Você está na página 1de 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

A. PENGERTIAN
Hyperbilirubinemia adalah akumulasi bilirubin dalam darah yang
berlebihan, ditandai dengan adanya jaundice, perubahan warna kekuningan pada
kulit, sklera, dan kuku (Hockenberry & Wilson, 2009).
Hyperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang
lebih dari 10 mg % pada minggu pertama kelahiran, yang ditandai dengan icterus
pada kulit, sklera, dan organ lain. Ikterus adalah gejala kuning pada sklera kulit dan
mata akibat bilirubin yang berlebihan di dalam darah danjaringan. Icterus secara
klinis terjadi jika kadar bilirubin serum meningkat diatas 10 mg % pada bayi
kurang bulan dan 12 mg % pada bayi cukup bulan.
Icterus diklasifikasikan menjadi 2, yaitu;
1. Icterus fisiologis
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
setelah kelahiran serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai
potensi menjadi kren ikterus. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Markum, H. 1991) :
a. Timbul pada hari ke-2 atau ke-3 setelah hari kelahiran
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Icterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-
tandanya sebagai berikut :
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5% pada neonatus kurang bulan
c. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR, 2009)

Bilirubin merupakan uraian dari produk protein yang mengandung heme


pada sistem retikuloendotelial. 75% protein yang mengandung heme ada dalam sel
darah merah (hemoglobin) sementara 25% berasal dari migolobin, sitokrom dan
tidak efektifnya eritropoesis pada susunan tulang (Khosim, M2008)

Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah. Hemoglobin yang berada
di dalam sel darah merah akan pecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan
menghasilkan 34 mg bilirubin. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut
dalam lemak, terikat oleh albumin dan diangkut ke dalam hati. Bilirubin inderek ini
di dalam hati akan dikonjugasi oleh enzim glukoronil transferase menjadi bilirubin
direk yang larut dalam air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu ke
usus.

Bilirubin direk di dalam usus akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan
sebagai sterkobilin bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus,
bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di
dalam ASI yaitu enzim beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan
diserap kembali dari dalam usus dan masuk aliran darah. Bilirubin indirek ini akan
diikat oleh elbumin dan kembali ke dalam hati. (Sudarti 2008)

B. TANDA DAN GEJALA


Menurut Surasmi (2003) tanda dan gejala pada bayi dengan
hyperbilirubinemia adalah;
a. Ikterus pada hari ke 2-3, mencapai puncaknya pada hari ke 3-4 dan akan turun
pada hari ke 5-7
b. Latergi
c. Kejang
d. Tidak mau menghisap
e. Tonus otot meninggi
f. Leher kaku dan akhirnya opistotonus
g. Bila bayi hidup, pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, stetosis yang
disertai ketegangan otot

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:


a. gejala yang dianggap sebagai fase pertama ikterus pada neonatus adalahletargi,
tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking meliputi hipertonus dan opistonus
C. PATHWAY HIPERBILIRUBIN

Globin
Etiologi Kerusakansel darah Pemecahanhe
(prematuritas, dll) merah moglobin Heme

Peningkatan dekstruksi eritrosit (gangguan konjugasi


Biliverdin Feco
bilirubin/gangguan transport bilirubin) Hb & eritrosit
abnormal

Pemecahan bilirubin berlebihan


dengan peningkatan albumin Masuk ke sirkulasi darah

Suplai bilirubin melebihi Peningkatan bilirubin


ketidakmampuan hepar dalam darah

Hepar tidak mampu


melakukan konjungasi

Ikterus neonatus Obstruksi usus

Tinja berwarna
Indikasi fototerapi pucat

Kurang pengetahuan Kerusakan


Sinar dengan
keluarga integritas kulit
intensitas tinggi

Risiko cedera Risiko kekurangan Risiko


volume cairan tubuh ketidakseimbangan
suhu tubuh
Gambar 1. Pathway hyperbilirubinemia
NANDA (2015-2017). Johnson, Joyce Y. (2014)

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-
A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk menandakan
adanya sensitisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh
melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
1) Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6 mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10 mg/dl tidak fisiologis.
2) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara
5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl tidak
fisiologis.
d. Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis. Hematokrit mungin
meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan hemolisis dan
anemia berlebihan.
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis
h. Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
i. Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
j. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
2. Pemeriksaan radiologi
Bertujuan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatik
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatik dengan intra hepatic. Selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hepatis, dan hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk
perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi sinar
Terapi sinar dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari senyawa tetrapirol
yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air,
dan dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
Disamping itu, pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi
bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenumdan menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic
usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses
2. Transfusi tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :

a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.


