Você está na página 1de 14

GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL DENGAN ORIENTASI HETEROSEKSUAL

MAHASISWA KOS DI KECAMATAN JATINANGOR - SUMEDANG

Wanti Mutiara*Maria Komariah**Karwati***

ABSTRAK
Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan fase
perkembangan seksual yang mendorong mereka untuk menjalin relasi
heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang
individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku
seksual. Disamping itu, ciri perilaku heteroseksual remaja masa kini yaitu sikap
terhadap perilaku seks yang jauh lebih lunak dibanding remaja generasi
sebelumnya , maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan
mahasiswa berkembang semakin serius. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai perilaku seksual yang telah dilakukan
mahasiswa kos di Jatinangor dengan pasangan lawan jenisnya. Penelitian ini
menggunakan studi kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan modifikasi
konsep teori bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock (2003) dan
Irawati (1999). Jumlah sampel yan digunakan sebanyak 100 orang. Adapun
mahasiswa yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa kos yang
memenuhi syarat sebagai berikut, berusia antara 18-24 tahun, sedang atau
pernah menjalin relasi heteroseksual (pacaran), belum menikah, tinggal di
tempat kos wilayah kecamatan Jatinangor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian seluruhnya pernah melakukan
perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari 100 orang yang melakukan
perilaku seksual terdapat 100% telah melakukan perilaku berpegangan tangan,
90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52%
petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse.

Kata kunci: perilaku seksual, mahasiswa, kos

ABSTRACT
University students, as late adolescents, have developmental task and
they are in the sexual phase. That support them to make heterosexual
relationships such as dating. In making a heterosexsual relationship, an
individual has tendency to do varios sexual behaviors. Beside that, characteristics
of current adolescent sexual behavior is more free than adolescent in the past,
therefore the treat of the free sex problem among University students become a
serious problem in the future. The aim of this study is to describe sexual
behavior that has been done by University students and their partner who live in
dormitories in Jatinangor. The quantitative design was used with 18 to 24 years
old, who are recently dating or having heterosexual relationship, not married,
and lived in dormitory area around Jatinangor. Questioner was modified from

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 14


concepts of sexual behavior from Santrock (2002) and Irawati (1999). The study
result showed that 100 per cent respondents have done certain sexual behavior.
The sexual behavior that have been done including : 100 per cent of
respondents hold their partners hand, 90 per cent huging each other, 82 per
cent do necking, 56 per cent touch their partner sensitive part of body, 52 per
cent do petting, 33 per cent conducting oral sex, and even 34 per cent doing
sexual intercourse.

Key word : Sexual behaviors, University students, Dormitories

PENDAHULUAN relasi heteroseksual pada mahasiswa


Seorang individu yang juga dipengaruhi oleh tugas
memasuki masa kuliah umumnya perkembangannya yaitu remaja
berada pada tahapan remaja akhir, mulai membentuk hubungan baru
yaitu berusia 18 – 21 tahun. Menurut dengan lawan jenis (Hurlock, 1980).
Zuryaty (2006) dalam kehidupan Sedangkan relasi heteroseksual
mahasiswa, umumnya mereka sendiri dapat mendorong remaja
tinggal di tempat kos yang dekat untuk melakukan perilaku seksual
dengan kampus. Hal ini (Hurlock, 1976).
menyebabkan mereka harus ”Adapun yang dimaksud
berpisah dengan orang tuanya. perilaku seksual adalah segala
Perbedaan yang mencolok antara tingkah laku yang didorong
tinggal di rumah dan di tempat kos oleh hasrat seksual baik
antara lain terletak pada dengan lawan jenis
pengawasan orang tua, karena di (heteroseksual) maupun
tempat kos, orang tua tidak dapat dengan sesama jenis
mengawasi anaknya secara (homoseksual), dimana objek
langsung. Menurut Bronfenbrenner seksualnya bisa serupa orang
(1979;1989) dalam Santrock (2003) lain, orang dalam khayalan,
beberapa hal yang dapat menjadi atau diri sendiri.” (Sarwono,
faktor resiko terjadinya aktivitas 2004: 140)
seksual remaja adalah kurangnya Berdasarkan survey Pusat
pengawasan orang tua dan Studi Wanita Universitas Islam
rendahnya pengawasan lingkungan. Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta,
Dari hal tersebut maka mahasiswa jumlah remaja yang mengalami
kos beresiko terhadap terjadinya masalah kehidupan seks terutama di
berbagai bentuk aktivitas seksual. Yogyakarta terus bertambah, akibat
Sesuai karakteristik pola hidup seks bebas. Karena pada
perkembangan seksualnya, kenyataannya pengaruh gaya seks
mahasiswa umumnya sudah bebas yang mereka terima jauh lebih
mengembangkan perilaku seksual kuat dari pada kontrol yang mereka
dalam bentuk relasi heteroseksual terima maupun pembinaan secara
atau pacaran (Pangkahila dalam keagamaan. Semakin longgarnya
Soetjiningsih, 2004). Terbentuknya tingkat pengawasan dari pemilik kos

