Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
CA SERVIK
1. Definisi
a. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
b. Menurut WHO, kanker rahim atau kanker serviks adalah sejenis kanker yang paling
banyak di derita. Penyakit kanker seriviks ini hampir 100% diakibatkan oleh virus yang
bernama papilloma atau dengan istilah HPV (human papillomavirus).
c. Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah leher rahim (serviks),
yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). (Jundi
Muhammad, 2010)
2. Etiologi
Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV
(Human papillomavirus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan
hubungan seksual. Selam hidupnya hampir separuh wanita dan laki-laki pernah terkena
infeksi HPV (80% dari wanita terkena infeksi sebelum umur 50 tahun). Sebagian
infeksi HPV bersifat hilang-muncul, sehingga tedak terdeteksi dalam kurun waktu
kurang lebih dua tahun pascainfeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut
yang menetap dalam jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan
lendirmenjadi prakanker.
Human papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari 100 tipe,
dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya.
Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya yang beresiko kanker serviks.
Adapun tipe yang paling beresiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering
ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan kerusakan
sel lendir luar menuju keganasan.
Selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada serviks juga bisa tumbuh
akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu
yang cukup lama.(Wijaya Delia, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), Pada fasa prakanker, sering tidak ada gejala
atau tanda-tanda yang khas. Ketika penyakit sudah mencapai stadium lanjut,
ditemukan gejala-gejala seperti :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Perdarahan setelah berhubungan seksual yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul sakit panggul (pelvis) atau di bagian perut bawah bila ada
radang panggul. Bila sakit terjadi di daerah pinggang kebawah,
hidronefrosis.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki.
8. Timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum)
9. Terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-
gejala akibat metastasis jauh.
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf (Dr. Rama Diananda,
2009)
4. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum
menunjukkan keluhan klinik
I a1 Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3mm,
ukuran besar tumor <7mm
1a2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3mm – 5mm) dengan lebar = 7mm
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Klinis
Anamnesis termasuk keluhan dan tanda-tanda, seperti pendarahan, leukore, dan
yang berhubungan dengan penyebaran, pemeriksaan fisik dan ginekologik.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Umum
2) Pemeriksaan Ginekologis
c. Pemeriksaan Histologi
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histologi dengan cara sebagai
berikut:
1) Biopsi diambil dari tumor primer pada jam 9 dan jam 3, diambil jaringan segar
kemudian dimasukkan ke dalam buffer formalin
2) Sediaan operasi, yaitu uterus dengan atau tanpa adneksa, KGB paraorta, iliaka
komunis, iliaka eksterna, interna, dan obturatoria
d. Radiologik
e. Pemeriksaan Endoskopi (sistokopi dan rektoskopi)
f. Laboratorium
Hasil dari pemeriksaan fisik dan ginekologik adalah ditentukannya stadium klinik yang
bertujuan untuk menetapkan jenis pengobatan dan meramalkan prognosis
g.Servikografi
h. Pemeriksaan visual langsung
i. Gineskopi
j. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
k. Kuretase endoserviks
h.Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
i. Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
j. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
k. Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal
warnanya menjadi putih atau kuning.
l. Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak
tampak kelainan-kelainan yang jelas. Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan -
keadaan sebagai berikut :
1) Proses dicurigai berada di endoserviks.
2) Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4) Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
6. Progonosis
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan
dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan
stadium terminal (Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa cara dipakai
menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan
umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis
kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk
stadium IV kurang dari 30% (Geene,1998; Kenneth, 2000).
7. Komplikasi
Komplikasi biasanya berkitan dengan efek dari intervensi pembedahan yang berkaitan
dengan teknik-teknik saat melakukan pembedahan. Komplikasi tersebut meliputi fistula
uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus
besar dan fistula rektovaginal.
Sedangkan komplikasi untuk terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi, dan enteritis.
Sedangkan komplikasi usai kemoterapi bergantung pada kombinasi obat yang digunakan.
Efek samping yang sering terjadi seperti supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena
pengaruh sisplatin pada kemoterapi (Gale Danielle, 2000).
ASUHAN KEPERAWATAN CA SERVIK
1. Pengkajian
a. Identitas klien.
