Você está na página 1de 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi
adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada infark miokard
akut dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap terapi reperfusi, dan
memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi terminal komplek QRS pada
infark miokard akut inferior adalah jika J-point dibandingkan dengan tingginya
gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih sadapan inferior
(sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan bahwa adanya distorsi QRS
awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian high-degree AV block.
Walaupun sebagian besar bersifat transien, high-degree AV block berhubungan
dengan peningkatan angka kematian selama perawatan di rumah sakit,
meskipun pasien mendapat terapi trombolitik. Bahan dan Cara Kerja :
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap pasien infark
miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik periode Januari 2000
sampai dengan Desember 2004 yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan
Kita, yang memenuhi kriteria inklusi dan a ksklusi. Pasien dikelompokkan
menjadi 2 bagian yaitu dengan distorsi QRS dan tanpa distorsi QRS. Hubungan
antara dua variabel dinilai dengan uji t dan chi-square, serta analisis multivarian
dengan logistic regression. Hasil Penelitian : Terdapat 186 subyek penelitian
dengan rentang umur 37-72 tahun, lebih banyak pada laki-laki (89%), yang
terdiri dari 93 pasien dengan distorsi QRS dan 93 pasien tanpa distorsi QRS.
Tidak didapatkan perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua
kelornpok. Dui analisis univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki
jumlah deviasi segmen ST yang lebih tinggi (9,61±3,67 vs 7,76±3,53, p=0,001),
dan mengalami kegagalan terapi trombolitik yang lebih besar (74,2% vs 60,2%,
p=0,042).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Ekg?
1.2.2 Apa tujuan dan indikasi Ekg?
1.2.3 Bagaimana sandapan pada Ekg?
1.2.4 Bagaimana cara pemasangan Ekg?
1.2.5 Bagaimana interpretasi Ekg?

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
untuk mengetahui tentang Ekg
1.3.2 Khusus
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui definisi Ekg
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tujuan dan indikasi Ekg
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui sandapan pada Ekg
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara pemasangan Ekg
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui interpretasi Ekg
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kardiovaskular

jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh
Anda. Jantung bagiankanan akan memompa darah ke paru-paru. Di paru-paru,
darah menerima oksigen (O2). Kemudian,darah yang mengandung banyak oksigen
ini mengalir kembali ke jantung bagian kiri. Dari sini darah dialirkan ke seluruh
organ tubuh. Setelah tubuh menggunakan oksigen yang terkandung dalam
darah,darah dialirkan kembali ke jantung sebelah kanan dan proses sirkulasi darah
dimulai kembali. Jika prosesini terganggu, maka akibat lebih lanjut dari keadaan ini
dinamakan gagal jantung. Berikut adalah gambar jantung manusia beserta
keterangan bagian-bagiannya:
1. Bagian-Bagian Jantung
Pada manusia, burung, dan hewan mamalia lain, jantung dibagi menjadi
empat ruangan yaitu serambi (atrium) kanan dan kiri; dan bilik (ventrikel)
kanan dan kiri. Ikan hanya memiliki dua ruangan yaitu sebuah serambi dan
sebuah bilik. Reptil memiliki tiga ruang. Berikut adalah gambar jantung
manusia beserta keterangan bagian-bagiannya:
1. Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh.
2. Vena kava superior (vena cava) adalah vena besar dalam tubuh.
3. Arteri pulmonalis adalah arteri yang mengangkut darah dari jantung ke
paru-paru.
4. Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.
5. Atrium adalah bentuk jamak dari atria yang sama artinya dengan serambi
yaitu ruangan pertama yang dimasuki darah saat memasuki jantung.
6. Vena pulmonalis adalah vena yang membawa darah kaya oksigen dari
paru-paru ke jantung tepatnya di serambi kiri.
7. Katup trikuspidalis adalah katup yang terdiri dari tiga daun katup yang
berfungsi untuk memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
8. Katup mitral atau bikuspidalis adalah katup yang memisahkan atrium kiri
dan ventrikel kiri.
9. Ventrikel adalah dua ruang kosong di bagian bawah jantung yang juga
disebut bilik.
10. Vena kava inferior adalah vena terbesar dalam tubuh manusia yang
membawa darah dari seluruh tubuh ke atrium kanan jantung.
2. Struktur Jantung
Jantung terletak di tengah mediastinum (rongga di antara paru-paru kanan
dan kiri) dibelakang tulang dada. Karena letak jantung berada diantara paru-
paru, paru-paru kiri menjadi lebih kecil daripada paru-paru kanan karena
memiliki tekukan kardiak untuk mengakomodasi jantung.
Bentuk jantung seperti kerucut, dengan bagian dasar berada di atas dan
meruncing di bagian bawah. Stetoskop dapat ditempatkan di atas bagian yang
meruncing tersebut sehingga detak jantung dapat dihitung. Jantung orang
dewasa memiliki berat 250 sampai 350 gram. Umumnya jantung berukuran
panjang 12 cm, lebar 8 cm, dan ketebalan 6 cm. Atlet terlatih bisa memiliki
ukuran jantung yang lebih besar sebagai akibat dari latihannya yang memicu
otot jantung berkembang mirip seperti perkembangan otot rangka.

