Você está na página 1de 12

1.

Pendahuluan
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
tentang buku-buku pendidikan diungkapkan terdapat empat jenis, yaitu buku teks pelajaran,
buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4). Klasifikasi ini diperkuat
lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang
menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan
pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan
ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam bidang pendidikan,
yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan
Pendidik.
1. Buku Pengayaan
Buku untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya.
2. Buku Referensi
Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk
mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal.

Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku pendidikan,
dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan berdasarkan ruang lingkup
kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku
Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks
pelajaran adalah Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan,
referensi, dan panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas
dipertegas lagi oleh surat Badan Standarisasi Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006
tanggal 22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian
untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain buku
teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan stadarisasi buku-buku
pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Dalam
ketententuan tersebut dinyatakan bahwa fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan
pengembangan naskah, pengendalian mutu buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan,
khususnya bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah.

2. Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan pengelompokkan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda dengan buku teks
pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal,
buku teks pelajaran merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami suatu
subjek pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi, sehingga mengandung
penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk karya kepanditaan (scholarly, literary)
terkait subjek yang bersangkutan. Sementara itu,
buku nonteks pelajaran merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai
buku untuk memelajari salah satu bidang studi pada lembaga pendidikan.
Berdasarkan pengelompokkan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri
buku nonteks pelajaran, yaitu:
(1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun bukan
merupakan buku pegangan pokok bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
(2) Buku-buku yang tidak menyajikan materi pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen
evaluasi dalam bentuk tes atau ulangan, latihan kerja (LKS) atau bentuk lainnya yang menuntut
pembaca melakukan perintah-perintah yang diharapkan penulis;
(3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas
atau jenjang pendidikan;
(4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung dengan
sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam
Standar Isi, namun memiliki keterhubungan dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional;
(5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari semua
jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi buku nonteks
pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;
(6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga tidak
terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar yang ditetapkan berdasarkan
ilmu pendidikan dan pengajaran.

Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi pendukung, pelengkap, dan penunjang
buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan, referensi, atau panduan dalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan menggunakan penyajian yang longgar, kreatif,
dan inovatif serta dapat dimanfaatkan oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau
pembaca umum.

3. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran


Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Untuk memenuhi standar tersebut dikembangkan buku teks pelajaran
yang isinya sesuai dengan ketentuan Standar Isi. Sementara itu, untuk menunjang pencapaian
standar isi perlu dikembangkan buku-buku yang mendukung dan melengkapinya, yaitu buku
nonteks pelajaran. Dengan demikian, buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sangat
strategis dalam mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat melengkapi pendalaman
materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari pembahasan materi yang tidak tersaji
dalam buku teks pelajaran. Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki pula kedudukan sebagai
buku yang dapat menunjang materi atau isi buku teks pelajaran, baik secara filosofis, historis,
etimologis, geografis, pedagogis, dan segi lainnya dari materi yang tersaji dalam buku teks
pelajaran.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi kekayaan alam dan budaya Nusantara akan
memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat mempromosikan kekayaan alam dan budaya
bangsa Indonesia. Keberagaman suku bangsa akan memunculkan keanekaragaman budaya
sebagai suatu kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya. Buku nonteks pelajaran yang
mengangkat materi ini akan dapat menginformasikan kekayaan bangsa Indonesia yang patut
dibanggakan dan diberdayakan oleh bangsanya, bukan sebaliknya hanya dieksploitasi untuk
kepentingan bangsa lain.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni akan
memiliki kedudukan sebagai buku yang melestarikan kekayaan Ipteks yang telah
dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik yang telah dikembangkan bangsa lain maupun
oleh bangsa Indonesia dapat dilestarikan dalam dokumen tertulis, buku nonteks pelajaran.
Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai bahan
pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan
fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku nonteks pelajaran dapat memperkaya pembaca
(termasuk peserta didik) dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi
sebagai referensi, buku nonteks pelajaran dapat menjadi rujukan dan acuan bagi pembaca
(termasuk peserta didik) dalam mendapatkan jawaban atau kejelasan tentang sesuatu hal
secara rinci dan komprehensif yang dapat dicari dengan cepat. Fungsi sebagai panduan, buku
nonteks pelajaran dapat menjadi pedoman dan tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik
atau pihal lain yang berkepentingan dalam melaksanakan pendidikan dan proses pembelajaran
serta kegiatan pendukung lainnya.

