Você está na página 1de 7

SENSITIVITAS PEMERIKSAAN BENEDICT UNTUK DIAGNOSIS

GLUKOSA URIN PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS

SARI PUSPA DEWI


NIM.1613353113

Program Studi DIV Teknologi Laboratorium Medik

ABSTRAK
Urinalisis adalah salah satu cara pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
menegakkan diagnosis. Pada orang normal tidak ditemukan glukosa didalam urin.
Kadar glukosa darah yang melebihi ambang ini menyebabkan glukosa masuk ke
urin yang disebut glukosuria. Pemeriksaan terdapatnya glukosa didalam urin
termasuk pemeriksaan penyaring Diabetes melitus (DM). Dimana tes yang sering
dipakai untuk membuktikan terdapatnya glukosa didalam urin adalah tes Benedict
dan carik celup. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Sensitivitas Pemeriksaan
Benedict Untuk Diagnosis Glukosa Urin Pada Penyakit Diabetes Melitus.
Penelitian ini telah dilakukan di RSUD dr. Rasidin Padang pada bulan Januari s/d
Mei 2017, dengan besar sampel 100 urine penderita diabetes melitus. Dengan
metode tes Benedict dan tes carik celup. Dari penelitian yang telah dilakukan
didapatkan hasil uji sensitivitas pemeriksaan glukosa urine penderita DM metode
Benedict sebesar 85.22%, spesifisitasnya 91.66%, PPV 98.68%, NPV 45%.
Karena banyak faktor yang dapat menimbulkan positive palsu serta sensitivitas
yang rendah pada metode Benedict. Dalam kondisi demikian pemeriksaan glukosa
urin lain yang dianjurkan menggunakan metode carik celup (gold standar) dengan
prinsip reaksi enzimatik yang spesifik mendeteksi glukosa saja.
Kata kunci : Diabetes Melitus, Sensitivitas, Metode Benedict, Carik Celup

ABSTRACT
Urinalysis is one of the most important laboratory tests to make the diagnosis. In
normal people no glucose is found in the urine. Blood glucose levels that exceed
this threshold cause glucose into the urine called glucosuria. Examination of the
presence of glucose in the urine including examination of Diabetes melitus filter
(DM). Where tests are often used to prove the presence of glucose in the urine are
Benedict and dip test. The purpose of this study was to determine the Sensitivity
of Benedict Examination for Diagnosis of Urine Glucose in Diabetes Mellitus
Disease (DMD). This research has been done in RSUD dr. Rasidin Padang in
January to May 2017, with a large sample of 100 diabetes mellitus urine. With
Benedict test method and dip test. From the research that has been done, the result
of sensitivity test of urine glucose examination of DMD of Benedict method is
85.22%, specificity 91.66%, PPV 98.68%, NPV 45%. Due to many factors that
can lead to false positives and low sensitivity on the Benedict method. In such
conditions other urine glucose testing is recommended using the gold standard
method with the principle of specific enzymatic reactions that detect glucose.
Keywords: Diabetes mellitus, sensitivity, benedict method, dip test
A. PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak
seimbangnya kemampuan tubuh menggunakan makanan secara efisisen yang
disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi disfungsi tubuh
yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat (Adamo, 2008). Diabetes
berasal dari bahasa yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon).
Melitus dalam bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes
melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak
dengan kadar glukosa yang tinggi (Corwin, 2009).
Pada DM terdiri dari DM tipe 1 dan DM tipe 2 masuk dalam kategori
penyakit tidak menular, penyakit DM tipe 2 merupakan salah satu penyebab
utama kematian atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian. Jumlah penderita DM
tipe 2 semakin meningkat pada kelompok umur dewasa terutama umur > 30 tahun
dan pada seluruh status sosial ekonomi (PERKENI, 2010).
Pada orang normal tidak ditemukan glukosa didalam urin. Tubuli sangat
berperan penting dalam menyerap kembali glukosa darah masuk ke dalam filtrat
glomerulus dan diserap kembali oleh tubuli. Akan tetapi, tubuli mempunyai
kemampuan terbatas untuk menyerap glukosa yaitu 350 mg/menit yang disebut
dengan nilai ambang ginjal terhadap glukosa yang setara dengan kadar glukosa
darah 170 mg/dl. Kadar glukosa darah yang melebihi ambang ini menyebabkan
glukosa masuk ke urin yang disebut glukosuria (Panil, 2007).
Urinalisis adalah salah satu cara pemeriksaan laboratorium yang penting
untuk menegakkan diagnosis (Lembar s, dkk. 2012). Banyak produksi akhir
metabolisme dan berbagai zat lainnya dieksresikan melalui urin. Pemeriksaan
urinalisis selain memberikan indikasi kondisi ginjal sebagai organ eksresi, juga
mampu memberikan indikasi berbagai kondisi sistemik seseorang. Itu sebabnya
urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering diminta
oleh seorang dokter.
Pemeriksaan terdapatnya glukosa didalam urin termasuk pemeriksaan
penyaring DM. Dimana tes yang sering dipakai untuk membuktikan terdapatnya
glukosa didalam urin adalah tes Benedict. Tes ini memberikan penilaian secara
semikuantitatif terdapat glukosa didalam darah (Gandsoebrata, 2007).
Pada pemakaian umumnya tes Benedict telah digantikan oleh clinitest, suatu
modifikasi komersil dengan reagennya berbentuk padat. Dan lebih praktis dari
pada tes Benedict. Tetap saja tes Benedict sama halnya dengan clinitest yang
memberikan penilaian terhadap glukosa urin secara semikuantitatif
(Gandsoebrata, 2007). Untuk itu berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
untuk membahasnya dalam penelitian yang berjudul “Sensitivitas Pemeriksaan
Benedict Untuk Diagnosis Glukosa Urin Pada Penderita Diabetes Melitus”.

B. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Rasidin Padang pada bulan Januari s/d Mei
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM yang diperiksa di
RSUD Rasidin Padang. Besar sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel.

Kriteria Inklusi dan Eklusi


Kriteria inklusinya adalah Bersedia ikut dalam penelitian, penderita diabetes
Melitus, Pasien rawat inap dan rawat jalan. Dan kriteria eklusinya adalah Sedang
mengkonsumsi obat dan vitamin C Tidak bersedia dalam penelitian.

Alat dan Bahan


alat yang digunakan adalah tabung reaksi, korek api, tabung reaksi, tabung
penjepit, rak tabung reaksi, bahan yang digunakan adalah reagen Benedict dan
carik celup merk uriscan.

Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Carik celup


Buanglah kotak dan label botol untuk area pereaksi tertentu pada produk yang
Anda gunakan. Konfirmasikan bahwa produk berada dalam tanggal kedaluwarsa
yang ditunjukkan pada label. Kumpulkan spesimen urin segar, dicampur dengan
baik, tidak disentrifugasi dalam wadah kering bersih. Campur dengan baik segera
sebelum digunakan. Keluarkan satu strip dari botol dan segera menutupnya
Periksa strip, jika daerah reagen berubah warna, jangan gunakan strip. Celupkan
strip tes ke dalam urine sampai ke test pad terakhir tidak lebih dari 1 detik. Baca
hasil tes dengan hati-hati pada 60 detik dengan cahaya yang bagus dan dengan
area uji yang berada di dekat grafik warna yang sesuai pada label botol.
Perubahan warna yang muncul hanya di sepanjang tepi bantalan uji atau setelah
lebih dari 2 menit telah berlalu tidak memiliki arti diagnostik.

Pemeriksaan Glukosa Urin Metode Benedict


Masukan 2.5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi. Teteskan sebanyak 4
tetes (jangan lebih!) urine ke dalam tabung. Masukkanlah tabung itu kedalam air
mendidih selama 5 menit. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil
reduksinya (Gandasoebrata, 2007).

Analisa Data
Selanjutnya, untuk mengetahui hasil pemeriksaan sensitifitas kedua metode,
dilakukan uji sensitifitas. Kemudian hasil yang diperoleh disajikan secara
deskriptif.
Pemeriksaan gold standart
(+) (-) total
Uji
(+) A B A+B
screening
(-) C D C+D
total A+C B+D A+B+C+D
(Tabel 3.2 Analisa Data)
Keterangan :
A : Jumlah positif benar (TP)
B : Jumlah Postif palsu (FP)
C : Jumlah negatif Palsu (FN)
D : Jumlah negatif benar (TN)
𝑇𝑃
Rumus Sensitifitas = 𝑋 100%
𝑇𝑃+𝐹𝑁

C. HASIL
Gambaran Umum Penelitian
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Rasidin Padang dengan
mengambil 100 sampel dari pasien yang memeriksakan dirinya di RSUD Rasidin.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah urine segar penderita diabetes
melitus tanpa ditentukan lama terdiagnosisnya. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari s/d Mei 2017. Penentuan hasil pemeriksaan yang pasti dilakukan
berdasarkan pemeriksaan metode carik celup sebagai gold standar dan
pemeriksaan metode Benedict sebagai screening terhadap pemeriksaan glukosa
urine.

