Você está na página 1de 22

ANALISIS KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014


TENTANG TENAGA KESEHATAN

Disusun Oleh :

Hedi Rusdiyarto B 1701052


Heri Susanto B 1701053
Ika Wahyu Jati R. B 1701054
Jefri Alvian Dedy P. B 1701055
Kristanto Setyo A. B 1701056
Kristya Suryani B 1701057
Langgeng Indarto B 1701058
Lina Widiyawati B 1701059
Mahmudi B 1701060
Minuk Wahyu R. B 1701061
Muhammad Yudha S. B 1701062

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JALUR


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan jugamerupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, disamping sandang, pangan dan papan. Dengan berkembangnya
pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika kesehatan merupakan
bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Namun dalam kehidupan
kita tentu tidak lepas dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang
dihadapi tentunya harus memiliki manajemen yang baik terkhusus
kebijakan kesehatan. Dimana Kebijakan kesehatan memiliki peran
strategis dalam pengembangan dan pelaksanaan program kesehatan.
Kebijakan kesehatan juga berperan sebagai panduan bagi semua unsur
masyarakat dalam bertindak dan berkontribusi terhadap pembangunan
kesehatan. Melalui perancangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan
yang benar, diharapkan mampu mengendalikan dan memperkuat peran
stake holders guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali
sumber daya potensial, serta menghilangkan penghalang pelaksanaan
pembangunan kesehatan.
Namun dalam pelaksanaanya, sebuah kebijakan harus ditelaah atau
dianalisis dan dipahami agar dalam implementasinya dapat membawa
manfaat bagi masyarakat dan menjadi bahan evaluasi untuk masa depan.
Analisis kebijakan menurut William Dun (1999) adalah suatu disiplin ilmu
sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan
dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Maka dalam dunia
kesehatan, analisis kebijakan kesehatan adalah suatu disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan
dengan kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang kesehatan. Banyak

2
sekali kebijakan tentang kesehatan yang diturunkan oleh pemerintah
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
meningkatkan mutu dan kompetensi tenaga kesehatan, memeratakan
fasilitas kesehatan, menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan untuk rakyat
Indonesia dan masih banyak kebijakan yang lain. salah satunya yaitu
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan. Undang-undang ini merupakan kebijakan yang ditujukan untuk
tenaga kesehatan dan stake holder yang berwenang. Tujuan akhir dari
kebijakan ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan serta untuk melindungi masyarakat agar kebutuhan akan
pelayanan kesehatannya bisa terjamin dan mendapatkan pelayanan yang
bermutu. Dalam melakukan analisis kebijakan, tentunya tidak hanya satu
kebijakan saja yang diperhatikan, melainkan juga memperhatikan
kebijakan-kebijakan lain dengan isi yang masih saling terkait.
Dalam hal ini, pemerintah turut campur tangan dibawahi oleh
Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Selaku pembuat kebijakan kesehatan
Kementrian Kesehatan perlu melakukan analisis terhadap setiap kebijakan
kesehatan yang dibuat supaya derajat kesehatan di Indonesia lebih terarah
untuk mencapai Indonesia Sehat. Dalam makalah ini akan membahas lebih
lanjut mengenai “Analisis Kebijakan Kesehatan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuan kebijakan Undang-undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?
2. Bagaimana tata nilai baru yang dihasilkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan?
3. Apa saja perilaku yang diatur oleh Undang-undang Republik Indonesia
No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?
4. Bagaimana sasaran Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2014 tentang tenaga kesehatan ?

3
5. Bagaimana perkiraan keberhasilan Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?
6. Bagaimana pendekatan dalam policy review Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?
7. Bagaimana karakteristik Kebijakan Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?
8. Adakah pasal yang bermasalah pada Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Kebijakan
Sebagaimana yang telah disebutkan pada pasal 3 Dalam Undang-
undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014tentang tenaga
kesehatan,undang-undang ini bertujuan untuk mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tenaga kesehatan, yaitu : Memenuhi kebutuhan
masyarakat akan Tenaga Kesehatan;mendayagunakan Tenaga Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat;memberikan pelindungan kepada
masyarakat dalam menerima penyelenggaraan Upaya
Kesehatan;mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
Upaya Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan; danmemberikan
kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga Kesehatan.
Selain itu Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014
tentang tenaga kesehatan bertujuan untuk mengatur apa saja tanggung
jawab yang harus diemban oleh seorang tenaga kesehatan yang dipaparkan
dalam bab X penyelenggaran keprofesian pasal 60 :mengabdikan diri
sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;meningkatkan
Kompetensi;bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika
profesi;mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau kelompok; danmelakukan kendali mutu pelayanan dan kendali
biaya dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.

