Você está na página 1de 29

Step 7

LO1. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Macam-Macam Fase


Periodontal

Trimetic Model
Trimeric model merupakan model yang dibuat menyerupai kelopak bunga
trimerikatau seperti bunga mariposa Lilly, dimanafase IV atau fase
pemeliharaan merupakan center dari model ini. Pada Trimeric Model, rencana
perawatan periodontal yang dilakukan secara bertahap (fase) selalu menuju
pada fase IV terlebih dahulu dimana pada fase IV atau fase pemeliharaan dapat
dilakukan evaluasi mengenai perawatan yang dilakukan sebelumnya. Fase IV
juga merupakan tujuan akhir dari perawatan periodontal pada pasien untuk
melihat keberhasilan setelah dilakukannya perawatan. Setiap fase dari fase I,
fase II danfase III selalu diikuti oleh Tahap Re-evaluasiataufase IV di mana
keputusan langkah selanjutnya pengobatan dibuat. Model ini disajikan dalam
gambar dan dijelaskan di bawah ini:

1. Treatment Of Emergency
Treatment of emergency adalah perawatan yang diberikan pada pasien
yang membutuhkan.
Perawatan emergency ini meliputi :
• Mengurangi rasa sakit : mengontrol rasa sakit sebelum dilakukan
perawatan lainnya
• Pembengkakan, meskipun tidak disertai rasa sakit namun tetap
membutuhkan penanganan segera
• Lesi akut pada periodonsium, seperti abses dan nekrosis penyakit
periodontal
• Lesi traumatik
• Ekstraksi pada gigi yang tidak bisa dipertahankan : kegoyangan gigi
yang mengganggu fungsi lainnya harus diekstraksi
2. Fase I (Inisial Phase, Non Surgical Therapy)
Terapi Inisial atau fase I merupakan fase yang bertujuan untuk
menghilangkan faktor etiologi maupun faktor predisposisi yang
menyebabkan adanya penyakit periodontal. Macam – macam perawatan
periodontal fase I yaitu :
• TerapiAntimikrobial
 Biasanya menggunakan obat kumur namun dokter gigi juga dapat
memberik anantimikrobial secara lokal pada poket periodontal.
• DHE (Dental Health Education)
• Ekskavasi Karies
• Scaling dan Root Planing
• Splinting Gigi
• Koreksi dari faktor yang menyebabkan adanya penyakit periodontal
 Koreksirestorasi yang over hanging &over contoured
 Koreksi gigi tiruan lepasan / cekat dan pemakaian alat orthodontik
yang menyebabkan terjadinya akumulas plak dan penyakit
periodontal
3. Fase II (Surgical Therapy)
 Setelah dilakukan perawatan pada fase I, dilakukan evaluasi. Apabila
membutuhkan perawatan bedah dapat masuk ke fase II.
 Indikasi untuk perawatan bedah pada fase II :
 Terdapa tpoket dengan kedalaman ≥ 5 mm
 Furcation involvement
 Gingival Enlargement
 Perawatan bedah dibagi menjadi 2 :
 Perawatan Bedah Periodontal
Perawatan bedah yang digunakan untuk mengatasi penyakit
periodontal.
 Perawatan Bedah Preprostetik
Perawatan bedah yang digunakan sebelum melakukan perawatan
restorasi.
4. Fase III (Restorative Therapy)
 Pembuatan Final Restoration
 Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dan Gigi Tiruan Cekat
5. Fase IV (Maintenance Phase)
Fase IV / Fase Pemeliharaan merupakan fase penting dalam
pelaksanaan perawatan periodontal. Keberhasilan dari perawatan
periodontal dapat dilihat pada fase pemeliharaan. Keberhasilan dari
perawatan dapat dilihat dari hasil yang dicapai setelah dilakukan
perawatan pada fase – fase sebelumnya. Pada fase ini pasien melakukan
kontrol secara periodik untuk mencegah recurrent/ kekambuhan penyakit.
Waktu control berbeda – beda tergantung kondisi dari pasien.

