Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Trimetic Model
Trimeric model merupakan model yang dibuat menyerupai kelopak bunga
trimerikatau seperti bunga mariposa Lilly, dimanafase IV atau fase
pemeliharaan merupakan center dari model ini. Pada Trimeric Model, rencana
perawatan periodontal yang dilakukan secara bertahap (fase) selalu menuju
pada fase IV terlebih dahulu dimana pada fase IV atau fase pemeliharaan dapat
dilakukan evaluasi mengenai perawatan yang dilakukan sebelumnya. Fase IV
juga merupakan tujuan akhir dari perawatan periodontal pada pasien untuk
melihat keberhasilan setelah dilakukannya perawatan. Setiap fase dari fase I,
fase II danfase III selalu diikuti oleh Tahap Re-evaluasiataufase IV di mana
keputusan langkah selanjutnya pengobatan dibuat. Model ini disajikan dalam
gambar dan dijelaskan di bawah ini:
1. Treatment Of Emergency
Treatment of emergency adalah perawatan yang diberikan pada pasien
yang membutuhkan.
Perawatan emergency ini meliputi :
• Mengurangi rasa sakit : mengontrol rasa sakit sebelum dilakukan
perawatan lainnya
• Pembengkakan, meskipun tidak disertai rasa sakit namun tetap
membutuhkan penanganan segera
• Lesi akut pada periodonsium, seperti abses dan nekrosis penyakit
periodontal
• Lesi traumatik
• Ekstraksi pada gigi yang tidak bisa dipertahankan : kegoyangan gigi
yang mengganggu fungsi lainnya harus diekstraksi
2. Fase I (Inisial Phase, Non Surgical Therapy)
Terapi Inisial atau fase I merupakan fase yang bertujuan untuk
menghilangkan faktor etiologi maupun faktor predisposisi yang
menyebabkan adanya penyakit periodontal. Macam – macam perawatan
periodontal fase I yaitu :
• TerapiAntimikrobial
Biasanya menggunakan obat kumur namun dokter gigi juga dapat
memberik anantimikrobial secara lokal pada poket periodontal.
• DHE (Dental Health Education)
• Ekskavasi Karies
• Scaling dan Root Planing
• Splinting Gigi
• Koreksi dari faktor yang menyebabkan adanya penyakit periodontal
Koreksirestorasi yang over hanging &over contoured
Koreksi gigi tiruan lepasan / cekat dan pemakaian alat orthodontik
yang menyebabkan terjadinya akumulas plak dan penyakit
periodontal
3. Fase II (Surgical Therapy)
Setelah dilakukan perawatan pada fase I, dilakukan evaluasi. Apabila
membutuhkan perawatan bedah dapat masuk ke fase II.
Indikasi untuk perawatan bedah pada fase II :
Terdapa tpoket dengan kedalaman ≥ 5 mm
Furcation involvement
Gingival Enlargement
Perawatan bedah dibagi menjadi 2 :
Perawatan Bedah Periodontal
Perawatan bedah yang digunakan untuk mengatasi penyakit
periodontal.
Perawatan Bedah Preprostetik
Perawatan bedah yang digunakan sebelum melakukan perawatan
restorasi.
4. Fase III (Restorative Therapy)
Pembuatan Final Restoration
Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dan Gigi Tiruan Cekat
5. Fase IV (Maintenance Phase)
Fase IV / Fase Pemeliharaan merupakan fase penting dalam
pelaksanaan perawatan periodontal. Keberhasilan dari perawatan
periodontal dapat dilihat pada fase pemeliharaan. Keberhasilan dari
perawatan dapat dilihat dari hasil yang dicapai setelah dilakukan
perawatan pada fase – fase sebelumnya. Pada fase ini pasien melakukan
kontrol secara periodik untuk mencegah recurrent/ kekambuhan penyakit.
Waktu control berbeda – beda tergantung kondisi dari pasien.
Ultrasonic debridement
Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal
atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan pada fase I.
