Você está na página 1de 87

Public

Public Disclosure
Disclosure Authorized
Authorized Public Disclosure Authorized Public
Public Disclosure
Disclosure Authorized
Authorized Public Disclosure Authorized

untuk

di Tingkat Daerah
PEDOMAN PRAKTIS

Edisi Lokakarya
Menganalisis Pengeluaran Publik
49691
THE WORLD BANK OFFICE JAKARTA
Indonesia Stock Exchange Building, Tower II/12-13th Fl.
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12910
Tel: (6221) 5299-3000
Fax: (6221) 5299-3111

THE WORLD BANK


The World Bank
1818 H Street N.W.
Washington, D.C. 20433 USA
Tel: (202) 458-1876
Fax: (202) 522-1557/1560
Email : feedback@worldbank.org
Website : www.worldbank.org

Dicetak bulan Mei 2010


Daftar Isi

Daftar istilah ii
Bab 1. Memperkenalkan Analisis Belanja Publik 1
1.1 Apakah yang dimaksud dengan Analisis Belanja Publik (PEA)? 1
1.2 Mengapa PEA bermanfaat? 1
1.3 Siapa saja yang akan menggunakan PEA? 2
1.4 Apa sajakah yang termasuk dalam PEA? 3

Bab 2. Melakukan Analsis Belanja Publik 5


2.1 Menulis proposal penelitian 5
2.2 Mengumpulkan data 5
2.3 Memasukkan data ke dalam suatu format yang dapat digunakan untuk analisis 6
2.4 Menganalisis data, merumuskan kesimpulan dan rekomendasi 6
2.5 Menulis laporan 6

Bab 3. Proposal Penelitian 7

Bab 4. Pengumpulan dan Persiapan Data untuk analisis 9


4.1 Mengumpulkan data 9
4.2 Menyiapkan data untuk analisis 11

Bab 5. Menganalisis Data, Merumuskan Kesimpulan dan Rekomendasi 15


5.1 Bab pendahuluan 16
5.2 Bab perencanaan dan anggaran 23
5.3 Bab penerimaan 23
5.4 Bab belanja 38
5.5 Sektor-sektor strategis 46

Bab 6. Menulis Laporan PEA 51


6.1 Kenali pembaca Anda 51
6.2 Kesalahan-kesalahan umum dalam penulisan laporan 51
6.3 Format yang konsisten, struktur yang jelas 52
6.4 Penulisan laporan PEA sebagai suatu tim 53
6.5 Referensi lebih lanjut 53
6.6 Petunjuk-petunjuk tambahan: beberapa hal yang bisa dipelajari 53
Lampiran
Lampiran 1: Garis Besar Standar PEA 55
Lampiran 2: Persyaratan data 75
Daftar Istilah
APBD Regional Government Budget (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
APBN State Budget (Anggaran Pendapatan Belanja Nasional)
Bappeda RegionalDevelopmentPlanningAgency(BadanPerencanaanPembangunanDaerah)
Bappenas National Development Planning Agency (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Bawasda Regional Monitoring Agency (Badan Pengawasan Daerah)
BKD Regional Civil Service Agency (Badan Kepegawaian Daerah)
BKN State Civil Service Agency (Badan Kepegawaian Negara)
BMT Budget Master Tabel
BPHTB Land and building transfer fee (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
BPS Central Bureau of Statistics (Badan Pusat Statistik)
BPS-SK Financial statistics from Central Bureau of Statistics
(Statistik Keuangan Badan Pusat Statistik)
Bupati District Head
CPI Consumer Price Index
CSO Civil Society Organization
DAK Special Allocation Fund (Dana Alokasi Khusus)
D&L Damage and Loss
DAU General Allocation Fund (Dana Alokasi Umum)
Desa Village
Dinas Local Technical Agency Office
DPRD Provincial House of Representatives (regional parliament) (Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah)
GDP Gross Domestic Product
GER Gross Enrollment Rate
GoI Government of Indonesia
GRDP Gross Regional Domestic Product
HDI Human Development Index
Kabupaten District (regency)
Kecamatan Subdistrict
Kelurahan Urban village
Kepmen Ministerial Decree (Keputusan Menteri)
Keppres Presidential Decision (Keputusan Presiden)
Km Kilometer
Kota City (urban district)
LG Local Government
MDG Millennium Development Goal
MoF Ministry of Finance
MoHA Ministry of Home Affairs
MoNE Ministry of National Education
MSS Minimum Service Standard
NGO Non-Governmental Organization
NR Natural Resources
O&M Operations and Maintenance
PAD Own-Source Revenue (Pendapatan Asli Daerah)
PBB Land and Building Tax (Pajak Bumi dan Bangunan)
PDAM Local Water Supply Utility (Perusahaan Daerah Air Minum)
Perpu Regulation in Lieu of Law (Peraturan Pemerintah Penggati Undang-Undang)
Perda Regional Regulation (Peraturan Daerah)
PFM Public Financial Management

ii Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Podes BPS Village Potential Survey (Potensi Desa)
Polindes Village Maternity Center (Pos Persalinan Desa)
Puskesmas Community Health Center at Sub-district Level (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Posyandu Integrated Health Service Unit (Pusat Pelayanan Terpadu)
Pustu Sub-community Health Center (Puskesmas Pembantu)
Regional Budget Consolidated Budget consisting of Central Government Budget (Deconcentrated),
Provincial Budget and District Budget.
Renstra Ministry/Agency Medium-Term Strategic Plan (Rencana Strategis)
RGDP Regional GDP
RKPD Regional Government Work Plan (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
RPJMD Regional Medium-Term Development Plan (rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah)
Sakernas Labor Force Survey (Survei Tenaga Kerja Nasional)
SDO Subsidy for Autonomous Region (Subsidi untuk Daerah Otonom)
SIKD Regional Finance Information System (Sistem Informasi Keuangan Daerah)
SKPD Regional Government’s Working Unit (Satuan Kerja Pemerintah Daerah)
SME Small/Medium Enterprise
STR Student Teacher Ratio
Sub-National Budget Consolidated Budget consisting of Provincial and District Budgets, but excluding
Central Government.
Susenas BPS National Socio-Economic Survey (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
TKD Regional Performance Bonus (Tunjangan Kinerja Daerah)
WB World Bank

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
iii
Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik

Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik

1.1 Apakah yang dimaksud dengan Analisis Belanja Publik (PEA)?


Analisisbelanjapublik(PublicExpenditureAnalysisatauPEA)merupakansuatucaramenganalisisbagaimanapemerintah
mengalokasikan dan mengelola sumber daya keuangan mereka. Tujuan melakukan analisis adalah memberikan
rekomendasi tentang bagaimana pemerintah dapat mengelola keuangan publik secara lebih efisien dan efektif di masa
yang akan datang.

1.2 Mengapa PEA bermanfaat?


Semua pemerintah memiliki sumber daya yang terbatas. Hal ini berarti bahwa terdapat kebutuhan untuk memutuskan
secara bijaksana bagaimana sumber daya-sumber daya finansial tersebut akan dialokasikan untuk mendatangkan
manfaat-manfaat bagi masyarakat secara maksimal. Akan tetapi, untuk dapat membuat keputusan-keputusan tersebut,
pemerintahmembutuhkaninformasidananalisisyangakuratdantepatwaktuuntukmenjawabpertanyaan-pertanyaan
penting, seperti:

1. Berapa jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh pemerintah? Dari mana asal Penerimaan tersebut?
Apakah yang berpotensi, apabila ada, untuk mempertebal potensi pembiayaan pemerintah?
2. Untuk apa sajakah sumber daya yang telah dibelanjakan oleh pemerintah sebelumnya?
3. Layanan-layanan publik seperti apa yang disediakan oleh anggaran yang tersedia pada saat ini? Sektor-
sektor apa sajakah yang menyediakan layanan yang baik dan sektor-sektor apa yang membutuhkan
perbaikan?
4. Siapa penerima manfaat utama dari pembelanjaan yang dilakukan oleh Pemerintah? Sebagai contoh,
apakah orang kaya atau orang miskin? Perempuan atau laki-laki? Wilayah-wilayah terpencil atau kota?
Apakah manfaat-manfaat tersebut disalurkan secara merata? Apakah para penerima manfaat mempunyai
akses layanan yang sama? Apakah ada lapisan-lapisan masyarakat yang kurang beruntung yang
membutuhkan perhatian khusus?
5. Sudahkan layanan-layanan yang diberikan menghasilkan pengembangan sumber daya manusia yang
lebih baik bagi masyarakat? Sebagai contoh, apakah tingkat kecakapan menulis dan membaca, mutu
pendidikan, tingkat morbiditas, harapan hidup, dsb, telah ditingkatkan?
6. Seberapa efektifkah kerangka kerja dan proses perencanaan dan penyusunan anggaran yang ada pada saat
ini? Apakah anggaran disetujui secara tepat waktu? Apakah dana-dana disediakan pada waktu yang tepat?
Apakah prioritas-prioritas perencanaan tercermin dalam anggaran?
7. Seberapa besar kapasitas kepegawaian negeri sipil dalam manajemen keuangan publik? Apakah terdapat
bidang-bidang yang dapat ditingkatkan? Apabila ada, melalui cara apakah peningkatan-peningkatan
tersebut dilakukan?

Jawaban-jawaban atas pertanyaaan-pertanyaan semacam ini akan membantu pemerintah untuk mengenali prioritas-
prioritas yang harus ditangani melalui pembelanjaan pemerintah dan membantu mereka dalam membuat keputusan-
keputusan yang bijaksana tentang cara terbaik untuk mengalokasikan dana.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
1
Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik

1.3 Siapa sajakah yang akan menggunakan PEA?


Banyak kelompok orang yang sangat berbeda akan menggunakan PEA:

Pemerintah daerah (Badan pelaksana)


Cabang eksekutif dari pemerintah, sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk pertama-tama menentukan
prioritas-prioritas pembangunan dan mengalokasikan anggaran untuk memenuhi sasaran-sasaran pembangunan,
dapat menggunakan analisis untuk membantunya dalam proses pengalokasian. Apabila PEA dilakukan secara
teratur (misalnya sekali dalam setahun atau setiap dua tahun), PEA dapat juga digunakan sebagai suatu perangkat
pemantauan untuk mengevaluasi apakah target-target pembangunan telah dipenuhi. Laporan PEA juga
mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan pengembangan kapasitas, menyediakan suatu rencana kerja untuk
bermacam-macam program untuk mendukung pemerintah daerah.