Skema fase-fase terapi periodontal :


(Carranza, 2012)

Meskipun fase perawatan periodontal telah diberi nomor, namun urutan


yang disarankan tidak mengikuti nomor tersebut. Fase I atau Nonsurgical phase
adalah fase yang bertujuan untuk mengeliminasi faktor etiologi dari penyakit pada
gingival dan periodontal. Ketika perawatan pada fase ini telah berhasil, maka
dilanjutkan segera pada perawatan Fase IV (Maintenance phase) untuk
mempertahankan hasil perawatan yang telah diperolh dan mencegah kerusakan
lebih lanjut. Sementara pada tahap pemeliharan/maintenance dengan evaluasi
berkala, pasien memasuki fase bedah (Fase II) dan restorative (Fase III).
(Carranza, 2012)

LO 2. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Definisi Fase 1


Perawatan Periodontal dan Macam Tindakan Periodontal Fase 1

Terapi periodontal non-bedah adalah terapi tahap pertama dalam rangkaian


prosedur yang menentukan perawatan periodontal. Data klinis menunjukkan
bahwa keberhasilan jangka panjang perawatan periodontal lebih bergantung pada
hasil yang dicapai dalam terapi tahap pertama dibandingkan terhadap terapi bedah
spesifik. Berbagai metode perawatan, antara lain ultrasonic debridement, obat-
obatan secara local dan antibiotika sistemik.

Ultrasonic debridement

Istilah ultrasonic debridement mengarah pada pembersihan permukaan akar


dengan alat mekanis vibrasi. Prosedur ini berbeda dengan tindakan penghalusan
akar, tetapi menurut beberapa penelitian didapatkan hasil yang hampir sama
dengan skeling dan penghalusan akar terhadap penurunan kedalaman poket,
peningkatan perlekatan klinis dan penurunan inflamasi klinis. Renvert dkk
membandingkan dua metode pembersihan mekanis pada peri-implanitis, yaitu
menggunakan kuret titanium kemudian dipoles dengan rubbercup dan pasta poles,
serta alat ultrasonik dengan tip khusus untuk perawatan infeksi sekitar implan
kemudian dipoles dengan rubbercup dan pasta poles. Perbandingan analisis
data antara saat awal dengan bulan ke-6 pada kedua metode pembersihan
memperlihatkan
peningkatan bermakna kebersihan mulut, yaitu rata-rata plak indeks (PI) 73%
menjadi 53%. Pada bulan ke-6 indeks perdarahan juga mengalami penurunan
secara bermakna.

Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal
atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan pada fase I.

1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.


2. Scaling dan root planning.
3. Perawatan karies dan lesi endodontik.
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah.
7. Perawatan ortodontik.
8. Analisis diet dan evaluasinya.
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.

Fase 1 terapi periodontal

Fase 1 terapi periodontal adalah untuk mengeliminasi mikrobial etiologi


dan faktor yang berkontribusi penyebab dari penyakit gingiva dan periodontal.
Fase 1 terapi memliki beberapa nama yaitu initial therapy, nonsurgical
periodontal therapy atau cause-related therapy.

Dari pengetahuan bahwasannya etiologi utama dari inflamasi gingiva


adalah mikrobial plak, maka yujuan utama dari fase 1 terapi periodontal untuk
setiap pasien adalah efektivitas menghilangkan plak sehari-hari dirumah.

Macam-macam fase pertama :

1. Menghilangkan kalkulus
2. Koreksi atau mengganti restorasi dan alat prostodontik yang buruk
3. Othodontic tooth movement
4. Perawatan dari area food impaction
5. Perawatan trauma from occlusion
6. Merestorasi lesi karies
7. Ekstraksi gigi yang tidak dapat dipertahankan kembali
8. Memungkinkan penggunaan anti mikroba

Prosedur perawatan terapi fase 1 :