1) Struktur Dinding Jantung

Gambar 2 Lapisan dinding jantung, termasuk perikardium visceral dan parietal.


Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu endokardium (terdalam),
miokardium (tengah), dan epikardium (terluar). Jantung dilapisi oleh dua
lapis kantung yang disebut perikardium.
Lapisan terdalam dari jantung disebut endokardium yang terdiri dari
jaringan epitel pipih selapis dan menutup rongga dan katup jantung.
Endokardium bersambung dengan endotelium pada vena dan arteri jantung,
dan bergabung dengan miokardium dengan lapisan tupis jaringan ikat.
Endokardium melalui sekresi endotelin juga berperan dalam pengaturan
kontraksi miokardium.
Lapisan tengah pada dinding jantung adalah miokardium yang juga
merupakan otot jantung. Otot jantung merupakan jaringan otot lurik yang
dikelilingi oleh kerangka kolagen. Miokardium juga mendapatkan suplai
oksigen melalui pembuluh darah. Terdapat serabut saraf yang mambantu
mengatur denyut jantung. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu
kardiomiosit dan kardiomiosit termodifikasi. Kardiomiosit mengisi 99% sel
otot jantung pada jantung. Fungsi kardiomiosit termodifikasi lebih mendekati
saraf.
Bentuk otot jantung cukup elegan dan kompleks, dengan sel otot yang
sarling memelintir di sekitar jantung. Otot ini membentuk 8 pola di sekitar
serambi dan pembuluh darah besar. Otot ventrikuler membentuk 8 bentuk di
sekitar dua bilik. Terdapat pula otot jantung di sekitar kedua bilik. Pola
memelintir yang kompleks tersebut membuat jantung mampu memompa
darah secara lebih efektif dibandingkan dengan pola linear sederhana. Seperti
otot rangka, otot jantung juga dapat berkembang ukuran dan efisiensinya
selama berolahraga. Atlet terlatih seperti pelari maraton mungkin dapat
memiliki ukuran jantung 40% lebih besar. Perikardium mengelilingi jantung.
Perikardium terdiri dari dua membran yaitu membran serosa (di dalam) yang
disebut epikardium dan membran fibrosa (di luar). Keduanya mengandung
cairan perikardial yang melumasi permukaan jantung.
2) Ruang pada Jantung
Jantung memiliki empat ruang, dua atrium (serambi) sebagai ruang
penerima, dan dua ventrikel (bilik) sebagai ruang pengeluaran. Serambi
terbuka dengan bilik melalui katup atrioventrikuler yang terdapat pada sekat
atrioventrikuler. Perbedaan ini juga terlihat di permukaan jantung. Terdapat
struktur mirip telinga di bagian kanan atas serambi yang disebut “daun
telinga”. Serambi kanan dan bilik kanan bersamaan terkadang disebut jantung
kanan, dan sebaliknya. Bilik terpisah satu sama lain oleh sekat
interventrikuler yang terlihat juga pada permukaan jantung. Sekat
interventrikuler lebih tebal dari sekat interatrial karena bilik memerlukan
tekanan yang lebih kuat ketika berkontraksi.
a) Katup Jantung
Jantung memiliki empat katup yang memisahkan masing-masing
ruang. Katup menjaga agar darah mengalir ke arah yang benar dan
mencegah arus balik. Antara serambi kanan dan bilik kanan terdapat
katup trikuspid yang terdiri dari tiga katup yang tersusun atas
endokardium dengan tambahan jaringan ikat. Katup-katup tersebut
dihubungkan dengan otot papiler yang berfungsi untuk mencegah darah
kembali ke serambi. Otot tersebut pada trikuspid masing-masing disebut
otot anterior, posterior, dan septal.
Antara serambi kiri dan bilik kiri terdapat katup mitral yang juga
disebut katup bikuspid karena memiliki dua katup (anterior dan
posterior). Katup tersebut juga terhubung dengan dua otot papiler.