DPRD (Badan legislatif)


Badan legislatif bertanggung jawab untuk menyetujui baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
maupun Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena itu, badan legislatif daerah ini memerlukan
analisis untuk membantu di dalam evaluasi anggaran yang diajukan, khususnya untuk menentukan apakah analisis ini
sesuai dengan sasaran-sasaran dan prioritas-prioritas pembangunan yang diidentifikasi dalam RPJMD. PEA juga dapat
berfungsi sebagai perangkat pemantauan untuk badan legislatif dalam mengevaluasi kinerja eksekutif.

Pemerintah pusat
Laporan PEA memberikan suatu dasar bagi Pemerintah Pusat (Pemerintah Indonesia) untuk mengamati bagaimana
pemerintah daerah membelanjakan uang mereka dan sejauh mana pemerintah daerah telah menjalankan peraturan
dan mengikuti petunjuk yang ditentukan dalam sektor-sektor keuangan dan otonomi daerah.

Individu/lembaga advokasi
Individu-individu dan organisasi-organisasi (Sebagai contoh, Kelompok Swadaya Masyarakat (Non-Governmental
Organization – NGOs) dan Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organizations-CSOs)) dengan kepentingan-
kepentingan tertentu dan tujuan-tujuan advokasi dapat menggunakan PEA untuk membantu mereka dalam pekerjaan
advokasi dan melobi. Kebijakan-kebijakan advokasi dikembangkan berdasarkan pekerjaan analitis yang tepat dan PEA
berfungsi sebagai satu sumber untuk pekerjaan analitis ini.

Para Peneliti dan akademisi


Para peneliti juga dapat menggunakan metode PEA sebagai suatu kerangka kerja untuk penelitian mereka sendiri.
Metode PEA ini merupakan suatu metode untuk menganalisis bagaimana pemerintah mengalokasikan sumber daya-
sumber daya mereka dan dapat melengkapi penelitian mereka yang ada. Laporan-laporan PEA dapat juga digunakan
sebagai sumber informasi untuk para peneliti dan mahasiswa yang tertarik dengan isu-isu keuangan publik daerah.

Donor-donor dan program-program pemerintah daerah yang lain


Donor-donor dan program-program pemerintah daerah yang lain dapat menggunakan kebutuhan-kebutuhan
pengembangan pembangunan kapasitas yang diidentifikasikan dalam laporan PEA sebagai suatu dasar untuk
membantu mereka dalam mengembangkan program-program mereka sendiri.

Sektor swasta
Entitas-entitas dari sektor swasta yang telah menanamkan modal, atau yang tertarik untuk berinvestasi dalam suatu
provinsi atau kabupaten/kota tertentu, dapat menggunakan PEA untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
daerah tersebut. PEA merupakan sumber informasi umum tentang struktur ekonomi, sumber-sumber penerimaan,
prioritas-prioritas pembelanjaan pemerintah daerah, dan keberhasilan-keberhasilan dan tantangan-tantangan
pemberian layanan publik. PEA juga mencerminkan kapasitas pemerintah daerah, serta tingkat keterbukaan dalam
kegiatan-kegiatannya.

2 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik

Masyarakat
Menerbitkan PEA merupakan suatu cara penting agar Pemerintah menjadi terbuka tentang sumber daya-sumber daya
masyarakat yang digunakannya. PEA menampilkan informasi keuangan yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen
anggaran yang panjang dan biasanya rumit dalam suatu format yang jauh lebih mudah dipahami. Selanjutnya, PEA
berisi analisis belanja yang jelas yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk meminta pertanggung-jawaban para
politikus dan pemerintah atas janji-janji dan tanggung jawab-tanggung jawab mereka.

1.4 Apa sajakah yang termasuk dalam PEA?


PEA merupakan suatu metode dinamis yang harus direvisi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para
pengguna (bagian 1.3). Setiap PEA paling tidak harus mencakup semua hal berikut:

Bab 1: Pendahuluan
Bab ini harus memperkenalkan kepada pembaca tentang wilayah geografis yang diteliti. Bab ini harus mencakup
informasi tentang sejarah, geografi, kependudukan, struktur pemerintahan, struktur ekonomi, dan kecenderungan
indikator-indikator makroekonomi yang penting dari wilayah tersebut, seperti tingkat kemiskinan, laju pertumbuhan,
angka kesempatan kerja, indeks pembangunan manusia (HDI), dan standar layanan minimum (MSS).

Bab 2: Perencanaan dan penyusunan anggaran


Bab ini harus menyampaikan kepada pembaca suatu ikhtisar tentang proses perencanaan dan penyusunan anggaran
pada tingkat nasional dan bagaimana tingkat daerah memberikan kontribusi kepada kerangka kerja nasional. Analisis
harus mencakup analisis tentang apakah pemerintah daerah mematuhi kerangka kerja nasional. Selanjutnya, bab ini
harus menetapkan tingkat konsistensi di antara dokumen-dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra, RKPD, dll.) dan
apakah prioritas-prioritas yang ditentukan dalam dokumen-dokumen perencanaan tercermin dalam anggaran.

Bab 3: Penerimaan
Tujuan bab ini adalah memberikan suatu gambaran yang komprehensif tentang Penerimaan di tingkat daerah. Hal
ini termasuk memperhitungkan amplop total Penerimaan, termasuk suatu analisis tentang kecenderungan sumber
Penerimaan. Sebagai contoh, apakah pemerintah daerah pada dasarnya memperoleh Penerimaannya dari Penerimaan
Asli Daerah (PAD) atau transfer-transfer dari Pemerintah Pusat? Bab ini juga mencakup perhitungan-perhitungan defisit
dan surplus pemerintah daerah, dan kebijakan pembiayaannya. Akhirnya, bab ini mencakup analisis tentang bagaimana
pemerintah daerah mencatat Penerimaan dan pembiayaannya, dan apakah terdapat ketidaksesuaian-ketidaksesuaian.

Bab 4: Belanja
Tujuan bab ini adalah memberikan suatu gambaran yang komprehensif tentang belanja pada tingkat daerah. Hal ini
termasuk menghitung total belanja dan menganalisis belanja yang berlaku menurut waktu, sektor, klasifikasi ekonomi,
dan dilakukan oleh tingkat pemerintah yang mana (pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah
pusat). Bab ini juga melihat kemampuan pemerintah daerah untuk menyerap anggarannya dengan menganalisis
tingkat realisasi.Tujuan bab ini adalah memberikan rekomendasi tentang bagaimana pemerintah dapat memperbaiki
efektivitas dan efisiensi pembelanjaan publik.

Bab 5: Sektor-sektor strategis: pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur


Tujuan bab ini adalah memberikan analisis yang lebih tajam tentang sektor-sektor yang paling penting bagi pemberian
layanan publik: kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Untuk masing-masing dari ketiga sektor ini, bab ini melakukan
analisis terhadap pembelanjaan dan membandingkannya dengan apa yang sudah dicapai dengan pembelanjaan
tersebut,baikdalamhalkeluaransepertipegawai,gedung-gedungdanlayanan-layanan,danjugaapakahpembelanjaan
telah mencapai tingkat yang lebih baik dalam hasil-hasilnya. Sebagai contoh, sudahkah pembelanjaan untuk kesehatan
meningkat? Apabila sudah, apakah hal ini telah menghasilkan layanan-layanan yang lebih baik (akses, kualitas, dll.)
dan, apabila layanan-layanan yang lebih baik telah diberikan, apakah hal ini telah menurunkan tingkat penyakit atau
angka kematian. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan analisis ini dapat termasuk mengidentifikasikan area-area

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
3
Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik

kesehatan atau pendidikan yang menjadi prioritas yang harus ditargetkan pemerintah, atau bagaimana pemerintah
dapat meningkatkan pembelanjaannya dalam suatu sektor tertentu (misalnya dana-dana yang lebih banyak harus
dialokasikan untuk memelihara infrastruktur yang ada alih-alih untuk membangun infrastruktur yang baru).

Terlampir dalam Lampiran 1 adalah Garis Besar Standar PEA Minimum yang menyediakan bab-bab, bagian-bagian, dan
pertanyaan-pertanyaan pokok yang harus dimasukkan seluruhnya dalam PEA.

4 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 2
Melakukan Analisis Belanja Publik

Bab 2
Melakukan Analisis Belanja Publik

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang langkah-langkah utama dalam melakukan PEA:

2.1 Menulis proposal penelitian


Sebelum memulai setiap kegiatan penelitian, memiliki suatu proposal penelitian yang komprehensif adalah penting.
Tujuan proposal penelitian ini adalah menentukan tentang apakah penelitian ini nantinya, mengapa penelitian ini
penting, siapa saja yang akan melakukan penelitian ini, siapa saja yang akan menjadi pembaca sasaran, serta penentuan
waktu dan ruang lingkup penelitian. Langkah persiapan ini penting untuk menghindari melakukan pekerjaan yang
tidak berkaitan dan, apabila bekerja dalam sebuah tim, memastikan bahwa terdapat suatu pengertian yang sama di
antara para anggota tim. Langkah ini penting karena menetapkan ruang lingkup penelitian juga berarti menetapkan
ruang lingkup data yang perlu dikumpulkan. Bab 3 memberikan petunjuk lebih lanjut tentang menulis suatu proposal
penelitian.

2.2 Mengumpulkan data


Pada saat proposal telah selesai, peneliti (atau tim peneliti) dapat memulai pengumpulan data. Hal ini merupakan salah
satu tahap penelitian yang paling penting, karena kualitas penelitian secara langsung berkaitan dengan kualitas data.
Terdapat empat karakteristik kualitas data yang penting: data harus terperinci, dapat diperbandingkan, akurat dan tepat
waktu.