1. Intruksi kontrol plak


Plak biofilm kontrol merupakan komponen suatu keberhasilan perawatan
periodontal, dan instruksi kontrol plak dimualai dari saat kunjungan
pertama terapi. Pasien harus belajar mengenai cara menggosok gigi
dengan benar dan cara menggunakan dental floss untuk menghilangkan
plak yang tersisa pada bagian interdental.
2. Menghilangkan plak dan kalkulus Supragingiva dan Subgingiva
Menghilangkan kalkulus dengan menggunakan scallers, kuret, instrumen
ultrasonik atau kombinasi dari bebrapa alat tersebut selama kunjungan
pertama atau lebih.
3. Rekonturing restorasi dan mahkota
Mengkoreksi restorasi apabila terdapat bagian yang overhanging.
4. Evaluasi jaringan
Setelah dilakukan scalling, root planing jaringan dapat sembuh dalam 4
minggu. Paseien juga dianjurkan untuk improve home care skill untuk
mengurangi inflamasi dan dapat mengadopsi kebiasaan baru untuk
kesuksesan terapi periodontal. (carranza, 2015)
LO 3. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Definisi, Dasar
Pemikiran dan Prosedur dari DHE

Menurut World Health Organization (WHO promosi kesehatan merupakan


suatu “proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrolatas
kesehatan mereka.Hal ini fokus pada perilaku individu terhadap berbagai
intervensi sosial dan lingkungan”.

PERAN TENAGA KESEHATAN : PENDIDIKAN DAN MOTIVASI


TERHADAP PERILAKU KESHATAN GIGI DAN MULUT

Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam perjuangan melawan


perkembangan penyakit mulut. Promosi kesehatan dan program pendidikan
kesehatan mulut harus terus dilakukan diulang dengan tujuan untuk mencapai
hasil yang menguntungkan dalam waktu jangka panjangdan memberikan motivasi
yang dapat diterima untuk merubah perilaku kesehatan mulut.

Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalampengembangan promosi


kesehatan gigi dan mulut. Pencegahan penyakit mulut sejauh ini meliputi:

• Membangun kebijakan kesehatan mulut terhadap pengendalian faktor resiko


penyakit mulut.

• Pengembangan dan implementasipromosi kesehatan gigi dan mulut, pencegahan


penyakit mulut,dengan fokus kepada yang kurang beruntungdan kelompok
penduduk miskin

• Mendorong otoritas kesehatan nasional untuk melaksanakannyaprogram fluoride


yang efektif untuk pencegahan gigikaries

• Pendekatan faktor risiko sekaligus mencegah penyakit kronis oral dan lainnya

• Memberikan dukungan teknis kepada negara-negara untuk memperkuat sistem


kesehatan mulut dan mengintegrasikan kesehatan mulut ke masyarakatkesehatan.
Tenaga kesehatan dan mahasiswa kedokteran gigi dapat bekerja sama
untuk memberikan pelayanan gratis kesehatan gigi dan mulut suaya dapat
dijangkau oleh masyarakat yang ekonominya rendah. (Veiga, pereira dkk. 2015)

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan


yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup.
Dalam proses pendidikan dan pengajaran, individu memperoleh pengalaman atau
pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk
di Negara berkembang adalah sikap dan perilaku. Sikap dikatakan sebagai respon
evaluatif, yang hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki adanya reaksi.8 Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan,
tetapi yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan
itu. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor internal meliputi pengetahuan,


persepsi, emosi, motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan fsik
maupun non fisik. Pengetahuan berkaitan erat dengan pendidikan, mayoritas pra
lansia berpendidikan tamat Sekolah Dasar kemungkinan kurang motivasi atau
kemauan dan kurang menyadari pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut, menganggap penyakit gigi merupakan penyakit ringan

Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah. Hasil laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 angka permasalahan gigi dan
mulut di Indonesia mencapai 25,9%. Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita adalah karies dan penyakit periodontal. Salah satu faktor penyebab
terjadinya kedua penyakit tersebut adalah faktor perilaku. Perilaku yang
cenderung mengabaikan kebersihan gigi dan mulut umumnya dilandasi kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta pemeliharaannya.
Upaya meningkatkan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dapat dilakukan antara lain melalui dental health education
(Pendidikan kesehatan gigi dan mulut). Pendidikan kesehatan gigi dan mulut
merupakan suatu usaha atau aktivitas yang dapat mempengaruhi individu untuk
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik. Tujuan akhir pendidikan
kesehatan gigi dan mulut yakni terjadinya perubahan perilaku yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat
(Tandilangi, dkk., 2016).
Keberhasilan pendidikan dalam hal perubahan perilaku dipengaruhi oleh
metode pendidikan yang digunakan. Metode pendidikan dengan menggunakan
alat bantu pendidikan yang melibatkan indera sebanyak mungkin akan
memengaruhi keberhasilan pemahaman sasaran pendidikan (Tandilangi, dkk.,
2016). Menurut Elgar Dale, ‘demonstrasi’ tergolong alat bantu yang mempunyai
intensitas tinggi dalam mempersepsikan bahan pendidikan, sedangkan pendidikan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan hanya dengan kata-kata memiliki
intensitas paling rendah untuk mempersepsikan pendidikan yang diberikan.
Penggunaan alat bantu pendidikan intensitas tinggi akan memudahkan penyerapan
pengetahuan, demikian halnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut anak yang
disertai dengan demonstrasi menyikat gigi (Ali, dkk., 2016).
Perubahan perilaku dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor
intrinsic, yaitu Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), Nilai (Value), dan
Motivasi (Motivation) (Gagliardi, 2014).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Data statistik menunjukkan bahwa 40% populasi datang ke dokter gigi
dalam satu tahun. Kebanyakan dari mereka datang untuk menghilangkan
rasa sakit. Tampaknya kurangnya pengetahuan adalah alasan yang paling
logis bagi sebagian penduduk yang tidak mencari perawatan preventif.
Namun hal ini dapat berubah bila dokter gigi mengajarkan cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada individu.
2. Sikap (Attitude)
Mengacu pada reaksi individu terhadap pembelajaran yang ia dapatkan.
3. Nilai (Value)
Mengacu pada apa yang seseorang anggap benar atau harus dilakukan.
Setiap orngmenetapkan prioritas nilai masing-masing, sehingga perubahan
perilaku dapat memakan waktu lebih lama dari satu orang dengan orang
lainnya.
4. Motivasi (Motivation)
Proses otivasi melibatkan tindakan/perilaku individu, tujuan yang ingin
dicapai, dan beberapa bentuk kepuasan.

Rekomendasi untuk desain sikat gigi

 Lembut, terbuat dari bahan nylon, membersihkan secara tepat dan menjaga
agar tidak melukai gingiva atau permukaan akar gigi.
 Sikat gigi diperbarui setiap 3 sampai 4 bulan sekali.

Rekomendasi untuk teknik menyikat gigi

 Target kebersihannya adalah dengan fokus pada bagikan cervical dan


interproximal gigi, dimana bakteri biofilm plak banyak pertamakali
terakumulasi. (carranza, 2015)

 Intruksi pada pasien mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut
o Dokter gigi mendemonstrasikan / menunjukkan cara menyikat gigi
yang baik dan benar. Kemudian pasien mengulangi prosedur yang
telah diberikan oleh dokter gigi.
o Dokter gigi mengajarkan cara pemakaian dental floss dan cara
membersihkan gigi pada bagian interdental gigi.
 Instruksi pasien untuk melakukan kontrol dan memberikan penjelasan
kepada pasien mengenai pentingnya kontrol secara berkala untuk
mencegah kambuhnya penyakit periodontal dan mengidentifikasi masalah
lain yang mungkin akan muncul.
 DHE dapat berhasil apabila :
o Pasien dapat menerima dan memahami mengenai konsep dari
penyakit periodontal dan perawatan serta pentingnya kontrol.
o Pasien memiliki motivasi untuk mengubah kebiasaan buruk dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut.
LO 4. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Definisi, Dasar
Pemikiran dan Prosedur dari Scaling dan Root Planing

4.1 Definisi Scaling


Scaling merupakan suatu prosedur perawatan periodontal dimana
dilakukan pembersihan plak dan kalkulus baik pada permukaan gigi
(supragingiva) maupun di bawah gingiva (subgingiva).
4.2 Definisi Root Planing
Root planning merupakan suatu prosedur perawatan periodontal
dimana dilakukan pembersihan jaringan nekrosis, plak, dan kalkulus pada
permukaan akar gigi dan sementum untuk menghasilkan permukaan akar
gigi yang halus dan bersih.