4. Ragam Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan fungsinya buku nonteks pelajaran dapat menyajikan materi-materi yang dapat
memperkaya pengetahuan dan wawasan, memperkaya keterampilan, serta dapat memperkaya
kepribadian peserta didik atau pembaca lain dalam mencermati suatu objek studi tertentu atau
salah satu bagian dalam kajian keilmuan. Selain itu, terdapat pula buku nonteks pelajaran yang
dapat dijadikan sebagai rujukan atau acuan bagi seseorang dalam memecahkan permasalahan
atau meyakinkan tentang sesuatu hal berdasarkan keyakinan keilmuan. Ada pula buku nonteks
pelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman, acuan, atau panduan dalam melaksanakan
pendidikan dan pembelajaran sehingga menghubungkan dimensi-dimensi keilmuan, yaitu ilmu
mendidik, ilmu psikologi perkembangan, dan ilmu yang berhubungan dengan bidang studi.
Berdasarkan uraian tersebut, buku nonteks pelajaran memiliki keragaman yang tanpa batas.
Keragaman ini berhubungan dengan fungsi buku tersebut, sehingga ragam buku nonteks
pelajaran terdiri atas buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku-buku panduan
pendidik. Keragaman juga dapat ditemukan berdasarkan penyajian buku-buku nonteks
pelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga pedoman ini hanya merupakan stimulator bagi
pengembangan buku nonteks pelajaran yang lebih baik.

5. Jenis dan Bentuk Tulisan Buku Nonteks Pelajaran


Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan, referensi, dan panduan pendidik.
Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat dikembangkan kembali ke dalam beberapa
karakteristik yang lebih khas, seperti uraian berikut ini.

1. Buku Pengayaan
Buku untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya.
Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku
perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan
pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang memuat
materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan;
membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat
pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku pengayaan
pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku pengayaan kepribadian.
Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks pelajaran. Buku
pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan menggunakan variasi gambar,
ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan bersifat mengembangkan dan meluaskan
kompetensi siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

a. Buku Pengayaan Pengetahuan


Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis seharusnya menetapkan
terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan dikembangkan sebagai rencana
pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis lebih
leluasa dalam mengembangkan isi atau materi buku. Selain itu, penulis buku pengayaan
pengetahuan lebih bebas dalam menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan.
Konsep dasar pengetahuan yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan, baik dari konsep dasar ilmu maupun perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep
dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka. Sistematis berarti bahwa materi
yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi
maupun wilayah garapannya. Objektif berarti bahwa materi yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan secara material. Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan
secara ilmiah.
Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya mempersiapkan konsep dasar
pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan materi yang akan diperkaya. Materi yang
diperkaya ini merupakan materi pengetahuan yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh
pembelajar atau pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu. Bidang yang dimaksud
adalah materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah, namun belum
secara utuh disajikan dalam materi pelajaran.
Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni.
Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya dapat menetapkan aspek kognitif
yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek kognitif yang dikembangkan itu jika ditinjau dari
sisi edukasi memiliki nilai positif bagi perluasan kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman
pembaca.
Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa domain kognitif itu
merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan pengetahuan dan
mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Selanjutnya, Bloom (1991: 18)
membagi aspek kognitif ke dalam knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman),
application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create
(berkreasi). Ketujuh klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan untuk mengukur
aspek kognitif dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang.
Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan membedakan
sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek penerapan merupakan
kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep pengetahuan dalam suatu kegiatan.
Aspek analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang
lebih rinci. Aspek sintesis merupakan kemampuan meramu atau menggabungkan rincian atau
uraian. Aspek evaluasi merupakan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman
terhadap sesuatu. Aspek kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas
berdasarkan sesuatu yang telah dikuasainya.
Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek yang masih perlu
dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena pengembangan aspek kognitif dalam buku teks
pelajaran dibatasi oleh ketentuan dan tuntutan Stanar Isi. Sementara itu, aspek kognitif
tersebut masih memerlukan pengembangan dan pendalaman materi. Oleh karena itu, sebelum
menulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek
kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari pengembangan tersebut, pembaca akan beroleh
pengetahuan yang lebih luas, lebih kaya, dan lebih menyeluruh daripada pengembangan
kognitif yang terdapat dalam buku teks pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu,
yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi
yang terdapat dalam buku teks pelajaran dipandang masih kurang maka buku pengayaan
pengetahuan seharusnya melengkapi kekuranglengkapan kemampuan tersebut.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar untuk
memperkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah maupun
pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan pelajar atau
pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi kognitifnya.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat mengembangkan
pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai science (baik untuk ilmu
pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan bidang kajian. Buku pengayaan
pengetahuan berfungsi untuk memperkaya wawasan, pemahaman, dan penalaran siswa. Buku
pengayaan pengetahuan bagi pelajar akan berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan
secara umum.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembacanya, baik yang bersentuhan langsung dengan materi yang
dipelajari dalam lembaga pendidikan maupun di luar itu. Dalam konteks lembaga pendidikan,
buku pengayaan akan memosisikan peserta didik agar beroleh tambahan pengetahuan dari
hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks pelajaran tidak diperoleh informasi
pengetahuan yang lebih lengkap dan luas sebagaimana tertuang dalam buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan di antaranya memiliki fungsi pengaya pengetahuan, yaitu (1)
dapat meningkatkan pengetahuan (knowledge) pembaca; dan (2) dapat menambah wawasan
pembaca tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Contoh-contoh judul buku yang
termasuk ke dalam jenis buku pengayaan pengetahuan di antaranya:
§ Tanaman Obat Penyembuh Ajaib yang ditulis oleh Herminia de Guzman-Ladion.
§ Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis yang ditulis oleh Eddy Prahasta.
§ Pemugaran Candi Tikus yang ditulis oleh Sri Sugiyanti, dkk.