Nama : Ny. A
Umur : 27 Tahun
Pendidikan : SMA
Alamat :-
Status Perkawinan : Tidak Menikah
Pekerjaan : PSK ( Pekerja sek komersial )
b. Riwayat Kesehatan
-Keluhan Utama :
Pendahrahan dan Nyeri dengan skala 6-9.
-Riwayat Penyakit Sekarang :
Pendarahan pervaginam, nyeri di bagian panggul, kemaluan, anus, dan pinggang.
Nyeri seperti menusuk menyebar dan terus menerus. Skala nyeri 6-9. Klien juga
mengatakan sulit tidur.Klien juga mengatakan mual dan terkadang muntah. Klien
juga mengeluh susit BAB dan setiap mengedan keluar darah dari kemaluan dan
terasa sangat sakit di bangian anus, vagina, Rahim. Klien juga sulit BAK , dan bila
BAK tidak keluar dan kalo keluar sedikit setiap BAK keluar darah dari kemaluan.
-Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan keputihan sejak 2015, tetapi klien tidak berobat karna tidak ada
biaya. Hingga klien alami perdarahan pervaginam saat melakukan hub. Sek.
-Riwayat ginekologi :
Klien mengatakan Haid pertama pada usia 13 tahun, Klien pertamakali melakukan
hub. Sek. Pada usia 16 tahun, dank lien sering berganti pasangan seksual.
-Keadaan psiko-sosio-ekonomi dan budaya
Klien sanggat cemas dengan keadaannya sekarang dia takut akan terus sakit dan
tidak dapat bekerja lagi, dia takut menjadi beban orang tua. Klien juga sempat
mengatkan bahwa ia tidak mempunyai biaya untuk berobat.
c. Pemeriksaan fisik
Hasil Pengkajian :
TB : 150 cm , BB : 40 Kg , warna kulit pucat , TD : 90/60 mmHg ,
RR : 22x/ m, N : 100x/m , S : 36,2̊C , Konjing :Anemis , Sklera tidak ikterik.
Hasil Lab :
Hb : 5,1 gr/dl, Ht 15 ul/dl, leukosit 15.000, trombosit, 384.000, MCV 77 ,
MCH 26, MCHC 34.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal
d. Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya
e. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
terhadap pemberian sitostastika.
3. Intevensi
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra servikal
NOC :
1) Circulation status
2) Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1) Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a) Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
b) Tidak ada ortostatikhipertensi
c) Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
2) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
a) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
b) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c) Memproses informasi
d) Membuat keputusan dengan benar
3) Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh yang ditandai dengan:
a) Tingkat kesadaran mambaik
b) Tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
2) Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)
a) Berikan informasi kepada keluarga
b) Set alarm
c) Monitor tekanan perfusi serebral
d) Catat respon pasien terhadap stimuli
e) Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas
f) Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
g) Monitor intake dan output cairan
h) Restrain pasien jika perlu
i) Monitor suhu dan angka WBC
j) Kolaborasi pemberian antibiotik
k) Posisikan pasien pada posisi semifowler
l) Minimalkan stimuli dari lingkungan
2) Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
b) Monitor adanya paretese
c) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
d) Gunakan sarun tangan untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
f) Monitor kemampuan BAB
g) Kolaborasi pemberian analgetik
h) Monitor adanya tromboplebitis
i) Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan intra servikal.
NOC
a) Pain Level,
b) pain control,
c) comfort level
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri,
dengan kriteria hasil:
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda vital dalam rentang normal
f) Tidak mengalami gangguan tidur
NIC
1) Lakukan pengkajian kembali nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, as dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5) Kurangi faktor presipitasi nyeri
6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9) Tingkatkan istirahat
10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari proseduri
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kal
e. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
terhadap pemberian sitostastika.
NOC:
a. Body image
b. Self esteem
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan body image pasien
teratasi dengan:
a. Body image positif
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
c. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahankan interaksi sosial
NIC
1) Body image enhancement
a) Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
b) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
e) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
f) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
5. Evaluasi
a. Perfusi jaringan efektif (anemia) hilang atau teratasi.
b. Skala nyeri hilang atau berkurang.
c. Nutrisi terpenuhi atau adekuat.
d. Kecemasan menurun atau hilang.
e. Tidak terjadi gangguan citra tubuh