Você está na página 1de 8

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KATALIS PADAT HETEROGEN BASA

NH4/CaO-ZnO UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK KEDELAI


(SOYBEAN OIL)

Oleh :

M.GAGA ADITYA DARMA (M1B115021)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat, karunia, serta kekuatan, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan
penelitian dengan judul “PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KATALIS PADAT
HETEROGEN BASA NH4/CaO-ZnO UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK
KEDELAI (SOYBEAN OIL) “.

Selama penyelesaian proposal ini penulis mendapatkan berbagai bimbingan, arahan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Yth. Lince Muis, S.T.,M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia.
2. Seluruh dosen Teknik Kimia beserta staf tata usaha.
3. Kedua orang tua yang senantiasa selalu memberikan do’a, restu, dukungan, limpah
kasih saying serta pengorbanan tak berujung kepada penulis.
4. Teman satu kelompok yang membantu menyelesaikan proposal ini.
Menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan dari
proposal ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir.

Jambi, 18 Februari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Krisis energi merupakan salah satu permasalahan utama yang dialami dunia pada abad
XXI, khususnya Indonesia. Berdasarkan sumbernya, energi dapat terbagi menjadi dua yaitu
energi yang bersifat unrenewable resources dan energi yang bersifat renewable resources.
Namun, eksplorasi sumberdaya energi lebih banyak difokuskan pada energi fosil yang bersifat
unrenewable resources sedangkan energi yang bersifat renewable relatif belum banyak
dimanfaatkan (Elinur et al., 2010). Sampai saat ini bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan
bahan bakar fosil masih menjadi konsumsi utama negara-negara dunia. Peranan BBM masih
54,4 % dalam pemakaian energi final tahun 2011 di Indonesia (Kementrian Riset dan
Teknologi, 2005). Ketergantungan akan BBM tidak diimbangi dengan ketersediaan cadangan
minyak nasional. Menurut (Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2009) cadangan
energi minyak mentah Indonesia hanya dapat diproduksi atau akan habis dalam kurun waktu
22,99 tahun terhitung mulai tahun 2008.

Gambar 1.1. Penyediaan Energi Minyak Mentah Indonesia Tahun


1990 – 2008 dalam Setara Barrel Minyak (SBM)
Sumber : (Kementrian Riset dan Teknologi, 2005)
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka Indonesia perlu impor minyak
mentah. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa, impor minyak mentah pada periode 1990 – 2008
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,75 % per tahun dari 46,23 juta SBM menjadi 83,98
juta SBM. Sementara itu, harga minyak dunia semakin mengalami peningkatan. Harga.
minyak mentah di wilayah Asia-Pasifik untuk menyuplai BBM ke Indonesia pada tahun 2013
mencapai 136,72 dollar AS per barrel (Bloomberg, 2013). Oleh karena itu, untuk mengatasi
persoalan tersebut perlu penggunaan bahan bakar alternatif berbasis renewable resources
berasal dari minyak tanaman atau lebih dikenal dengan Bahan Bakar Nabati (Djazuli &
Pratowo, 2008). Biodiesel merupakan BBN yang dikembangkan saat ini.
Biodiesel merupakan alternatif bahan bakar yang dapat diperbaharui, biodegradable
yang terdiri dari asam lemak metil ester (Fatty Acid Methyl Ester = FAME) yang berasal dari
minyak tumbuhan dan lemak hewani (minyak nabati) (C.-Y, Lin et al., 2006). Minyak nabati
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel mengandung trigliserida. Trigliserida adalah ester dari
tiga asam lemak rantai panjang yang terikat pada satu gugus gliserol. Asam lemak yang terlepas
dari trigliseridanya akan menjadi asam lemak bebas (free fatty acid = FFA). Penelitian untuk
menghasilkan biodiesel dengan berbagai jenis minyak tumbuhan sudah banyak dilakukan
diantaranya dengan minyak sawit (palm oil) (Jitputti, et al., 2006), minyak kedelai (soybean oil)
(Liu, Xuejun et al., 2007), minyak lobak (rapeseed oil) (Yoo, Sung Jin et al., 2010), minyak
biji jarak (Jatropha curcas) (Deng, Xin et al., 2011), dan minyak goreng bekas (waste cooking
oil) (Jacobson, Kathlene et al., 2008), dan lain-lain. Proses pembuatan FAME tergantung dari
kandungan FFA pada jenis-jenis minyak nabati. Kandungan FFA rendah apabila kadarnya
kurang dari 4%, maka prosesnya hanya transesterifikasi sedangkan kandungan FFA tinggi
apabila kadarnya lebih tinggi dari 20%, maka prosesnya esterifikasi dan transesterifikasi. Untuk
memperoleh yield FAME yang tinggi digunakan jenis minyak nabati yang kandungan FFA nya
rendah. Minyak kedelai (soybean oil) mempunyai bilangan asam 0,3 – 3 (Gunawan et al., 2003),
maka minyak ini sangat potensial apabila dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Proses transesterifikasi dapat dikatalisasi oleh katalis homogen (asam dan basa), katalis enzim,
dan katalis heterogen (katalis padat). Katalis homogen basa/alkali yang sering digunakan adalah