b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

F. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Anak (Nama,Anak yang ke,Tanggal lahir/umur,Jenis kelamin,Agama)
b. Orang tua
a. Ayah (Nama,Umur,Pekerjaan,Pendidikan ,Agama,Alamat)
b. Ibu (Nama,Umur,Pekerjaan,Pendidikan ,Agama,Alamat)
2. GENOGRAM
3. ALASAN DIRAWAT
1. Keluhan Utama (panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema,distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali, apnea,
dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, pucat, sianosis, kulit
marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia, irritabilitas, tremor,
kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun
menonjol,high-pitched cry, ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura,
pendarahan)
2. Riwayat Penyakit (Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran, Lama
kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan, Cara persalinan, trauma
persalinan)
4. RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN), tergantung penyakit
1. Perawatan dalam masa kandungan :
a. Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak
b. Berapa kali, Kapan
c. Tempat di
d. Kesan pemeriksaan tentang kehamilan
e. Obat-obat yang telah diminum
f. Imunisasi
g. Pemeriksaan lain
h. Penyakit yang pernah diderita ibu
i. Penyakit dalam keluarga
2. Perawatan pada waktu kelahiran :
a. Umur kehamilan, dilahirkan di
b. Ditolong oleh
c. Berlangsungnya kelahiran (biasa/susah/dengan tindakan)
d. Lamanya proses persalinan
e. Keadaan bayi setelah lahir
f. BB lahir, PBL, LK/LD
5. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
1. Bernafas
a. Kesulitan bernafas : ada/tidak
b. Kesulitan dirasakan : menarik/mengeluarkan nafas
c. Keluhan yang dirasa :
d. Suara nafas :
2. Makan dan minum
ASI/PASI :(Berapa kali, pengenceran, sampai umur berapa, alasan)
Makanan pendamping ASI :
3. Eliminasi (BAB/BAK)
(frekuensi, warna, bau, konsistensi, kelainan )
4. Istirahat dan tidur
5. Kebersihan diri(Mandi sendiri/dibantu oleh, Di mana, Memakai sabun/tidak,
Dikeringkan dengan handuk/tidak )
6. Pengaturan suhu tubuh
7. Rasa nyaman
8. Rasa aman
6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan umum (kebersihan, pergerakan, penampilan/postur/bentuk tubuh,
termasuk status gizi)
2. Warna kulit (pucat, normal, cyanosis, ikterus, kelainan)
3. Suara waktu menangis
4. Tonus otot
5. Turgor kulit
6. Udema : ada/tidak

a. Kepala(Bentuk, keaadaan rambut dan kulit kepala, UUB, adanya kelainan )


b. Mata (Bentuk bola mata, pergerakannya, keadaan pupil, konjungtiva, keadaan
kornea mata, sclera, bulu mata serta ketajaman penglihatan)
c. Hidung (Adanya secret, pergerakkan cuping hidung, adanya suara saat bernafas,
gangguan lain)
d. Telinga(Kebersihan, keadaan alat pendengaran, kelainan)
e. Mulut(Kebersihan daerah sekitar mulut, keadaan selaput lendir, keadaan
tenggorokan, kelainan. Keadaan gigi (berlubang, karang gigi, kebersihan gigi,
gusi, kerusakan lain) keadaan lidah)
f. Leher(Pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakkan leher)
g. Thoraks(Bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot bantu pernafasan, adanya
suara nafas)
h. Jantung : (bunyi, pembesaran)
i. Persarafan : (seflek fisiologis, reflek patologis)
j. Abdomen(Bentuk, pembesaran organ, keadaan pusat, teraba skibala, massa,
nyeri pada perabaan, distensia, hernia, peristaltic)
k. Ekstremitas(Kelainan bentuk, pergerakan, reflek lutut, adanya udem, keadaan
unjung ekstremitas, hal-hal lain)
l. Alat kelamin
m. Anus
n. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
i. BB = kg
ii. TB = cm
iii. Lingkar kepala = cm
iv. Lingkar dada = cm
v. Lingkar lengan= cm
o. Gejala kardinal :
o
1) Suhu = C
2) Nadi = x/mnt
3) Pernafasan = x/mnt

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA 2015-2017)


1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
2. Gangguan suhu tubuh (hipertermi) akibat efek samping fototerapi berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh.
3. Risiko kekurangan volume cairan tubuh akibat efek samping fototerapi berhubungan
dengan pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
4. Risiko cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.
5. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
H. RENCANA KEPERAWATAN

