A. PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri atau memahami manusia seutuhnya. Hal terpenting yang harus diketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah bahwa pemahaman itu sangat dipengaruhi paradigma yang dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari penampilan yang selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang. Pengembangan kepribadian merupakan perpaduan dari gabungan beberapa disiplin ilmu, yang diantaranya ilmu psikologi, komunikasi, sosial, filsafat, seni, antropologi, budaya dasar dan ilmu ketrampilan khusus dan lain sebagainya yang terkait dengan diri Pribadi manusia sesuai dengan kebutuhan dan perubahan.Yang dimaksud dengan kepribadian adalah segala sesuatu yang mendasari kebiasaan, sikap, pola reaksi (pengenalan diri, cara berpikir dan bertingkah laku, cara merasa, cara mengendalikan diri, cara mengungkapkan dirinya, cara menggali potensi dirinya, memupuk kepercayaan pada dirinya, membentuk citra dirinya, cara berkomunikasi dan lainnya), bahkan juga cara menghadapi situasi kritis, bisa diajarkan. Pengembangan kepribadian adalah suatu proses yang mengasah sifat – sifat baik pada diri seseorang dan mengurangi sifat – sifat yang buruk. Hal ini lebih ditekankan pada pengembangan diri karena pada dasarnya pengembangan diri adalah mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki seseorang agar bisa terwujud lebih efektif dan efisien.
B. FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBANGAN DIRI
Faktor penghambat terhadap pengembangan potensi diri, dapat berasal dari lingkungan dan diri sendiri adalah 1. Faktor penghambat dari lingkungan berupa a. Sistem yang dianut/berlaku dalam lingkungan kita, seperti wanita tidak diperkenankan untuk sekolah tinggi-tinggi karena pandangannya wanita hanya bisa kerja di dapur, anak kecil yang banyak berbicara pada masa perkembangannya dianggap kurang baik. b. Tanggapan atau sikap/kebiasaan dalam lingkungan yang berlaku. 2. Faktor penghambat dari individu sendiri berupa a. Tidak adanya tujuan hidup yang jelas b. Kurang termotivasi yang mengakibatkan adanya penilaian negatif pada diri c. Enggan untuk evaluasi diri dan takut menerima kenyataan diri. d. Faktor usia, orang yang sudah berumur merasa sudah tidak mempunyai daya untuk berkembang. Upaya yang bisa dilakukan untuk merubah sikap adalah: - Memiliki motivasi yang kuat - Berfikir baik buruknya sebelum bertindak - Memiliki kemampuan dan berpikiran positif - Belajar meyakini diri sendiri - Menghilangkan perasaan khawatir, menyesali diri, meragukan diri, iri hati, tidak berdaya yang berlebihan. - Meningkatkan kemampuan untuk mencapai apa yang ingin kita tuju. - Jangan biarkan perkecualian terjadi, sebelum kebiasaan baru berakar dikehidupan. - Melatih diri dlam setiap kesempatan.
C. HAL YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN
Kepribadian dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah - Kebiasaan dan tingkah laku. - Kemampuan berbicara. - Kesehatan. - Sikap yang menunjang pelaksanaan pekerjaan. Pertemuan II SIKAP A. PENGERTIAN SIKAP Beberapa definisi tentang sikap adalah a. Definisi tentang Sikap Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi Secara lebih spesifik, Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz.Berkowitz (dalam Azwar, 1995:5). Ia mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. b. Definisi tentang Sikap Lapiere (dalam Azwar, 1995:5) Lapiere mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedengakan Allport (dalam Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Hal serupa diungkapkan oleh Gagne (dalam Abror, 1993:108) bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan. c. Definisi tentang Sikap Menurut Calhoun Menurut Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Thurston (1993) sikap itu dipengaruhi oleh piskologis secara objektif. Sedangkan Thomas dan Znaniecki (dalam Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu (Syah. 2005:120).
B. MODEL PEMBENTUKAN SIKAP
Dalam pembahasan terdahulu telah dikatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang. Tiga komponen tersebut yaitu: komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affektive) dan komponen konatif (conative). Ketiga komponen inilah yang dalam Saefuddin Azwar (1995: 23) dikatakan sebagai struktur pembentuk sikap. Adapun penjelasan ketiganya menurut Azwar (1995: 24) adalah sebagai berikut: Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Maksudnya, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar mengenai objek sikap. Sementara kepercayaan sendiri berasal dari apa yang kita lihat atau kita ketahui. Berdasarkan dari apa yang kita lihat dan ketahui itulah kemudian terbentuk ide, gagasan, atau persepsi kita terhadap sifat dan karakteristik suatu objek. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Azwar (1995: 22-26) menjelakan lebih lanjut bahwa kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Karena terkadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar terhadap obyek yang dihadapi. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang merupakan komponen afektif, dipengaruhi kuat oleh kepercayaan yang merupakan komponen kognitif. Komponen kognitif atau yang dianggap juga sebagai komponen perilaku menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
menurut Saefuddin Azwar (1997: 30-38) adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, serta faktor emosi dalam diri individu. Faktor yang mempengaruhi sikap adalah - Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan - Media masa - Lembaga Pendidikan