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 15


maupun pihak orang tua sehingga praktek adegan ”biru” di ”asrama”
makin banyak remaja yang terjebak atau tempat-tempat kos mahasiswa
ke dalam pola seks bebas karena di kawasan Jatinangor. Beliau
berbagai pengaruh yang mereka mengungkapkan bahwa masyarakat
terima baik dari teman, internet, dan sekitar pemukiman mahasiswa di
pengaruh lingkungan secara umum. Jatinangor seringkali menemukan
Pakar seks juga specialis Obstetri kondom bekas di selokan dan ada
dan Ginekologi, Nugraha (2006) di kemungkinan besar kondom tersebut
Jakarta mengungkapkan bahwa dari bekas dipakai oleh mahasiswa yang
tahun ke tahun data remaja yang melakukan seks bebas (Pikiran
melakukan hubungan seks bebas Rakyat, 2001). Selain fenomena di
semakin meningkat. Dari sekitar lima atas, terungkap juga kasus
persen pada tahun 1980-an, menjadi mahasiswa yang pesta seks bebas di
dua puluh persen pada tahun 2000 sebuah tempat kos di daerah
(wwww.solusisehat.net). Di Jakarta Jatinangor yang terdapat dalam
hasil penelitian yang dilakukan oleh keadaan tanpa busana yang
Masngudin HMS (2004), bentuk melibatkan mahasiswa (Kompas,
kenakalan remaja yang berupa 2004). Berdasarkan fenomena
hubungan seks di luar nikah memiliki tersebut, lokasi yang akan dijadikan
persentasi yang tinggi yaitu sebesar tempat penelitian oleh peneliti yaitu
73,3%. Sedangkan di Bandung, dari kawasan Jatinangor kabupaten
hasil polling yang dilakukan oleh Sumedang.
Lembaga Swadaya Masyarakat Kawasan Jatinangor memang
Sahabat Anak dan Remaja Indonesia dikenal sebagai daerah pemukiman
(Sahara Indonesia) selama tahun mahasiswa karena di situ terdapat
2000 – 2002 menyebutkan dari empat kampus besar (Unpad, Ikopin,
sekitar 1000 remaja peserta terdapat Unwim, dan IPDN) yang terletak di
44,8% mahasiswa dan remaja kecamatan Jatinangor kabupaten
Kabupaten Bandung telah melakukan Sumedang. Berdasarkan data tahun
hubungan seks, hampir sebagian 2008 yang diperoleh peneliti dari
besar peserta tersebut berada di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
wilayah tempat kos mahasiswa yang Sumedang, kecamatan Jatinangor
kuliah di PTN dan PTS terbesar di memiliki 4 desa yaitu desa Cikeruh,
Bandung. Dan sebanyak 51,5% desa Hegarmanah, desa Cibeusi, dan
peserta melakukan hubungan seks di desa Sayang. Kecamatan Jatinangor
tempat kos. juga memilki 200 tempat kos yang
Fenomena maraknya perilaku tersebar dalam setiap desanya.
seksual di kalangan mahasiswa juga Berdasarkan hasil studi pendahuluan
terjadi di wilayah Jatinangor. Dalam yang dilakukan oleh peneliti pada 20
diskusi interaktif bertema orang mahasiswa kos, terdapat 12
”Mahasiswa, Seks, dan Perkawinan” orang tinggal di tempat kos khusus,
di kampus Universitas Padjadjaran 6 orang tinggal di tempat kos
Jatinangor, Psikolog Suherman campur, dan 2 orang tinggal di
(2001) menduga telah terjadi rumah kontrakan. Sebagai

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 16


kawasan pendidikan maka kawasan terhadap perilaku seksual yang
Jatinangor banyak ditempati oleh menjurus ke kehidupan seks bebas
mahasiswa kos. Mahasiswa tersebut sehingga dibutuhkan partisipasi
berasal dari berbagai daerah di dalam bidang kesehatan, termasuk
seluruh Indonesia, bahkan ada keperawatan. Penelitian ini bertujuan
beberapa yang berasal dari luar untuk mengetahui gambaran
negeri. Perbedaan latar belakang perilaku seksual yang diorientasikan
sosial dan budaya membuat mereka pada lawan jenis (heteroseksual)
harus beradaptasi dengan mahasiswa kos yang tinggal di
lingkungan yang baru. Begitu pula kecamatan Jatinangor – Sumedang.
sebaliknya penduduk Jatinangor
kepada pendatang. Sering kali akibat METODE PENELITIAN
perbedaan latar belakang sosial Jenis penelitian yang
budaya serta derasnya arus masuk digunakan dalam penelitian ini
para pendatang ditambah lagi adalah penelitian deskriptif. Jenis
perpindahan mahasiswa dari tempat rancangan deskriptif yang digunakan
kos satu ke tempat kos lain adalah rancangan penelitian survey,
mengakibatkan hubungan yang dengan menggunakan cross
harmonis antara penduduk dan sectional design. Populasi penelitian
masyarakat sulit dilakukan ini adalah mahasiswa kos, baik
(Adimihardja, 1983 dalam Zuryaty, mahasiswa laki-laki maupun
2006). Menurut Otto Sukatno (2002) perempuan yang tinggal di
ketergantungan penduduk secara kecamatan Jatinangor (desa Cikeruh,
ekonomi juga membuat penduduk desa Hegarmanah, desa Cibeusi, dan
cenderung mengambil sikap pasrah. desa Sayang). Jumlah populasi
Maka jika terjadi penyimpangan nilai dalam penelitian ini diperkirakan
dan norma oleh mahasiswa, mereka sejumlah 2179 orang (Dispenda,
segan untuk menegur. Sehingga 2008). Dalam penelitian ini, peneliti
kontrol sosial tidak dapat diterapkan menggunakan teknik pengambilan
dengan baik. purposive sampling dengan sampel
Dari uraian diatas, masalah yang mudah ditemui (non-random)..
seks dikalangan mahasiswa kos perlu Adapun kriteria mahasiswa kos yang
mendapat perhatian lebih dari dapat dijadikan sampel adalah
berbagai pihak. Mengingat dampak sebagai berikut :
yang dihasilkan akibat perilaku • Berusia antara 18 - 24 tahun
seksual cukup serius dan dapat • Sedang atau pernah menjalin
berpengaruh pada kehidupan relasi heteroseksual
individu itu sendiri di masa datang. • Belum menikah
Disamping itu mahasiswa sebagai • Tinggal di tempat kos wilayah
penerus bangsa nantinya, sungguh kecamatan Jatinangor
disayangkan jika mereka akan Dalam penelitian ini menggunakan
terjerumus dalam dunia pergaulan 100 orang untuk menjadi sampel
bebas. Maka kita perlu melakukan penelitian.
upaya pencegahan sedini mungkin