Hasil penelitian
Dari hasil pemeriksaan tersebut dimasukkan rumus untuk mencari sensitivitas
dimasukkan kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perhitungan Sensitivitas Pemeriksaan Benedict
Metode Carik celup Total
Hasil positif Hasil negatif
Metode Hasil positif 75 1 76
Benedict Hasil negatif 13 11 24
total 88 12 100
Berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa urine penderita diabetes melitus di RSUD
Rasidin Padang ditunjukkan secara lengkap pada (tabel 4.2), bahwa dari 100
sampel urine penderita diabetes melitus menunjukkan hasil true positif (TP) 75
sampel, false negative (FN) 13 sampel, true negative (TN) 11 sampel dan false
positive (FP) 1 sampel. Dari hasil perhitungan maka ditemukan sensitivitas
pemeriksaan glukosa urin metode Benedict ialah sebagai berikut: Sensitivitas =
85.22%, spesifisitas = 91,66%, PPV = 98,68%, NPV = 45%.

Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji sensitivitas pada pemeriksaan
glukosa urin metode Benedict sebesar 85.22%, Spesifisitas sebesar 91.66%, Nilai
prediktif positif (PPV) 98.68%, Nilai Prediktif Negatif (NPV) 45%. Dari 100
pasien penderita diabetes melitus terdapat 11 pasien didapati hasil true negative
(negative sejati), hal ini bisa disebabkan oleh pasien yang telah lama
mengkonsumsi obat atau terapi obat, kadar glukosa dalam darah belum
melampaui nilai ambang ginjal (NAG) yang memungkinkan glukosa di reabsorpsi
kembali ke dalam pembuluh darah.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal (NAG) terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-
180 mg/dl atau 8.9-10 mmol/l), atau daya reabsorpsi tubulus yang menurun
(Fadillah, 2009).
Metode Benedict pada pemeriksaan glukosa urin kurang akurat
dibandingkan carik celup, dimana pada penelitian Indra Nila dan Lukitanang
Puspito tahun 2012 sensitivitas pemeriksaan glukosa urin metode carik celup
mencapai 91.66%. lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan metode Benedict (Nila,
2012). Disebutkan bahwa Sensitivitas ialah kemampuan untuk mengetahui secara
benar siapa yang menderita sakit. Spesifisitas ialah kemampuan untuk mengetahui
secara benar siapa-siapa yang tidak menderita sakit. Rendahnya sensitivitas
benedict menyatakan kemampuan untuk mengetahui secara benar siapa yang
menderita sakit sakit rendah (Sundayani, 2015).
Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar
sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa
pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan
hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa,
dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat menyebabkan reduksi seperti asam
homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat, pengaruh obat : streptomisin,
salisilat kadar tinggi, vitamin C (Wahyudi, 2010).
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk
glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa
dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD) serta
zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika
teroksidase zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna
coklat jika teroksidasi (Nisa, 2011).
Dalam kondisi demikian pemeriksaan glukosa urin yang dianjurkan
menggunakan metode carik celup dengan prinsip reaksi enzimatik yang spesifik
mendeteksi glukosa saja. walaupun kadang masih memberikan hasil positive palsu
terhadap zat-zat reduktor lain dan bantalan reagen yang apabila banyak
terkontaminasi oleh udara akan mempengaruhi kualitas dari bantalannya (Uriscan,
2017). Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik
untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk
glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD)
serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru
jika teroksidase zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah
warna coklat jika teroksidasi (Nisa, 2011).
Dalam pelaksanan test skrining/penapisan, kita dapat melakukan evaluasi
terhadap hasil test yang dilakukan dengan membandingkan hasil dengan baku
emas atau standar yang paling baik (gold standard) yang secara ideal akan
memberikan 100 % hasil yang benar.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji sensitivitas dari 100 sampel urine penderita diabetes
melitus sebagai penyaring glukosa urine dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sensitivitas pemeriksaa glukosa urine metode Benedict sebesar 85.22%
2. Spesifisitas pemeriksaan glukosa urine metode Benedict sebesar 91.66%,
3. Nilai Prediktif Positif (PPV) pemeriksaan glukosa urine metode Benedict
sebesar 98.68%
4. Nilai Prediktif Negatif (NPV) pemeriksaan glukosa urine metode Benedict
sebesar 45%.