4.3 Tujuan dan Dasar Pemikiran Scaling dan Root Planing


Tujuan dari scaling dan root planing adalah untuk mengeliminasi
mikroorganisme, endotoksin, dan kalkulus dengan tujuan untuk
mengurangi terjadinya inflamasi jaringan, meningkatkan perbaikan
jaringan, dan membuat permukaan akar gigi dapat diterima kembali oleh
jaringan gingiva sehingga dapat terjadi reattachment jaringan gingiva pada
sementum. Deposit – deposit pada gigi yang dapat menyebabkan inflamasi
pada jaringan gingiva harus dieliminasi dan permukaan akar gigi harus
dibuat sehalus mungkin karena permukaan gigi maupun akar gigi yang
kasar menjadi tempat akumulasi bakteri plak yang berkontribusi pada
inflamasi jaringan gingiva.

4.4 Instrumen Scaling dan Root Planing dan Teknik Penggunaan


Instrumen
4.4.1 Sickle Scaler
Gambar 1: Sickle Scaler

Sickle scaler adalah suatu instrumen periodontal yang digunakan


untuk membuang deposit kalkulus dari mahkota gigi. Sickle scaler dibatasi
penggunaannya pada daerah subgingiva dan tidak dianjurkan untuk
digunakan pada permkaan akar gigi.

Terdapat 2 jenis sickle scaler yaitu desain untuk anterior dan posterior:
a. Sickle scaler anterior terbatas hanya dapat digunakan pada sekstan
terapi anterior
b. Sickle scaler posterior didesain untuk digunakan pada sekstan posterior
dan juga anterior gigi.
Working-end dari sickle scaler memiliki beberapa karakteristik desain
yang unik:
a. A point back, namun beberapa desain baru sickle scaler memiliki
working-end dengan roung backs
b. A point tip
c. Triangular crosssection
d. Two cutting edges per working-end
e. Permukaan tegak lurus dengan lower shank

Gambar 2: Desain Working-End Sickle Scaler


Tabel 1: Lembar referensi sickle scaler

4.4.1.1 Teknik Penggunaan Sickle Scaler pada Insisiv Sentral


1. Posisikan working-end di daerah midline dari insisiv sentral kiri dengan
angulasi antara instrumen dan permukaan gigi sekitar 70-80 derajat. A
point tip dari working-end harus menghadap kearah permukaan mesial
gigi.

2. Gerakkan sickle scaler dengan gerakan over lapping melalui permukaan


fasial/labial hinga ke permukaann mesial.

3. Ketika sickle scaler telah mencapai dan menyentuh permukaan


mesiofasial gigi kemudian putar handle sickle scaler untuk
mempertahankan adaptasi dari tip dari working-end.
4. Lanjutkan gerakan menyususri permukaan mesial gigi dengan tetap
mempertahankan angulasi 70-80 derajat.

5. Lanjutkan gerakan hingga melewati setengah permukaan mesial

6. Ilustrasi daerah scaling pada gigi anterior

4.4.1.2 Teknik Penggunaan Sickle Scaler pada M1 Rahang Bawah

1. Tentukan posisi working-end yang tepat, lower shank sejajar dengan


permukaan proksimal gigi dan functional shank berada diatas oklusal
gigi.
2. Posisikan working-end pada line angle distofasial gigi dengan angulasi
70-80 derajat dan tip menghadap ke arah dalam rongga mulut.

3. Cek kembali angulasi pada permukaan distal, dan sudut antara


permukaan sickle dengan lower shank adalah 900.

4. Selama mempertahankan tumpuan, working-end sedikit diangkat


sehingga tip menghadap ke arah anterior rongga mulut dan posisikan
kembali working-end pada adaerah line angle distofasial.

5. Lanjutkan gerakan melewati permukaan fasial ke arah mesiofasial


dengan tetap mempertahankan adaptasi, ketika telah mencapai daerah
mesiofasial putar handle untuk mempertahanakn adaptasi.
6. Miringkan lower shank sehingga menghadap ke permukaan mesial
untuk mempertahankan angulasi yang tepat. Cek kemali posisi shank
dengan angulasi antara permukaan sickle scaler dan permukaan gigi
adalah tetap 70-80 derajat.