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 17


Subjek penelitian yaitu mahasiswa Gambaran Perilaku
kos diminta untuk menjawab Berpegangan Tangan pada
pertanyaan mengenai perilaku Mahasiswa Kos di Jatinangor
seksual mereka (berdasarkan Gambaran perilaku
pengalaman pribadinya) dalam berpegangan tangan meliputi
kuisioner sesuai dengan petunjuk persentase bentuk berpegangan
pengisian. tangan, yaitu menyentuh,
menggenggam, dan menggandeng
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Perilaku Seksual Tabel 2 Persentase Berpegangan
Mahasiswa Kos di Jatinangor Tangan Mahasiswa Kos di
Gambaran perilaku seksual Jatinangor
mahasiswa kos di kecamatan
Jatinangor meliputi persentase Melakukan Tidak
Indikator
distribusi mahasiswa yang F % F %
melakukan berbagai bentuk perilaku Menyentuh 100 100 0 0%
seksual yang terdiri dari tangan
%
berpegangan tangan, berpelukan, Menggenggam 97 97% 3 3%
necking, meraba bagian tubuh yang Menggandeng 96 96% 4 4%
sensitif, petting, oral seks, dan
sexual intercourse. Gambaran
Gambaran Perilaku Berpelukan
perilaku seksual mahasiswa kos di
pada Mahasiswa Kos di
kecamatan Jatinangor – Sumedang
Jatinangor
akan di jabarkan sebagai berikut :
Gambaran perilaku
berpelukan meliputi persentase
Tabel 1 Gambaran Persentase
bentuk berpelukan, yaitu memeluk
Mahasiswa Kos di Jatinangor
dan merangkul.
dalam melakukan perilaku
seksual tertentu
Tabel 3 Persentase Berpelukan
Bentuk F %
Mahasiswa kos di Jatinangor
Perilaku
Melakukan Tidak
Berpegangan 100 100% Indikator
F % melaku
F %
tangan
Memeluk 85 94% 5 3%
Berpelukan 90 90%
Merangkul 89 99% 1 1%
Necking 82 82%
Meraba bagian 56 56%
tubuh yang Gambaran Perilaku Necking
sensitif pada Mahasiswa Kos di
Petting 52 52% Jatinangor
Oral seks 33 33% Gambaran perilaku necking
Sexual 34 34% meliputi persentase bentuk necking,
intercourse yaitu mencium kening, pipi, bibir,
Bentuk Jumlah Persentase leher dan buah dada/dada.
Perilaku

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 18


Tabel 4 Persentase Perilaku Gambaran Perilaku Petting pada
Necking Mahasiswa Kos di Mahasiswa Kos di Jatinangor
Jatinangor Gambaran perilaku petting
meliputi persentase bentuk petting,
Melakukan Tidak yaitu saling menempelkan alat
Indikator kelamin. Perilaku saling
F % F %
menempelkan alat kelamin dilakukan
Mencium 71 87% 11 13%
oleh 52 orang dari 100 orang subjek
kening
penelitian yaitu mahasiswa kos di
Mencium 73 89% 9 11%
Jatinangor.
pipi
Perilaku saling menempelkan
Mencium 74 90% 8 10%
alat kelamin terdapat dua variasi
bibir
pertanyaan yaitu saling
Mencium 48 59% 34 41%
menempelkan alat kelamin dengan
leher
perantara pakaian dan saling
Mencium 50 61% 32 39%
menempelkan alat kelamin tanpa
buah dada
perantara pakaian. Adanya variasi
/ dada
pertanyaan pada variabel saling
menempelkan alat kelamin
dimaksudkan untuk dapat menggali
Gambaran Perilaku Meraba
perilaku petting yang telah dilakukan
Bagian Tubuh yang Sensitif
mahasiswa kos di Jatinangor.
Mahasiswa Kos di Jatinangor
Responden yang dikategorikan telah
Gambaran perilaku meraba
melakukan perilaku petting adalah
bagian tubuh yang sensitif meliputi
responden yang pada salah satu
persentase bentuk meraba bagian
atau kedua pertanyaan mengenai
tubuh yang sensitif, yaitu meraba
perilaku menempelkan alat kelamin
buah dada/dada dan meraba alat
kepada pasangan (no.16 & 17)
kelamin.
menjawab SL/SR/KD/J. Sedangkan
responden yang menjawab tidak
Tabel 5 Persentase Meraba
pernah pada salah satu pertanyaan,
Bagian Tubuh Sensitif
misalnya : tidak pernah
Mahasiswa Kos di Jatinangor
menempelkan alat kelamin kepada
Melakuka Tidak
Indikator pasangan dengan perantara pakaian,
F n % F % berarti kemungkinan responden
Meraba 54 96% 2 4% tersebut tidak pernah menempelkan
buah dada alat kelamin kepada pasangan /
/ dada petting atau pernah menempelkan
Meraba 48 86% 8 14% alat kelamin kepada pasangan tapi
alat tanpa perantara pakaian. Sehingga
kelamin responden dikategorikan tidak