1. Menghilangkan kalkulus
2. Koreksi atau mengganti restorasi dan alat prostodontik yang buruk
3. Othodontic tooth movement
4. Perawatan dari area food impaction
5. Perawatan trauma from occlusion
6. Merestorasi lesi karies
7. Ekstraksi gigi yang tidak dapat dipertahankan kembali
8. Memungkinkan penggunaan anti mikroba
• Pendekatan faktor risiko sekaligus mencegah penyakit kronis oral dan lainnya
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk
di Negara berkembang adalah sikap dan perilaku. Sikap dikatakan sebagai respon
evaluatif, yang hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus
yang menghendaki adanya reaksi.8 Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan,
tetapi yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan
itu. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya
Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah. Hasil laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 angka permasalahan gigi dan
mulut di Indonesia mencapai 25,9%. Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita adalah karies dan penyakit periodontal. Salah satu faktor penyebab
terjadinya kedua penyakit tersebut adalah faktor perilaku. Perilaku yang
cenderung mengabaikan kebersihan gigi dan mulut umumnya dilandasi kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta pemeliharaannya.
Upaya meningkatkan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dapat dilakukan antara lain melalui dental health education
(Pendidikan kesehatan gigi dan mulut). Pendidikan kesehatan gigi dan mulut
merupakan suatu usaha atau aktivitas yang dapat mempengaruhi individu untuk
memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik. Tujuan akhir pendidikan
kesehatan gigi dan mulut yakni terjadinya perubahan perilaku yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat
(Tandilangi, dkk., 2016).
Keberhasilan pendidikan dalam hal perubahan perilaku dipengaruhi oleh
metode pendidikan yang digunakan. Metode pendidikan dengan menggunakan
alat bantu pendidikan yang melibatkan indera sebanyak mungkin akan
memengaruhi keberhasilan pemahaman sasaran pendidikan (Tandilangi, dkk.,
2016). Menurut Elgar Dale, ‘demonstrasi’ tergolong alat bantu yang mempunyai
intensitas tinggi dalam mempersepsikan bahan pendidikan, sedangkan pendidikan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan hanya dengan kata-kata memiliki
intensitas paling rendah untuk mempersepsikan pendidikan yang diberikan.
Penggunaan alat bantu pendidikan intensitas tinggi akan memudahkan penyerapan
pengetahuan, demikian halnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut anak yang
disertai dengan demonstrasi menyikat gigi (Ali, dkk., 2016).
Perubahan perilaku dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor
intrinsic, yaitu Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), Nilai (Value), dan
Motivasi (Motivation) (Gagliardi, 2014).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Data statistik menunjukkan bahwa 40% populasi datang ke dokter gigi
dalam satu tahun. Kebanyakan dari mereka datang untuk menghilangkan
rasa sakit. Tampaknya kurangnya pengetahuan adalah alasan yang paling
logis bagi sebagian penduduk yang tidak mencari perawatan preventif.
Namun hal ini dapat berubah bila dokter gigi mengajarkan cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada individu.
2. Sikap (Attitude)
Mengacu pada reaksi individu terhadap pembelajaran yang ia dapatkan.
3. Nilai (Value)
Mengacu pada apa yang seseorang anggap benar atau harus dilakukan.
Setiap orngmenetapkan prioritas nilai masing-masing, sehingga perubahan
perilaku dapat memakan waktu lebih lama dari satu orang dengan orang
lainnya.
4. Motivasi (Motivation)
Proses otivasi melibatkan tindakan/perilaku individu, tujuan yang ingin
dicapai, dan beberapa bentuk kepuasan.
Lembut, terbuat dari bahan nylon, membersihkan secara tepat dan menjaga
agar tidak melukai gingiva atau permukaan akar gigi.
Sikat gigi diperbarui setiap 3 sampai 4 bulan sekali.
Intruksi pada pasien mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut
o Dokter gigi mendemonstrasikan / menunjukkan cara menyikat gigi
yang baik dan benar. Kemudian pasien mengulangi prosedur yang
telah diberikan oleh dokter gigi.
o Dokter gigi mengajarkan cara pemakaian dental floss dan cara
membersihkan gigi pada bagian interdental gigi.
Instruksi pasien untuk melakukan kontrol dan memberikan penjelasan
kepada pasien mengenai pentingnya kontrol secara berkala untuk
mencegah kambuhnya penyakit periodontal dan mengidentifikasi masalah
lain yang mungkin akan muncul.