Katup trikuspid dan mitral termasuk katup atrioventrikuler. Selama
fase relaksasi dalam siklus jantung, otot papiler juga berelaksasi dan
ketegangan jantung berkurang. Ketika bilik berkontraksi, otot papiler
juga berkontraksi. Ini membantu katup antrioventrikuler mencegah darah
kembali ke serambi.
Katup pulmonari berlokasi di dasar arteri pulmonari. Katup ini
memiliki tiga katup yang tidak terhubung dengan otot papiler. Ketika
bilik berelaksasi otot mengalir kembali ke bilik dari arteri. Katup aorta
bertempat di aorta dan juga tidak menempel dengan otot papiler. Katup
ini juga memiliki tiga katup.
b) Jantung Kanan
Vena cava superior, vena cava inferior, dan vena lainnya
membentuk sinus koroner yang membawa darah ke serambi kanan.
Vena cava superior membawa darah dari tubuh bagian atas
diafragma ke bagian belakang serambi kanan. Vena cava inferior
membawa darah dari tubuh bagian bawah diafragma ke bagian
belakang serambi kanan dibawah vena cava superior.
Pada dinding kanan serambi terdapat penurunan berbentuk
oval yang disebut fossa ovalis, yang merupakan bekas bukaan
jantung janin yang disebut foramen ovale. Foramen ovale membuat
darah pada jantung janin mengalir tepat dari serambi kanan ke bilik
kanan. Setelah kelahiran, jaringan yang disebut septum primim
menutup foramen ovale. Kebanyakan permukaan dalam serambi
kanan bersifat lembut.
Serambi membawa darah vena hampir secara berkelanujutan
untuk mencegah aliran darah vena terhenti ketika bilik berkontraksi.
Bilik terisi darah ketika serambi berelaksasi.
Ketika miokardium bilik berkontraksi, tekanan pada ruang
bilik meningkat. Darah dan cairan lainnya, mengalir dari area
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Untuk mencegah darah
kembali ke serambi saat kontraksi bilik, otot papiler juga
berkontraksi.
c) Jantung Kiri
Setelah proses pernapasan di kapileri paru-paru, darah kaya
oksigen kembali ke serambi kiri melalui salah satu dari empat vena
pulmonari. Darah mengalir hampir berkelanjutan dari vena
pulmonari ke serambi yang bertindak sebagai ruang penerima.
Setelah itu serambi berkontraksi memompa darah ke bilik kiri.
Serambi kiri terhubung dengan bilik kiri oleh katup mitral.
Meskipun kedua sisi jantung memompa darah dengan
volume yang sama, lapisan otot bilik kiri lebih tebal dibandingkan
bilik kanan mengingat energi yang dibutuhkan di bilik kiri. Bilik kiri
memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta.
3) Sirkulasi Koroner
Kardiomiosit, seperti halnya sel lain, memerlukan oksigen, nutrien, dan
pembuangan sisa metabolisme. Segala kebutuhan kardiomiosit dipasok
melalui sirkulasi koroner. Siklus sirkulasi koroner berhubungan dengan
proses relaksasi dan kontraksi otot jantung.
Arteri koroner memasok darah kaya oksigen ke jantung dan vena
koroner membuang darah terdeoksigenasi. Terdapat arteri koroner kanan
dan kiri yang memasok jantung kanan dan kiri. Vena kardiak menerima
darah kotor dari sirkulasi jantung dan membawanya ke sinus koroneri.
3. Ukuran Jantung
Ukuran jantung bergantung pada usia, ukuran badan, dan kondisi jantung
masing-masing individu. Normalnya, jantung sehat orang dewasa rata-rata
berukuran kepalan tangan orang dewasa. Ada beberapa penyakit yang dapat
mengakibatkan ukuran jantung membesar. Bagian terbesar dari jantung
biasanya sedikit ke sisi kiri dada (meskipun terkadang sedikit ke kanan).
Bagian kiri terbesar karena jantung kiri lebih kuat mengingat fungsinya yang
memompa darah ke seluruh tubuh.