b. Buku Pengayaan Keterampilan


Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan psikomotorik, sebagai suatu
istilah yang mengarah pada makna penerapan dari kemampuan pengetahuan dan sikap
seseorang. Dalam konteks pengembangan kemampuan seseorang terdapat empat bidang
kemampuan utama manusia, yakni (l) kemampuan dasar; (2) kemampuan umum; (3)
kemampuan vocasional dan (4) kemampuan akademis.
Keterampilan merupakan suatu kemampuan dasar dalam melaksanakan tugas. Kemampuan
tersebut disebut sebagai keterampilan-keterampilan awal yang sifatnya essensial yang harus
dikuasai sebelum mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan menghitung, mencari
hubungan antara ruang dan waktu; memberikan nama; mengkomunikasikan dengan yang lain
adalah contoh kemampuan dasar (Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah keterampilan
juga mengarah pada kecakapan vokasional yang ditandai dengan penerimaan dan peningkatan
kecakapan yang bersifat praktis. Kecakapan ini berhubungan dengan keterampilan pekerjaan,
sekalipun dalam tahapan yang paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh kemampuan ini
mengarah pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34).
Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat dikombinasikan bahwa keterampilan itu
adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan dikembangkan dari potensi individu untuk
diterapkan dalam aktivitas hidup sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan
yang bersifat praktis, yang melibatkan kemampuan dalam menghitung, memberi nama,
memberikan hubungan antara ruang, dan waktu, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.
Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang
memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan kemampuan dasar para pembaca
dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri. Dalam buku tersebut termuat
materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan memperkaya dalam kemampuan
menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan mengkomunikasikan kepada orang lain
sehingga mendorong untuk berkarya dan bekerja secara praktis.
Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan bacaan bagi seluruh
peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan dan anggota masyarakat lainnya yang
meminati dan menginginkan kemampuan dasarnya menjadi bertambah kaya, khususnya dalam
kecakapan praktis yang dibutuhkan dalam hidupnya. Contoh judul buku yang termasuk ke
dalam jenis pengayaan keterampilan di antaranya:
§ Membuat Mesin Tetas Elektronik oleh Kelly S, Penerbit Kanius, Tahun l995.
§ Petunjuk Perawatan Anggrek oleh Ir. Hadi Iswanto, Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Tahun
l998.
§ Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan oleh Ny. Rusina Sjahrial Pamuntjak.
§ Cetak Sablon untuk Pemula ole3h Guntur Nusantara, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2003;
§ Memperbaiki TV dan Radio oleh Yosalfa, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2000;
c. Buku Pengayaan Kepribadian
Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis seharusnya menetapkan
terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan dikembangkan sebagai rencana pengayaan
dan peningkatan kualitas kepribadian pembaca. Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan
seharusnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan baik dari segi konsep dasar maupun
perkembangan keilmuan yang dirunut. Konsep dasar kepribadian yang dimaksud, harus dapat
menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, baik secara secara personal maupun kolektif. Nilai-nilai
kemanusiaan maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan
mental-emosional pembacanya, mendorong kedewasaan pribadi, membangun kewibawaan
dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap empati dan mengembangkan
kecakapan hidup.
Beberapa ahli yang menyampaikan pandangan tentang konsep dasar kepribadian. Kepribadian
menurut Crowl, Kamensky, dan Podell (1997) adalah the collection of attributes, including
attitudes, traits, behavior patterns an values that characterize an individual. Menurut Allport
(dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment to his
environment. Sementara itu, menurut Prince (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality
is the sum total of all the biological innate disposition, impulses, tendencies, appetites, instinc
of individual and the acquired dispositions and tendencies acquired by experience.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kepribadian itu merupakan suatu
kebulatan yang terdiri dari suatu sistem psikofisik (jiwa-raga), bersifat kompleks, serta
ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dan luar individu, yang secara keseluruhan tercermin
dalam tingkah laku individu yang unik.
Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan dalam buku-buku pengayaan kepribadian juga
mengacu kepada “insan Indonesia cerdas dan kompetitif”. Tentu saja hal ini harus sesuai
dengan lingkungan sosial budaya Indonesia. Dalam konteks ini, “insan Indonesia cerdas dan
kompetitif” merupakan pribadi yang cerdas spiritual dan kematangan beragama, cerdas
emosional dan sosial, serta cerdas intelektual. Selain itu, buku yang ditulis juga mendorong
kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu membangun jiwa produktif dan kompetitif.
Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas
kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan, buku
pengayaan kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara
umum. Pemaknaan buku pengayaan kepribadian adalah mampu meningkatkan kualitas
kepribadian pembaca, selain yang tertuang di dalam tujuan pendidikan. Pada akhirnya, buku
pengayaan kepribadian diharapkan juga dapat memposisikan pembaca dalam kerangka
pembentukan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan
bagi sesamanya dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku pelajaran tidak
diperoleh uraian dan contoh yang lebih lengkap dan luas.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan
meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca. Buku pengayaan kepribadiranyaan
berfungsi sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat
lain pada umumnya yang dapat memperkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman
batin. Contoh-contoh judul buku pengayaan kepribdian di antaranya:
§ Layar Terkembang oleh St. Takdir Alisyahbana.
§ Merakit dan Membina Keluarga Bahagia oleh W. Jay Batra dkk.
§ Mendidik anak dalam Keluarga Masa Kini oleh Drs. R.I. Suhartin C.
§ Membangun Kreativitas oleh Anna Craft.
§ Dicabik Benci dan Cinta 2 oleh Marga T.
§ Pedang Raja oleh Yaseoulrok.
2. Buku Referensi
Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk mendapatkan
jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal. Penyajian materi jenis buku ini
disusun secara sistematis sehingga pembaca dapat menemukannya secara cepat dan tepat.
Buku referensi biasanya memberikan informasi dasar yang menjadi rujukan ketika orang
berusaha memahami suatu istilah atau konsep, baik tentang sesuatu yang umum atau sesuatu
yang bersifat khusus (dalam suatu bidang keilmuan tertentu).
Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus, ensiklopedia, dan peta atau atlas. Beberapa
jenis lainnya seperti standar instalasi kelistrikan, mesin otomotif, tabel logaritma, kumpulan
data-data statistik, dan sebagainya juga dapat dikelompokkan sebagai buku referensi.

