Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
GASTRITIS ANTRUM
Pimpinan Sidang:
dr. Meivina R Pane, Sp. PD
Oleh:
Ella Finarsih 130100008
Vina Andita Harahap 130100110
David 130100244
Erwin Kristianto Simangunsong 130100251
Angelin Putri Gozali 130100379
LEMBAR PENGESAHAN
Pimpinan Sidang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Gastritis Antrum”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pimpinan
sidang, dr. Meivina R. Pane, Sp.PDdan kepada Chief of Ward dr. Jamaluddin dan dr.
Ermawati M. H. Siregar yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak
masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2 Tujuan
1. Mengerti dan memahami tentang gastritis,
2. Dapat mengintegrasikan teori terhadap pasien dengan gastritis antrum
3. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
gastritis.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gastritis berasal dari dua kata, yaitu gaster dan itis.Gaster sendiri memiliki
arti lambung dan itis memiliki arti peradangan atau inflamasi, sehingga gastritis
dapat didefinisikan sebagai peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa lambung dan berdasarkan
pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa.1
Mukosa lambung terdiri dari sel-sel yang memproduksi asam dan enzim.
Asam dan enzim ini akan berperan dalam pencernaan makanan, sedangkan mukus
berperan dalam melindungi mukosa lambung dari asam. Ketika mukosa
mengalami inflamasi, maka produksi asam, enzim dan mukus akan terganggu.
Gastritis merupakan gangguan kemerahan pada mukosa yang nampak pada saat
pemeriksaan endoskopi dan tidak bisa menggantikan istilah dispepsia.6
2.2. Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Klasifikasi
Sampai saat ini belum ada klasifikasi gastritis yang dapat diterima secara
luas.Salah satu klasifikasi yang digunakan oleh banyak ahli adalah the Sydney
System yang diperbaharui. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.11
Tabel 2.1. Klasifikasi gastritis kronik berdasakan topograpi,
morfologi dan etiologi.11
8
Gastritis dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan atas ada
tidaknya atropi dan distribusi topografi dari atropi.Atropi yaitu tidak
ditemukannya kelenjar pada mukosa atau terdapatnya fibrosis atau proliferasi
fibromuskular atau hilangnya mukosa normal dan digantikan dengan intestinal
metaplasia.Kelompok besar ini seperti terlihat pada gambar 2.2.11
FoxP3.Treg meningkatkan toleransi terhadap antigen diri sendiri dan pada saat
bersamaan memfasilitasi pertumbuhan tumor melalui imunosupresi.Beberapa
studi menyebutkan peningkatan dari TH1, TH2, Treg, mengindikasikan
keseimbangan imunomodulasi pejamu untuk inflamasi.Infeksi H.pylori memiliki
respon TH1 yang kuat yang dimediasi oleh sitokin TH1 termasuk IFN-γ, IL-12,
TNF-α, dll. Kondisi inflamasi ini diseimbangkan dengan IL-10 dari Treg untuk
menyebabkan infeksi kronik dengan imunosupresi parsial.16
2.6. Diagnosis
Berdasarkan pemikiran bahwa penyebab gastritis sangat luas, maka
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan feses perlu dilakukan secara
cermat.Anamnesis riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid (NSAID),
13
terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
5. Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang
mungkin tidak dapat dilihat dengan sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskopi.
a. Jumlah sel parietal dan chief cells bertambah dengan produksi asam yang
semakin banyak.
b. Peningkatan kepekaan sel parietal terhadap stimulasi gastrin.
c. Peningkatan respon gastrin terhadap makanan
d. Penurunan hambatan pelepasan gastrin dari mukosa antrum setelah pengasaman
isi lambung.
e. Pengosongan lambung yang lebih cepat dengan berkurangnya hambatan
pengosongan akibat masuknya asam ke duodenum.
2.8. Tatalaksana
Banyak cara yang digunakan untuk mengatasi hipersekresi asam lambung.