No Dx Diagnosa NOC NIC Rasional


1 Kerusakan Tissue Integrity : Skin Pressure Management
integritas kulit and Mucous Membranes a. Monitor warna dan a. Perubahan kulit
berhubungan Setelah dilakukan keadaan kulit setiap 4-8 dapat
dengan jaundice tindakan keperawatan jam Memperlihatkan
atau radiasi. selama proses perubahan yang di
keperawatan diharapkan alami bayi
integritas kulit kembali b. Monitor keadaan bilirubin b. Keadaan bilirubin direk
baik/normal dengan direk dan indirek dan indirek dapat
kriteria hasil : (kolaborasi dengan dokter mempengaruhi keadaan
a. Kadar bilirubin dalam dan analis) bayi
batas normal (0,2 –
1,0 mg/dl)
b. Kulit tidak berwarna
kuning/warna kuning c. Ubah posisi miring atau c. Agar semua badan bayi
mulai berkurang tengkurap setiap 2 jam, mendapat sinar dengan
c. Tidak timbul lecet lakukan massage dan hasil yang maksimal
akibat penekanan monitor keadaan kulit
kulit yang terlalu
lama d. Jaga kebersihan kulit dan d. Kebersihan kulit bayi
kelembaban dan kelembaban
kulit/Memandikan dan merupakan hal yang
pemijatan bayi penting dijaga untuk
menghinfari terjadinya
infeksi dari kuman dan
mendapat hasil yang di
capai.
2 Gangguan suhu Termoregulation Fever treatment
tubuh Setelah dilakukan a. Pantau kulit neonatus dan a. perubahan suhu pada bayi
(hipertermi) tindakan keperawatan suhu inti setiap 2 jam atau merupakan indikator
akibat efek selama proses lebih sering sampai setabil( peningkatan atau
samping keperawatan diharapkan mis; suhu aksila). Atur penurunan pada suhu
fototerapi suhu dalam rentang suhu incubator dengan neonatus dan melakukan
berhubungan normal. tepat tindakan yang sesuai.
dengan efek Kriteria hasil :
mekanisme a. Suhu tubuh dalam b. Monitor intake dan output b. intake dan output dapat
regulasi tubuh. rentang normal mempengaruhi jumlah
(36,50C-370C) volume cairan yang
b. Nadi dan respirasi hilang dan melakukan
dalam batas normal asupan cairan yang sesuai
(N : 120-160 x/menit, c. Pertahankan suhu tubuh c. suhu tubuh indikator
RR : 35 x/menit) 36,50C-370C jika demam perubahan dari kondisi
c. Membran mukosa lakukan kompres/axilia tubuh dan untuk
lembab mencapai hasil maksimal
di lakukan tindakan yang
sesuai
d. Cek tanda-tanda vital d. tanda –tanda vital dapat
setiap 2-4 jam sesuai yang mengetahui seberapa
dibutuhkan peningkatan dan
penurunan dari kondisi
bayi.
3 Risiko Risk control Fluid Balance
kekurangan Setelah dilakukan a. Pantau masukan dan haluan a. berat badan bayi dapat
volume cairan tindakan keperawatan cairan; timbang berat badan memperlihatkan
tubuh akibat efek selama proses bayi 2 kali sehari. peningkatan dan
samping keperawatan diharapkan penurunan asupan dari
fototerapi cairan tubuh neonatus bayi
berhubungan adekuat. b. Perhatikan tanda- tanda b. tanda – tanda dehidrasi
dengan Kriteria hasil : dehidrasi (mis: penurunan dapat mempengaruhi jalan
pemaparan sinar a. Tugor kulit baik haluaran urine, fontanel kerjanya metabolisme bayi
dengan intensitas b. Membran mukosa tertekan, kulit hangat atau
tinggi. lembab kering dengan turgor buruk,
. c. Intake dan output dan mata cekung).
cairan seimbang c. Perhatikan warna dan c. warna kulit pada bayi dan
d. Nadi, respirasi dalam frekuensi defekasi dan urine merupkan hal yang
batas normal (N: 120- urine. memperlihatkan kondisi
160 x/menit, RR : 35 kenaikan atau penurunan
x/menit) kondisi dari bayi.
e. suhu (36,5-37,5o C) d. Tingkatkan masukan cairan d. untuk lancarnya bayi
per oral sedikitnya 25%. minum dan untuk
Beri air diantara menyusui memperlancar proses
atau memberi susu botol. penyerapan