7. Lanjutkan gerakan hingga melewati setengah permukaan mesial gigi

8. Ilustrasi daerah scaling pada gigi posterior


4.4.2 Kuret
4.4.2.1 Kuret Universal

Kuret universal adalah suatu instrument periodontal yang digunakan


untuk membersihkan deposit kalkulus yang berukuran kecil hingga
medium dari permukaan mahkota dan akar gigi. Kuret universal biasanya
berupa instrumen double-ended dengan arah working-end yang
berlawanan. Kuret universal adalah alat pemersih kalkulus yang paling
sering digunakan. Tipe kuret ini disebut dengan kuret universal karena
dapat diaplikasikan baik pada gigi anterior maupun posterior, dengan kata
lain dapat digunakan secara universal pada seluruh bagian dalam rongga
mulut. Kuret universal dapat digunakan baik pada kalkulus supragingiva
maupun subgingiva, pada permukaan gigi dan permukaan akar gigi, untuk
deposit kalkulus yang berukuran kecil hingga medium.
Working-end dari kuret universal memiliki beberapa karakteristik
desain unik:
1. A rounded back
2. A rounded toe
3. Semisircullar in crosssection
4. Two cutting edges per working-end
5. Sudut antara permukaan dengan lower shanknya adalah 900. Jadi
ketinggian kedua cutting edges sama tinggi.
Jenis desain kuret universal:
Teknik penggunaan kuret universal pada gigi anterior:

4.4.2.2 Kuret Spesifik Area


Kuret spesifik area merupakan suatu instrumen periodontal yang
digunakan untuk membersihkan deposit kalkulus yang ringan dari
permukaan mahkota dan akar gigi. Kuret spesifik area memiliki functional
shank yang panjang dan kompleks sehingga cocok untuk permebersihan
jaringan nekrotik pada permukaan akar gigi tanpa ada poket periodontal.
Kuret spesifik area didesain hanya untuk digunakan pada gigi tertentu dan
permukaan gigi tertentu, namun dapat digunakan baik pada supragingiva
maupun subgingiva, yaitu pada permukaan mahkota gigi dan permukaan
akar gigi untuk kalkulus yang ringan. Kuret spesifik area hanya memilik
satu cutting edgeyang berfungsi per working-end yang digunakan untuk
pemersihan jaringan nekrotik pada jaringan periodontal.

Teknik Penggunaan Kuret Spesifik Area pada Gigi Anterior:


1. Area permukaan gigi anterior yang menjadi sasaran dari kuret spesifik
area.
2. Persiapan, hadapkan ujung dari working-end ke arah permukaan distal
gigi dan tempatkan working-end pada Get Ready Zone.

3. Geser working-end secara perlahan di bawah margin gingiva dan


adaptasikan ujung dari cutting edge pada permukaan gigi.
Teknik Penggunaan Kuret Spesifik Area pada Gigi M1:
1. Diawali pada permukaan distal gigi, area permukaan gigi M1 yang
menjadi sasaran dari kuret spesifik area.

2. Persiapan, ujung dari working-end harus menghadap ke arah dalam


dari rongga mulut karena area tersebut merupakan area kerja.

3. Geser working-end secara perlahan di bawah margin gingival.

Definisi Scaling Dan Root Planing

Scaling adalah proses dimana biofilm dan kalkulus dihilangkan dari


permukaan supragingival maupun subgingival gigi. Sedangkan root planing
adalah proses dimana sisa kalkulus yang melekat pada sementum dihilangkan dari
akar untuk menghasilkan permukaan halus, keras, dan bersih (Carranza, 2015).

Scaling dan root planing ini bertujuan untuk mengembalikan gingiva yang
sehat secara menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat menyebabkan
inflamasi gingiva dari permukaan gigi. Scaling dan root planing bukanlah
prosedur yang terpisah, semua prinsip scaling sama untuk root planing. Scaling
dan root planing termasuk dalam perawatan periodontal fase I (Carranza, 2015).