Terapi gastritis terutama ditujukan untuk menurunkan sekresi asam lambung
untuk memperbaiki keseimbangan antara faktor agresif asam lambung dan pepsin)
dan faktor defensif dengan meningkatkan resistensi mukosa lambung
(pembentukan dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan
regenerasi sel epitel). Secara klinis pengobataa gastritis yang diakibatkan dari
penggunaan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) selama ini menggunakan
obat kimia, yang bersifat menetralkan atau mengurangi asam lambung, seperti
golongan antasida, H2 antagonist (ranitidine dan cemitidine) dan menghambat
pompa proton yang menstranpor H+ keluar dari sel parietal lambung (proton
pump inhibitor) seperti omeprazole, lansoprazole dan lain-lain.18
Selain obat – obat yang berfungsi untuk menetralkan atau mengurangi
asam lambung, kadangkala juga diberikan antibiotik jika penyebab gastritisnya
merupakan bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Pada kasus seperti ini, akan
ditambahkan terapi berupa satu atau dua antibiotik yang efektif, seperti
amoksisilin, tetrasiklin (tidak untuk anak berusia kurang dari 12 tahun),
metronidazole, dan clarithromisin selama 10 hingga 14 hari.19
16
2.9. Komplikasi
Menurut Hirlan dan Suyono, komplikasi yang timbul pada gastritis, yaitu
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena,
berakhir dengan syok hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang
terjadi perforasi.18
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus
peptikum dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.15
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinoma, yang bermula pada
sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinoma tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi Helicobacter pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi
akibat Helicobacter pylori adalah MALT (mucosa associated lyphoid
tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal.19
17
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI :
Nama : Anri Sarma Br. Sianturi
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Dusun VI, Kel. Padang Mahondang, Kec. Pulau
Rakyat, Asahan.
ANAMNESA PENYAKIT:
Keluhan utama : Nyeri Ulu Hati
Telaah : Hal ini telah dialami pasien ± 4 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri tidak menjalar. Nyeri yang dialami pasien kadang-kadang
mengganggu aktivitas. Nyeri tidak berkurang dengan pemberian makanan.
Rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, dan mual dijumpai.
Muntah tidak dijumpai. Riwayat muntah hitam dan muntah berdarah tidak
dijumpai. Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan mengalami
18
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak nafas :(-) Edema : (-)
Angina pectoris :(-) Palpitasi : (-)
Lain-lain :(-)
Saluran
Pernafasan Batuk-batuk : (-) Asma,bronkitis: (-)
Dahak :(-) Lainlain: (-)
Saluran
Pencernaan Nafsu makan : (↓) Penurunan BB: ± 4 kg
Keluhan mengunyah :(-) Keluhan defekasi: (-)
Keluhan perut : (+) mual Lain-lain: (-)
dan nyeri ulu hati
Saluran Urogenital Sakit buang air kecil :(-) BAK tersendat : (-)
Mengandung batu :(-) Keadaan urin : (-)
Haid : (-) Lain-lain: (-)
ANAMNESA FAMILI : Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterus (-/-), pupil
Isokor (3mm/3mm), reflex cahaya direk (+/+)/ indirek (+/+).
Kesan :Normal
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : deviasi septum (-), penafasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir : Dalam batas normal
Lidah : Atrofi papil lidah (-) , oral ulcer (-)
Gigi geligi : Gingiva hyperplasia (-), perdarahan pada gusi (-)
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma : membesar / tidak membesar, tingkat : (-) nodular /
multinodular/diffuse
Pembesaran kelenjar limfa : (-/-), lokasi: (-), jumlah: (-), konsistensi: (-),
mobilitas: (-), nyeri tekan: (-).
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O.
Kaku kuduk : (-), lain-lain: (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan
paru.
Palpasi
Nyeritekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri
Iktus : Teraba di ICS V, 1 cm medial LMCS
21
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas ParuHati R/A : ICS V / ICS VI
Peranjakan : ± 1cm
Jantung
Batas atas jantung : ICSIII LMCS
Batas kiri jantung : ICS V 1 cm medial LMCS
Batas kanan jantung : ICS II LPSD
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan : (-)
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1,desah sistolis (-), tingkat (-), desah
diastolis (-), lain-lain (-).