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 19


melakukan perilaku petting adalah dimaksudkan untuk dapat menggali
responden yang pada kedua perilaku sexual intercourse yang
pertanyaan tentang saling telah dilakukan mahasiswa kos di
menempelkan alat kelamin Jatinangor. Responden yang
menjawab TP (tidak pernah). Oleh dikategorikan telah melakukan
karena itu, penjumlahan dari perilaku sexual intercourse adalah
responden yang melakukan perilaku responden yang pada salah satu
menempelkan alat kelamin dengan atau kedua pertanyaan tentang
perantara pakaian dan menempelkan hubungan seks (no. 19 & 20)
alat kelamin tanpa perantara pakaian menjawab SL/SR/KD/J. Sedangkan
tidak sama dengan jumlah responden yang menjawab tidak
responden yang dikategorikan telah pernah pada salah satu pertanyaan,
melakukan perilaku petting / saling misalnya : tidak pernah melakukan
menempelkan alat kelamin. hubungan seks dengan
menggunakan kontrasepsi (kondom),
Gambaran Perilaku Oral seks berarti kemungkinan responden
pada Mahasiswa Kos di tersebut tidak pernah melakukan
Jatinangor hubungan seks atau pernah
Gambaran perilaku oral seks melakukan hubungan seks tapi tanpa
meliputi persentase bentuk oral seks menggunakan kontrasepsi (kondom).
serta intensitas dilakukannya bentuk Sehingga responden dikategorikan
perilaku tersebut. Perilaku oral seks tidak melakukan sexual intercourse
dilakukan oleh 33 orang dari 100 adalah responden yang pada kedua
orang subjek penelitian yaitu pertanyaan tentang hubungan seks
mahasiswa kos di Jatinangor. menjawab TP (tidak pernah). Oleh
karena itu, penjumlahan dari
Gambaran Perilaku Sexual responden yang melakukan perilaku
Intercourse pada Mahasiswa hubungan seks dengan
Kos di Jatinangor menggunakan kontrasepsi (kondom)
Gambaran perilaku sexual dan hubungan seks tanpa
intercourse meliputi persentase menggunakan kontrasepsi (kondom)
bentuk hubungan seks. Perilaku tidak sama dengan jumlah
sexual intercourse dilakukan oleh 34 responden yang dikategorikan telah
orang dari 100 orang subjek melakukan perilaku sexual
penelitian yaitu mahasiswa kos di intercourse / hubungan seks.
Jatinangor. Seks dalam kehidupan remaja
Perilaku sexual intercourse / yang sehat dan normal merupakan
hubungan seks terdapat dua variasi hal tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal
pertanyaan yaitu hubungan seks tersebut menarik perhatian namun
dengan menggunakan kontrasepsi merupakan hal yang perlu mendapat
(kondom) dan hubungan seks tanpa penyaluran dan pengendalian yang
menggunakan kontrasepsi (kondom). sebaik-baiknya. Sesuai dengan tahap
Adanya variasi pertanyaan pada perkembangannya, maka remaja
variabel sexual intercourse