2.2 Sistem Konduksi Jantung


Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system
sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan
serambi (atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik
memompa. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-
paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui
sistem sirkulasi, fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat
(tidak memompa) setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut
diastole. Kontraksi jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian
peristiwa elektrik dengan koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam
keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul
SinoAtrial (SA) kemudian melewati serabut otot atrial menuju simpul
AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua
melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang
mengaktifkan serabut otot ventrikel
Sinoatrial (SA) Pacemaker yang dominan di jantung. Terletak di bagian atas
node atrium kanan. Memiliki frekuensi 60 – 100 x/menit
Internodal Jalur yang menghubungkan SA node dengan AV node
pathways
Atrioventricular Memperlambat konduksi, menciptakan delay sebelum
(AV) node konduksi sampai ke ventrikel. Frekuensi 40 – 60x/ menit
Menghantarkan impuls ke bundle branch yang berada
Bundle of His
dibawah AV node
Left bundle Menghantarkan impuls ke ventrikel kiri
branch
Right bundle Menghantarkan impuls ke ventrikel kanan
branch
Jaringan fiber yang menyebarkan impuls secara cepat ke
Purkinje system
seluruh dinding ventrikel. Frekuensi 40 – 60x/ menit
2.3 Pemeriksaan EKG
2.3.1 Definisi
Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik
yang dipancarkan jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada
posisi di permukaan tubuh (Mansjoer, 2007).
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-
perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung
(Ruhyanudin, 2007).
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang
digunakan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang
sangat detail. Mervin J Goldman mendefinisikan elektrokardiogram (ECG)
adalah grafik yang merekam potensial listrik yang dihasilkan denyutan
jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode pada posisi
tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.
2.3.2 Tujuan dan Indikasi
1. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
a. Untuk mengetahui adanya kelainankelainan irama jantung/disritmia
b. Kelainan-kelainan otot jantung
c. Pengaruh/efek obat-obat jantung
d. Ganguan -gangguan elektrolit
e. Perikarditis
f. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan
ventrikel
g. Menilai fungsi pacu jantung
2. Indikasi dari penggunaan EKG
a. Elektrokardiogram dapat memberikan indikasi menyeluruh atas nai
kturunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan ve
ktor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan info
masi diagnostik yang penting.
b. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
c. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicuri
gai ada infark otot jantung akut
d. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemi
a dan hipokalemia)
e. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok
cabang berkas kanan dan kiri)
f. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama
uji stres jantung
g. EKG kadang-
kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. em
boli paru atau hipotermia)
2.3.3 Sandapan pada EKG ((Bipolar, Unipolar dan Prekordial))
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang
jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang
mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pand
ang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakankerusakan bagian
bagian jantung. Bila elektrokardiografi dihubungkan dengan dua titik pada
tubuh, maka gambaran spesifik dari tiap pasang hubungan ini disebut lead
(sadapan). Jenis lead yang sering digunakan pada EKG adalah :
1. Prekordial
Pemeriksaan EKG juga memerlukan pemasangan lead pada
dinding depan dada di atas jantung. Lead ini dihubungkan dengan
terminal positif pada elektrokardiografi, dan elektroda negatif atau
disebut pula elektroda indifferens biasanya dihubungkan melalui
tahanan listrik pada lengan kanan, lengan kiri dan kaki kiri
bersamaan. Pada elektroda indifferens ini dibuat selalu berpotensial
nol (0). Pemasangan lead hanya dengan satu elektroda yang aktif,
dinamakan unipolar lead. Dibedakan 6 macam lead prekordial, yaitu:
1) V1 = elektroda positif pada spatium intercostale (s.i.c) IV linea
parasternalis kanan
2) V2 = elektroda positif pada s.i.c. IV linea parasternalis kiri
3) V3 = antara V2 dan V4
4) V4 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea medio
klavikularis kiri
5) V5 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris anterior
kiri
6) V6 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris medialis
kiri