Heart Rate: 68x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP= vesikuler pada kedua lapangan paru
ST= (-)
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : simetris
Gerakan lambung/usus :tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
22
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan (+) pada
epigastrik
HATI
Pembesaran : tidak dijumpai
Permukaan : tidak teraba
Pinggir : tidak teraba
Nyeri tekan : tidak dijumpai
LIMFA
Pembesaran : Tidak dijumpai
GINJAL
Ballotement : (-) kiri/kanan, lain-lain (-)
UTERUS/OVARIUM : Tidak dilakukan pemeriksaan
TUMOR : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi
Pekak hati : (+)
Pekak beralih : (-)
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut Kosto Vertebra (-) kiri dan kanan
RESUME
ANAMNESIS
KU : Epigastric pain
Telaah : Hal ini telah dialami pasien ± 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
bersifat hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, dan tidak menjalar. Nyeri yang
dialami pasien kadang-kadang mengganggu aktivitas. Nyeri tidak berkurang
dengan pemberian makanan. Rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung,
dan mual dijumpai. Anoreksia (+) dan BB berkurang ± 4 kg dalam 1 bulan
ini.Selama ini pasien mengaku mengonsumsi makanan pedas dan asam dan
makan tidak teratur. BAK dan BAB (+) normal.
STATUS PRESENS
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Penyakit : Sedang
25
LABORATORIUM RUTIN
Darah : DBN
Kemih : DBN
Tinja : DBN
DIAGNOSIS BANDING
1. Dispepsia fungsional
2. Dispepsia organik
3. Ulkus peptikum
4. Ulkus duodenum
5. GERD
DIAGNOSIS SEMENTARA
Dispepsia fungsional
26
PENATALAKSANAAN
Aktivitas : Tirah baring
Diet : MB
Tindakan suportif : IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
Medikamentosa : - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam (IV)
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam (IV)
- Sucralfate 3 x C I
BAB 4
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal S O A P
6 April Nyeri ulu Compos mentis Dispepsia Pantau TTV
hati fungsional Berikan O2
2017 TD: 100/70 mmHg
Mual Dispepsia RL 20 Gtt/i
Muntah HR: 82 kali/menit organik Makro
kembung Ulkus Periksa
RR: 22 kali/menit peptikum EKG
T: 37oC Ulkus Periksa
duodenum darah rutin
Vas 4
GERD Periksa
Os tampak menyesak radiologi
foto thoraks
Pemfis
Kepala dan Leher :
Anemia, sklera ikterik
(-/-)
T/H/M: dbn
Leher: TVJ R- 2
cmH2O
Thoraks
Inspeksi: Simetris
Palpasi: SP ka=ki
Perkusi: Sonor
Auskul: SP: Vesikuler
ST: -
Abdomen
Inspeksi: Simetris
Palpasi: Soepel
Perkusi:Timpani
28
Auskul:Peristaltik (+)
Hasil Laboratorium :
Hb : 10,7
Eritrosit : 3,76 x 106/mm3
Leukosit : 13 x 103/mm3
Trombosit : 198
x103/mm3
HT : 31 %
LED : -
Hitung Jenis
Eosinofil : 3,2
Basofil : 0,7
Netrofil Batang: 76,6
Netrofil Segmen: 76,6
Limfosit: 1,51
Monosit: 1,14
KGDs : 274 mg/dl
Hasil EKG :
USG Abdomen :
Laporan USG:
Hati :
- Permukaan : reguler
- Pinggir : tajam
- Ukuran : normal
- Parenkim : homogen
- Asites : ( - )
- Pembuluh darah : Vena porta dan vena hepatica = normal
33
Limpa :
- Ukuran : normal
- Vena linealis : normal
Kandung Empedu :
- Ukuran : normal
- Dinding : normal
- Echo : Sludge ( - ), stone ( - )
Pankreas : Normal
Ginjal : Normal
Kesimpulan sonogram :
- Hati, limpa, kandung empedu, pankreas, ginjal normal
Gastroskopi :
34
Esofagus :
Upper third : Normal
Middle third : Normal
Lower third : Normal
Lambung :
Cardia : Normal
Fundus : Normal
Antrum : Hiperemis
Pylorus : Normal
Duodenum
1st part : normal
2nd part : normal
mg/12 jam
diberhentika
Leher: TVJ 2 cmH2O n diganti :
ABD: soepel PO
Omeprazole
Gastroskopi: gastritis 2x20mg
antrum Inj.
Ketorolac 30
Usg tidak ada kelainan mg/8j (K/P)
Inj.