B. Tata nilai baru yang dihasilkan


Peraturan perundang-undangan dibuat dan disusun kemudian untuk
membentuk sebuah tata nilai dalam kehidupan. Tata nilai baru yang
dihasilkan oleh perundang-undangan Nomor 36 Tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan ini, adalah:Tenaga kesehatan adalah seseorang yang
mempunyai keahlian khusus dibidang kesehatan yang bertugas untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga
kesehatan sebelumnya harus menjalankan serangkaian proses sebagai

5
sebuah persyaratan agar dapat menghasilkan output sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat. Merujuk pada Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang kesehatan pada Pasal 1, Pasal 44,
Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48. Bunyi pasal 1 “ Tenaga Kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.”
Kesehatan merupakan tanggungjawab bersama. Dalam hal
pelaksanaan kebijakan tenaga kesehatan, perencanaan kebutuhan akan
tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan melalui
pemerataan; pemanfaatan dan pengembangan tenaga kesehatan,
pembinaan; pengawasan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui
pelaksanaan kegaiatan perizinan dan melaksanakan kerja sama dalam
bidang kesehatan dimulai dari bagian pemerintahan paling dasar yaitu
pemerintah daerah kabupaten/ kota kemudian pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah pusat sehingga diharapkan dapat benar-benar merata ke
seluruh lapisan masyarakat. Merujuk pada Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan pada Bab II Pasal
4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7. Bunyi pasal 4 adalah sebagai berikut:
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
terhadap:pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu
Tenaga Kesehatan;perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga
Kesehatan sesuai dengan kebutuhan; danpelindungan kepada Tenaga
Kesehatan dalam menjalankan praktik”.
Dalam hal perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan tenaga
kesehatan harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Sehingga dalam hal pelaksanaan pendidikan tenaga kesehatan baik yang
dilaksanakan oleh pemerintahan atau masyarakat disesuaikan dengan
kuota nasional dan seimbang antara kebutuhan upaya kesehatan dan
dinamika kesempatan kerja baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini
diharapkan tenaga kesehatan yang dihasilkan atau yang dicetak benar-

6
benar bermutu dan tidak ada fenomena menjamurnya institusi pendidikan
kesehatan yang kemudian berujung dengan tidak tercapainya mutu tenaga
kesehatan. Merujuk pada Bab IV mengenai perencanaan, pengadaan, dan
pendayagunaan Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23. Bunyi Pasal
19:“Dalam rangka penjaminan mutu lulusan, penyelenggara pendidikan
tinggi bidang kesehatan hanya dapat menerima mahasiswa sesuai dengan
kuota nasional”. Ketentuan mengenai kuota nasional penerimaan
mahasiswa diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan bidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan Menteri.
Tenaga kesehatan merupakan tenaga ahli. Perlu dilakukan
pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan
dalam menjalankan praktiknya menyesuaikan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi dengan catatan harus sesuai dengan Standar Profesi dan Standar
Kompetensi serta dilaksanakan oleh institusi yang terakreditasi. Merujuk
pada Pasal 31 yang berbunyi: ”Pelatihan Tenaga Kesehatan dapat
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
ataumasyarakat”.
Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
program pelatihan dan tenaga pelatih yang sesuai dengan Standar Profesi
dan standar kompetensi serta diselenggarakan oleh institusi penyelenggara
pelatihan yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara pelatihan
Tenaga Kesehatan, program dan tenaga pelatih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Tenaga kesehatan adalah tenaga ahli yang telah lulus dari
pendidikan kesehatan dengan tingkat pendidikan minimal DIII. Dan
apabila terdapat tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan di bawah
DIII sebelum terbentuknya perundang-undangan tersebut wajib baginya
untuk mengembangkan ilmu dan memenuhi persyaratan tersebut dengan
batasan ijin yang telah ditentukan dalam perundang-undangan. Merujuk
pada Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang

7
tenaga kesehatan Pasal 9, Pasal 88. Pasal 9 yang berbunyi: “Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a harus memiliki
kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga medis”.Ketentuan
lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Tenaga kesehatan adalah sebuah keahlian yang dalam praktiknya
akan berhubungan langsung dengan penerima pelayanan sehingga
memerlukan payung hukum untuk proteksi terhadap profesinya yang tentu
saja dengan syarat harus dilakukan sesuai standar pelayanan profesi dan
standar operasional profesi sehingga dibentuklah sebuah konsil tenaga
kesehatan yang keanggotaannya merupakan dari pimpinan perwakilan dari
konsil setiap jenis tenaga kesehatan. Konsil dari masing-masing tenaga
kesehatan tersebut akan melakukan registrasi, pembinaan dalam
menjalankan praktik, menyusun standar nasional pendidikan tenaga
kesehatan, menyusun standar praktik dan kompetensi tenaga kesehatan
dan menegakkan disiplin praktik pada tenaga kesehatan sehingga dapat
memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik pada tenaga
kesehatan itu sendiri dan masyarakat. Merujuk pada Undang-undang
Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan Pasal 34,
Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal
42, Pasal 43 dan Pasal 57 ayat 1. Bunyi Pasal 57 ayat 1:“ Memperoleh
pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional.”
Dalam menjalankan praktiknya seorang tenaga kesehatan
mempunyai hak dan mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan
secara beriringan sehingga tenaga kesehatan akan mendapatkan haknya.
Kewajiban harus dilakukan mulai dari melengkapi syarat administrasi
berupa perijinan terhadap praktiknya dan hal itu berlaku bagi seluruh
tenaga kesehatan baik lulusan dalam negeri maupun lulusan dari luar
negeri, melaksanakan praktik sesuai dengan standar profesi; standar
pelayanan profesi dan standar prosedur operasional sehingga dapat
dipertanggung jawabkan, berkewajiban untuk memberikan pelayanan pada

8
penerima pelayanan sesuai dengan etik profesi tanpa membedakan status
masyarakat, melaksanakan tindakan pertolongan harus dengan persetujuan
dari keluarga penerima pelayanan, wajib untuk merekam seluruh tindakan
yang telah dilakukan dalam rekam medis dan merahasiakan keadaan
penerima layanan. Merujuk pada Undang-undang Republik Indonesia No.
36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59.
Pasal 57 berbunyi: “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
berhak:Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar
Prosedur Operasional; memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari
Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya; Menerima imbalan jasa;
Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta
nilai-nilai agama; Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
profesinya; Menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak
lain yang bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik, standar
pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; danMemperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan”.
Kebijakan yang dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan
memberikan kepastian hukum terhadap tenaga kesehatan dan masyarakat.
Jadi apabila terdapat pelanggaran mengenai yang telah dituliskan dalam
kebijakan akan dapat dikenakan hukuman baik secara administratif
ataupun hukuman penjara dan denda. Merujuk pada Undang-undang
Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan Pasal 80,
Pasal 81, Pasal 82, Pasal 83, Pasal 84, Pasal 85, Pasal 86. Bunyi Pasal 84:
”Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang
mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun”.Jika kelalaian berat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap
Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun.

9
C. Perilaku yang diatur
No Perilaku yang diatur Pasal yang merujuk Keterkaitan dengan Deskripsi
kebijakan lain
1 Tanggung jawab pemerintah dalam UU Republik Indonesia Pasal 1 ayat 3 dan 4 Kebijakan utama yang merujuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat no. 36 tahun 2014 tentang PMK no 46 tahun 2013 yaitu : UU Republik Indonesia no.
akan tenaga kesehatan. tenaga kesehatan Bab IV tentang registrasi tenaga 36 tahun 2014 tentang tenaga
perencanaan, pengadaan kesehatan. kesehatan pasal 13 yang berbunyi
dan pendayagunaan , “Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bagian I perencanaan : wajib memenuhi kebutuhan Tenaga
pasal 13, 14, 15, 16, dan Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis,
bagian II pengadaan : maupun dalam kompetensi secara
pasal 17, 18, 19, 20 dan merata untuk menjamin
21. keberlangsungan pembangunan
kesehatan”
2 Pendayagunaan tenaga Kesehatan UU Republik Indonesia PMK Republik Indonesia Kebijakan utama yang merujuk
dengan upaya, pemerataan, no. 36 tahun 2014 tentang no 23 tahun 2015 tentang yaitu :
pemanfaatan dan pengembangan. tenaga kesehatan Bab IV penugasan khusus tenaga UU Republik Indonesia no. 36 tahun
perencanaan, pengadaan kesehatan berbasis tim 2014 tentang tenaga kesehatan pasal
dan pendayagunaan, bab (team based) dalam 22 ayat 3 yang berbunyi :