DHE dapat berhasil apabila :
o Pasien dapat menerima dan memahami mengenai konsep dari
penyakit periodontal dan perawatan serta pentingnya kontrol.
o Pasien memiliki motivasi untuk mengubah kebiasaan buruk dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut.
LO 4. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Definisi, Dasar
Pemikiran dan Prosedur dari Scaling dan Root Planing
Terdapat 2 jenis sickle scaler yaitu desain untuk anterior dan posterior:
a. Sickle scaler anterior terbatas hanya dapat digunakan pada sekstan
terapi anterior
b. Sickle scaler posterior didesain untuk digunakan pada sekstan posterior
dan juga anterior gigi.
Working-end dari sickle scaler memiliki beberapa karakteristik desain
yang unik:
a. A point back, namun beberapa desain baru sickle scaler memiliki
working-end dengan roung backs
b. A point tip
c. Triangular crosssection
d. Two cutting edges per working-end
e. Permukaan tegak lurus dengan lower shank
Scaling dan root planing ini bertujuan untuk mengembalikan gingiva yang
sehat secara menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat menyebabkan
inflamasi gingiva dari permukaan gigi. Scaling dan root planing bukanlah
prosedur yang terpisah, semua prinsip scaling sama untuk root planing. Scaling
dan root planing termasuk dalam perawatan periodontal fase I (Carranza, 2015).
1. Pekerjaan ini harus dilakukan secara sistematis pada seluruh rongga mulut
dan di sekitar tiap-tiap region gigi secara berurutan.
2. Harus digunakan peralatan yang tepat yakni alat harus cocok untuk
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Alat dengan blade yang besar
dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva, sedangkan
blade yang lebih kecil dpapat digunakan untuk membersihkan kalkulus
subgingiva.
3. Setiap gerakan alat harus bermakna dan efektif. Penggunaan alat yang
tidak tepat sering menimbulkan luka goresan atau kerusakan permukaan
gigi.
4. Permukaan gigi harus dibersihkan sehingga benar-benar bersih dan halus
menggunakan sonde. (JD Manson, 1993).
1. Deteksi Kalkulus
2. Scaling manual
Alat instrumentasi :
• Sickle scaler
• Kuret
Alat ini dipakai untuk menghilangkan plak dan deposit terkalsifikasi dari
mahkota dan akar gigi, penghilangan sementum yang berubah dari permukaan
akar subgingival, debridement dari lapisan jaringan lunak pocket. Instrumen
scaling and kuretase diklasifikasikan seperti dibawah ini :
a. Sickle scalers
b. Curettes
Cleansing and polishing instruments seperti rubber cups, brushes, dan dental
tape, dipakai untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi (Carranza,
2015).
f. Periodontal endoscope
Evaluasi tahap 1
•Evaluasi OH
Mengecek kembali apakah masih terdapat plaque atau tidak, melakukan BOP
kembali untuk melihat ada tidaknya inflamasi gingiva
•Review ulang diagnosis dan prognosis dan modifikasi dari treatment bila
diperlukan
Dalam evaluasi didapat kan hasil yang belum maksimal pasien bisa disarankan
melakukan perawatan lanjutan misalnya dilanjutkan ketahap bedah atau surgical
DAFTAR PUSTAKA
Darby, Michele Leonardi and Walsh, Margaret M. 2010. Dental Hygiene Theory
and Practice. Third Edition. Virginia: SAUNDERS. p. 311.
Veiga, pereira dkk. 2015. Oral Health Education: Community and Individual
Levels of Intervention Vol.14 No.2. Covilha. Health Science Department.
Ali, Ragil Afriansyah. Wowor, N.S Vonny. Mintjelungan, Christy. 2016. Jurnal
Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 ISSN 2302 – 2493 : Efektivitas
Dental Health Education disertai Demonstrasi Cara Menyikat Gigi
terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Sekolah Dasar.
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT
Buku ajar periodonti / JD Manson,BM Eley; alih bahasa, Anastasia S.; editor,
Susianti Kentjana. – Jakarta : Hipokrates, 1993.