2. Lead Ekstremitas Bipolar :


Einthoven, bapak EKG, pada th 1913 menerangkan bahwa dipol
jantung dapat digambarkan pada bidang frontal yang melalui jantung,
dan seolah-olah terletak dipusat daripada segitiga sama sisi, dimana
dua sudut terletak sama tinggi di atas dan puncak ada di bawah.
Einthoven menggunakan tiga elektroda yang diletakkan pada
pergelangan tangan dan kaki (limb), sehingga terbentuk tiga lead
ekstremitas bipolar untuk merekam perbedaan potensial arus
bioelektrik jantung. Orientasi polaritas dari sumbu lead ekstremitas
bipolar adalah sbb.
1) Lead I : dimana poll negatif dari elektrokardiografi
dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll
positif dihubungkan dengan pergelangan tangan kiri.
2) Lead II : dimana poll negatif dari elektrokardiografi
dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll
positif dihubungkan dengan pergelangan kaki kiri.
3) Lead III : dimana poll negatif dihubungkan dengan
pergelangan tangan kiri dan poll positif dengan pergelangan
kaki kiri.
Dengan menggunakan tiga lead tersebut akan membentuk
segitiga sama sisi dengan posisi jantung di tengah. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa tubuh merupakan volume konduktor yang baik.
Jadi lead I sebenarnya mengukur perbedaan potensial dari semua arus
bioelektrik jantung yang merambat horizontal. Demikian pula lead II
dan III masing-masing akan mengukur perbedaan potensial dari semua
arus bioelektrik jantung yang membentuk sudut 60° dari kuadran kiri
atas ke kanan bawah, dan dari kuadran kanan atas ke kiri bawah.
3. Lead Ekstremitas Unipolar
Terdiri dari 3 macam lead, yaitu:
1) aVR

Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA ya


ng dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indiffer
ent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah l
sitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).

2) aVL
Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA ya
ng dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat in
different sehingga listrik bergerak ke arah
30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, b
agian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL
3) aVF
Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yan
g dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indiffere
nt sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke
arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selai
n sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
2.3.4 Cara Pemasangan EKG
1. Persiapan Alat
1) Mesin EKG
2) Kabel sebagai sumber listrik
3) Tissue
4) EKG paper/kertas EKG
5) Balon elektroda
6) Plat elektroda
7) Elektroda EKG
8) Kasa/kapas
9) Alkohol/Water based gel atau jeli EKG
2. Langkah-langkah pemasangan EKG
1) Salam, perkenalan, TWT (tempat, waktu dan topik)
2) Mengatur posisi pasien, posisi supine atau terlentang
3) Memasang sampiran
4) Buka pakaian bagian atas pasien, jika pasien menggunakan gelang,
ikat pinggang, jam tangan atau logam-logam lainnya perintahkan
untuk dilepas
5) Bersihkan dada pasien dengan menggunakan kapas, kedua
pergelangan tangan serta kedua tungkai dilokasi penempatan manset
elektroda.
6) Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda yang akan dipasang
serta oleskan juga pada daerah tubuh yang akan dipasang tepatnya
sekitar dada.
7) Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan
kedua tungkai.
8) Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
9) Menyambungkan kabel Elektrokardiogram di kedua tungkai
pergelangan tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien,
untuk rekaman ekstremitas (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF)
dengan cara :
10) Elektoda pada ekstremitas atas dipasang di pergelangan tangan kiri
dan kanan dan searah terhadap telapak tangan. Pada bagian
ekstremitas bawah pasang pada pergelangan kaki kiri dan kanan
sebelah/arah bagian dalam.
a. Warna merah di pergelangan tangan kanan
b. Warna hijau di kaki kiri
c. Warna hitam di kaki kanan.
d. Warna kuning di pergelangan tangan kiri

11. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead


a. V1 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kanan
b. V2 diletakkan pada interkosta ke 4 garis sternum kiri
c. V3 diletakkan pada pertengahan V2 dan V4
d. V4 diletakkan pada interkosta kelima garis mid (pertengahan)
clavikula kiri
e. V5 pada axila sebelah depan kiri
f. V6 pada axila sebelah belakang kiri atau sejajar dengan axila line
12. Selanjutnya tinggal menekan tombol start tunggu beberapa saat
13. Bila rekaman Elektrokardiogram sudah lengkap terekam, semua elektroda-
elektroda yang melekat di tubuh pasien dilepas dan dibersihkan dengan
alkohol.
14. Membantu merapihkan pakaian pasien kembali
2.4 Interpretasi EKG
1. Kertas EKG
Merupakan segulungan kertas grafik panjang kontinu dg garis
2 tebal dan tipis vertical dan horizontal. Garis tipis membatasi kotak2 kecil
seluas 1 mm X 1mm; garis tebal membatasi kotak2 besar seluas 5 mm X 5
mm.Sumbu horizontal mengukur waktu. Jarak satu kotak kecil adalah 0,0
4 detik. Jarak satu kotak besar adalah 5 kali lebih besar atau 0,2 detik.Sum
bu vertical mengukur voltage. Jarak satu kotak kecil adalah sebesar 0,1 m
V, dan satu kotak besar adalah sebesar 0,5 mV.
2. Pengenalan Gelombang EKG
1) Gelombang P
Ialah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi
atrium (menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus
normal durasinya 0,8-0,12 detik dan amplitudonya kurang dari 2,5
mV.
2) Gelombang Q
Merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya
berdurasi < 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang
R.

3) Segmen PR
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan
gelombang P dan gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan
gelombang P sampai permulaan gelombang Q atau R dan
menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel).
Interval normalnya bernilai 0,12-0,22 detik.
4) Gelombang kompleks QRS
Ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil dari
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS
antara lain: 1) Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2)
Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defeleksi berikutnya
disebut gelombang R’, R”; dst; 3) Gelombang S yaitu defleksi negatif
pertama setelah R. Gelombang S berikutnya disebut S’, S”, dst.
Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
5) Segmen ST
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan
kompleks QRS dan gelombang T.
6) Gelombang T
Merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1.
Durasi normalnya 0,12 – 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10
mV di chest lead dan kurang dari 5 mV di limb lead.
7) Gelombang U
Adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya
tidak jelas.
8) Interval QT
Menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel.
Durasi normalnya 0,3-0,4 detik.
3. Pembacaan Dasar (Interpretasi Dasar) Terdiri Atas:
1) IRAMA JANTUNG
Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti ol
eh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya ja
rak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan say
a ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan gel
ombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur.
Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupa
kan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak re
guler.
 rama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelomb
ang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS
. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.
 Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada
kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ad
a gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektri
k jantung di titik-
titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di No
dus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA –
Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.\
 Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu s
ama dan teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui p
alpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain.
 Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya ti
dak sama dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misaln
ya pada pasien-pasien aritmia jantung.
2) FREKUENSI JANTUNG
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung sela
ma 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-
macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membua
t hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:
1) Cara Pertama
300
HR = 𝑌 (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟)

Keterangan: y = jumlah kotak besar (5×5 kotak kecil) antara gelo


mbang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak p
as boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga
masalah)
2) Cara Ke-Dua
1500
HR = 𝑋 (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙)

Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang sat


u dengan gelombang R setelahnya.
3) Cara ke tiga
Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II pa
njang (durasi 6 detik, patokannya ada di titik-
titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik s
etelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II man
ual dengan 7 titik).
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.

Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:


 Sinus Normal: HR berkisar antara 60 – 100 x / menit.
 Sinus Bradikardi= HR < 60x /menit

 Sinus Takikardi= HR > 100x/ menit

 Sinus Aritmia = berarti detak jantung berubah setiap detik

3) AKSIS
Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi
adalah posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan
dalam arti posisi anatomis. Pada pencatatan EKG kita akan
mengetahui posisi jantung terhadap rongga dada. Untuk menghitung
aksis jantung bisa menggunakan resultan vektor kompleks QRS di
lead I dan lead aVF karena kedua lead tersebut memiliki posisi yang
saling tegak lurus.

