Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Tidak semua persalinan berjalan normal, tetapi ada beberapa persalinan yang di sertai dengan penyulit baik dari klien seperti preeklampsia, eklampsia maupun janin seperti kelainan letak atau adanya penyulit dari kedua faktor tersebut. Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian bayi masih tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. 1.2 Tujuan 1.2.1 Umum Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung dengan pendekatan manajemen kebidanan. 1.2.2 Khusus 1. Melakukan Pengkajian pada bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 2. Menginterpretasikan data dasar pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 3. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 4. Mengidentifikasi dan menetapkan Kebutuhan segera pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 5. Merencanakan asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung 6. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 7. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu bersalin dengan IUFD pada Ny. “M” di RS Trisna Medika Tulungagung. 1.3 Metode Pengambilan Data Secara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyusun Tugas Asuhan Kebidanan Komprehensif meliputi: 1. Wawancara Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga untuk mendapatkan data secara subjektif dan untuk mengetahui keluhan atau masalah pasien. 2. Observasi Mengobservasi secara langsung keadaan umum pasien untuk mendapatkan data objektif. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengumpulkan keadaan fisik klien baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan. Teknik pengkajian fisik ini dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa. 5. Studi Dokumentasi Dukomentasi yang didapat dari riwayat kesehatan pasien, seperti buku KIA pasien. 6. Studi Pustaka Diambil dari buku-buku literature, jurnal ilmiah, dan website guna memperkaya khasanah ilmiah yang mendukung pelaksanaan studi kasus. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi 5 BAB yaitu: BAB I PENDAHULUAN Merupakan BAB yang membahas tentang latar belakang pengambilan tema, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengambilan data serta gambaran sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI Berisi tentang kerangka konseptual yaitu batasan teori yang mendukung penulisan serta membahas pengertian, penyebab/faktor pendukung, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan, diagnosa, pengaruh, tatalaksana IUFD, selain itu diuraikan juga tentang teori persalinan. BAB III TINJAUAN KASUS Berisi tentang tinjauan kasus, dalam hal ini tinjauan kasus dimulai dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan data perkembangan dalam bentuk SOAP. BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang pembahasan dari tinjauan kasus, dalam pembahasan penulis menjelaskan tentang masalah – masalah atau kesenjangan antara teori dan praktik yang penulis temukan di lapangan. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban atas perumusan masalah dari tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan kasus, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari kesimpulan. BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Persalinan 1. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, dkk. 2010). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni. Margareth 2013). 2. Teori-teori Proses terjadinya Persalinan Menurut Ujiningtyas (2009), Ada beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan sebagai berikut : a. Teori Penurunan Hormon Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progestron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi. b. Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai. c. Teori Plasenta Menjadi Tua Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progestron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim. d. Teori Iritasi Mekanik Di belakang serviks terletak ganglion servikal/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepala janin, maka akan timbul kontraksi rahim. e. Teori Oksitosin Internal Menurunnya konsentrasi progestron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi Braxton hicks sering terjadi, sehingga persalinan dapat dimulai. f. Teori Prostaglandin Prostaglandin yang dikeluarkan oleh desidua konsentrasinya meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontaksi otot rahim. 3. Tanda-tanda Persalinan Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut: a. Lightening Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut. 1) Kontraksi Braxton Hicks 2) Ketegangan dinding perut 3) Ketegangan ligamentum rotundum 4) Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus b. Terjadinya His Permulaan Adanya perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan. His permulaan sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut. 1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah. 2) Datang tidak teratur. 3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan. 4) Durasi pendek. 5) Tidak bertambah bila beraktivitas. c. Terjadinya His Persalinan Karakter dari his persalinan: 1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan. 2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar. 3) Terjadi perubahan pada serviks. 