Você está na página 1de 4

KASUS – KASUS YANG TERJADI PADA

LINGKUP IBADAH DAN AMAL SHALEH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :

NAMA : AYU WIDIA SYAHPUTRI

NIM : C1C016090

KELAS : I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS JAMBI
10 Pemuda Yang Lecehkan Ibadah Shalat
Akhirnya Tertangkap dan Bertobat

Media sosial telah dihebohkan dengan beredarnya foto 10 pemuda yang melakukan pelecehan
terhadap ibadah umat islam, yakni sholat. Tampak dalam foto tersebut salah satu pemuda yang
menjadi imam diduduki dari belakang oleh temannya yang tidak menggunakan baju sehingga
terlihat seperti melakukan hubungan suami istri.

Sementara salah satu temannya yang menjadi makmum, sujud menghadap ke arah belakang
dimana teman – temannya yang lain menghadap ke depan. Sontak foto ini membuat geram umat
islam karena semakin banyak saja yang berani melakukan pelecehan terhadap ibadah umat islam

Dengan semakin tersebarnya foto itu, umat islam dan aparat keamanan pun sepakat mencari dan
berusaha menangkap 10 pemuda tersebut. Akhirnya mereka pun berhasil ditangkap pada hari
Rabu (06/07/2016). 10 pemuda tersebut dihadapkan pada para ulama di Pondok Pesantren
Miftahun Ulum, Desa Karang Durin untuk diambil sumpahnya agar tidak mengulangi perbuatan
tersebut.

Mereka pun tertunduk malu di tengah sorotan kamera dan sejumlah umat islam yang menyaksikan
seperti para kepala desa Karang Penang, tokoh masyarakat, ulama, anggota DPRD dan pihak
keamanan (Polisi dan TNI)

Sebelum pengambilan sumpah, terlebih dahulu mereka diberi tausiyah oleh KH Achmad Fauzan
Zaini. Setelah itu mereka menandatangani surat bermaterai yang berisi pengakuan untuk tidak
melakukan perbuatan melecehkan agama lagi.

Sumber : http://www.kabarmakkah.com/2016/07/10-pemuda-yang-lecehkan-ibadah-
sholat.html?m=1
Pelanggaran Keimigrasian Calon Haji Ilegal

Haji Ilegal atau dapat kita sebut sebagai Calon Haji yang akan datang secara ilegal bukanlah
merupakan kasus baru yang pernah terjadi. Mengutip sedikit dari tulisan Kompasiana sebelumnya,
jika hal sepertiini pernah terjadi pada tahun 2015, yang menakjubkan adalah jumlah mereka
melonjak tajam dari 37 menjadi 177 di tahun ini. Menggunakan paspor negara lain untuk pergi
berkunjung ke negara lain, tanpa melihat niat/maksud dari kepergian tersebut, adalah sebuah dosa
atau tindakan ilegal bagi sebuah warga negara yang tidak menganut dwikewarganegaraan.

Lantas, apa yang terjadi kepada 177 Calon Haji yang akan datang secara ilegal ke Arab Saudi dalam
rangka Haji adalah hal berbeda. Kejadian ini bukan saja mengenai batalnya niatan suci ritual ibadah
Haji, suka atau tidak ini sudah masuk kepada subjek pelanggaran hukum diIndonesia dan Filipina.
Perlu kita mengarifi dan bijak melihat 177 Calon Haji yang berada di Filipina saat ini sebagai
korban kejahatan terencana atas tindakan memindahkan/mengirim orang secara ilegal dengan
dokumen yang bukan haknya ke negara lain. Mungkin ini terdengar seperti kasus Human
Trafficking, yang tentu makna tersebut tidak diartikan secarasempit sebagai ‘perdagangan manusia’
saja.