10
III pendayagunaan : pasal mendukung program “Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, nusantara sehat. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
29, 30, 31, 32 dan 33. dilakukan dengan memperhatikan
aspek pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan.”
UU Republik Indonesia no. 36 tahun
2014 tentang tenaga kesehatan pasal
23 ayat 1 dan 2 yang berbunyi
“Dalam rangka pemerataan
pelayanan kesehatan danpemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan
kepadamasyarakat, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajibmelakukan
penempatan Tenaga Kesehatan
setelah melalui proses seleksi.
Penempatan Tenaga Kesehatan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dilaksanakan dengan cara:

11
a. Pengangkatan sebagai pegawai
negeri sipil;
b. Pengangkatan sebagai pegawai
pemerintah denganperjanjian
kerja; atau
c. Penugasan khusus.”
3 Pembentukan konsil tenaga UU Republik Indonesia PMK no 46 tahun 2013 Kebijakan utama yang merujuk
kesehatan untuk memberikan no. 36 tahun 2014 tentang tentang registrasi tenaga yaitu : UU Republik Indonesia no.
perlindungan kepada masyarakat tenaga kesehatan bab IV kesehatan. 36 tahun 2014 tentang tenaga
dalam menerima penyelenggaraan konsil tenaga kesehatan kesehatan pasal 34 ayat 1 dan 2
Upaya Kesehatan Indonesia pasal 34, 35, 36, yang berbunyi : “Untuk
37, 38, 39, 40, 41, 42, dan meningkatkan mutu Praktik Tenaga
43. Kesehatan serta untuk memberikan
pelindungan dan kepastian hukum
kepada Tenaga Kesehatan dan
masyarakat, dibentuk Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia. Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

12
konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan.”
4. Program pembinaan dan UU Republik Indonesia Kebijakan utama yang merujuk
pengawasan guna mempertahankan no. 36 tahun 2014 tentang yaitu : UU Republik Indonesia no.
dan meningkatkan mutu tenaga kesehatan bab IX 36 tahun 2014 tentang tenaga
penyelenggaraan upaya kesehatan hak dan kewajiban tenaga kesehatan pasal 81 yang berbunyi :
serta memberikan kepastian hukum keehatan pasal 57, 58, 59 “Pembinaan dan pengawasan
kepada masyarakat dan tenaga dan bab XII pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kesehatan dan pengawasan pasal 81 80 diarahkan untuk:
a. Meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan;
b. Melindungi Penerirna Pelayanan
Kesehatan dan masyarakat atas
tindakan yang dilakukan Tenaga
Kesehatan; dan
c. Memberikan kepastian hukum
bagi masyarakat dan Tenaga
Kesehatan.”

13
D. Sasaran (individu, kelompok dan organisasi)
Sasaran dalam undang undang ini adalah tenaga kesehatan yang
pengelompokannya diatur dalam UU Republik Indonesia no 36 tahun
2014 bab III pasal 11, yaitu :
a. Tenaga Medis
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis.
b. Tenaga Psikologi Klinis
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga psikologi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah psikologi klinis.
c. Tenaga Keperawatan
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c terdiri atas berbagai jenis perawat.
d. Tenaga kebidanan
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
adalah bidan.
e. Tenaga kefarmasian
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
f. Tenaga kesehatan masyarakat
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,
tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik

14
dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan
keluarga.
g. Tenaga kesehatan lingkungan
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,entomolog
kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
h. Tenaga gizi
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga gizi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf h terdiri
atas nutrisionis dan dietisien.
i. Tenaga keterapian fisik
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i terdiri atas fisioterapis,okupasi terapis, terapis wicara,
dan akupunktur.
j. Tenaga keteknisian medis
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan,
teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah,refraksionis
optisien/ optometris, teknisi gigi, penata anestesi,terapis gigi
dan mulut, dan audiologis.
k. Tenaga teknik biomedika
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga teknik biomedika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf k terdiri atas radiografer,elektromedis, ahli teknoiogi
laboratorium medik,fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik
prostetik.