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 20


sudah mulai menjalin relasi yang cenderung tidak peduli
heteroseksual dengan pasangannya. terhadap lingkungan, dan adanya
Banyak faktor yang dapat teman seksual dan komitmen
mempengaruhi perilaku seks (Bronfenbrenner,1979;1989 dalam
rmahasiswa, yaitu : 1) mahasiswa Santrock, 2003 dan Smal, A.S. &
sebagai remaja mengalami Luster, T.,1994), hal ini bisa terjadi
perubahan hormonal yang dapat pada mahasiswa yang memiliki relasi
meningkatkan hasrat seksual remaja, heteroseksual (pacaran).
2) penundaan usia perkawinan yang Sodik Mudjahid (2001), wakil
dialami mahasiswa karena sedang Direktur Pusdai Jabar mengatakan
menempuh pendidikan sehingga bahwa perilaku seks bebas sudah tak
penyaluran hasrat seksual itu tidak aneh lagi bagi sebagian generasi
dapat segera dilakukan pada orang muda yang menganut seks bebas.
yang tepat, 3) Norma agama yang Tempat kos yang jauh dari orang tua
melarang hubungan seks sebelum membuat pertemuan dengan pacar
menikah namun remaja yang tidak menjadi bebas dan bisa pula masuk
dapat menahan hawa nafsu akan ke kamar tidurnya. Apalagi di
cenderung melanggar norma agama, kalangan sebagian mahasiswa dan
4) Dengan semakin canggihnya pemilik kos ada kecenderungan cuek
tekhnologi (seperti internet) terhadap tamunya. Beliau
menyebabkan penyebaran informasi menambahkan dari perspektif
secara cepat dan mudah, baik perkembangan jiwa keagamaan,
informasi yang bersifat positif tampaknya usia mahasiswa itu tidak
maupun negatif. Informasi yang bisa bebas dari rasa ingin tahu dan
diterima tersebut dapat ingin mencoba hal-hal yang
mempengaruhi perilaku seksual disaksikannya. Apalagi yang
seseorang, 5) adanya berhubungan dengan seksual,
kecenderungan pergaulan yang seringkali mahasiswa goyah dan lalai
makin bebas antara laki-laki dan sehingga banyak terjadi kasus hamil
perempuan dalam masyarakat, sebelum menikah. Awalnya bisa
seperti banyak tempat kos campur, sekadar ingin tahu dan ingin
batas jam malam yang longgar, dan mencoba bagaimana rasanya atau
kebebasan ruang untuk berkunjung nikmatnya bersentuhan,
(Sarwono, 2004). berpegangan-tangan, berciuman,
Hal tersebut juga dan akhirnya sama-sama ingin
mempengaruhi perilaku seksual merasakan hubungan seks. Susan
mahasiswa kos di Jatinangor, Rogi (2007), Sarjana Psikologi
terlebih lagi jika remaja tersebut menyatakan bahwa terjadi
mendapat pengawasan yang kurang perubahan perilaku secara signifikan
dari orang tua karena lokasi yang dalam diri remaja didukung dengan
sudah tidak satu rumah dengan adanya rumah kost campur, pria dan
keluarga, rendahnya pengawasan wanita. Di tempat itu mereka lebih
lingkungan yang bisa terjadi akibat bebas mengekspresikan nafsu
tidak adanya penjaga kos atau sikap mudanya bersama teman cewek

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 21


satu. dalam hubungan dua jenis kelamin,
Meskipun banyak hal yang seperti bertemu hanya di rumah
dapat mempengaruhi remaja untuk orang tua, pulang pada waktunya,
melakukan perilaku seksual namun menganggap berciuman dan
sebagai manusia yang beragama dan bercumbu sebagai perbuatan yang
tinggal dalam kehidupan kurang baik dan salah, sekalipun
bermasyarakat, kita perlu sudah bertunangan. Pada remaja
memperhatikan bagaimana tuntunan modern , sikap-sikap moral itu mulai
dan nilai-nilai agama serta pranata memudar, baik di pedesaan terlebih
sosial yang ada di sekelilingnya. lagi di perkotaan (Al-Mighwar, 2006).
Terutama yang erat hubungannya Meskipun perubahan yang terjadi
dengan penyaluran dan tidak bersifat universal tetapi sudah
pengendalian dorongan seks yang dapat dianggap ”khas” remaja masa
sedang melanda diri remaja. Tanpa kini di pelbagai kota besar bahkan
memperhatikan hal tersebut berarti juga dikota-kota kecil dan di
remaja tersebut telah mengabaikan masyarakat pedesaan (Hurlock,
tuntutan nilai dan moral yang 1980). Hal tersebut juga yang terjadi
terdapat dalam lingkungannya. dalam perilaku seksual mahasiswa
Keadaan ini merupakan suatu hal kos terhadap pasangannya yang
yang sangat tercela bagi masyarakat ditunjukan melalui hasil penelitian
yang sehat dan masih memegang yang telah dilakukan.
teguh nilai-nilai luhur. Sebenarnya Hasil penelitian menunjukan
ada beberapa cara yang dapat bahwa perilaku seksual yang paling
dilakukan remaja untuk banyak dilakukan mahasiswa kos
mengendalikan dorongan seksnya adalah berpegangan tangan dalam
(Purwoko, 2001), diantaranya seperti bentuk menyentuh, menggenggam
: a) Menjauhkan diri dari semua dan menggandeng tangan.
yang dapat merangsang seks secara Berpegangan tangan tampaknya
tidak alami, b) Menyiapkan program- telah dianggap hal yang wajar
program untuk mengisi waktu luang, dilakukan dalam proses interaksi
c) Membimbing dan menguatkan heteroseksual, sehingga 100%
keinginan, d) Tindakan preventif mahasiswa melakukannya. Diagram
secara total, e) Dukungan iman. 1, 2, dan 3 memperlihatkan
Namun pola relasi intensitas mahasiswa melakukan
heteroseksual yang terjadi pada perilaku berpegangan tangan dalam
remaja masa kini telah mengalami bentuk menyentuh, menggenggam,
perkembangan. Ada dua ciri yang dan menggandeng, yaitu berkisar
membedakan perilaku heteroseksual antara selalu dan sering. Tingginya
remaja masa kini dari generasi frekuensi mahasiswa dalam
sebelumnya, yaitu terobosan tahap- melakukan perilaku tersebut
tahap dalam perilaku heteroseksual mungkin disebabkan oleh beberapa
dan sikap yang jauh lebih lunak hal, diantaranya berpegangan
(Hurlock, 1980). Ada moral positif merupakan ekspresi perasaan
yang berkembang di masa lampau sayang yang dapat menimbulkan