Semakinterperincidatayangdiberikan,semakinbaikanalisisyangdilakukan.Apabiladatabersifatsangatluasdanumum,
peneliti akan mengalami kesulitan dalam mencari penjelasan tentang kecenderungan dan menarik kesimpulan. Untuk
membuat perbandingan menurut waktu, atau menurut kabupaten/kota yang berbeda, data yang digunakan harus
dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, apabila belanja di sektor pertanian untuk kabupaten 1 mencakup perikanan
tetapitidakmencakupperikanandikabupaten2,haliniberartiinformasitentangpertaniantidakdapatdiperbandingkan
kecuali informasi tentang perikanan dari kabupaten 1 dihapuskan. Penting bagi peneliti menguji data dengan teliti untuk
memastikan bahwa data-data tersebut dapat diperbandingkan. Keakuratan data juga penting, meskipun terkadang hal
ini tidak selalu dapat dikendalikan oleh peneliti dan dapat bergantung pada metode yang digunakan oleh mereka yang
bertanggung jawab atas pengumpulan data primer (misalnya BPS). Sebagai contoh, sering terdapat beberapa versi
APBD yang berbeda (pra-audit, pasca-audit, dll.) dan penting bahwa data yang digunakan adalah data yang tersedia
yang paling akurat. Terdapat dua aspek tentang apakah data tepat waktu: pertama, kesimpulan-kesimpulan tentang
keuangan publik hanya dapat didasarkan pada data yang diperoleh selama bertahun-tahun. Berdasarkan perhitungan
kasar dari pengalaman secara umum adalah bahwa data harus dikumpulkan dalam jangka waktu minimum lima
tahun. Semakin lama jangka waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data, semakin baik analisis dan kesimpulan-
kesimpulannya. Selanjutnya, data yang terbaru dibutuhkan untuk melakukan penelitian yang relevan.

Memperoleh akses untuk mendapatkan informasi keuangan tidak selalu merupakan proses yang mudah dan
peneliti harus kreatif dalam menemukan cara-cara yang berbeda untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan
telah lengkap. Selanjutnya, peneliti dapat saja memperoleh data yang tidak konsisten dari sumber-sumber yang

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
5
Bab 2
Melakukan Analisis Belanja Publik

berbeda dan harus membuat penilaian tentang sumber mana yang lebih tepat (berdasarkan prinsip-prinsip
tentang data yaitu harus terperinci, dapat diperbandingkan, akurat, dan tepat waktu). Bab 4, Bagian 4.1 akan
memberikan petunjuk lebih lanjut tentang proses pengumpulan data.

2.3 Memasukkan data ke dalam suatu format yang dapat digunakan untuk analisis
Data mentah (sebagai contoh, yang ditemukan di dalam APBD atau RPJMD) seringkali ditemukan dalam suatu format
yang tidak sesuai untuk analisis. Beberapa permasalahan penting termasuk: a) data hanya tersedia dalam bentuk
hardcopy; b) data tidak dapat diperbandingkan karena format anggaran telah berubah; dan c) klasifikasi sektoral dan
ekonomi antar pemerintah yang bermacam-macam. Oleh karena itu, untuk menjamin konsistensi dalam penggunaan
data sepanjang analisis, penting sekali bahwa data dimasukkan ke dalam suatu format yang membuat informasi dapat
dibandingkan dan dianalisis. Hal ini termasuk memasukkan informasi ke dalam sebuah tabel umum. Petunjuk ini
mencakup sebuah tabel induk yang diusulkan supaya semua informasi tentang anggaran dimasukkan ke dalamnya
sebelum analisis dilakukan. Bab 4, Bagian 4.2 memberikan petunjuk lebih lanjut tentang memasukkan data ke dalam
suatu format yang bermanfaat untuk analisis.

2.4 Menganalisis data, merumuskan kesimpulan dan rekomendasi


Setelah pengumpulan data selesai dan data dimasukkan ke dalam suatu tempat dan format, (para) peneliti siap
melakukananalisis. Sementara Bab 5 menetapkan bermacam-macam metode yang diperlukan untuk menganalisis data
untuk menulis suatu laporan PEA, di bawah ini terdapat beberapa langkah umum yang dianjurkan untuk melakukan
analisis data:

((a) Berdasarkan data yang tersedia, kecenderungan-kecenderungan apakah yang terlihat? Apakah indikator
tetap tidak berubah, meningkat atau menurun?
(b) Mengapa kecenderungan terjadi? Adakah sebuah alasan untuk terjadinya kecenderungan tersebut?
Komponen (a) dan (b) membentuk kesimpulan analisis.
(c) Berdasarkan alasan yang menjelaskan kecenderungan, apakah ada hal yang dapat dilakukan Pemerintah
untuk memperbaiki situasi? Hal ini merupakan rekomendasi.

Secara keseluruhan, tanda dari analisis yang baik adalah bahwa kecenderungan, kesimpulan, dan rekomendasi terkait
satu sama lain, dan bahwa semua ini merupakan hasil yang berasal dari data yang tersedia. Petunjuk lebih lanjut tentang
menganalisis data ditemukan di dalam Bab 5.

2.5 Menulis laporan


Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil dalam Langkah 4, (para) peneliti akan menggabungkan penelitian
dan pesan-pesan yang penting ke dalam suatu laporan final tertulis. Sementara analisis yang kuat didasarkan pada
kualitas data itu penting untuk integritas dan validitas kesimpulan dan rekomendasi, suatu laporan singkat yang ditulis
dengan baik merupakan media di mana pesan-pesan penting disampaikan kepada pembacanya. Terdapat beberapa
karakteristik tentang suatu laporan yang ditulis dengan baik: a) Memiliki struktur yang jelas dan konsisten. Buku petunjuk
ini memberikan suatu struktur umum (lihat Bagian 1.4) yang sampai sekarang banyak diikuti oleh sebagian besar laporan
PEA.Meskipunparapenelitibebasuntukmenambahkanbahanterkaittambahanuntukmembuatperbandingandengan
penelitian PEA yang lain, buku petunjuk ini menyarankan agar para peneliti tetap mengikuti struktur keseluruhan; b)
semua isi yang dimasukkan ke dalam laporan PEA relevan dengan pesannya secara keseluruhan; dan c) menggunakan
kalimat-kalimat yang singkat dan tidak menggunakan jargon. Bab 6 memberikan petunjuk lebih lanjut tentang menulis
suatu laporan PEA.

6 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 3
Proposal Penelitian

Bab 3
Proposal Penelitian

Sebelum memulai pengumpulan data atau melakukan analisis apa pun, memiliki suatu proposal penelitian yang
komprehensif adalah penting. Tujuan proposal penelitian adalah tentang apakah penelitian ini nantinya, mengapa
penelitian ini penting, siapa saja yang akan melakukan penelitian ini, siapa saja yang akan menjadi pembaca sasaran,
serta waktu yang tepat dan ruang lingkup penelitian. Langkah persiapan ini penting untuk menghindari melakukan
pekerjaan yang tidak berkaitan dan, apabila bekerja dalam sebuah tim, memastikan bahwa terdapat suatu pengertian
yang sama di antara para anggota tim. Setidaknya, suatu proposal penelitian PEA perlu mencakup beberapa hal
berikut:

Latar belakang:
Keadaaan-keadaan seperti apa yang telah membawa kepada kebutuhan akan sebuah PEA? Apakah seseorang telah
meminta PEA? Apabila demikian, siapakah orang tersebut?

Tujuan Penelitian:
Uraikan apa yang sedang ingin dicapai oleh PEA. Sebagaimana disebutkan dalam bagian 1, tujuan utama PEA adalah
memberikanrekomendasikepadapemerintahtentangbagaimanaanggaran-anggarandapatdialokasikansecaralebih
efektif. Adakah tujuan-tujuan tambahan yang sedang ingin dicapai oleh PEA? Sebagai contoh, apakah PEA sedang
mencoba mengembangkan kapasitas anggota tim untuk bekerja dalam suatu tim? Apakah PEA sedang mencoba
mengumpulkan dokumen-dokumen anggaran dan perencanaan untuk perpustakaan-perpustakaan universitas atau
suatu pangkalan data?

Pembaca utama:
Kenalilah untuk siapakah penelitian ini pertama-tama ditujukan dan bagaimana (para) pembaca diharapkan untuk
menggunakan penelitian ini.

Ruang lingkup penelitian:


Hal ini termasuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan pokok tentang penelitian yang harus dijawab; suatu jangka
waktu yang disetujui yang akan dicakup oleh penelitian ini (misalnya tahun dan data yang dibutuhkan); ruang lingkup
penelitian secara geografis (misalnya berapa banyak kabupaten/kota yang akan dicakup dalam PEA?); cakupan
isi penelitian (misalnya jenis data yang dibutuhkan); suatu ikhtisar tentang struktur laporan, walaupun hal ini dapat
berubah seiring waktu tergantung pada data yang dikumpulkan dan analisis yang dilakukan sehingga struktur harus
tetap fleksibel; dan secara umum membahas jenis kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan.

Penentuan waktu:
Menyediakan diagram Gantt tentang penentuan waktu penelitian, termasuk milestones (pengumpulan data selesai,
rancangan awal selesai, dll.).

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
7
Bab 3
Proposal Penelitian

Tim penelitian – peranan dan tanggung jawab:


Bagian ini akan menggambarkan susunan tim peneliti dan peranan yang diharapkan dari anggota-anggota tim. Bagian
ini tidak relevan apabila hanya ada seorang peneliti. Beberapa peranan yang disarankan mencakup:

Pemimpin tim:
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota tim memahami peranan-peranan dan tanggung jawab-
tanggung jawab mereka dan bekerja sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan bersama. Beberapa tugas yang
diembannya mencakup:
-Memastikan bahwa proposal penelitian ini selesai dan disetujui oleh tim dan para pihak terkait;
- Mengawasi penyelesaian tugas-tugas dari setiap anggota tim peneliti pada waktu yang tepat.
- Meminta (kenyataannya, memaksa) anggota-anggota tim untuk menyerahkan analisis dan bahan tertulis mereka.
- Mengumpulkan dan menyusun setiap bab yang ditulis oleh anggota-anggota tim yang berbeda.
- Menyunting semua bahan-bahan tertulis.Tugas ini termasuk menyunting untuk konsistensi, gaya bahasa, susunan/
aliran dan urutan yang logis antara bab-bab, bagian-bagian dan sub-bagia-sub-bagian, dan antara kalimat-kalimat
dalam seluruh laporan.

Peneliti:
Orang ini akan bertanggung jawab untuk melakukan bagian penelitian yang ditugaskan kepadanya oleh pemimpin
tim. Hal ini termasuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menulis bagian-bagian atau bab-bab yang terkait
dari laporan. Peneliti juga harus memastikan bahwa pekerjaannya konsisten dengan anggota tim yang lain, sehingga
pada saat tim mengumpulkan rancangan akhir bersama-sama, analisis memiliki struktur, isi, dan kualitas yang serupa.
Proposal harus memberikan tanggung jawab-tanggung jawab tertentu kepada setiap peneliti.

Asisten peneliti
Peneliti dapat memilih untuk mempekerjakan seorang asisten peneliti untuk menolongnya dalam setiap aspek
penelitian.