15
l. Tenaga kesehatan tradisional
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalamkelompok
Tenaga Kesehatan tradisional sebagaimanadimaksud pada ayat
( 1) huruf 1 terdiri atas tenaga kesehatan tradisionalramuan dan
tenaga kesehatantradisional keterampilan.
m. Tenaga kesehatan lain
Sedangkan pada tingkat kelompok atau organisasi, sasaran
dalam undang-undang ini adalah pemerintah dan pemerintah
daerah, organisasi profesi, konsil tenaga kesehatan dan institusi
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan.

E. Perkiraan keberhasilan
Mengacu pada tujuan Undang-undang Republik Indonsia No. 36
Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan Tenaga Kesehatan;
2. Mendayagunakan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;
3. Memberikan pelindungan kepada masyarakat dalam menerima
penyelenggaraan Upaya Kesehatan;
4. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
Upaya Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan; dan
5. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga
Kesehatan.
Maka, perkiraan keberhasilan kebijakan ini diramalkan akan
tercapai pada tahun 2019. Munculnya tahun 2019 sebagai tolak ukur
pencapaian kebijakan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2014 tentang tenaga kesehatan, bukan lah tanpa suatu alasan melainkan
juga merujuk pada Rencana strategis RPJMN 2015-2019 dibidang
kesehatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan Rencana
strategis RPJMN 2015-2019, strategi pembangunan kesehatan yang
direncanakan meliputi :

16
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak,
Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang
Berkualitas
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang
Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan,Pemerataan, dan
Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber
Daya Manusia Kesehatan
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem
Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) Bidang Kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan
Kesehatan
Sementara itu tujuan lain yang ada dalam undang-undang no 36
tahun 2014 tentang tenaga kesehatan seperti : memberikan pelindungan
kepada masyarakat dalam menerima penyelenggaraan Upaya
Kesehatan;mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
Upaya Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan; danmemberikan
kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga Kesehatan dapat
diwujudkan dengan peningkatan mutu fasilitas kesehatan, pelatihan-
pelatihan tenaga kesehatan, uji kompetensi, program profesi tenaga
kesehatan dan sertifikasi tenaga kesehatan. Hendaknya upaya-upaya
demikian dapat dilakukan setiap periode atau setiap waktu saat diperlukan.

17
Maka dengan begitu, masyarakat Indonesia bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dari tenaga kesehatan yang berkompeten setiap
waktu.

F. Pendekatan dalam policy review


Dalam policy review Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014
menggunakan pendekatan retrospektif. Analisis kebijakan dengan
pendekatan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi
informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis
berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni
analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada
masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
dibuat dengan berorientasi pada disiplin.Disiplin dalam hal ini adalah
bagaimana kepatuhan para tenaga kesehatan terhadap peraturan yang
dibuat baik dalam hak dan kewajibannya sebagai tenaga kesehatan.
Analisis yang berorientasi pada masalah, yang dapat diuraikan bahwa
masalah kesehatan adalah permasalahan yang sangat kompleks di mana
kesehatan merupakan hak dari setiap individu dan menjadi tolak ukur
keberhasilan pembangunan Negara sehingga perlu dibentuk perundang-
undangan yang mengatur mengenai tenaga kesehatan sebagai pemberi
pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan suatu Bangka
yang setingi-tingginya. Analisis yang berorientasi pada aplikasi dapat
diuraikan bahwa dalam policy review mengenai tenaga kesehatan erat
kaitannya dengan bagaimana suatu kebijakan tersebut diaplikasikan
terhadap pelaksaan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.