a. Ensiklopedia
Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku referensi agar
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat digunakan pembaca secara tepat.
Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan yang disajikan dalam sebuah (atau beberapa jilid)
buku yang berisi keterangan tentang semua atau suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni atau yang merangkum secara komprehensif suatu cabang ilmu dalam serangkaian artikel
yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad atau alfabetis.
Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek secara terpisah dan
mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad untuk memudahkan penggunaannya.
Ensiklopedia disusun berdasarkan klasifikasi subjek, atau gabungan antara klasifikasi subjek dan
urutan abjad, terutama pada ensiklopedia khusus. Ensiklopedia yang baik biasanya dilengkapi
dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi yang menarik untuk memperjelas pengertian dari
suatu lema (entry).
Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut ensiklopedia umum.
Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal yang ditujukan untuk menyediakan
ringkasan komprehensif semua cabang pengetahuan, ilmu, teknologi, seni dan lainnya.
Ensiklopedia yang memuat atau membahas hanya satu aspek atau satu disiplin ilmu disebut
ensiklopedia khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya dibatasi hanya pada satu bidang ilmu
tertentu atau beberapa bidang terkait saja, misalnya ensiklopedia botani, ensiklopedia
pendidikan, ensiklopedia arsitektur, ensiklopedia dunia medis, ensiklopedia transportasi, dan
sebagainya.
Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema disusun secara alfabetis atau
mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara keilmuan; (2) penjelasan lema disertai
dengan gambar-gambar yang menarik, relevan dan informatif dengan lema yang dibahas; (3)
lema memiliki tingkat kekomplitan yang tinggi atau sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas
secara komprehensif; (5) seluruh lema yang disajikan konsisten dengan bidang bahasan
ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia dilengkapi dengan glosarium, indeks dan daftar
pustaka. Contoh-contoh judul buku ensiklopedia di antaranya:
§ Ensiklopedia Botani
§ Ensiklopedia Arsitektur
§ Ensiklopedia Antariksa