Jumlah peneliti senior dan asisten peneliti yang dibutuhkan untuk suatu tim PEA bergantung kepada ruang lingkup
penelitian (jangka waktu, geografi, dll.).

8 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

4.1 Mengumpulkan data


Tujuan bagian ini adalah menjelaskan kepada peneliti tentang langkah-langkah pengumpulan data (apa yang perlu
dikumpulkan dan dari sumber yang mana), isu-isu apakah yang mungkin ditemui oleh peneliti dan bagaimana isu-isu
tersebut dapat diatasi

4.1.1 Persyaratan-persyaratan data


Data kuantitatif dan kualitatif dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu PEA. Sebagaimana dibahas dalam Bab 2, semakin
terperinci dan lengkap data yang tersedia, semakin baik pula analisis yang akan dilakukan. Untuk suatu daftar lengkap
tentang persyaratan data minimum, silahkan merujuk pada Lampiran 2. Bagian ini akan memberikan suatu ikhtisar
tentang data yang dibutuhkan dan sumber-sumber data tersebut.

Data kuantitatif:
• Data fiskal: Data mencakup APBN, APBD, DAU, DAK, pinjaman, pajak-pajak daerah, pembagian Penerimaan, dan
PAD.
• Data non-fiskal: Data mencakup data kependudukan; angka kemiskinan; angka kesempatan kerja; indikator-
indikatorpendidikansepertijumlahsekolah,guru,murid;tingkatpartisipasi;indikator-indikatorkesehatanseperti
jumlah pegawai dan pusat-pusat kesehatan; indikator-indikator infrastruktur seperti panjang jalan, sarana-sarana
air dan sanitasi yang tersedia; susunan DPRD; dan susunan pegawai negeri sipil.

Data kualitatif:
• Proses perencanaan: Apakah terdapat rencana-rencana prasyarat? Apakah perencanaan bersifat partisipatif?
Bagaimana rencana-rencana dipantau?
• Proses penyusunan anggaran: Seberapa tingkat partisipasi publik dalam proses penyusunan anggaran? Apakah
informasi yang bersifat kuantitatif digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang anggaran?
Bagaimana keputusan-keputusan tentang anggaran dibuat dalam sektor-sektor tertentu? Apakah anggaran
tersediabagipublik?Unitmanayangbertanggungjawabuntukpembayaran?Sudahkandibentuksuatubendahara
daerah? Apakah yang dimaksud dengan mekanisme-mekanisme pembayaran? Sudahkah penyusunan anggaran
kinerja dilakukan? Bagaimana kinerja anggaran dipantau?
• Transfers: Berapa banyak transfer-transfer cicilan yang diterima oleh Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat dan
seberapa tepat waktu transfer-transfer tersebut?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
9
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

Sumber-sumber data:
Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber (dan sumber-sumber ini dapat saja tidak konsisten), namun di bawah ini
terdapat suatu daftar sumber-sumber yang disarankan:
• Departemen Keuangan
• Biro Pusat Statistik (BPS)
• Departemen Pekerjaan Umum, Departeen Kesehatan, dan Departemen Pendidikan
• Badan Kepegawaian Negara (BKN)
• Pemerintahprovinsi(DinasKeuangan,DinasPerencanaan,DinasKesehatan,DinasPendidikan,danDinasPekerjaan
Umum)
• Instansi-instansi terkait dari pemerintah-pemerintah kabupaten/kota
• Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Untuk suatu daftar lengkap tentang persyaratan-persyaratan data minimum dan sumber-sumber data, silahkan
mengacu pada Lampiran 2.

4.1.2 Isu-isu pengumpulan data


Selama proses pengumpulan data dari instansi-instansi pemerintah dan sumber-sumber lain, peneliti dapat menemui
banyak hambatan. Bagian ini menguraikan beberapa isu-isu umum yang dihadapi oleh para peneliti dan menyarankan
beberapa solusi untuk mengatasi isu-isu tersebut. Hal ini bukanlah suatu daftar menyeluruh tentang isu-isu potensial
dan hal ini pada akhirnya terserah para peneliti untuk mencari solusi-solusi mereka sendiri.

1. Tidak ada akses untuk mendapatkan data


Para peneliti akan sering menemui hambatan-hambatan dalam memperoleh akses untuk mendapatkan data. Bahkan
pada saat pemerintah provinsi memberikan berkas-berkas pengesahan yang diwajibkan, para peneliti pada akhirnya
akanbertemudenganpemerintahdaerahdaninstansi-instansiyangkeberatanuntukmemberikandokumen-dokumen
tersebut.

Solusi 1 yang dianjurkan:


Membahas isu dengan kenalan-kenalan para peneliti yang berada di instansi-instansi pemerintah atau donor (apabila
mereka membiayai penelitian Anda). Sebagai contoh, apabila penelitian merupakan bagian dari suatu program yang
lebih besar yang didanai oleh donor, program dapat membentuk suatu komite manajemen program atau serupa
dengan perwakilan-perwakilan pemerintah yang duduk pada komite ini. Komite ini atau instansi-instansi donor
terkait(sepertiBankDunia)dapatmemberikanberkas-berkastambahanyangditujukankepadapemerintah/instansi
tertentu yang enggan memberikan akses data.

Solusi 2 yang dianjurkan:


Apabila solusi 1 tidak berhasil, mintalah kenalan-kenalan para peneliti yang berada di pemerintah atau donor untuk
melakukan intervensi secara langsung. Sebagai contoh, komite manajemen program atau donor terkait dapat
menghubungi instansi pemerintah secara langsung. Mereka dapat memperoleh akses untuk menemui otoritas-
otoritas yang lebih tinggi pada wilayah tertentu tersebut atau, apabila memungkinkan, seorang perwakilan komite
dapat menemani peneliti menghadap instansi pemerintah.

Solusi 3 yang dianjurkan:


Mencari sumber-sumber lain untuk data tertentu tersebut. Pilihan-pilihan termasuk menggunakan substitusi-
substitusi yang mendekati sebagai angka-angka yang mewakili atau menggunakan data yang serupa dari sumber-
sumber pusat (Jakarta).

10 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

2. Data dari sumber-sumber yang berbeda


Data dapat dikumpulkan dari sumber-sumber yang berbeda (misalnya menunjukkan angka-angka yang berbeda)
dan mungkin saja data berbeda secara signifikan. Sebagai contoh, data kependudukan dari BPS daerah dan Bappeda
seringkali memuat perbedaan-perbedaan yang besar.

Solusi yang dianjurkan:


Mengumpulkan informasi yang lebih banyak tentang data-data yang berbeda, khususnya tentang definisi-definisi,
tujuan-tujuan, bagaimana data dikumpulkan dan ketersediaan data. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini,
peneliti kemudian dapat memutuskan data mana yang lebih akurat dan relevan.

4.2 Menyiapkan data untuk analisis


Bagian ini akan membahas aspek-aspek penting dalam mempersiapkan data untuk analisis. Pertama-tama, hal ini
termasuk memutuskan ciri-ciri data sebelum memulai analisis. Secara khusus, bagian ini akan membahas mengapa
pencapaian kesepakatan tentang data dan analisis merupakan hal yang penting.Yang kedua, bab ini akan menjelaskan
tabel data, apa tujuan tabel data tersebut dan bagaimana cara mengisinya.

4.2.1 Menyepakati sumber, ruang lingkup dan analisis data


Tujuan dari menyepakati sumber data adalah menggunakan rangkaian data yang konsisten selama analisis tersebut.
Hal ini khususnya penting dalam kasus-kasus di mana analisis pada bagian-bagian yang berbeda dilaksanakan oleh
peneliti yang berbeda-beda. Hal-hal berikut ini perlu disepakati:

Sumber data : pemerintah pusat atau pemerintah daerah


Data dapat diperoleh dari dua sumber: pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Sebagai contoh, Departemen
Keuangan menyimpan data fiskal pemerintah daerah dalam sebuah pangkalan data yang disebut sebagai Sistem
Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dan yang lebih mudah diakses melalui website SIKD. Apabila para peneliti berasal dari
daerah, mereka memiliki akses langsung terhadap data fiskal dari pemerintah daerah. Ada kelebihan dan kekurangan
dari kedua sumber tersebut.

Kelebihan data yang bersumber dari pemerintah pusat adalah bahwa data tersebut tersedia bagi semua daerah dan oleh
karenaitudapatdiperbandingkanantar-provinsi(danantar-kabupaten/kota).Namun,karenadatatersebutdimasukkan
secara manual ke dalam SIKD, maka data tersebut mungkin mengalami kesalahan manusia dalam pemasukannya.
Sebaliknya, data yang dikumpulkan secara langsung dari pemerintah-pemerintah daerah mungkin lebih akurat. Akan
tetapi, apabila peneliti memiliki akses terhadap laporan-laporan yang telah diaudit, data-data tersebut dapat mencakup
informasi yang lebih terperinci. Apabila tersedia, maka informasi tersebut dapat digunakan untuk perbandingan dalam
suatu daerah (misalnya antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam provinsi yang sama), namun
tidak dapat dipergunakan untuk analisis antar daerah (misalnya antar provinsi atau antar kabupaten/kota di provinsi
yang berbeda). Perbedaan antara sumber pemerintah pusat dan pemerintah daerah berlaku terhadap data fiskal serta
sebagian indikator keluaran dan hasil kuantitatif lainnya. Tim peneliti perlu menyepakati rangkaian data mana yang
akan digunakan dalam seluruh analisis PEA.

Sumber data kependudukan:


Data kependudukan tersedia dari banyak sumber yang tersedia dari BPS pusat, BPS daerah (ibukota provinsi) dan
berbagai instansi pemerintah-pemerintah daerah. Kesepakatan tentang data yang digunakan merupakan hal yang
penting karena data-data ini akan menghasilkan angka-angka per kapita. Sebagaimana dibahas di bagian 3.1.3, apabila
terdapat ketidaksesuaian antara sumber-sumber data yang berbeda, peneliti harus memutuskan rangkaian data mana
yang akan digunakan berdasarkan informasi yang berkaitan dengan metodologi, ketersediaan data, definisi rangkaian
data, dan lain-lain.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
11
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

Rentang waktu:
Sebagaimana dibahas dalam tahap proposal, rentang waktu untuk analisis perlu disepakati sejak awal. Sebagaimana
dibahasdalamBab1,semakinlamarentangwaktunya,semakinbaikanalisisnya.Namun,adaketerbatasan-keterbatasan
besar dalam ketersediaan data. Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang dibentuk setelah desentralisasi tidak memiliki
data sebelum tahun 2000. Idealnya, rentang waktu minimum adalah lima tahun. Apabila memungkinkan, tahun-tahun
yang sama juga harus digunakan untuk semua data. Satu-satunya keterbatasan adalah bahwa tahun-tahun terakhir
untuk indikator-indikator hasil (indikator SUSENAS, SAKERNAS, kesehatan dan pendidikan) seringkali tidak tersedia,
sehingga mungkin terdapat rentang-rentang waktu berbeda dalam data fiskal (ketika data terbaru sudah tersedia).
Ini merupakan suatu keterbatasan, tetapi tetap merupakan hal yang penting bahwa analisis PEA setidak-tidaknya
menggunakan data selama lima tahun.