4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah. d. Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan) Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan. 1) Pendataran dan pembukaan. 2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas. 3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. e. Pengeluaran cairan Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau section caesaria. 4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Asri (2010), faktor yang mempengaruhi persalinan adalah a. Power (Tenaga yang mendorong anak) Power atau tenaga yang mendorong anak adalah 1) His adalah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan His persalinan yang dapat menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks. Yang terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan uri. 2) Tenaga mengejan 3) Kontraksi otot – otot dinding perut 4) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan b. Passage (Panggul) Panggul terdiri dari: 1) Tulang Os ischium 2) Tulang Os pubis 3) Tulang Os sacrum 4) Tulang Os illium c. Passager (Fetus) 1) Akhir minggu ke – 8 janin mulai Nampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12 2) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali 3) Terasa gerakan janin pada ibu hamil yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 16 – 20 minggu 4) Denyut jantung janin sudah mulai terdengar pada minggu ke 18 5) Panjang rata – rata janin cukup bulan 50 cm 6) Berat rata – rata janin laki – laki 3400 gr, perempuan 3150 gr 7) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama d. Plasenta Merupakan salah satu faktor dengan memperhitungkan implantasi plasenta pada dinding rahim e. Psychologic Psychologic adalah kondisi psikis klien, dengan tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, strategi adaptasi coping. 5. Mekanisme Persalinan Gerakan utama kepala janin pada proses persalinan Menurut Sukarni dan Margareth (2013), yaitu: a. Engagement Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid. b. Descent Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibatnya: tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang. c. Fleksi Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala). d. Internal rotation Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. e. Extension Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vaginae. f. External rotation (restitution) Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan seluruh tungkai. g. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklin kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak: badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul/trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. 6. Tahapan Persalinan Menurut Hidayat (2010), tahapan dalam persalinan yaitu : 1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Kala I di bagi menjadi 2 fase : fase laten (pembukaan serviks 1-3 cm atau di bawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm/ lengkap), membutuhkan waktu 6 jam. 2) Kala II atau pengeluaran : dari pembukaan lengkap lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan satu jam pada multi. 3) Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. 4) Kala IV atau kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. 2.1.2 IUFD (Intra Uterine Fetal Death) 1. Pengertian Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin,2008). 2. Etiologi Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu : a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD. c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu. d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik. e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 mL). Pada kondisi yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam) memungkinkan perhitungan estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu. f. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klinis yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan. g. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu. 3. Patofisiologi Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut : a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas kembali. b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat. c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati. d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di bawah kulit. 4. Predisposisi Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. a. Faktor maternal antara lain adalah post term (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu. b. Faktor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi. c. Faktor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, KPD, vasa previa. d. Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intra uterine meningkat pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut. 5. Manifestasi Klinis Menurut Achadiat (2005), criteria diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi : a. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil. b. Tidak lagi dirasakan gerakan janin. c. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan. d. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal. e. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni akibat penimbunan gas dalam tubuh. 6. Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi : a. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop laeneck, alat dopler). b. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG). c. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung, dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen). 7. Batasan Kematian Janin a. Menurut WHO dalam Nugroho (2012) : kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram. b. Menurut Prawiroharjo dalam Nugroho (2012) : kematian janin dibagi dalam 4 golongan : 1) Kelompok I : kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu. 2) Kelompok II : kematian janin pada umur kehamilan 20-28 minggu. 3) Kelompok III : kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 28 minggu. 4) Kelompok IV : kematian janin yang tidak termasuk tiga golongan di atas c. Menurut U.S National Center dalam Nugroho (2012): Kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu. d. Menurut FIGO dalam Nugroho (2012): Kelahiran bayi termasuk dengan BBL >500 gram atau lebih sesuai umur kehamilan >22 minggu. 8. Diagnosis Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi : a. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama. b. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis. c. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan. d. Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung secara berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin setelah usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin. 9. Komplikasi Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor- faktor pembekuan darah secara berlebihan. 10. Penatalaksanaan Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara: a. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu. b. Persalinan anjuran : 1) Dilatasi serviks dengan batang laminaria Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta. 2) Dilatasi serviks dengan kateter folley. a) Untuk umur kehamilan > 24 minggu. b) Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar kantong amnion. c) Diisi 50 ml aquades steril. d) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban sebesar 500 gram. e) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat. 3) Infus oksitosin a) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil. b) Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat. 4) Induksi prostaglandin a) Dosis : - Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam. - Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg. - Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml dalam infus. b) Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler. 11. Pencegahan Menurut Winkjosastro (2009), Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli dengan TT (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis. 2.2 Konsep Manajemen Kebidanan pada 7 Langkah Varney 1. Pengkajian Data Pengkajian data adalah pengumpulan data yang berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadan ibu sesuai dengan kondisinya. Pengumpulan data dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Data subjektif Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Pengkajian pada data objektif meliputi beberapa hal, yaitu: 1) Biodata Suami dan Istri Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk menghindari adanya kekeliruan pasien Umur : Mengetahui umur pasien dan faktor resiko kehamilan. Bangsa/suku : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras Agama : Untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai agama yang dianut Pendidikan : Mengetahui tingkat intelektual yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Pekerjaan : Mengetahui status ekonomi Alamat : Mengetahui alamat dan memudahkan kunjungan rumah 2) Keluhan Utama/Alasan Kunjungan Alasan ibu hamil datang mengunjungi bidan/rumah sakit dan digunakan dengan kata-kata sendiri (Varney, 2007). 3) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang Apakah ibu sedang menderita penyakit menurun (DM, Hipertensi) menahun (Asma, Jantung), menular (TBC, HIV, Hepatitis). b) Riwayat Kesehatan Dahulu Apakah ibu dulu pernah menderita penyakit menurun (DM, Hipertensi) menahun (Asma, Jantung), menular (TBC, HIV, Hepatitis). c) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah di dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menurun (DM, Hipertensi) menahun (Asma, Jantung), menular (TBC, HIV, Hepatitis), ada riwayat kembar atau tidak. 4) Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Perilaku berganti pasangan, resiko IMS. Kawin ke : Mengetahui resiko PMS terhadap ibu. Lamanya : Mengetahui lamanya perkawinan. Usia menikah :Menikah usia muda merupakan penyebab resiko tinggi persalinan. 5) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui tentang menarche, siklus menstruasi, dismenorhea, bentuk menstruasi, warna dan bau menstruasi (Salmah, 2006). 6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi selama ibu hamil, bersalin dan nifas, serta apakah ibu menyusui atau tidak. Riwayat persalinan juga berperan dalam menentukan kemungkinan adanya infeksi, umur anak terakhir yang dapat mempengaruhi proses nifas. 