18
G. Karakteristik kebijakan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 memiliki karakteristik
mengatur, melindungi dan distributor (pemerataan), karena dalam
pelaksanaannya bertujuan untuk mengatur tentang tenaga kesehatan mulai
dari memisahkan kategori dari tenaga kesehatan, proses yang harus
dilewati oleh tenaga kesehatan sebelum menjalan praktiknya ke
masyarakat dan peraturan itu harus dijalankan sesuai dengan Undang-
undang yang berlaku, apabila dilanggar maka tenaga kesehatan akan
mendapat konsekuensinya berupa hukuman administratif ataupun
hukuman penjara dan denda. Bersifat melindungi dimana peraturan
tersebut apabila dilaknakan oleh tenaga kesehatan maka tenaga kesehatan
akan terlindungi dari penyalahgunaan kompetensi yang dimilikinya hal ini
dapat dilihat dengan dibentuknya konsil tenaga kesehatan sebagai payung
hukum dan apabila penerima layanan mengalami kerugian setelah
menerima pelayanan dari tenaga kesehatan maka tenaga kesehatan tersebut
akan dilindungi dengan syarat melakukan pelayanan sesuai dengan standar
prosedur yang telah disepakati. Bersifat distributor yaitu peraturan iuni
berlaku untuk seluruh tenaga kesehatan sesuai yang tercantum pada
perundang-undangan dan dimaksudkan untuk agar pelayanan bermutu bisa
menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

19
H. Pasal Yang Bermasalah
UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pada pasal 27
menguraikan bahwa ”Tenaga kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal
perbatasan dan kepulauan, serta daerah bermasalah kesehatan, selain
memperoleh perlindungan dalam pelaksanaan tugas, mereka juga berhak
memperoleh hak kenaikan pangkat istimewa.”
Namun, jika merujuk pada Permenkes Republik Indonesia No. 23
tahun 2015 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim
(Team Based) pada Bab IV mengenai Hak Dan Kewajiban Tenaga
Kesehatan Penugasan Khusus Berbasis Tim (Team Based) Dalam
Mendukung Program Nusantara Sehat. Hak tersebut adalah:
1. Memperoleh penghasilan berupa gaji/ insentif
2. Memperoleh biaya perjalanan ke lokasi pembekalan, ke lokasi
penugasan dan biaya perjalanan pulang dari lokasi penugasan
setelah menyelesaikan masa penugasan
3. Memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan (JKN)
4. Memperoleh cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja per
tahun termasuk cuti bersama, setelah bertugas paling sedikit
selama 1(satu) tahun, dilakukan secara bergantian dan
maksimal 2 (dua) orang dalam waktu yang bersamaan.
5. Menjalankan praktik perorangan sepanjang dilaksanakan diluar
jam kerja dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6. Memperoleh surat keterangan selesai masa penugasan sebagai
tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim (team based)
dalam mendukung Program Nusantara Sehat yang diterbitkan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah disebutkan pada pasal 3 Dalam Undang-
undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014tentang tenaga
kesehatan,undang-undang ini bertujuan untuk mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tenaga kesehatan. Selain itu Undang-undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan bertujuan untuk
mengatur apa saja tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang
tenaga kesehatan
Peraturan perundang-undangan dibuat dan disusun kemudian untuk
membentuk sebuah tata nilai dalam kehidupan.Dalam hal perencanaan,
pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan harus benar-benar
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga dalam hal
pelaksanaan pendidikan tenaga kesehatan baik yang dilaksanakan oleh
pemerintahan atau masyarakat disesuaikan dengan kuota nasional dan
seimbang antara kebutuhan upaya kesehatan dan dinamika kesempatan
kerja baik di dalam maupun luar negeri.
Tenaga kesehatan adalah sebuah keahlian yang dalam praktiknya
akan berhubungan langsung dengan penerima pelayanan sehingga
memerlukan payung hukum untuk proteksi terhadap profesinya yang tentu
saja dengan syarat harus dilakukan sesuai standar pelayanan profesi dan
standar operasional profesi sehingga dibentuklah sebuah konsil tenaga
kesehatan yang keanggotaannya merupakan dari pimpinan perwakilan dari
konsil setiap jenis tenaga kesehatan.Dalam menjalankan praktiknya
seorang tenaga kesehatan mempunyai hak dan mempunyai kewajiban yang
harus dilaksanakan secara beriringan sehingga tenaga kesehatan akan
mendapatkan haknya.Kebijakan yang dibuat dimaksudkan untuk
melindungi dan memberikan kepastian hukum terhadap tenaga kesehatan
dan masyarakat.

21
B. Saran
Mungkin dalam hal penulisan makalah ini masih banyak sekali terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

22

Você também pode gostar