Indeks Harga Konsumen (IHK):


Tim peneliti perlu menyepakati IHK karena semua data fiskal nominal harus diubah menjadi angka-angka riil (yakni,
angka-angkahargatetap)untukmemperhitungkaninflasi.ApabilaIHKdaerahtidaktersedia,kesepakatanharustercapai
berkaitan dengan angka-angka IHK mana yang akan digunakan sebagai angka-angka yang mewakili. Selanjutnya, para
peneliti harus menyepakati tahun dasar untuk angka-angka riil. Pada umumnya, tahun dasar adalah tahun paling awal
(atau terdahulu) dalam rangkaian data. Namun, agar analisis berwawasan ke depan, para penyusun menyarankan para
peneliti untuk menggunakan tahun terakhir (yakni yang baru saja lewat) sebagai tahun dasar. Kelebihan yang diperoleh
dengan melakukan hal ini adalah bahwa ketika membandingkan angka-angka kecenderungan dan angka-angka dalam
bentuk penampang lintang (yang terakhir), angka-angkanya akan konsisten dan dapat diperbandingkan. Hal ini telah
terbukti sebagai cara yang paling efektif apabila laporan ditulis oleh suatu tim peneliti yang hampir setiap saat bekerja
secara independen.

4.2.2 Tabel Induk Anggaran


Setelahdicapainyakesepakatantentangsumberdata,IHKdanrentangwaktu,danpengumpulandatatelahdiselesaikan,
langkah berikutnya adalah memasukkan data ke dalam sebuah format yang membuatnya dapat diakses untuk analisis.
Sebagaimana dibahas dalam bagian proposal penelitian, data harus dapat diperbandingkan. Oleh karena itu, data
mentahharusdiformatkembalisehinggaangka-angkadapatdiperbandingkanmenuruttahun,wilayahgeografis,sektor
dan klasifikasi ekonomi. Terdapat dua hambatan besar dalam perbandingan. Pertama, format-format anggaran telah
diubah beberapa kali selama dekade yang lalu. Kedua, pemerintahan yang berbeda mungkin menyusun departemen
pemerintahannya dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ruang lingkup tanggung jawab Dinas Pekerjaan
Umum mungkin berbeda-beda antar-kabupaten.

Untuk membantu para peneliti dalam menyusun kembali data fiskal ke dalam format yang dapat diperbandingkan,
panduan ini disertai dengan sebuah CD yang berisi sebuah dokumen Excel yang disebut “Tabel Induk Anggaran”
(selanjutnya disebut sebagai BMT/Budget Master Table). BMT menggunakan format di mana semua data fiskal
harus dimasukkan sebelum analisis apa pun. Tujuan BMT adalah untuk menggabungkan semua informasi anggaran
pemerintah daerah ke dalam satu lokasi dengan format yang jelas dan konsisten tanpa mempedulikan klasifikasi
ekonomi atau sektoral yang berbeda. Penting untuk memuat semua data fiskal dalam satu sumber, khususnya apabila
penelitian dilakukan oleh sebuah tim, karena akan memastikan bahwa para peneliti yang berbeda akan menggunakan
angka-angka yang konsisten dalam analisis mereka masing-masing.

Lembar sebar (spreadsheet) Excel BMT terdiri dari empat bagian:


1. Read me: Bagian ini menyediakan semua informasi tentang data-data yang digunakan dalam BMT. Bagian ini
juga menyediakan data kependudukan dan IHK daerah yang digunakan untuk menghasilkan angka-angka riil dan
angka-angka per kapita.
2. Anggaran daerah: Bagian ini mencakup anggaran-anggaran dari pemerintah provinsi dan semua kabupaten/
kota dalam provinsi tersebut. Bagian ini mencakup angka-angka rencana dan realisasi untuk rentang waktu yang
disepakati.

12 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis

3.Anggaranpusat/pembelanjaandekonsentrasi:Bagianinimencakuppembelanjaanpusat(dana-danadekonsentrasi)
yang dialokasikan ke provinsi. Karena keterbatasan data, data yang tersedia biasanya merupakan angka-angka
realisasi dan dirinci per sektor.
4. Angka-angka konsolidasi: Bagian ini menyediakan angka-angka anggaran konsolidasi dalam bentuk nominal, riil,
dan per kapita.

BMT dibuat secara manual dengan memasukkan data dari kumpulan laporan-laporan anggaran pemerintah daerah.
Setiap kotak tabel terdiri dari poin-poin terkait dari laporan-laporan anggaran tersebut. Pada suatu titik, asumsi/estimasi
dapat dibuat untuk informasi yang tidak berhubungan langsung dengan laporan anggaran. Sebagai contoh, apabila
kita mengubah harga-harga menjadi harga-harga riil, maka harus ada rujukan nyata kepada faktor inflasi mana yang
telah digunakan dan tahun yang menjadi tahun dasar. Poin pentingnya adalah mendokumentasikan setiap asumsi atau
estimasi sehingga informasi ini dimuat untuk rujukan di masa depan.

Dokumen-dokumen dalam CD:


Contoh tabel Induk (lihat master_gpea_final.xls)

Latihan (lihat master_gpea_exercise.xls)

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
13
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab 5
Analisis Data, Penyusunan Kesimpulan, dan Rekomendasi

Bab ini membahas jenis-jenis analisis yang diperlukan untuk menulis laporan PEA. Ini termasuk mengidentifi-
kasi bagan-bagan mana yang bermanfaat untuk setiap bab dan menjelaskan data mana yang diperlukan untuk
melakukan analisis dan membuat grafik. Bab ini juga mempertimbangkan berbagai kesimpulan yang dapat di-
ambil dari analisis tersebut. Bab ini dibagi berdasarkan bab-bab minimum yang diharapkan dari sebuah laporan
PEA, antara lain:

1. Pendahuluan
• Analisis ekonomi daerah
• Analisis demografi daerah
• Analisis kemiskinan

2. Perencanaan dan penyusunan anggaran


• Analisis prioritas pembangunan
• Hubungan perencanaan dan penganggaran
• Praktik yang baik untuk perencanaan dan penganggaran
• Perencanaan dan penganggaran pembangunan partisipatif
• Analisis kerangka kerja peraturan

3. Penerimaan
• Gambaran penerimaan keseluruhan
• Analisis penerimaan terperinci
• Analisis pembiayaan

4. Belanja
• Gambaran pengeluaran keseluruhan
• Analisis pengeluaran sektoral
• Analisis Klasifikasi Ekonomi
• Analisis perubahan belanja daerah
• Analisis belanja pemerintah pusat

5. Sektor-sektor Strategis (pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur)


• Analisis belanja berdasarkan sektor-sektor strategis
• Analisis kinerja untuk setiap sektor strategis

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
15
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 BAB PENDAHULUAN


5.1.1 Tujuan
Tujuan bab ini dalam PEA adalah memberikan latar belakang umum tentang demografi dari provinsi ini, dengan
fokus pada analisis sosial dan ekonomi. Apabila para peneliti dan/atau pemerintah daerah mengemukakan
isu-isu khusus terkait dengan provinsi tersebut (dianggap sebagai ”isu-isu lokal”), maka isu-isu tersebut harus
dikemukakan dalam bab ini.

5.1.2 Jenis analisis


Topik-topik berikut ini biasanya dibahas dalam bagian ini:
1. Analisis ekonomi daerah
a. Pertumbuhan ekonomi
b. Struktur perekonomian
c. Inflasi

2. Analisis demografi daerah


a. Struktur kependudukan dan ketenagakerjaan
b. Pengangguran

3. Analisis kemiskinan
a. Angka kemiskinan
b. Indeks Pembangunan Manusia

1.  Analisis ekonomi daerah


Analisis ekonomi daerah melihat kondisi ekonomi makro secara umum dari provinsi yang bersangkutan, khususnya
dengan membandingkan dengan provinsi-provinsi lain dan posisi Indonesia secara keseluruhan. Terdapat tiga
unsur utama dalam analisis ekonomi: pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian dan inflasi.

a. Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan pendapatan domestik regional bruto (PDRB), PDRB per kapita).
Tujuannya adalah untuk memahami ukuran dari perekonomian provinsi/kabupaten serta tingkat pertumbuhan
ekonomi daerah, khususnya dibandingkan dengan provinsi dan kabupaten lain di Indonesiadan dengan
pertumbuhan rata-rata nasional. Sumber data: Kantor Statistik Daerah dan Badan Perencanaan Daerah.

Contoh 1: membuat perbandingan antar provinsi


Grafik batang berikutnya merupakan sebuah contoh tentang bagaimana ukuran perekonomian daerah dapat
disajikan. Grafik tersebut menunjukkan PDRB per kapita di Provinsi Gorontalo, dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lain di Sulawesi, di Indonesia Timur dan di seluruh Indonesia. Grafik tersebut menunjukkan dua
kecenderungan: 1) Gorontalo memiliki perekonomian yang sangat kecil, sebagaimana yang diukur berdasarkan
PDRB per kapita, dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia; dan 2) Meskipun perekonomian
Gorontalo telah mengalami pertumbuhan antara tahun 2000-2006, pertumbuhan tersebut mengikuti suatu
kecenderungan umum di seluruh Indonesia. PDRB riil per kapita merupakan indikator yang lebih disukai karena
ketika menggunakan PDRB total, populasi tidak diperhitungkan, namun populasi memberi kontribusi dalam
pembuatan PDRB.

