Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
[7] Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik. Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga
[8] Besari, Ismail. 2005. Kamus Fisika. Bandung: Pionir Jaya.
[9] Tranggono dan Setiaji, B., 1989, Biokimia Pangan, 112-113, Pusat Antar Universitas
pangan Gizi UGM, Yogyakarta.
[10] Hidayah, Nurul. 2014. Laporan Indeks Bias. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia
Fakultas FMIPA Unversitas Udayana.
[11] Sudarmadji S, dkk. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
[12] Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
[13] Herlina, Netti.2002.Lemak dan Minyak.Medan: Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sumatera Utara
[14] Chairini, Nini dan Syafei, Zakirullah. 2015. pH Meter, Persiapan Larutan
Penyangga. Prodi: Magister Ilmu Biolmedik
[15] Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta : UI-Press
[16] Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.