e. Pantau turgor kulit e. perubahan dari turgor kulit


merupakan tanda adanya
peningkatan maupun
penurunan dari suhu bayi

4 Risiko cidera Setelah diberikan asuhan a. Periksa resus darah ABO a. pemeriksaan di
terhadap keperawatan diharapkan lakukan untuk
keterlibatan SSP kadar bilirubin menurun menjaga kondisi
berhubungan dengan kriteria hasil : bayi dan mencapai
dengan a. Kadar bilirubin hasil yang
fototerapi atau indirek dibawah 12 maksimal
peningkatan mg/dl pada bayi b. Tinjau catatan intrapartum b. untuk mendapat
kadar bilirubin. cukup bulan pada usia terhadap factor resiko yang pertolongan yang
3 hari khusus, seperti berat badan maksimal dan
b. Resolusi ikterik pada lahir rendah (BBLR) atau mencapai hasil
akhir minggu pertama IUGR, prematuritas, proses yang maksimal
kehidupan metabolic abnormal,
c. SSP berfungsi cedera vaskuler, sirkulasi
dengan normal abnormal, sepsis, atau
polisitemia
c. Pertahankan bayi tetap c. untuk menjaga suhu bayi
hangat dan kering, pantau dan untuk menghidari
kulit dan suhu inti dengan bayi agar tidak
sering kedinginan karena dapat
mempengaruhi suhu bayi

d. Kolaborasi d. pemeriksaan
 Pantau pemeriksaan tersebut untuk
laboratorium, sesuai menegtahui
indikasi (Bilirubin bagaimana
direk dan indirek) perkembangan
 Tes Coombs darah tali bayi dan
pusat direk/indirek melakukan
tindakan yang
sesuai
5 Kurang Setelah diberikan asuhan a. Berikan informasi tentang a.karena keluaraga maupun
pengetahuan keperawatan diharapkan penyebab, penanganan dan ibu bayi sangat berperan
keluarga pengetahuan keluarga implikasi masa datang dari penting bagi tumbuh
mengenai bertambah dengan kriteria hiperbilirubinemia. kembang bayi selanjutnya
kondisi, hasil : Tegaskan atau jelaskan
prognosis dan a. Mengungkapkan informasi sesuai kebutuhan.
kebutuhan pemahaman tentang b. Tinjau ulang maksud dari b. untuk mendapatkan yang
tindakan penyebab, tindakan, mengkaji bayi terhadap pasti dan memastikan
berhubungan dan kemungkinan hasil peningkatan kadar bilirubin kondisi bayi dalam
dengan hiperbilirubinemia (mis., mengobservasi keadaan yang baik
kurangnya b. Keluarga mampu pemucatan kulit di atas
paparan memandikan, merawat tonjolan tulang atau
informasi. tali pusat dan pijat perubahan perilaku)
bayi khususnya bila bayi pulang
dini.
c. Diskusikan c. untuk informasi ke
penatalaksanaan di rumah keluarga sangat penting
dari ikterik fisiologi ringan untuk tumbuh kembang
atau sedang, termasuk dan peningkatan
peningkatan pemberian perkembangan dari bayi
makan, pemajanan
langsung pada sinar
matahari dan program
tindak lanjut tes serum.
d. Berikan informasi tentang d. untuk pengetahuan bagi
mempertahankan suplai ibu dan keluarga agar
ASI melalui penggunaan dapat memeuhi kebutuhan
pompa payudara dan ASI bayi guna
tentang kembali menyusui mendapatkan asupan yang
ASI bila ikterik sesuai bagi tumbuh
memerlukan pemutusan kembang bayi
menyusui.

I. Tindakan Keperawatan
Pada laporan pendahuluan implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
J. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif: evaluasi yang dilakukan segera setelah asuhan keperawatan
dilakukan serta analisis respon langsung klien terhadap intervensi keperawatan
2. Evaluasi Sumatif : evaluasi yang dilakukan setelah dilakukannya evaluasi
formatif Poer, 2012.
K. REFRENSI

Arief ZR, dkk.2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Hockenberry, Wilson. 2009. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. MOSBY


ELSEVIER. Canada

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan
Nasional.

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakarta. EGC

Poer,M.2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “ Dokumen Evaluasi”. (Online).


Available at http//www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-evaluasi-
keperawatan. Diunduh pada 21 November 2016.

Sudarti,Khoirunnisa E,2010, “Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi Dan Anak Balita” ,Nuha


Medika,Jogyakarta.

Surasmi (2003). Perwatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC Depkes.


Denpasar, 23 November 2016

Nama Pembimbing/CI Mahasiswa

Ni Luh Putu Puspa Dewi

NIP : NIM : P07120215049

Nama Pembimbing /CT

I Nyoman Ribek,S.Kep.,M.Pd
NIP : 196106061988031002

Você também pode gostar