16 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi di Gorontalo, perbandingan dengan tingkat provinsi dan nasional, 2000-2005
10

8
PDRB riil per kapita (Rp juta)

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005

Nasional Indonesia Timur Sulawesi Gorontalo


14

12
Pertumbuhan PDRB riil (%)

10

0
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
-2

-4

-6
Nasional Indonesia Timur Sulawesi Gorontalo
Sumber: PDRB

Grafik garis di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi riil, sebagaimana yang diukur dengan perubahan dalam
PDRB Gorontalo antara tahun 1994 dan 2005, dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Terlihat pada grafik
tersebut bahwa sampai dengan tahun 2005, Gorontalo mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan rata-rata provinsi-provinsi lain di Sulawesi, Indonesia Timur dan di tingkat nasional. Akan
tetapi, pada tahun 2005, tingkat pertumbuhan di Indonesia Timur tiba-tiba meningkat sampai lebih dari sembilan
persen (meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 2004), dan melampaui tingkat pertumbuhan di
provinsi Gorontalo.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
17
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Isu-isu lainnya yang harus diselidiki:


Langkah penting berikutnya setelah mengidentifikasikan kecenderungan-kecenderungan adalah menyelidiki
mengapa kecenderungan-kecenderungan tersebut mungkin telah terjadi. Beberapa pertanyaan lanjutan yang
umumnya diajukan antara lain adalah sebagai berikut:
• Apa yang telah mengakibatkan peningkatan PDRB per kapita di Gorontalo dan secara umum di semua
provinsi di Indonesia?
• Apa saja faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Gorontalo?
• Mengapa provinsi-provinsi di Indonesia Timur tiba-tiba mengalami pertumbuhan yang signifikan pada
tahun 2005?

b. Struktur perekonomian (PDRB sektoral, PDRB sektoral per kapita)


Tujuannya adalah untuk menganalisis sektor-sektor mana yang mendorong perekonomian daerah (provinsi atau
kabupaten/kota). Analisis ini dapat membandingkan satu provinsi/ kabupaten/kota dalam kurun waktu tertentu
atau membandingkan dengan berbagai pemerintahan daerah. Sumber data: Badan Statistik Daerah dan Badan
Perencanaan Daerah.

Contoh 2: kontribusi sektoral


Contoh pada Gambar 2 menunjukkan sektor-sektor mana yang memberikan kontribusi kepada perekonomian
daerah. Grafik lingkaran (pie graph) di bawah ini menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor terbesar untuk
Kepulauan Nias (yang terdiri dari dua kabupaten), disusul oleh perdagangan, restoran dan hotel. Kepulauan
Nias memiliki sangat sedikit kegiatan dalam sektor manufaktur, pertambangan dan listrik, gas dan air (yang
digabungkan sebesar 4,5 persen).

Gambar 2. Komposisi sektoral untuk PDRB di Kepulauan Nias, 2005

Jasa keuangan Jasa


5.5% 10.1%
Pertanian
Transportasi & 43.0%
komunikasi
6.9%
Pertambangan &
Perdagangan,
Restoran, & Hotel Penggalian
22.1% 2.3%

Bangunan Industri
Pengolahan
7.9% Listrik, 1.8%
Gas, & Air
0.4%

Gambar 3 menunjukkan PDRB per kapita Gorontalo antara tahun 2000 dan 2005, dibandingkan dengan upah riil.
Grafik tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan:
(i) Pertanian merupakan suatu bagian yang signifikan dari PDRB per kapita Gorontalo di sepanjang semua
tahun.
(ii) Komposisi sektoral secara keseluruhan dari PDRB masih tetap cukup konsisten walaupun persentase
PDRB dari listrik, air dan gas telah meningkat.
(iii) Walaupun PDRB per kapita telah meningkat, upah riil telah mengalami penurunan pada tahun 2005 dan
2006.

18 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 3. Komposisi sektoral untuk PDRB per kapita di Gorontalo, 2000 -2006

2,500 1,000
Rp milyar (pada harga konstan 2000) 855 879
783

(pada harga konstan 2000)


754

Pendapatan riil (Rp ‘000)


2,000
689 750
639
PRDB per kapita,

1,500
500
1,000

250
500

- -
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pertanian Pertambangan & pengolahan


Pengolahan Listrik, Gas & Air
Bangunan Perdagangan, Restoran & Hotel
Transportasi & Komunikasi Jasa keuangan
Jasa Penghasilan riil

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa upah riil mengalami penurunan?
• Mengapa sektor listrik, gas dan air mengalami peningkatan?

c. Inflasi
Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang inflasi di tingkat daerah. Tingkat inflasi
dapat dibandingkan di antara tahun-tahun yang berbeda, antar kabupaten/kota, antar provinsi atau dengan
angka-angka di tingkat nasional/daerah.

Gambar 4. Tingkat Inflasi untuk Gorontalo, perbandingan dengan tingkat provinsi dan nasional, 2004-2007
25
Nasional
Manado
20 Makassar
Gorontalo
15

10

0
04 04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05 06 06 06 06 06 06 07 07 07 07
an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul-
J M M S N J M M S N J M M S N J M M

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
19
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 4 memberikan satu contoh tentang bagaimana analisis inflasi dapat disajikan. Grafik tersebut menunjukkan
beberapa kecenderungan:
(i) Secara keseluruhan, inflasi di Gorontalo telah mengikuti kecenderungan-kecenderungan yang berlaku
untuk di daerah-daerah lain di Indonesia
(ii) Walaupun sesuai dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Gorontalo nampaknya mengalami peningkatan
dan penurunan yang lebih ekstrim, sebagaimana ditunjukkan oleh sudut-sudut yang tajam pada grafik
garis tersebut.
(iii) Sejak pertengahan tahun 2007, inflasi di Gorontalo lebih rendah dari daerah-daerah lain di Indonesia.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa Gorontalo mengalami peningkatan dan penurunan yang lebih ekstrim dalam tingkat inflasi?
• Apakah terdapat alasan mengapa perubahan-perubahan inflasi di Indonesia memiliki dampak yang lebih
kuat bagi Gorontalo?
• Apa yang mendorong pergerakan harga di Gorontalo (makanan, sektor jasa, bahan bangunan, dll)?

2.  Analisis demografi daerah


Tujuan analisis demografi daerah adalah untuk menyelidiki kondisi-kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan,
dengan fokus pada isu-isu berikut ini:

a. Struktur populasi dan ketenagakerjaan


Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan sektor-sektor kunci yang mana yang menyerap tenaga kerja dan
menganalisis tingkat pendidikan dari orang-orang yang telah memiliki pekerjaan. Analisis ini dapat membandingkan
angka-angka di tingkat kabupaten/kota, serta dengan angka-angka di tingkat provinsi dan nasional. Sumber data:
Kantor Statistik Daerah dan Badan Perencanaan Daerah.

Contoh 3: Analisis ketenagakerjaan


Gambar 5 menunjukkan sektor-sektor mana saja yang memberikan lapangan kerja yang paling besar di Gorontalo
antara tahun 2001 dan 2006. Grafik tersebut menunjukkan dua kecenderungan yang menonjol: 1) sebagian
besar lapangan kerja di Gorontalo ada di sektor pertanian; dan 2) walaupun sejauh ini masih faktor pendorong
ketenagakerjaan yang paling besar, proporsi lapangan kerja dalam sektor pertanian telah turun dari 63 persen
pada tahun 2001 sampai dengan 55 persen pada tahun 2006.

Gambar 5. Ketenagakerjaan pada tingkat sektoral di Gorontalo, 2001-2006

400 100
Angkatan kerja di sektor pertanian (%)
Angkatan kerja (’000)

300 75
Lainnya (kiri)
63 56 62
55 Pengolahan (kiri)
48 51
200 50 Jasa Umum/Sosial/Pribadi (kiri)
Perdagangan (kiri)
Pertanian (kiri)
100 25 Angkatan kerja di sektor
pertanian (%) (kanan)

0 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006

20 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Apakah terdapat penurunan yang signifikan pada proporsi tenaga kerja di bidang pertanian?
• Apabila demikian, apa yang menyebabkan penurunan tersebut?
• Sektor-sektor apa yang telah tumbuh dalam hal ukuran tenaga kerja?
• Mengapa sektor-sektor tersebut telah mengalami peningkatan?

b. Angka pengangguran
Tujuan analisis ini adalah untuk mengevaluasi angka pengangguran di daerah dengan perbandingan-perbandingan
lain seperti tingkat rata-rata nasional, angka-angka di provinsi-provinsi serupa lainnya dan/atau kabupaten/kota
lainnya. Sumber data antara lain Kantor Statistik Daerah dan Badan Perencanaan Daerah.

Contoh 4: angka pengangguran di Gorontalo


Gambar 6 membandingkan angka pengangguran di Gorontalo dengan angka pengangguran di tingkat nasional
and angka rata-rata untuk provinsi-provinsi di Indonesia Timur. Grafik tersebut menunjukkan dua kecenderungan:
(i) Antara tahun 2001 dan 2006, pengangguran di Gorontalo menurun meskipun pengangguran di kawasan
Indonesia Timur dan di Indonesia secara keseluruhan meningkat.
(ii) Pengangguran di Gorontalo mengalami fluktuasi yang jauh lebih besar dari tahun ke tahun dibandingkan
dengan Indonesia Timur dan Indonesia.

Gambar 6. Tingkat pengangguran di Gorontalo, perbandingan dengan tingkat nasional, 2001-2006

16
Nasional Gorontalo Indonesia
Tingkat pengangguran (%)

14 Timur

12

10

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa pengangguran mengalami penurunan di Gorontalo sementara kecenderungan secara keseluru-
han di Indonesia Timur maupun Indonesia mengalami peningkatan?
• Mengapa angka pengangguran di Gorontalo berfluktuasi sangat besar antara tahun-tahun tersebut?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
21
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

3.  Analisis kemiskinan

a.  Angka kemiskinan


Analisis ini harus menyelidiki kecenderungan-kecenderungan kemiskinan sepanjang waktu, dan dibandingkan
dengan angka kemiskinan di provinsi/kabupaten/kota lain dan angka di tingkat nasional. Tujuan analisis ini adalah
untuk melihat apakah angka kemiskinan di tingkat provinsi/kabupaten/kota telah mengalami peningkatan atau
penurunan selama tahun-tahun yang dianalisis. Selain itu, penting untuk menentukan apakah kecenderungan-
kecenderungan yang diidentifikasi di tingkat provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kecenderungan-
kecenderungan di provinsi-provinsi lainnya atau dibandingkan dengan angka kemiskinan di Indonesia. Sumber
data: Kantor Statistik Daerah.

b.  Indeks Pembangunan Manusia


Analisis ini menyelidiki kecenderungan-kecenderungan kemiskinan dalam kurun waktu tertentu dan dibandingkan
dengan angka kemiskinan di provinsi/kabupaten/kota lainnya dan di tingkat nasional. Tujuan analisis ini adalah
untuk menentukan apakah Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di provinsi/kabupaten/kota telah mengalami
peningkatan atau penurunan selama kurun waktu yang dianalisis. Selain itu, penting untuk mengetahui apakah
kecenderungan di provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan sesuai dengan kecenderungan di provinsi-provinsi
lainnya atau dibandingkan dengan kecenderungan HDI di Indonesia. Analisis HDI juga dapat menggabungkan
faktor-faktor pendukung HDI (angka harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat partisipasi pendidikan rata-
rata, atau penghasilan per kapita) di masing-masing provinsi; oleh karena itu, perincian data dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dalam analisis ini. Sumber data: UNDP Human Development Report.