Metoclopram
ide 10 mg / 8
jam (K/P)
Sucralfat
Susp. 3 xCI
36
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi Pasien perempuan berusia 44 tahun
Dyspepsia bukan merupakan diagnosis, dengan keluhan nyeri ulu hati. Hal ini
melainkan sindrom yang harus dicari telah dialami pasien ± 4 bulan sebelum
penyebabnya. Dyspepsia adalah suatu masuk rumah sakit. Nyeri bersifat
keadaan yang ditandai oleh salah satu hilang timbul, seperti Rasa penuh saat
atau lebih gejala utama area makan, cepat kenyang, kembung, dan
gastroduodenal berikut : kumpulan mual dijumpai. Anoreksia (+) dan BB
nyerti atau perasaan tidak enak yang berkurang ± 4 kg dalam 1 bulan ini.
bersifat menetap atau berulang di Selama ini pasien mengaku
daerah epigastrium, rasa penuh setelah mengonsumsi makanan pedas dan asam
makan, kembung, mual-muntah, cepat dan makan tidak teratur.
kenyang, dan pengeluaran gas
berlebihan (sendawa)
Manifestasi Klinis Pada pasien dijumpai
- Nyeri epigastrium - Nyeri epigastrium
- Mual - Mual
- Muntah - Mudah kenyang
- Mudah kenyang - Perut terasa cepat penuh saat makan
- Perut terasa cepat penuh saat
makan
Pemeriksaan Fisik Pada pasien dijumpai
- Inspeksi: simetris - Inspeksi: simetris
- Palpasi: soepel, nyeritekan (+) - Palpasi: soepel, nyeri tekan (+)
pada bagian epigastrium pada bagian epigastrium
- Perkusi: timpani - Perkusi: timpani
- Auskultasi: peristaltic - Auskultasi: peristaltic
37
BAB 6
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirlan, Gastritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, Internal
Publishing : 2009;509-512
2. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. US
Department of Health and Human Services.
3. WHO. 2010. World Health Statistics.
http://www.who.int/entity/whosis/whostat/ENWHS10Full.pdf?ua=1. Diakses
tanggal 13 Juli 2015
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
5. Wehbi M. Acute gastritis.Medscape. 2014
6. El-Zimaity HMT. Recent advances in the histopathology of gastritis.
Current Diagnostic Pathology. 2007;13:340-8.
7. Toljamo K. Gastric erosions – clinical significance and pathology. A longterm
follow-up study. University of Oulu, Finland:Acta Univ Oul: 2012: hlm 1-80.
8. Mayo clinic. Gastritis.2017 [diunduh 14 April 2017]. Tersedia dari
:http://www.mayoclinic.org
9. Rugge M, Pennelli G, Pilozzi E, Fassan M, Ingravallo G, Russo VM, et al.
Gastritis: the histology report. Digestive and Liver Disease. 2011; 43S:S373–
84.
10. Adibi P. Gastritis. [Diunduh 15 April 2017]. Tersedia dari:
http://med.mui.ac.ir
11. Dixon MF, Genta RM, Yardley H, Correa P. Classification and grading
ofgastritis: the updated Sydney system. Am J Surg Pathol. 1996;20:1161–81.
12. Tytgat, GNJ. The Sydney System : Endscopic division. Endoscopic
appearance in gastritis/duodenitis. 1991;6 : 223 – 234.
13. Lew E. Peptic ulcer disease. In: Greenberger NJ, editor. Current Diagnosis
and Treatment Gastroenterology, Hepatology, and Endoscopy.New York:
McGraw Hill; 2009.hlm.175-83.
14. Szoke D. Genetic factors related to the histological and macroscopic lesions of
the stomach. [disertasi]. Budapest: Semmelweis University;2009. Hlm 7-61.
15. Simadibrata M. Dyspepsia and Gastroesophageal Reflux Disease (GERD): Is
There Any Correlation? Acta Med Indones. 2009; 41(4): 222-7.
16. Silva MIG, de Sousa FCF. Gastric ulcer etiology. In: Chai J, editor. Peptic
Ulcer Disease. Shanghai: Intech; 2011. hlm. 3-28.
17. Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku Ajar Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2014. P925-9
18. Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC P37
19. McMAHON BJ, Bruce MG, Koch A, Goodman KJ, Tsukanov V, Mulvad G,
Borresen ML, Sacco F, Barrett D, Westby S, Parkinson AJ. The diagnosis
and treatment of Helicobacter pylori infection in Arctic regions with a high
prevalence of infection: Expert Commentary. Epidemiology and infection.
2016;144(02):225-.