Você está na página 1de 11

ARTIKEL

PERTANIAN TANAMAN OBAT TERADISIONAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : M. YOKI JANIA AZIS PRATAMA

NIM : C1MO17073

KELAS : SNT-40

FAKULTAS : PERTANIAN

PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS MATARAM
2017
ABSTRAK

Manfaat utama konseravasi adalah upaya meletarikan tanaman obat dan


aromatik yang ada dirumah kaca baik pada tanaman obat yang sudah langka
maupun pada yang masih dikembangkan. Kegiatan konservasi tanaman obat dan
atsiri (150 jenis di rumah kaca, 30 jenis di laboraoorium secara in vitro) telah
dilaksanakan sejak dari Januari sampai dengan Desember 2010 melalui kegiatan
pemeliharaan, penyemaian dan perbanyakan bahan tanaman baik dari biji maupun
dari setek. Perbanyakan 8 aksesi tanaman jahe memperlihatkan respon berbeda
terhadap media yang sama. Untuk tanaman nilam telah berhasil ditambahkan 3
aksesi baru, mentha 1 aksesi baru, dan aksesei baru tanaman bangle serta temu
mangga. Untuk tanaman lainnya, yaitu lidah buaya, tapak dara, temu mangga dan
kumis kucing telah dilakukan kegiatan perakaran. Penyimpanan dilakukan pada
tanaman mentha Ryokubi menggunakan media Ancymidol dan memperlihatkan
respon yang sama pada semua taraf konsentrasi. Dari hasil analisa isozim
menggunakan enzim peroxidase dan esterase, terlihat adanya perbedaan pola pita
tanaman hasil in vitro dibandingkan dengan induknya. Pada tanaman temulawak
semua komponen fitokimia terlihat sama, baik pada tanaman induk maupun pada
tanaman hasil in vitro kecuali pada kandungan saponin. Pada tanaman temu jingga,
kandungan saponin induk lebih rendah dibandingkan dengan saponin tanaman hasil
in vitro. Pada tanaman tabat barito yang ditanam di lapang baik induk maupun hasil
in vitro semua kandungan fitokimia sama. Perbedaan terlihat pada tanaman tabat
barito yang ditanam di rumah kaca, kandungan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid
dan triterpenoid tanaman hasil in vitro berbeda dengan induknya, komponen lain
terlihat sama. Hasil uji lanjutan terhadap bahan aktif tanaman temulawak terlihat
adanya perbedaan kadar kurkumin antara tanaman hasil in vitro dibandingkan
dengan induknya; tanaman hasil perbanyakan secara in vitro lebih tinggi (2,26%),
sedangkan kandungan xanthorizolnya hampir sama. Untuk tanaman tabat barito,
kandungan bahan aktif quersetinnya juga terlihat hampir sama. Dengan demikian
cara konservasi invitro sesuai untuk tanaman temulawak dan tabat barito.

Artikel Obat Tradisional dan Tanaman Obat di Indonesia

LATAR BELAKANG

Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan kesehatanmasyarkat


di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena memang Negara kitakaya
akan tanaman obat-obatan . Namun, sayang kekayaan alam tersebut tampaknya
masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat ini
biaya pengobatan moderncukup mahal ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang melanda
bangsa ini belum
sepenunya berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat u
ntukmemperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.Obat tradisional
merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dandikembangkan untuk
menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan mening
katkan pemerintahdan masyarakat itu sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat
tradisional bertahan tanpadukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri
farmasi. Sementara iu tantangan daridalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis
yang belum sepenuhnya menerima jamu danobat tradisional. Merebaknya jamu palsu
maupun jamu yang bercampur bahan kimia beberapawaktu lalu, semakin menambah
keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan
mengkonsumsi jamu dan obat tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat. Obat tradi
sional ini tentunyasudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan
perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia.Dokter dan apotik belum dapat menerima
jamu sebagai obat yang dapat merekarekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran
produk jamu tidak bisa menggunakan tenagadetailer seperti pada obat modern. Di pihak
dokter, sistem pendidikan masih mengacu
kepada pengobatan modern dan tidak menyentuh substansi pengobatan dengan bahan ala
m(fitofarmaka). Dengan kondisi di atas, tidak heran bila pasar industri jamu dan obat
tradisionalsulit berkembang pesat. Padahal, denganjumlah masyarakat Indonesi yang
mencapai lebih dari