Contoh 5: angka kemiskinan dan indeks pembangunan manusia


Tabel 1 menunjukkan cara penyajian angka kemiskinan dan angka HDI. Angka kemiskinan dalam tabel tersebut
menunjukkan adanya beberapa kecenderungan: 1) Angka kemiskinan di provinsi Gorontalo adalah 28,9 persen,
yang jauh lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan nasional sebesar 16,7 persen; 2) angka HDI di Gorontalo
serupa dengan angka HDI di tingkat nasional.

Tabel 1. Angka kemiskinan dan HDI di Gorontalo, perbandingan dengan tingkat nasional
Indikator Gorontalo Nasional
  Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata
PDRB per kapita (Rp juta, 2005) 5.2 2.8 3.7 407.3 0.9 12.6
Angka Kemiskinan (2004,%) 32.5 10.8 28.9 51.0 2.9 16.7
Angka melek huruf (2006,%) 83.1 60.0 70.8 99.3 7.3 71.5
Angka partisipasi bersih (2006,%) 67.9 39.3 46.2 90.4 8.2 57.8
HDI (2005) 70.4 65.9 67.5 77.4 46.9 69.6

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Apakah angka kemiskinan dan HDI di Gorontalo telah berubah sepanjang tahun-tahun tersebut?
• Apakah mengalami peningkatan datau penurunan?
• Apabila berubah, faktor-faktor apakah yang menyebabkan perubahan tersebut?
• Apakah perubahan pada angka kemiskinan dan HDI telah mengalami perubahan sepnajang tahun?
• Apakah kecenderungannya sesuai dengan kecenderungan di tingkat nasional atau Indonesia timur?

Apabila terdapat perbedaan, harus dijelaskan mengapa terdapat perbedaan.

22 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

5.2 BAB PERENCANAAN DAN ANGGARAN


5.2.1 Tujuan
Tujuan bab ini dalam PEA adalah untuk memahami secara lebih baik perencanaan pembangunan daerah dan
hubungannya dengan proses penyusunan anggaran. Sebagian besar dokumen dasar yang wajib dianalisis adalah
dokumen-dokumen anggaran (APBD) yang diperoleh dari kantor-kantor anggaran dan dokumen-dokumen
perencanaan dari kantor Bappeda yang bersangkutan.

5.2.2 Jenis analisis yang diperlukan


Topik-topik berikut ini biasanya dibahas dalam bagian ini:
1. Analisis prioritas pembangunan
2. Hubungan perencanaan dan penganggaran
3. Praktik yang baik untuk perencanaan dan penganggaran
4. Perencanaan dan penganggaran pembangunan partisipasif
5. Analisis kerangka kerja peraturan

1.  Analisis prioritas pembangunan


Untuk menjelaskan prioritas-prioritas pembangunan provinsi, bagian ini memerlukan diskusi tentang sektor-sektor
prioritas yang disebutkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) provinsi, penjelasan
singkat tentang fungsi utama (urusan wajib) dan fungsi pilihan (urusan pilihan) dari pemerintah daerah, serta
penilaian tingkat hubungan dan sinkronisasi antara berbagai dokumen perencanaan.

2.  Hubungan perencanaan dan penganggaran


Bagian ini meninjau fungsi anggaran sebagai sebuah alat perencanaan pembangunan dan bagaimana anggaran
digunakan dalam menentukan prioritas-prioritas pembangunan. Bagian ini menilai apakah anggaran yang ada
(APBD) benar-benar berhubungan dengan dokumen-dokumen perencanaan dan apakah anggaran tersebut
mencakup sasaran-sasaran pembangunan sebagaimana dikemukakan dalam dokumen-dokumen perencanaan.

3.  Praktik yang baik untuk perencanaan dan penganggaran


Bagian ini meninjau apakah dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran yang ada telah
mempertimbangkan prinsip-prinsip Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan Anggaran Berbasis
Kinerja (ABK). Bagian ini bertujuan menentukan seberapa baik konsep RPJM dan ABK telah diterapkan dalam
sistem anggaran saat ini.

4.  Perencanaan dan penganggaran pembangunan partisipatif


Pada bagian ini, kita meninjau seberapa baik daerah telah menerapkan proses partisipatif dalam perencanaan
pembangunan, dan manfaat serta kekurangan dari penggunaan proses tersebut.

5.  Analisis kerangka kerja peraturan


Bagian ini memeriksa apakah proses perencanaan dan penganggaran telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturanperaturan yang ada dan terjadi dalam jangka waktu yang diminta.

5.3 BAB PENERIMAAN


5.3.1 Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk memahami total cakupan pembiayaan yang tersedia untuk daerah dan sumber-
sumber penerimaan tersebut, termasuk cakupan sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah pusat atau
daerah. Dengan demikian, angka-angka yang dibutuhkan dikonsolidasikan dari semua kabupaten / kota yang
bersangkutan, pemerintah provinsi dan Pemerintah Pusat (dana dekonsentrasi dan tugas pembantua). Sebagian
besar dokumen dasar yang perlu dianalisis adalah dokumen-dokumen anggaran (APBD) yang diperoleh dari
kantor-kantor anggaran atau Bappeda.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
23
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

5.3.2 Jenis Analisis yang diperlukan


Topik-topik berikut ini biasanya dibahas dalam bagian ini untuk memberikan suatu analisis yang menyeluruh atas
penerimaan daerah:

(i) Gambaran penerimaan keseluruhan:


Tujuan analisis ini adalah untuk memberikan suatu gambaran gabungan tentang kecenderungan-kecender-
ungan penerimaan umum di provinsi ini. Analisis ini harus mencakup data penerimaan baik dari pemerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota.

(ii) Analisis penerimaan terperinci


Bagian kedua memberikan suatu analisis yang lebih terperinci atas sumber-sumber penerimaan utama (DAU,
DAK, Pendapatan Bagi Hasil dam Pendapatan Asli Daerah (PAD)). Analisis ini mencakup setiap jenis peneri-
maan: kecenderungan-kecenderungan seiring berjalannya waktu, apakah berasal dari pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten / kota; dan faktor-faktor apa yang menyebabkan peningkatan atau penurunan
setiap jenis penerimaan.

(iii) Analisis pembiayaan


Bagian ini bertujuan untuk memahami tingkat surplus/defisit yang dialami oleh pemerintah daerah; dan
bagaimana pemerintah provinsi/kabupaten/kota membiayai defisit atau mengalokasikan surplus tersebut;
serta bagaimana akun-akun tersebut dicatat dalam APBD.

5.3.3 Gambaran Menyeluruh tentang Penerimaan


Tujuan dari analisis ini adalah untuk memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang seberapa besar penerimaan
gabungan yang diterima oleh daerah. Bagian dari analisis umum ini adalah membandingkan penerimaan gabungan
provinsi tersebut dengan provinsi-provinsi lain yang setara di Indonesia, dan dengan rata-rata Indonesia. Aspek-
aspek kunci dari analisis ini antara lain sebagai berikut:
• Kecenderungan-kecenderungan seiring waktu: apakah penerimaan total telah mengalami peningkatan
atau penurunan seiring waktu? Mengapa? Bagaimana kecenderungan tersebut apabila dibandingkan
dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia atau angka rata-rata Indonesia? Untuk membandingkan den-
gan provinsi-provinsi lain, analisis tersebut harus menggunakan angka-angka per kapita.
• Tingkat pemerintahan: tingkat pemerintahan yang mana yang menerima penerimaan daerah? Pemerin-
tah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota? Apakah hal tersebut telah mengalami perubahan seiring
waktu?
• Distribusi antar kabupaten/kota: kota atau kabupaten yang mana yang menerima tingkat penerimaan
yang paling tinggi? Yang mana yang menerima tingkat penerimaan paling rendah? Mengapa? Untuk
membandingkan antara kabupaten/kota, analisis tersebut harus menggunakan angka-angka per kapita.
• Komposisi penerimaan: apa saja yang merupakan sumber penerimaan utama – DAU, DAK, Bagi Hasil,
PAD? Apakah komposisi penerimaan tersebut telah mengalami perubahan seiring waktu?

Contoh 6: Kecenderungan-kecenderungan sepanjang waktu


Gambar 7 merupakan sebuah contoh dari sebuah grafik time series yang menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan penerimaan dalam kurun waktu tertentu di Gorontalo.