NaOH, KOH (Meher et al., 2006), NaOCH3 (Freedman et al., 1984). Penggunaan katalis
homogen basa untuk transesterifikasi menimbulkan masalah karena basa bereaksi dengan FFA
membentuk sabun sebagai produk samping yang mana menyulitkan dalam proses separasi dan
menurunkan yield FAME (Veljkovic et al., 2006). Untuk mencegah saponifikasi biasa
digunakan asam sulfat (Saravanan et al., 2009; Shiu et al., 2010), HCl, asam sulfonat (Melero
et al., 2010) sebagai katalis homogen asam untuk transesterifikasi. Namun, katalis homogen
asam ini dapat memberikan masalah yang serius pada lingkungan, korosi pada peralatan, dan
susah untuk direcycle serta beroperasi pada suhu. tinggi karena laju reaksinya lambat (Canakci
& Van Gerpen, 2003; Lotero et al., 2005). Untuk mengatasi kelemahan pada katalis homogen
asam dan basa, digunakan katalis enzim lipase yang terimobilisasi (Caballero et al., 2009).
Katalis lipase ini mudah untuk diregenerasi, mudah dipisahkan dari produk biodiesel, nonpolusi,
dan tidak terbentuk sabun. Namun, katalis ini sangat mahal dan mudah terdenaturasi pada suhu
tinggi. Untuk mengatasi permasalahan dari katalis homogen dan enzim, maka dikembangkan
transesterifikasi dengan menggunakan katalis heterogen padat. Katalis heterogen padat
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya, adalah proses pemisahan dan pemurnian mudah,
tidak beracun, nonkorosif, harganya murah, dan mudah diregenerasi (Kim et al., 2004).
Jenis katalis heterogen padat ada bermacam-macam diantaranya, adalah single metal
oxides, alkaline earth metal oxides, anion exchange resins, alkali metal supported on alumina,
alkali metal supported on zeolite. Kebanyakan katalis anion exchange resin dan alkali metal
support, komponen aktifnya mudah terkorosi oleh metanol dan umurnya pendek (Ebiura et al.,
2005). Sehingga, penelitian akhir-akhir ini difokuskan pada katalis heterogen padat dari single
metal oxides. Katalis metal oxides yang sudah dipelajari untuk pembuatan FAME diantaranya
SrO, ZnO, TiO2, dan ZrO2 (Yoo, Sung Jin et al., 2010). Kekuatan kebasaan katalis dapat

diurutkan ZrO2 < TiO2 < ZnO < SrO. Semakin tinggi situs basa katalis, maka yield FAME yang
dihasilkan semakin besar. Namun, katalis ZnO sebagai komponen aktif dapat menghasilkan
yield FAME sekitar 95% sama dengan SrO, meskipun kekuatan kebasaannya dibawah SrO
karena aktifitas yang tinggi dengan metanol superkritik (Yoo, Sung Jin et al., 2010). Untuk
menambah aktifitas katalitik dalam memperluas permukaan aktif diperlukan katalis support
atau penyangga. Katalis yang dapat digunakan untuk penyangga adalah dari alkaline earth metal
oxides diantaranya CaO, MgO, dan BaO. Banyak peneliti yang menggunakan CaO sebagai
katalis support karena aktivitas katalis yang tinggi, tidak memerlukan kondisi reaksi yang
ekstrim, umur katalis yang panjang, dan harga katalis yang murah (Peterson & Scarrah, 1984;
Ono, 2003; Kabashima & Hattori, 1998).
Penambahan situs asam kedalam komponen aktif katalis heterogen menjadikan katalis
heterogen padat superasam dan penambahan situs basa menjadikan katalis heterogen padat
superbasa dapat meningkatkan yield FAME. Katalis heterogen padat superasam yang efektif
untuk pembuatan biodiesel adalah katalis yang diimpregnasi dengan asam sulfat, seperti SO42-