7) Riwayat Kehamilan Sekarang Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), umur kehamilan, perkiraan lahir, keluhan ibu selama hamil ini, masalah atau kelainan pada kehamilan (Prawirohardjo, 2006). 8) Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui sebelum hamil ibu menggunakan alat kontrasepsi atau tidak berapa lama menggunakannya (Prawirohardjo, 2006). 9) Riwayat Psikososial Spiritual Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu dalam menghadapi persalinan 10) Riwayat Sosial Budaya Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan atau tidak, kehamilan ini di recanakan atau tidak dan dukungan keluarga (Varney, 2007). 11) Pola Kehidupan Sehari-hari a) Pola nutrisi Yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan. b) Pola eliminasi Untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK dalam sehari selama kehamilan (Varney, 2007). c) Pola aktivitas Untuk mengetahui aktivitas ibu sehari-hari apakah berat atau tidak d) Pola istirahat/tidur Istirahat berbaring memperbaiki kelancaran sirkulasi retroplasenta. Tidur siang 1 jam dan malam 7-8 jam (Mufdalifah, 2009). e) Pola seksual Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam 1 minggu (Saifuddin, 2010). Normalnya pada trimester III 1 kali dalam dua minggu f) Pola psikososial budaya Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan atau tidak, kehamilan ini di recanakan atau tidakdan dukungan keluarga (Varney, 2007). b. Data objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan. Data ini diperoleh melalui kepekaan tenaga kesehatan selama melakukan pemeriksaan fisik (Nursalam, 2009). Pada pemeriksaan data objektif dibagi menjadi dua diantaranya yaitu : 1) Pemeriksaan umum a) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan ibu baik atau tidak b) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis (kesadaran penuh) atau tidak c) Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko adanya hiprtensi maupun hipotensi. Batas normal 90/70 – 130/90 mmHg (Manuba, 2007). d) Suhu Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu atau tidak. Batas normal 36,5 – 37,5oC (Manuaba, 2007). e) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100 per menit (Prawihardjo, 2010). f) Respirasi Untuk menilai pernafasan dan bunyi nafas. Normalnya 16- 28 x/menit (Salmah, 2006). g) Berat badan Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama kehamilan yang rata-rata 0,3-0,5 kg per minggu (Winkjosastro, 2010). Pada kasus ibu dengan IUFD terjadi penurunan atau terhentinya peningkatan BB ibu. h) LILA Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu hamil, normalnya 23.5-28 cm (Varney, 2007). 2) Pemeriksaan Khusus a) Kepala Untuk menilai kepala simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, warna rambut, ada ketombe atau tidak (Alimul, 2008). b) Muka Untuk menilai keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema atau tidak (Alimul, 2008). c) Mata Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, sklera putih atau tidak, palpebral oedema tu tidak (Alimul, 2007). d) Hidung Untuk mengetahui apakah pada hidung ada benjolan atau tidak, ada secret atau tidak (Alimul, 2008). e) Telinga Untuk mengetahui ketajaman pendengaran, bentuk, warna, adanya benda asing, ada perdarahan atau tidak, ada secret atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak (Varney, 2007). f) Mulut Untuk mengetahui bersih atau tidak, ada stomatitis atau tidak, karies atau tidak (Saifuddin, 2010). g) Bibir Untuk mengetahui bibir kering atau lembab, ada lesi atau tidak, sianosis atau tidak (Saifuddin, 2010). h) Leher Untuk menilai adanya pembesaran vena jugularis atau tidak, pembesaran kelenjar tiroid atau tidak (Alimul, 2008). i) Mamae Untuk mengetahui kebersihan payudara, pembesaran payudara kanan atau kiri, putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada kolostrum atau tidak (Winkjosastro, 2010). j) Abdomen Pembesaran perut sesuai atau tidaknya dengan usia kehamilan, bentuk perut membesar ke depan atau ke samping (Alimul, 2008). Leopold I : Palpasi fundus uterus untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan dua telapak tangan dan menentukan apa yang terdapat pada fundus uteri (kepala atau bokong janin). Pada kehamilan trimester III normalnya kepala sudah menetap di bagian terbawah. Dan menentukan besar tinggi uterus dengan metode Leopold yaitu mengumpulkan perut dan mengukurnya dengan jari. Leopold II : Palpasi bagian lateral uterus untuk menentukan punggung janin, punggung merupakan bagian keras dan rata. Leopold III : Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah ke kaki ibu, kepala akan dapat terjai ballottement di antara dua tangan, kepala teraba bulat dan keras. Leopold IV : bagian terendah digerakkan antara jempol dan jari tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa telah masuk pintu atas panggul. TFU : untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan menggunakan acuan centimeter (cm), (Mc. Donald) TBJ : untuk mengetahui perkiraan berat janin. Dihitung dengan cara mengukur TFU, apabila kepala sudah masuk panggul dikurangi 12 dikali 155. DJJ : normalnya 120-160 x/menit Pada kasus ibu dengan IUFD k) Anogenital untuk mengetahui adakah varises atu tidak, oedema atau tidak, ada candiloma atau tidak, ada pengeluaran pervaginam atau tidak. l) Ekstermitas atas untuk mengetahui oedema atau tidak, sianosis atau tidak, turgor kulit normal atau tidak (Saifuddin, 2010). m) Ekstermitas bawah untuk mengetahui oedem atau tidak, sianosis atau tidak, turgor kulit normal atau tidak, reflek patella +/- (Saifuddin, 2010). 