Gambar 11. Contoh perhitungan aksis jantung. A. Aksis normal


(+)72⁰ yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I
(+)4,5 dan di lead aVF (+)6. B. Right axis deviation (RAD) (+)140⁰
yang diperoleh dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (-)9,5 dan
di lead aVF (+)7. C. Left axis deviation (LAD) (-) 60⁰ yang diperoleh
dari resultan vektor kompleks QRS di lead I (+)5 dan di lead aVF (-)7.
Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada
aksis longitudinal, yaitu:
a. Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise
rotation=CWR) Arah perputaran ini dilihat dari bawah
diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini ventrikel kanan
terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke belakang.
Ini dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan
transitional zone, di mana pada keadaan normal terletak pada V3
dan V4 (transitional zone = R/S = 1/1). Pada clock wise rotation
tampak transitional zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.
b. Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum
jam (counter clock wise rotation=CCWR)
Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang
ventrikel kanan lebih ke belakang. Pada counter clock wise rotation
tampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V1 atau V2.
4) Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelomban
g P yang normal:

 lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)

 tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)

 selalu positif di lead II

 selalu negatif di aVR

 Yang ditentukan adalah normal atau tidak:


Normal
Tidak normal:
 Pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atri
um kanan.
 Pmitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelo
mbang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.
 Pbifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gel
ombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya b
erkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.
5) PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal kom
plek QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 –
5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls. Misa
lkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
6) Kompleks QRS
Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelom
bang Q, R dan S. Normalnya:

 Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)


 tinggi tergantung lead. Yang dinilai:
 Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah inter
val PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal
atau patologis. Q Patologis antara lain:
 durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
7) ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awa
l gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolari
sasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:
 Normal: berada di garis isoelektrik
 Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan ada
nya infark miokard)
 Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan
iskemik)

8) Gelombang T
Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Ya
ng dinilai adalah:
 Normal: positif di semua lead kecuali aVR
 Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menanda
kan adanya iskemik)

4. Aritmia yang Mengancam Jiwa


1) Ventrikel Febrilasi

bentuk kompleks QRS memiliki bentuk dan amplitudo yang

bervariasi, interval QT normal atau memanjang.


 Laju: 100 – 250 x/menit

 Irama: Reguler atau irreguler

 Gelombang P: Tidak ada

 Interval PR: Tidak ada

 Durasi QRS: memanjang (> 0,12 detik) dengan bentuk

yang aneh.

2) Ventrikel Takhikardi

ini merupakan gambaran ekg akan adanya kelainan irama


jantung yang bisa mengancam nyawa penderitanya. Ventrikel
Takikardi ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Ventrikel
Takikardi Monomorfik dan Ventrikel Takikardi Polimorfik.
Adapun ciri-ciri gambaran Ventrikel Takikardi
Monomorfik ini adalah: kompleks QRS memiliki bentuk dan
amplitudo yang sama. Dengan gambaran Ventrikel Takikardi
Monomorfik sebagai berikut:
 Laju: 100 – 250 x/menit
 Irama: Teratur (reguler)
 Gelombang P: Tidak ada
 Interval PR: Tidak ada
 Durasi QRS: memanjang (> 0,12 detik) dengan bentuk
yang aneh.
3) Pulses Electric Activite (PEA)
Gambaran ini juga kadang disebut electromechanical
dissocation (EMD), dimana biasanya pada monitor tampak
aktivitas listrik namun tidak dapat teraba dengan kata lain ada
aktivitas listrik jantung namun tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan palpasi pada jantung. Aktivitas listrik pada monitor
menunjukkan bukan VT, VF dan Asistole
4) Asistole

Adalah irama jantung yang mengancam nyawa yang ditandai


dengan tidak adanya aktifitas elektrik pada gambaran EKG
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik yang
dipancarkan jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada posisi di
permukaan tubuh (Mansjoer, 2007).
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung (Ruhyanudin,
2007).
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jel
as terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang men
gamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, se
makin sempurna pengamatan terhadap kerusakankerusakan bagian
bagian jantung. Bila elektrokardiografi dihubungkan dengan dua titik pada
tubuh, maka gambaran spesifik dari tiap pasang hubungan ini disebut lead
(sadapan).

3.2 Saran
Dengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien
kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan
alat ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik
secara total.
Guna dalam pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih
banyak. Bacalah di mana pun Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu
pada materi ini, tetapi bacalah dari berbagai sumber pengetahuan tentang
EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar tentang EKG,maka seorang
perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk mempraktekannya.

Você também pode gostar