Kondisi yang perlu diperhatikan ssat melakukan scaling :

1. Pekerjaan ini harus dilakukan secara sistematis pada seluruh rongga mulut
dan di sekitar tiap-tiap region gigi secara berurutan.
2. Harus digunakan peralatan yang tepat yakni alat harus cocok untuk
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Alat dengan blade yang besar
dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva, sedangkan
blade yang lebih kecil dpapat digunakan untuk membersihkan kalkulus
subgingiva.
3. Setiap gerakan alat harus bermakna dan efektif. Penggunaan alat yang
tidak tepat sering menimbulkan luka goresan atau kerusakan permukaan
gigi.
4. Permukaan gigi harus dibersihkan sehingga benar-benar bersih dan halus
menggunakan sonde. (JD Manson, 1993).

Teknik Scaling dan Root Planing

1. Deteksi Kalkulus

Deteksi kalkulus dengan pemeriksaan visual dan penggunaan eksplorer.

2. Scaling manual

Proses pengambilan deposit dengan alat instrumentasi manual dengan


tenaga yang dihasilkan dari kekuatan jari dan tangan operator.

Alat instrumentasi :

• Sickle scaler

• Kuret

• Hoe, Chisel, dan File scaler

3. Scaling dengan menggunakan alat ultra Sonic Scaler (USS)


4. Polishing
Polishing merupakan prosedur menghaluskan permukaan gigi bagian
supragingiva ataupun subgingiva setelah prosedur scaling. Untuk
subgingiva cukup menggunakan kuret.

Alat instrumentasi : handpiece, low speed, bisa menggunakan rubber cup


atau brush. (JD Manson, 1993).

Teknik scaling supragingiva

Pada teknik scaling supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah


mahkota dan tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan
angulasi lebih mudah. Kalkulus supragingiva biasanya dibersihkan dengan sickle,
kuret, dan instrument ultrasonik. Hoe dan chisel jarang digunakan. Sickle dan
kuret dipegang dengan modifikasi pen grasp dan dilakukan firm finger rest pada
gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area kerja. Angulasi blade
sedikit lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal
kalkulus, dan ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan
yang pendek, kuat, dan overlapping. Sickle mempunyai ujung yang tajam yang
dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus
baik. Permukaan yang dibersihkan sampai secara visual dan taktil bebas dari
semua yang deposit supragingiva. Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam
jaringan sekitar maka sickle dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus di
bawah free margin gingiva. Jika tindakan ini dilakukan, biasanya diikuti dengan
final scaling dan root planing dengan menggunakan kuret (Carranza, 2015).

Teknik scaling subgingiva

Teknik ini lebih kompleks dan sulit dibandingkan dengan supragingiva


karena kalkulus berkonsistensi lebih keras daripada kalkulus supragingiva,
kalkulus serta deposit lain terperangkat di bagian dalam dan sulit dijangkau,
terutama pada akar gigi dengan morfologi irreguler, serta dinding pocket lebih
terbatas namun kalkulus yang lebih dalam masih ada. Scaling ini menggunakan
alat sickle, hoe, file, dan alat ultrasonik namun tidak dianjurkan untuk root
planing. Meskipun beberapa file dapat menghancurkan deposit yang keras tetapi
file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar dan sulit diinsersikan ke dalam pocket
yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan
yang halus seperti kuret, kuret sangat baik digunakan untuk menghilangkan
kalkulus pada sementum subgingiva (Carranza, 2015).