Jika saat ini pemerintah Filipina ingin menindaklanjuti kasus tersebut sebagai pelanggaran hukum,
maka itu adalah hal yang tepat dilakukan. Begitu juga dengan pemerintah disini, karena 177 Calon
Haji tersebut secara sadar atau tidak telah melanggaran aturan batas lintas negara dengan
menggunakan paspor yang bukan menjadi hak nya, kemudian mereka dapat dilihat sebagai korban,
dengan catatan mereka tidak memahami dan mendapat penjelasan dari agen travel Haji dimana
mereka mendaftar bahwa kepergian mereka menggunakan paspor negara lain. Jika yang terjadi
sebaliknya, maka barang tentumereka bukan saja dilihat sebagai korban, bisa jadi lebih dari itu.

Terakhir, akibat dari maraknya kejadian kejahatan kemanusiaan akhir-akhir ini dapat menjadikan
hubungan kedua negara antara Indonesia-Filipina dapat jauh lebih mesra. Ada saja sisi positif dari
hal negatif.

Sumber : http://www.kompasiana.com/setiawand_nusa/pelanggaran-keimigrasian-calon-haji-
ilegal_57bbf0370ab0bd280e66034d
Kepala Baitul Mal Tersangka Penyelewengan Dana Zakat

TRIBUNNEWS.COM, JANTHO - Kepala Kejaksaan Negeri Jantho, Rustam SH mengungkapkan,


mantan kepala Baitul Mal Aceh Besar yang kini menjabat Kepala Baitul Mal Provinsi Aceh, Dr
Armiadi Musa MA, telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelewengan dana zakat, infak, dan
sedekah (ZIS) Aceh Besar tahun 2010 dan 2011.

Pengungkapan kasus ini merupakan tindak lanjut dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI
pada tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa dana zakat tahun 2011 sebesar Rp 7 miliar yang
dihimpun Unit Pengumpul Zakat (UPZ) telah digunakan tanpa mengikuti mekanisme APBK, sesuai
Qanun Aceh Nomor 7/2010 tentang Baitul Mal.

"Zakat yang dihimpun Baitul Mal dari masyarakat seharusnya disetor ke kas pemerintah daerah
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah (PAD). Sementara untuk penyalurannya, juga harus
melalui bendahara umum daerah (BUD).

Artinya, Baitul Mal tidak dibenarkan mengelola langsung dana zakat tersebut, seperti yang
dilakukan Baitul Mal Aceh Besar pada tahun 2010 dan 2011," tambah Kasi Pidsus Kejari Jantho,
Munandar SH.

Selain itu, dalam melaksanakan program pembangunan rumah duafa di tahun 2010 dan 2011,
Baitul Mal Aceh Besar juga diduga melakukan pungutan sebesar Rp 500 ribu/rumah.

Untuk diketahui, pada tahun 2010, Baitul Mal Aceh Besar membangun 26 unit rumah permanen
untuk duafa senilai Rp 403 juta dan di tahun 2011 sebanyak 49 unit dengan nilai Rp 1,9 miliar.

Munandar mengatakan, terkait pungutan ini, pihaknya masih menyelidiki apakah dana Rp 500.000
itu dikutip dari masyarakat atau dikutip dari tukang/pekerja yang ditunjuk melakukan
pembangunan rumah duafa secara swakelola tersebut.

"Namun jika ada warga/penerima rumah duafa yang dimintai uang agar bisa mendapatkan bantuan
rumah tersebut, kami minta untuk melaporkannya ke Kejari Jantho," ujar Munandar, jaksa yang
menangani kasus ini.

Dia menambahkan, pihaknya menargetkan dalam satu bulan ke depan akan melimpahkan kasus ini
ke Pengadilan Tipikor di Banda Aceh dengan dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, serta pelanggaran terhadap Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007
tentang Baitul Mal. (yat)

Sumber : http://m.tribunnews.com/regional/2014/01/09/kepala-baitul-mal-tersangka-
penyelewengan-dana-zakat

Você também pode gostar