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai
meracik jamu dan obat-obatan tradisional.Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-
bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai
penyakit.Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat,
mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri.Kemahiran meracik bahan-bahan
itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi
berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan
berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali,
misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang
berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan
bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta.Demikian
pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan
seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib.Salah satu relief lainnya,
juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.

Indonesia dan Obat Tradisional

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai
meracik jamu dan obat-obatan tradisional.Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-
bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai
penyakit.Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat,
mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri.Kemahiran meracik bahan-bahan
itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi
berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang.

Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara
pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa,
usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam
cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil
menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta.Demikian pula relief cerita
Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil
yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib.Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan
kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.

Demikian pula dalam tradisi Melayu, ditemukan naskah-naskah yang menyajikan


resep obat-obatan. Naskah-naskah itu, antara lain memuat berbagai jamusawan, jamu sorong,
jamu untuk ibu hamil dan melahirkan, obat sakit mata,obat sakit pinggang, hingga obat
penambah nafsu makan. Peralihan dari zaman Hindu-Budha ke zaman Islam, telah
memperkaya khazanah tradisi pengobatan dalam masyarakat kita. Berbagai buku kedokteran
Islam yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa
Jawa maupun bahasa Melayu.Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita
mengenal ilmu kedokteran dari Eropa pada zaman penjajahan.

Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi
salah satu pilihan bagi masyarakat kita.Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di
perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini.Diberbagai pelosok tanah air,
dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu
sebagai minuman sehat dan menyegarkan.Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di
seluruh penjuru tanah air.Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.

Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu


pengetahuan, dan kesehatan bangsa kita.Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di
dunia.Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri.Belum semua
jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya.Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan
menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak sia-sia.Semua itu pasti ada
manfaatnya.Olehkarena itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada
jenis tanaman yang punah.Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi
juga menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global.

Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal.Produksi
jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry.Hanya sebagian
kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal melalui industri jamu
dan obat tradisional di pabrik-pabrik.Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu
serta obat-obatan yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak
yang terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat
bersaing, baik di pasar regional maupun global.

Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obatdan
Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-
obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan
memukul produksi dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri.
Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu,
dan manfaat obat tradisional.Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat
tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-obatan
tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan
kesehatan formal.Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker, hingga saat ini
masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada
para pasiennya.Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer
seperti pada obat modern.

Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan
produk yang berasal dari alam.Oleh karena itu, jamu dan obat-obatan tradisional perlu
didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan.Jamudan obat-obatan tradisional harus
didorong pula untuk menjadi komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif
bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.Kegiatan itu juga memberikan peluang
kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

Disarikan dari Sambutan Pembukaan Musyawarah Nasional ke-5 Gabungan Pengusaha Jamu
dan Obat Tradisional Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono.

Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat
herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta
digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat
dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur .Bentuk jamu tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun
temurun.

2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Obat Herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi
maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat,
standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati
lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip
etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih
meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan
kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Pengertian TOGA

Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya
sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk
membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan
keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat
disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Pemanfaatan Tanaman Obat

Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai
dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi
keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan.Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal
bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam
khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga


menurut gejala umum adalah:

1. Demam panas
2. Batuk
3. Sakit perut
4. Gatal-gatal

Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA

Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis
tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.


2. Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
3. Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
4. Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buah-buahan
dan bumbu masak
5. Jenis tanaman yang hampir punah
6. Jenis tanaman yang masih liar
7. Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah
tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah
pemukiman.