Scaling, root planning instruments

Alat ini dipakai untuk menghilangkan plak dan deposit terkalsifikasi dari
mahkota dan akar gigi, penghilangan sementum yang berubah dari permukaan
akar subgingival, debridement dari lapisan jaringan lunak pocket. Instrumen
scaling and kuretase diklasifikasikan seperti dibawah ini :

a. Sickle scalers

Sickle bisa digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva (Carranza,


2015).

b. Curettes

Biasanya digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan


permukaan akar jaringan nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik
(Carranza, 2015).

c. Hoe, chisel, and file scalers

Berfungsi untuk menghilangkan kalkulus subgingival yang sukar


dibersihkan dan sementum yang berubah.penggunaanya terbatas dibanding kuret
(Carranza, 2015).
d. Ultrasonic

Digunakan untuk scaling dan pembersihan permukaan gigi dan kuretase


dinding jaringan lunak dari pocket periodontal (Carranza, 2015). Mempunyai
vibrasi sekitar 25.000 Hz membuat alat dapat mengkuret ujung permukaan
frakmen. Ujung khusus yang biasanya berbentuk seperti kuret digunakan bersama
semprotan air dingin karena vibrasi dapat menimbulkan panas (JD Manson, 1993)

e. Cleansing and polishing instruments

Cleansing and polishing instruments seperti rubber cups, brushes, dan dental
tape, dipakai untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi (Carranza,
2015).

f. Periodontal endoscope

Berfungsi untuk memvisualisasikan secara dalam ke pocket subgingiva dan


untuk mendeteksi deposit pada akar gigi yang furkasi (Carranza, 2015).
LO5. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Memahami Evaluasi Respon
Perawatan Periodontal.

Evaluasi tahap 1

Evaluasi kembali setelah perawatan fase 1 dilakukan 3-6 minggu setelah


perawatan fase 1

•Evaluasi hasil inisial terapi

Mengecek tingkat perkembangan poket, bila terdapat poket

•Evaluasi OH

Mengecek tingkat oh pasien, membandingkan oh pasien sebelum terapi dan


sesudah terapi untuk melihat perkembangan OH
•Pengukuran kembali bleeding dan plaque

Mengecek kembali apakah masih terdapat plaque atau tidak, melakukan BOP
kembali untuk melihat ada tidaknya inflamasi gingiva

•Review ulang diagnosis dan prognosis dan modifikasi dari treatment bila
diperlukan

Dalam evaluasi didapat kan hasil yang belum maksimal pasien bisa disarankan
melakukan perawatan lanjutan misalnya dilanjutkan ketahap bedah atau surgical
DAFTAR PUSTAKA

Darby, Michele Leonardi and Walsh, Margaret M. 2010. Dental Hygiene Theory
and Practice. Third Edition. Virginia: SAUNDERS. p. 311.

Nield, Jills S and Gehrig. 2008. Fundamentals of Periodontal Instrumentation and


Anvanced Root Instrumentation. Sixth Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Veiga, pereira dkk. 2015. Oral Health Education: Community and Individual
Levels of Intervention Vol.14 No.2. Covilha. Health Science Department.

Ali, Ragil Afriansyah. Wowor, N.S Vonny. Mintjelungan, Christy. 2016. Jurnal
Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 ISSN 2302 – 2493 : Efektivitas
Dental Health Education disertai Demonstrasi Cara Menyikat Gigi
terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Sekolah Dasar.
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT

Gagliardi, Lori. 2014. Dental Health Education : Lession Planning and


Implementation Second Edition. United States of America: Waveland
Press, Inc.

Tandilangi, Meartriecs. Mintjelungan, Christy. Wowor, N.S Vonny. 2016. Jurnal


e-GiGi (eG), Volume 4 Nomor 2 : Efektivitas Dental Health Education
dengan Media Animasi Kartun terhadap Perubahan Perilaku
Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD Advent 02 Sario Manado.
Manado: Universitas Sam Ratulangi

Zulfa, L, dan D. N. Mustaqimah. 2011. Terapi periodontal non-bedah. Jurnal


dentofasial. 10(1): 36-41

Kiswaluyo. 2013. Perawatan periodontitis pada puskesmas Sumbersari,


puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso. J. K. G Unej. 10(3): 115-120

Buku ajar periodonti / JD Manson,BM Eley; alih bahasa, Anastasia S.; editor,
Susianti Kentjana. – Jakarta : Hipokrates, 1993.

Carranza; Newman; Takei; Klovekkoid. 2015. Carranza’s Clinical


Periodontology 12th edition’. St. Louis: Saunders Elsevier.

Bathla, Shalu. 2017. Textbook of Periodontics. New Delhi : Jaypee.

Você também pode gostar