Você está na página 1de 4

Absorbsi

Yang dimaksud dengan absorpsi atau penyerapan suatu zat aktif adalah masuknya molekul-
molekul obat ke dalam tubuh atau menuju peredaran darah tubuh setelah melewati sawar
biologik. Untuk dapat diserap, semua zat aktif harus terlarut lebih dahulu. Oleh sebab itu laju
penyerapan merupakan fungsi dari laju pelarutan zat aktif didalam cairan tubuh (saluran cerna
misalnya) dan laju difusi molekul-molekul yang terlarut dalam cairan tersebut melintasi
membran seluler.

Proses penyerapan tersebut berkaitan dengan prinsip: sebelum melintasi membran biologik, zat
aktif harus terlarut lebih dahulu didalam cairan disekitar membran. Bila zat aktif berada dalam
suatu bentuk sediaan, maka sebelum melarut zat aktif harus terlepas dari sediaan, dan
selanjutnya berdifusi dan diserap menurut tahapan sebagai berikut:

Bila proses pelepasan terjadi sangat lambat, maka pelepasan akan mempengaruhi seluruh
waktu dan tahapan proses pelarutan, difusi dan penyerapan zat aktif. Jadi tahapan yang paling
lambat dari rangkaian predisposisi zat aktif sediaan obat didalam tubuh merupakan tahap
penentu. Dengan demikian, penyerapan zat aktif akan bergantung pada laju pelarutan zat aktif
dalam cairan biologik disekitar membran serta karakter fisikokimia yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan (pKa, koefisien partisi, stabilitas, dan lain-lain) (Aiache, et al., 1993).

Distribusi
Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditransfer lebih lanjut bersama aliran darah
dalam sistem sirkulasi. Akibat perubahan konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat
meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi ke dalam jaringan (Mutscler, 1985).

Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel, terdistribusi kedalam sel,
sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus membran sel, sehingga
distribusinya terbatas, terutama dicairan ekstra sel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat
pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan

Proses distribusi ini dipengaruhi oleh :

1. Pengikatan protein plasma

2. Kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan lemak)

3. Sifat-keterikatan obat

4. Aliran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi

5. Kondisi penyakit

Metabolisme

Obat yang telah diserap usus ke dalam sirkulasi lalu diangkut melalui sistem pembuluh porta
(vena portae), yang merupakan suplai darah utama dari daerah lambung usus ke hati. Dalam
hati, seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis dan hasil
perubahannya (metabolit) menjadi tidak atau kurang aktif, dimana proses ini disebut proses
diaktivasi atau bio-inaktivasi (pada obat dinamakan first pass effect). Tapi adapula obat yang
khasiat farmakologinya justru diperkuat (bio-aktivasi), oleh karenanya reaksi-reaksi
metabolisme dalam hati dan beberapa organ lain lebih tepat disebut biotransformasi (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Tipe metabolisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu Nonsynthetic Reactions (Reaksi Fase I)
dan Synthetic Reaction (Reaksi Fase II).

1. Reaksi Fase I

Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, hidrolisa, alkali, dan dealkilasi. Metabolitnya bisa lebih
aktif dari senyawa asalnya. Umumnya tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan adanya
metabolisme lebih lanjut.

2. Reaksi Fase II

Reaksi fase II berupa konjugasi yaitu penggabungan suatu obat dengan suatu molekul lain.
Metabolitnya umumnya lebih larut dalam air dan mudah diekskresikan (Hinz, 2005).

Ekskresi

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni
disebut ekskresi. Lazimnya tiap obat diekskresi berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil
dalam keadaan asli yang utuh. Tapi adapula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama
keringat, paru-paru melalui pernafasan dan melalui hati dengan empedu (Tjay dan Rahardja,
2002).

Turunnya kadar plasma obat dan lama efeknya tergantung pada kecepatan metabolisme dan
ekskresi. Kedua faktor ini menentukan kecepatan eliminasi obat yang dinyatakan dengan
pengertian plasma half-life eliminasi (waktu paruh) yaitu rentang waktu dimana kadar obat
dalam plasma pada fase eliminasi menurun sampai separuhnya. Kecepatan eliminasi obat dan
plasma t1/2-nya tergantung dari kecepatan biotransformasi dan ekskresi. Obat dengan
metabolisme cepat, half life-nya juga pendek. Sebaliknya zat yang tidak mengalami
biotransformasi atau yang resorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t1/2-nya
panjang (Waldon, 2008).
Daftar Pustaka

Aiache, J.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr. Widji Soeratri.
Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.

Goodman, Gilman, A., Hardman J. G., dan Limbird L. E. 1996. Goodman and Gilman’s
Pharmacologycal Basis of Therapeutics. Ninth Edision. C. Graw Hill Company
Hinz, B. 2005. Bioavailability of Diclofenac Pottassium at Low Doses. Germany: Department of
Experimental and Clinical Pharmacology and Toxicology, Friedrich Alexander University
Erlangen-Nurnberg, Fahrstrasse 17, D-91054 Erlangen

Mutschler, E. 1985. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Penerbit ITB: Bandung.

Shargel, L. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga


University Press.

Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

Waldon, D.J. (2008). Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge : Amgen, Inc., One
Kendall Square, Building 1000, USA

Você também pode gostar