/ZrO2 menggunakan minyak sawit (palm oil) dengan kondisi operasi suhu 200oC, rasio
alkohol/minyak = 6:1, waktu reaksi 1 jam dan yield reaksi 90,3% (Jitputti et al., 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh (Ding, Yuqi et al., 2011), menghasilkan katalis heterogen padat
superbasa. Katalis yang digunakan adalah mesoporous Li/ZrO2 dengan preparasi Zr(OBu)4 dan

CH3COOLi.2H2O dikalsinasi pada suhu 650oC selama 3 jam menggunakan soybean oil
menghasilkan yield FAME 98,2 %. Didalam penelitian ini akan dibuat katalis heterogen padat
superbasa dengan komponen aktif ZnO kemudian disupport dengan menggunakan CaO secara
kopresipitasi. Kemudian untuk menjadikan katalis CaO-ZnO basa dipromosi dengan larutan
ammonium hidroksida (NH4OH) secara impregnasi. Katalis NH4/CaO-ZnO ini akan
dikarakterisasi menggunakan instrumen FT-IR dan XRD serta aktivitas katalis akan dievaluasi
dalam pembuatan biodiesel dengan metode transesterifikasi dari minyak kedelai (soybean oil).
Selain itu, penelitian ini juga akan membandingkan katalis CaO, katalis ZnO, CaO-ZnO, dan
katalis NH4/CaO-ZnO dalam penentuan karakter masing-masing katalis dengan alat FT-IR dan
XRD serta penggunaan katalis-katalis tersebut dalam memproduksi yield biodiesel.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah


Penambahan situs basa pada komponen aktif katalis heterogen padat membuat kekuatan
kebasaan katalis menjadi lebih tinggi dan menjadi katalis superbasa. Basisitas katalis yang
tinggi dapat meningkatkan yield biodiesel. Didalam penelitian ini digunakan ZnO sebagai
komponen aktif dan sebagai support adalah CaO. Berdasarkan penelitian terdahulu, proses
transesterifikasi menggunakan katalis heterogen dengan CaO sebagai support pada permukaan
zinc oxide (ZnO) yang disiapkan secara impregnasi. Pada penelitian ini akan diteliti lebih lanjut
katalis heterogen ZnO yang dikopresipitasi dengan CaO kemudian dipromosi dengan larutan
ammonium hidroksida sehingga menjadi katalis padat heterogen basa. Kemudian katalis
NH4/CaO-ZnO yang dihasilkan akan dikarakterisasi dan dibandingkan dengan katalis CaO,
katalis ZnO dan katalis CaO-ZnO dalam kinerjanya menghasilkan yield biodiesel dari minyak
kedelai.
1.3. Hipotesis Penelitian
Mengacu pada pemasalahan di atas, hipotesis yang disampaikan dalam penelitian ini
adalah Sampai saat ini masyarakat dunia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil.
Menipisnya cadangan minyak dunia mendorong pengembangan energi alternatif. Salah satu energi
alternatif yang dikembangkan adalah biodiesel. Biodiesel berasal dari proses transesterifikasi
minyak nabati dengan bantuan katalis baik katalis homogen, heterogen maupun katalis enzim.

1.4. Tujuan Penelitian


Peneletian ini dimaksudkan untuk pembuatan dan pengujian katalis padat heterogen
basa NH4/CaO-ZnO untuk produksi biodiesel dari minyak kedelai. Maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Membuat katalis berbasis CaO-ZnO yang dipromosi dengan larutan ammonium hidroksida

(NH4OH) dengan metode kopresipitasi – impregnasi

2. Karakterisasi katalis menggunakan Fourier Transform-Infra Red (FT-IR) dan X-Ray


Difraction (XRD) untuk membuktikan keberadaan situs basa kuat serta menentukan sifat
kristal atau kristalinitas dari suatu katalis.
3. Karakterisasi produk biodiesel menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry
(GC-MS).
4. Membandingkan katalis NH4/CaO-ZnO dengan katalis CaO, katalis ZnO, dan katalis
CaO-ZnO melalui karakterisasi katalis menggunakan FT-IR dan XRD.
5. Menguji kinerja katalis untuk pembuatan biodiesel dari minyak kedelai.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang bisa diambil dalam melakukan penelitian ini yaitu :
1. Karakterisasi katalis yang dihasilkan menggunakan FT-IR dan XRD untuk
membuktikan keberadaan situs basa kuat dan menentukan sifat kristal dari suatu katalis.
2. Memvariasi jenis katalis yang sudah dibuat untuk proses transesterifikasi menggunakan
minyak kedelai untuk mengetahui jumlah yield biodiesel yang paling besar.
3. Menganalisa komposisi yield biodiesel yang didapatkan dengan menggunakan Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).

Você também pode gostar