Fungsi Toga

Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat kepada
upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:

1. Upaya preventif (pencegahan)


2. Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3. Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)

Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:

1. Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang
dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak,
saledri, pepaya dan lain-lain.
2. Sarana untuk pelestarian alam.
3. Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya
pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-
tumbuhan akan mengalami kepunahan.
4. Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
5. Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat
dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon
misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.
6. Sarana untuk pemertaan pendapatan.
7. Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi
keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut.
8. Sarana keindahan.

Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan keindahan
bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan
perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.

PETUNJUK PENGGUNAAN TANAMAN OBAT

Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga
hasil pengobatan yang maksima.Bacalah dengan seksama semua petunjuk seputar timbuhan
obat di bawah ini.

1. A. WAKTU PENGUMPULAN

Guna mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-
saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.

Berikut ini pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum.

o Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi


masak.
o Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
o Buah dipetik dalam keadaan masak.
o Biji dikumpulkan dari buah yan g masak sempurna.
o Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan
sewaktu proses tumbuhan berhenti.
2. PENCUCIAN DAN PENGERINGAN

Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang
mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian yang
bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila
sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah pembusukan oleh
cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam
stoples atau wadah yang tertutup rapat.Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.

Berikut ini cara mengeringkan bahan obat :

o Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-potong


seperlunya terlebih dahulu.
o Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai pelindung
seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
o Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan ditempat
yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.

3. SIFAT DAN CITA RASA

Didalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cira
rasa tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur.
Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, hangat, dan
sejuk.Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan
sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat
atau nadi lambat.Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk
pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua,
lidah merah atau denyut nadi cepat.

Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan asin.
Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ
tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri.Misalnya rasa pedas
mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan
menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat.Rasa pahit dapat
mengilangkan panas dan lembab.Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai
pencahar.Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu
netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.

4. CARA MEREBUS RAMUAN OBAT

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email,. Pot
keramik dapat dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi, alumunium
atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini diingatkan karena
bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah,
terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia
dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali
ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut.Bahan dimasukkan ke dalam pot
tanah.Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air sekitar 30
mm diatasnya.Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan ramuan obat.

Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak
ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih.
Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat
kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri
sewaktu merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya
direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan
dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu
direbus dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk
mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang
dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang
merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.

5. WAKTU MINUM OBAT

Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan
kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan.Obat
berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative
diminum sewaktu ingin tidur.Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara
teratur.Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau diminum
sebagai pengganti teh.

6. CARA MINUM OBAT

Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali
minum.Umumnya diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma
luar.Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap
hangat dan mudah mengeluarkan keringat.

Untuk pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya
untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat.Obat yang
sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering.Tambahkan dosisnya secara
bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.

LAMA PENGOBATAN

Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun
sifatnya konstruktif atau membangun.Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil
pengobatannya terlihat cepat namun destruktif.Oleh karena itu, obat yang berasal dari
tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut.Tumbuhan
obat lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang
tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat
kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.

kesimpulan

a) Pengertian tanaman obat

Tanaman obat merupakan segala jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai khasiat atau
kegunaan sebagai obat.

Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah bagian
buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-tanaman obat
tersebut maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga dapat berdaya guna bagi
kita.

Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat tradisional
yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin aman untuk
dikonsumsi dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek samping.

b) Teknologi pengolahan obat

1. Penyortiran

2. Pencucian

3. Penirisan dan Pengeringan

4. Penyimpanan

5. Pengolahan

Saran

Penyusun menyarankan pada para pembaca sekalian untuk semakin menggalakkan


penggunaan tanaman obat karena melihat bahwa tanaman obat memiliki fungsi dan khasiat
yang lebih ampuh dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Selain itu juga tanaman obat
lebih mudah didapat dan diolah dengan teknologi yang lebih sederhana serta
pembudidayaannya juga tidak membutuhkan banyak biaya.

Você também pode gostar