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 22


perasaan aman dan nyaman melemahkan kontrol diri dan akal
(Irawati, 1999 dalam Komalasari, sehat, akibatnya bisa menimbulkan
2008) aktifitas seksual selanjutnya
Perilaku berpelukan juga (cumbuan berat dan intercourse).
termasuk dalam perilaku yang Reiss (1976) dalam Sundari
banyak dilakukan oleh mahasiswa (1995) berpendapat bahwa
kos yang menjalin relasi bertambahnya kenyataan, perilaku
heteroseksual, yaitu 90% mahasiswa seksual remaja tidak dalam bentuk
melakukannya. Tingginya frekuensi intercourse (hubungan seks) tetapi
mahasiswa dalam melakukan lebih pada petting. Hal ini
perilaku tersebut mungkin mencerminkan persetujuan dalam
disebabkan oleh beberapa hal, nilai-nilai seksual dari beberapa
diantaranya berpelukan dapat perempuan yang menjaga faktor
menimbulkan perasaan aman, keperawanan tetapi memilki
nyaman, dan tenang (Irawati, 1999) kesempatan untuk terlibat aktif
Perilaku necking memiliki secara seksual. (RAND Publication,
persentase yang tinggi (82%) 2002). Hal ini juga sepertinya terjadi
dilakukan oleh mahasiswa kos yang pada mahasiswa kos di Jatinangor,
memilki relasi heteroseksual. dengan jumlah mahasiswa yang
Telinga, leher dan bibir merupakan melakukan petting adalah sebanyak
zona erotis, sehingga ciuman pada 52% dari jumlah mahasiswa yang
daerah-daeerah tersebut dapat telah melakukan perilaku seksual.
membuat imajinasi atau fantasi Perilaku petting yaitu saling
seksual berkembang serta menempelkan alat kelamin dengan
menimbulkan keinginan untuk cara tanpa perantara pakaian atau
melanjutkan bentuk-bentuk perilaku dengan perantara pakaian yang
seksual lainnya yang lebih dapat dilakukan mahasiswa kos di
“dinikmati” (Irawati, 1999) dalam Jatinangor memiliki intensitas
Komalasari (2008). Sesuai dengan kadang. Hal ini memperlihatkan
pernyataan tersebut, maka hal ini bahwa sedikit demi sedikit,
berarti bahwa tidak tertutup mahasiswa telah mulai “berani”
kemungkinan, mahasiswa yang untuk melakukan perilaku seksual
sekarang ini hanya melakukan yang mempengaruhi timbulnya nafsu
perilaku necking saja, suatu saat birahi (erotic).
nanti akan berlanjut ke bentuk- Perilaku seksual yang tidak
bentuk perilaku yang lebih berat. menyebabkan kehilangan
Lebih dari setengah (54%) keperawanan tapi dapat
mahasiswa kos yang melakukan mempengaruhi timbulnya nafsu
perilaku seksual dengan birahi (erotic) yaitu oral seks.
pasangannya, telah meraba bagian Menurut Santrock (2003) pada
tubuh sensitif pasangannya. Dampak beberapa kasus, oral seks secara
tersentuhnya bagian paling sensitif besar meningkat pada masa remaja
tersebut akan menimbulkan selama beberapa tahun belakangan
rangsangan seksual sehingga ini. Hal tersebut juga terjadi pada