Saran
Karena banyak faktor yang dapat menimbulkan positive palsu pada metode
Benedict. Dalam kondisi demikian pemeriksaan glukosa urin lain yang dianjurkan
menggunakan metode carik celup (gold standar) dengan prinsip reaksi enzimatik
yang spesifik mendeteksi glukosa saja.

DAFTAR PUSTAKA
Adamo, P. 2008. Diet Sehat Diabetes Sesuai Golongan Darah. Yogyakarta:
Delapratasa
American Diabetes Association. 2005. Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diakses pada 14 Januari 2017 dari :
www.care.diabetesjournals.org/content/34/supplement_1/S62.full
____________. 2010. Standards of medical care in diabetes. Diakses pada 16
Januari 2017 dari:
www.care.diabetesjournals.org/content/33/supplement_1/S11.extract
Bonnie E, Jo davies. 2000. Kehamilan &diabetes (pregnancy & diabetes).
Terjemahan dr. Edi Nugroho. Cetakan I. Jakarta
Buraerah, H. 2010. Analisis Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional: Available from:
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabD=61&src=a&id=186192
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Hal. 101-105. Jakarta:
Rineka Cipta
Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diakses
pada 14 Januari 2017 dari:
http://www.depkes.go.id/resourch/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Fadillah. 2007. Buku Ajar diabetes melitus. Jakarta: Nuhamedika
Fauci, K. 2008. Horrison’s Principle Of Internal Medicine. 17 th ed. The
McGraw-Hill’s Companies
Gandasoebarata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta
Gibney, M J. 2008. Gizi kesehatan Masyarakat. Hal: 407-418. Jakarta: ECG
Gsianturi. 2005. Kelebihan Karbohidrat Penyebab Diabetes. Diakses pada 10
Januari 2017 dari: http://gizi.net
Hardjoeno. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Klinik Diagnostik. Jakarta.
EGC
Lembar, S. 2012. Urinalisis & Pemeriksaan Cairan Tubuh Sederhana. WIMI
Nabil. 2009. Mengenal Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Nila, Indra. 2012. Akurasi pemeriksaan carik celup pada urinalisis proteinuria
dan glukosuria dibandingkan dengan metoda standard. Semarang: Bagian
Patologi Klinik FK Undip
Nisa. 2011. Terapi herbal untuk diabetes melitus. Jakarta: nuhamedika
Najmah. 2014. Perhitungan sensitivitas dan spesifisitas. Universitas Sriwijaya.
Diakses pada 12 Juni 2017 dari:
http://metopidfkmunsri.blogspot.co.id/2014/10/sensitivitas-dan-
spesifisitas.html.
Panil, Z. 2007. Memahami Teori Dan Produk Biokimia Dasar Medis. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Perkeni. 2010. Konsesus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe II Di Indonesia.
Jakarta. Perkeni
Price, W. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 vol. 2. Jakarta
EGC
Salma. 2011. Komplikasi Diabetes Melitus Dalam Jangka Panjang. Majalah
kesehatan. Diakses pada 17 Januari 2017 dari:
http://majalahkesehatan.com/komplikasi-diabetes-mellitus-dalam-jangka-
panjang/
Sudoyo, Aru W. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 1852-1856
Sundayani. 2015. Uji sensitivitas dan spesifisitas uji penyaring kandidiasis vagina
menggunakan sedimen dengan pengecatan gram. Poltekkes Kemenkes
Mataram
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET
Syahril. 2010. Diagnostic & screening. Bagian Ilmu kesehatan anak. FKUSU
Tandra. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wahyudi. 2012. Perawatan Diabetes Melitus Dengan Terapi Herbal. Jakarta:
Salemba Medika

Você também pode gostar