b. Kamus
Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini secara menyeluruh.
Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata sebagai lema pokoknya yang disusun
menurut abjad dengan disertai keterangan tentang maknanya. Banyak sekali ragam kamus ini,
namun yang dimaksud dengan kamus pada umumnya adalah ‘kamus bahasa’ atau ‘kamus
ekabahasa’ sehingga lema yang disajikan mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu
bahasa, yang dilengkapi dengan keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas, pelafalan, fungsi,
etimologi, makna, serta pemakaiannya dalam kalimat atau ungkapan. Dengan demikian,
penyusunan kamus hampir selalu berpedoman pada kaidah leksikografi sehingga umumnya
dimulai dari kata yang menjadi lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara
fungsional dan semantik.
Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata bentukan dari lema
pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh penggunaan kata tersebut. Penjelasan atas
lema biasanya juga diikuti dengan referensi silang (cross reference) untuk kata-kata yang
memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus bahasa dan kelompok
kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan dengan memerhatikan penggunaannya
secara kontekstual, jadi sebagai unsur dalam kalimat atau paragraf.
Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang menyajikan setiap kosakata
dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan dan penjelasannya dalam bahasa lain sebagai
bahasa sasaran. Oleh karena menggunakan dua bahasa, kamus jenis seperti itu sering
dinamakan ‘kamus dwibahasa’. Adakalanya sebuah buku kamus secara khusus hanya memuat
senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan istilahnya dalam bahasa lain tanpa
penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat disebut ‘senarai istilah’.
Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus bahasa Indonesia,
kamus bahasa Indonesia-daerah, kamus bahasa Indonesia-bahasa asing. Sebuah kamus yang
baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan banyaknya lema yang dibahas dalam kamus
tersebut. Selain itu tentu saja tingkat akurasi kamus dalam menjelaskan lema, dan kelengkapan
atau komprehensifnya kamus meliputi sub-lema yang digunakan di masyarakat.
Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus khusus yang lema
pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang disajikan didefinisikan sebagai kata
atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang, dan yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam suatu bidang pengetahuan, ilmu,
dan teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu istilah dilengkapi dengan penjelasan teknis.
Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema disusun secara alfabetis;
(2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3) mudah untuk digunakan dengan
ditandai secara khusus lema awal dan akhir di setiap halaman; (4) menempatkan posisi lema
dan font yang mudah digunakan; (5) memiliki akurasi pengertian yang disajikan pada setiap
lema. Contoh-contoh judul kamus di antaranya adalah:
§ Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta;
§ Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols
§ Kamus Politik karangan
§ Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana

c. Peta atau Atlas


Peta merupakan jenis buku referensi yang berisi informasi atau data tentang suatu wilayah
yang dilengkapi oleh lambang-lambang lain. Peta dapat berupa peta daerah biasa dengan
batas-batas administratif kecamatan, kota/kabupaten atau provinsi tertentu. Pada peta
biasanya disajikan peta kontur yang dilengkapi dengan informasi ketinggian lokasi dari
permukaan laut. Bentuk lain dari peta di antaranya peta bathimetri, yaitu peta yang berisi
informasi tentang kedalaman laut. Selain itu, peta dapat pula berupa tata guna lahan, atau peta
GIS (Geographical Information System), serta bentuk peta lainnya.
Dalam sebuah peta, biasanya nama kota atau lokasi merupakan lema atau entry yang perlu
mendapatkan penjelasan sebagai suatu legenda. Penyajian peta selain dengan menggunakan
skala perbandingan juga digunakan pewarnaan dan perlambangan geometri yang sudah baku
digunakan.
Kumpulan dari peta yang dibukukan disebut atlas. Peta atau atlas yang baik harus berisi
kandungan atau content yang benar, lengkap, up-to-date (terkini) dan digambarkan dengan
kriteria geometri yang benar. Peta juga perlu dilengkapi dengan simbol dan keterangannya
dalam bentuk legenda.
Kriteria peta yang baik di antaranya memenuhi syarat: (1) memiliki keakuratan dan keterkinian
penempatan lema; (2) memenuhi kaidah geometri, di antaranya skala dan posisi latitude; (3)
memiliki ketepatan penggunaan simbol-simbol yang standar; (4) mencantumkan legenda dan
indeks untuk memudahkan pencarian lema. Contoh judul-judul peta atau atlas di antaranya:
§ Peta Samudra Indonesia
§ Atlas Provinsi Jawa Barat
§ Atlas Provinsi Kepulauan Riau

Você também pode gostar