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 23


mahasiswa kos di Jatinangor. Dari merupakan agama yang mengatur
hasil penelitian terdapat 33% yang berbagai aspek kehidupan, mulai
melakukan oral seks dari seluruh dari hablumminallah (hubungan
mahasiswa yang melakukan perilaku dengan Allah) dan hablumminannas
seksual. Ada anggapan yang salah (hubungan dengan sesama
tentang oral seks dimana oral seks manusia). Dalam hal ini difokuskan
dianggap bukanlah seks dan kepada hubungan manusia dengan
sepenuhnya aman dari resiko manusia. Hubungan antara laki-laki
terkena PMS. Pada kenyataannya dan perempuan diatur dengan jelas
oral seks menyebabkan resiko dalam Al-Quran dan Hadis yang
penularan PMS yang tinggi (Irawati, merupakan sumber ajaran agama
1999 dalam Komalasari, 2008) islam. Maka norma masyarakat yang
Menurut laporan Fadilah akan lebih dihubungkan sebagian
(2004), wartawan Majalah Gemari besar berhubungan dengan ajaran
dari "Kota Pelajar" Yogyakarta dan islam.
Kota Jakarta, berdasarkan penelitian Jika kita tinjau dari norma
di berbagai kota besar di Indonesia, agama, menyentuh seseorang yang
sekitar 20 hingga 30 persen remaja bukan muhrimnya saja dilarang
mengaku pernah melakukan dalam agama islam. Seorang kekasih
hubungan seks. Pernyataan ini juga (pacar) belum dikatakan sebagai
sesuai dengan hasil penelitian yang muhrimnya karena belum ada ikatan
diperoleh peneliti terhadap perkawinan. Islam juga melarang
mahasiswa kos di Jatinangor, yaitu kita mendekati perbuatan zina
mahasiswa kos di Jatinangor yang (melakukan hubungan seks bukan
melakukan sexual intercourse adalah dengan isteri/suami) karena zina
sebanyak 34% dari jumlah merupakan perbuatan keji dan
mahasiswa yang melakukan perilaku buruk. Mendekati zina saja kita
seksual tertentu dengan dilarang apalagi melakukan
pasangannya. Sedangkan perbuatan zina.
perbandingan orang yang melakukan Disamping itu dilihat dari
sexual intercourse / hubungan seks dampak perilaku seksual tersebut
menggunakan alat kontrasepsi cukup serius yaitu : 1) Perilaku
(kondom) dan tanpa menggunakan berpegangan tangan memang tidak
alat kontrasepsi adalah hampir sama terlalu menimbulkan rangsangan
banyak. Dari hal tersebut maka tidak seksual yang kuat, namun biasanya
tertutup kemungkinan terjadinya muncul keinginan untuk mencoba
kehamilan tidak diinginkan, aborsi aktifitas seksual lainnya (hingga
dan penyakit menular seksual. kepuasan seksual dapat tercapai). 2)
Jatinangor dengan Perilaku berpelukan akan membuat
penduduknya yang mayoritas jantung berdegup lebih cepat dan
beragama islam, maka norma yang menimbulkan rangsang seksual
dipakai akan lebih mengarah pada (terutama di daerah erogenous). 3)
agama yang mayoritas dianut Perilaku mencium pipi dan kening
masyarakatnya. Agama islam bisa mengakibatkan imajinasi dan

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 24


fantasi seksual jadi berkembang, serta moral, keperawanan dan
selain itu juga dapat menimbulkan keperjakaan hilang merusak masa
keinginan untuk melanjutkan ke depan (terpaksa drop out sekolah,
bentuk aktifitas seksual lainnya yang merusak nama baik pribadi dan
lebih dapat dinikmati. Sedangkan keluarga, mengalami konflik
perilaku mencium bibir dapat menjelang pernikahan).
menimbulkan sensasi seksual yang Pada masa remaja, seperti
kuat yang membangkitkan dorongan pada mahasiswa, seharusnya mereka
seksual yang hingga tak terkendali. sedang dibina untuk menjadi
Selain itu juga dapat memudahkan penerus bangsa nantinya, bukan
penularan penyakit TBC, hepatitis B, dibiarkan terserah remaja mau jadi
dan penyakit yang ditularkan secara apa. Sikap permisif ini akan merusak
peroral lainnya. 4) Perilaku meraba masa depan remaja karena remaja
bagian tubuh yang sensitive akan menjadi tidak terawasi dan dapat
menimbulkan rangsangan seksual melakukan sesuatu yang kemudian
sehingga melemahkan kontrol diri merusak diri mereka sendiri. Guna
dan akal sehat, akibatnya bisa mengantisipasi pergeseran perilaku
menimbulkan aktifitas seksual seksual pada remaja masa kini maka
selanjutnya (cumbuan berat dan harus dilakukan pencegahan dini,
intercourse). 5) Perilaku petting salah satunya dengan memberikan
dapat menimbulkan ketagihan dan pendidikan seksual.
lebih jauhnya adalah kehamilan Pakar psikologi Suherman
karena cairan pertama yang keluar (2009), menyatakan bahwa
saat terangsang pada laki-laki sudah maraknya perilaku seksual di
mengandung sperma (meski dalam kalangan mahasiswa salah satunya
kadar terbatas). Sehingga resiko karena pengetahuan tentang seks
terkenanya PMS / HIV cukup tinggi sangat minim. Pendidikan seksual
apalagi kalau berlanjut ke menurut Sarwono (2004) adalah
intercourse. Secara psikologis salah satu cara yang dapat
menimbulkan perasaan cemas dan digunakan untuk mengurangi dan
perasaan bersalah dengan adanya mencegah penyalahgunaan seks,
sanksi moral / agama. 6) Perilaku khususnya untuk mencegah dampak-
oral seks tidak menyebabkan dampak negatif yang tidak
kehamilan, namun dapat diharapkan seperti kehamilan yang
menyebabkan resiko penularan PMS tidak diinginkan, penyakit menular
yang tinggi. 7) Perilaku sexual seksual, depresi dan perasaan
intercourse atau hubungan seksual berdosa. Pendidikan seks ini akan
dapat menimbulkan perasaan melibatkan peran perawat sebagai
bersalah dan berdosa terutama pada penyuluh.
saat pertama kali, ketagihan,
kehamilan sehingga terpaksa SIMPULAN
menikah atau aborsi, kematian, dan Perilaku berpegangan tangan,
kemandulan akibat aborsi, terkena berpelukan, necking, meraba bagian
PMS/HIV, sanksi sosial dan agama tubuh yang sensitif dan petting