3) Pemeriksaan penunjang Untuk mendukung diagnosis medis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya diarahkan untuk mengkaji kadar protein urine (Salmah, 2006). 2. Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar di atas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan diagnosa kebidanan (Salmah, 2006). 1. Dx : Ny… G….P…A… UK 28-40 minggu dengan kehamilan normal. a. Dasar : Ds : Subjektif, data ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien termasuk hari pertama haid terakhir (HPHT) Do : Objektif Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan ibu baik atau tidak. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis (kesadaran penuh) atau tidak. Tekanan darah : normal 90/70-130/90 mmHg Suhu : normal 36,5-37,5oC Nadi : normal 60-100 x/menit Respirasi : normal 16-28 x/menit
Palpasi :
Leopold I : Palpasi fundus uterus untuk menentukan tinggi
fundus uteri dengan dua telapak tangan dan menentukan apa yang terdapat pada fundus uteri (kepala atau bokong janin). Pada kehamilan trimester III normalnya kepala sudah menetap di bagian terbawah. Dan menentukan besar tinggi uterus dengan metode Leopold yaitu mengumpulkan perut dan mengukurnya dengan jari. Leopold II : Palpasi bagian lateral uterus untuk menentukan punggung janin, punggung merupakan bagian keras dan rata. Leopold III : Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah ke kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballottement di antara dua tangan, kepala teraba bulat dan keras. Leopold IV : Bagian terendah digerakkan antara jempol dan jari tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa telah masuk pintu atas panggul. TFU : Menentukan tinggi fundus uteri dengan menggunakan acuan centimeter (cm), (Mc. Donald) TBJ : (TFU-11) x 155 DJJ : normalnya 120-160 x/menit b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah psikis klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa (Salmah, 2006). 3. Diagnosa Potensial Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya (Salmah, 2006). 4. Identifikasi Kebutuhan Segera Pada tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tidakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan berdasarkan kondisi klien (Salmah, 2006). 5. Intervensi Menyusun rencana yang menyeluruh mengacu pada diagnosa, masalah asuhan, serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat diberi asuhan (Salmah, 2006). Tanggal / jam : Tanggal / jam dilakukan intervensi Diagnosa : Ny.....X G....PAPIAH Uk 28-42 minggu dengan kehamilan normal Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mampu menerima semua informasi yang telah disampaikan oleh bidan dan dapat melakukannya dirumah Kriteria hasil : 1) Ibu dapat mengulang semua informasi yang disampaikan oleh bidan 2) Ibu mampu mempraktikkan hal-hal yang telah dianjurkan oleh bidan 3) Ibu mampu menjawab dengan baik dan benar Intervensi dengan rasional 1. Bina hubungan baik dengan pasien. R: Ibu akan timbul rasa percaya terhadap petugas kesehatan. 2. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga R: Ibu mengetahui tentang kesehatannya dan keadaanya janinnya. 3. Anjurkan ibu makan-makanan yang bergizi seimbang bagi ibu dan janin. R: Berguna untuk pemenuhan nutrisi ibu dan pertumbuhan janin. 4. Anjurkan ibu istirahat yang cukup. R: Ibu akan merasa lebih nyaman atau rileks dalam kehamilannya. 5. Sarankan ibu untuk menjaga kebersihan diri. R: Untuk memelihara kebersihan diri selama hamil dan mencegah terjadinya penyakit. 6. Beritahu ibu tentang tanda bahaya ibu hamil trimester III R: Ibu dapat mengantisipasi tentang tanda bahaya pada kehamilan. 7. Anjurkan ibu untuk minum obat-obatan atau vitamin yang sudah diberikan oleh tenaga kesehatan R: Memberi nutrisi tambahan pada ibu dan janin 8. Anjurkan ibu kontrol 2 minggu lagi atau jika ada keluhan. R: Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda bahaya atau komplikasi dan untuk mengetahui keadaan janinnya. 6. Implementasi Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007). 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal yang evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi (Salmah, 2006).
Catatan Perkembangan (SOAP)
Berdasarkan evaluasi, selanjutnya penulis akan memaparkan persalinan,
asuhan masa nifas, asuhan bayi baru lahir dan keluarga berencana dituliskan dalam bentuk catatan perkembangan (SOAP).
Menurut KEPMENKES RI 938/Menkes/SK/VIII tahun 2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, pendokumentasian dilakukan dalam bentuk SOAP:
1. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
2. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan 3. A adalah hasil analisa, mencatat hasil diagnosa dan masalah kebidanan 4. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. BAB 3 TINJAUAN KASUS