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 25


tampaknya sudah dianggap biasa DAFTAR PUSTAKA
terjadi dalam proses interaksi Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi
heteroseksul karena lebih dari Remaja. Bandung : Pustaka
setengah mahasiswa kos di Setia
Jatinangor yang pernah menjalin Baumer E.P. and S.J. South. 2001.
relasi heteroseksual (pacaran) Community Effects on Youth
pernah melakukan perilaku seksual. Sexual Activity. Journal of
Dan perilaku seksual yang paling Marriage and Family; May
banyak dilakukan oleh mahasiswa 2001; 63, 2; Academic
kos di Jatinangor adalah Research Library pg. 540.
berpegangan tangan dengan Available online at :
pasangan. Meskipun perilaku oral http://www.proquest.com
seks dan hubungan seks hanya (Diakses tanggal 6 maret
sekitar 30% dan lebih rendah dari 2009)
persentase perilaku yang lain namun Fadillah, H. 2004. Waspadai Seks
nilai tersebut cukup tinggi dan Bebas Kalangan Remaja.
menjadi dasar perlunya upaya Available online at :
tertentu untuk mengendalikan http://www.solusisehat.net
perilaku tersebut. (Diakses tanggal 18 Juli 2009)
Mochtar, Agus. 2009. 51,5%
SARAN Mahasiswi Bandung
Mahasiswa kos di Jatinangor Melakukan Hubungan Seks di
nampaknya kurang memperhatikan Rumah Kost. Majalah
norma yang ada di masyarakat juga Konseling bacaan online
dampak dari perilaku seksual khusus pria. Available at :
tersebut. Sehingga, partisipasi dari http://www.konseling.net/info
berbagai pihak sangat diperlukan _hot/bandung_seks_kos.htm
untuk mengatasi hal tersebut agar (diakses tangga 8 april 2009)
tercipta penerus bangsa yang Monks, F.J., dkk. 1999. Psikologi
bermoral dan sehat. Salah satu Perkembangan : Pengantar
upaya yang dapat di lakukan dalam dalam Berbagai Bagiannya.
bidang keperawatan adalah dengan Yogyakarta : Gajah Mada
dilakukannya pendidikan kesehatan University Press
mengenai pendidikan seks remaja Mu’tadin, Z. 2004. Pendidikan Seks
untuk mengendalikan perilaku seks Pada Remaja. Available online
remaja. Untuk menghindari at :
semakin maraknya seks bebas, http://www.psikologiums.net
diharapkan kepada pihak puskesmas (diakses tanggal 6 Maret
sebagai salah satu instansi 2009)
pemerintah dalam bidang kesehatan Nugraha, B.D. 2004. Waspadai Seks
agar memberikan penyuluhan Bebas Kalangan Remaja.
tentang bahaya seks bebas kepada Available online at :
mahasiswa yang tinggal di http://www.solusisehat.net
lingkungan kos Jatinangor. (diakses tanggal 18 Juli 2009)

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 26


Nursalam. 2008. Konsep dan Vol. I No.1. Available online at
Penerapan Metodologi : http://www.proquest.com
Penelitian Ilmu Keperawatan. (Diakses tanggal 6 maret
Jakarta : Salemba Medika 2009)
Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Wahyuni, C.U. dan U.
Remaja - Ed. Rev.,Cet.8. Purwaningtyas. 2001.
Jakarta : PT Raja Grafindo Pengaruh Faktor Lingkungan
Persada Terhadap Perilaku Seksual
Small, Stephen A. And Tom L. 1994. Mahasiswa Remaja Indekost
Adolescent Sexual Activity: An di Surabaya. Available online
Ecological, Risk-Factor at :
Approach. Journal of http://journal.lib.unair.ac.id/in
Marriage and the Family; Feb dex.php/fikm/article/viewFile/
1994; 56, 1; Academic 169/6811 (Diakses tanggal 6
Research Library pg. 181. maret 2009)
Available online at : Zuryaty. 2006. Gambaran Faktor-
http://ejournal.unud.ac.id/abs Faktor Yang Melatarbelakangi
trak/e_journal_rasmen.pdf Sikap Mahasiswa Terhadap
(Diakses tanggal 6 Maret Hubungan Seks Diluar Nikah
2009) di Lingkungan Tempat Kos
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kawasan Pendidikan
Kembang Remaja Dan Jatinangor-Sumedang.
Permasalahannya. Jakarta : Bandung : Fakultas Ilmu
Sagung Seto Keperawatan UNPAD
Wahyudi. 2000. Kesehatan
Reproduksi Remaja.
Yogyakarta : Lab Ilmu * Penulis adalah Mahasiswa
Kedokteran Jiwa FK UGM Fakultas Ilmu Keperawatan
Wahyudinata, M. 2007. Televisi Dan Universitas Padjadjaran
Pergeseran Konsep Seks ** Penulis adalah Staf Edukatif
Normatif : Pengaruh Keperawatan Dasar Fakultas
Tayangan Pornomedia Televisi Ilmu Keperawatan Universitas
Dan Agama Terhadap Sikap Padjadjaran
Seks Mahasiswa S1 Kota *** Penulis Adalah Perawat
Surabaya. Jurnal Ilmiah Puskesmas Tanjung Sari
SCRIPTURA ISSN 1978-385X

Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 27

Você também pode gostar