24 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 7. Sumberdaya keuangan per kapita di Gorontalo, 1998-2006

1,800
1,600
Rp ’000

1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006*

Pendapatan Asli Daerah Dana Bagi Hasil Pajak


Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Subsidi Daerah Otonom/SDO
Hibah Presiden (untuk pembangunan)/INPRES DAU
DAK Dana Penyeimbang lainnya
Dana lainnya

Grafik tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan yang dapat ditelaah:


(i) Sejak 2001, penerimaan per kapita di Gorontalo telah meningkat secara stabil.
(ii) Sejak 2001, sumber-sumber penerimaan telah berubah secara signifikan. Sebagian besar penerimaan
berasal dari dana perimbangan, yang terdiri dari DAU, DAK dan Bagi Hasil.
(iii) Sebagian besar dari peningkatan pada penerimaan berasal dari dana perimbangan, yang merupakan
mekanisme utama yang digunakan Permerintah Pusat untuk mengalihkan manajemen keuangan ke
pemerintah daerah, sebagai bagian dari reformasi desentralisasi di Indonesia.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa penerimaan per kapita mengalami peningkatan?
• Apakah pertumbuhan dalah penerimaan di Gorontalo lebih tinggi atau lebih rendah dari pertumbuhan
penerimaan di provinsi-provinsi lainnya di Indonesia? Mengapa hal tersebut terjadi?
• Rekomendasi-rekomendasi apa yang mungkin berguna bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan
penerimaan?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
25
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 7: Komposisi penerimaan

Tabel 2. Komposisi penerimaan fiskal di Gorontalo dan gabungan kabupaten/kota, 2002-2006


2002 2003 2004 2005 2006*
Province Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr %
DAU 157.05 81 210.55 79 231.71 82 211.01 78 340.80 89
Pendapatan Asli Daerah 31.08 16 41.94 16 41.59 15 46.11 17 40.70 11
Bagi Hasil Pajak 6.04 3 7.23 3 7.58 3 12.99 5 3.57 1
DAK 0.00 0 5.61 2 0.00 0 0.00 0 0.00 0
Bagi Hasil Penerimaan SDA 0.46 0 0.32 0 0.72 0 0.08 0 0.00 0
Penerimaan Lain-lain 0.00 0 0.25 0 0.00 0 0.04 0 0.00 0
Total 194.63 100 265.90 100 281.60 100 270.24 100 385.07 100

2002 2003 2004 2005 2006*


Districts/Cities Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr % Rp mlyr %
DAU 478.46 82 558.80 78 559.96 74 569.46 72 825.53 77
DAK 13.66 2 26.94 4 48.60 6 56.74 7 103.00 10
Pendapatan Asli Daerah 31.13 5 48.70 7 49.32 6 45.91 6 52.80 5
Bagi Hasil Pajak 37.53 6 29.76 4 53.55 7 57.29 7 57.92 5
Bagi Hasil Pajak Dari
Bantuan Provinsi 0.00 0 10.40 1 11.88 2 12.17 2 11.01 1
Penerimaan Lain-lain 11.37 2 24.05 3 23.14 3 34.48 4 14.58 1
Bagi Hasil Penerimaan SDA 3.57 1 1.85 0 3.26 0 3.59 0 3.19 0
Dana Penyesuaian 4.26 1 20.31 3 12.08 2 10.90 1 0.00 0
Total 579.98 100 720.80 100 761.80 100 790.53 100 1,068.04 100

Tabel 2 menunjukkan penerimaan di Gorontalo per tahun dan berdasarkan komposisinya, dan dipisahkan antara
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kotanya. Tabel tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan
yang tampak:
(i) Antara tahun 2002 dan 2006, penerimaan tingkat provinsi dan penerimaan tingkat kabupaten / kota
meningkat hampir dua kali lipat.
(ii) Sebagian besar dari penerimaan tersebut baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten / kota
berasal dari DAU.
(iii) Di tingkat kabupaten / kota, DAK telah meningkat hampir sebesar 600 persen dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2006.
(iv) Sebagian yang sangat kecil dari penerimaan tersebut berasal dari PAD, yang berarti provinsi tersebut
sangat bergantung pada aliran dana dari Pemerintah Pusat.

26 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa kecenderungan-kecenderungan tersebut terjadi?
• Bagaimana pertumbuhan penerimaan di Gorontalo apabila dibandingkan dengan pemerintah provinsi /
kabupaten / kota lainnya di Indonesia?
• Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peningkatan pada DAK dan DAU?
• Apakah faktor-faktor tersebut berbeda di Gorontalo apabila dibandingkan dengan pemerintah daerah
lainnya di Indonesia?

Contoh 8: Komposisi Penerimaan berdasarkan Kabupaten/Kota

Gambar 8. Komposisi penerimaan fiskal di kabupaten dan kota di Gorontalo, 2005

1,400
1,200
1,000
800
Rp’000

600
400
200
0
Gorontalo Bone Bolango Boalemo Pohuwato Kota Gorontalo

Pendapatan Asli Daerah Dana Bagi Hasil Pajak


Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DAU
DAK Dana Bagi Hasil Pajak & bantuan dari provinsi
Dana Penyesuaian Pendapatan lainnya

Grafik tersebut membandingkan komposisi penerimaan di pemerintah kabupaten / kota di Gorontalo. Grafik
tersebut mengindikasikan beberapa kecenderungan:
(i) Semua pemerintah kabupaten / kota di Gorontalo mendapatkan sebagian besar penerimaannya dari
DAU.
(ii) Beberapa kabupaten, termasuk Bone Bolango, Baolemo dan Pohuwato, menerima aliran DAK yang
signifikan dibandingkan dengan dua kabupaten/kota lainnya.
(iii) Kota Gorontalo memiliki tingkat PAD paling tinggi.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa tiga kabupaten menerima jumlah DAK yang lebih besar dibandingkan dengan Kota Gorontalo
atau kabupaten Gorontalo?
• Mengapa Kota Gorontalo memiliki tingkat PAD yang tinggi dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten
di Gorontalo?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
27
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 9: Perbandingan dengan pemerintah daerah lainnya


Gambar 9 membandingkan penerimaan daerah gabungan per kapita di Gorontalo dengan provinsi-provinsi
lainnya di Indonesia. Provinsi-provinsi lainnya yang dipilih adalah semua provinsi yang dibentuk pada tahun 1999,
sebagai bagian dari reformasi desentralisasi di Indonesia. Grafik tersebut menunjukkan bahwa kapasitas keuangan
Gorontalo merupakan salah satu dari yang paling lemah, di antara provinsi-provinsi yang baru dibentuk.

Gambar 9. Perbandingan sumberdaya penerimaan fiskal pemerintah daerah di Gorontalo dengan daerah-daerah
lainnya, 2005

Transfer per kapita (kiri)


Pendapatan lain per kapita (kiri)
4,500 PAD per kapita (kiri) 6,000
Pendapatan per kapita daerah (Rp ‘000)

Jml pendapatan daerah (kanan)

Jml total pendapatan (Rp. bn)


4,000
5,000
3,500

3,000 4,000

2,500
3,000
2,000

1,500 2,000

1,000
1,000
500

-
lo

t
en

ra

at
au

ra
un
ta

ta

ar
nt

Ba
Ri
on

lit

iB
Ba

p.

a
Be

u
or

es

pu
Ke
uk
G

w
ka

Pa
al

la
ng

Su
Ba
p.
Ke

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa penerimaan per kapita Gorontalo lebih rendah dari provinsi-provinsi yang baru dibentuk lain-
nya?

5.3.4 Analisis penerimaan terperinci


Tujuan bagian ini adalah untuk menganalisa secara lebih terperinci setiap sumber penerimaan dan bagaimana
setiap jenis penerimaan tersebut berdampak pada tingkat penerimaan secara keseluruhan di provinsi ini. Regional
governments derive revenue from three main sources:

28 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Penerimaan ini dikumpulkan oleh pemerintah daerah dan mungkin mencakup pajak daerah, retribusi dan peng-
hasilan investasi.

b. Dana Perimbangan
Dana ini digunakan oleh Pemerintah Pusat untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan pemerintah daerah:
(i) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana hibah berdasarkan diskresi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada semua pemerintah daerah untuk mencapai kesetaraan keuangan. DAU dialokasikan dengan
menggunakan suatu rumus yang berlaku secara nasional berdasarkan faktor-faktor seperti jumlah
penduduk, luas daerah, produk domestic regional bruto (PDRB) per kapita, indeks pembangunan manusia,
anggaran dan belanja gaji PNS, tingkat pendapatan asli daerah (PAD) dan bagi hasil.
(ii) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah hibah tunai yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada pemerintah
daerah untuk membiayai kebutuhan khusus daerah.
(iii) Bagi Hasil (dari pajak dan sumberdaya alam) adalah penerimaan yang berasal dari pajak (di tingkat nasional)
dan sumberdaya malam yang dibagi di antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berdasarkan suatu
perbandingan yang telah disepakati yang tertuang dalam perundang-undangan.

c. Penerimaan Lainnya
Penerimaan ini terdiri dari antara lain penerimaan hibah, dana kontijensi, dana otonomi khusus (misalnya di Aceh
dan Papua), dan dana bagi hasil/bantuan keuangan lainnya dari pemerintah provinsi atau kabupaten/kota lainnya.

Bagian ini juga akan mengkaji isu-isu berikut ini untuk setiap jenis penerimaan:
• Kecenderungan seiring waktu: apakah pendapaan total telah meningkat atau menurun seiring wak-
tu? Mengapa hal tersebut terjadi? Bagaimana kecenderungan tersebut apabila dibandingkan dengan
probinsi-provinsi lainnya di Indonesia atau angka rata-rata Indonesia? Untuk membandingkannya den-
gan provinsi-proviinsi lainnya, analisis ini harus menggunakan angka-angka per kapita.
• Tingkat pemerintah: tingkat pemerintahan yang mana yang menerima penerimaan daerah? Pemerin-
tah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota? Apakah hal tersebut telah mengalami perubahan seiring
waktu?
• Distribusi ke seluruh kabupaten/kota: kota atau kabupaten mana yang menerima tingkat penerimaan
yang paling tinggi? Yang mana yang menerima penerimaan yang paling rendah? Mengapa terdapat per-
bedaan tersebut? Untuk membandingkan antara kabupaten/kota, analisis tersebut harus menggunakan
angka-angka per kapita.
• Rencana vs realisasi penerimaan: apakah pemerintah daerah merealisasikan penerimaan yang telah
direncanakannya?
• Komposisi penerimaan: untuk setiap jenis penerimaan, faktor-faktor utama apa yang menyebabkan pen-
ingkatan atau penurunan penerimaan tersebut? Bagaimana kecenderungan tersebut apabila dibanding-
kan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
29
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 10: Kecenderungan penerimaan seiring waktu

Gambar 10. Kecenderungan DAU per kapita di Gorontalo, 2006

1000
900 888
DAU per kapita (Rp ‘000)

800
700
600 626
633 624
500 561

400
367
300
200 239 258 232
184
100
0
2002 2003 2004 2005 2006

Provinsi Kabupaten/Kota

Gambar di atas merupakan suatu cara sederhana untuk menunjukkan pertumbuhan DAU di Gorontalo
antara tahun 2002 dan 2006. Grafik tersebut menunjukkan bahwa meskipun DAU mengalami pertumbuhan
yang tidak besar antara tahun 2002 dan 2005, peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2006.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Faktor-faktor apa yang menyebabkan peningkatan yang signifikan pada tahun 2006?
• Bagaimana peningkatan tersebut apabila dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indo-
nesia?

Contoh 11: Kecenderungan-kecenderungan penerimaan di seluruh kabupaten / kota


Gambar 11 menunjukkan bagaimana DAU didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota di Gorontalo terkait
dengan kesenjangan keuangan per kapita dan anggaran gaji PNS mereka.

30 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 11. Distribusi DAU per kapita ke pemerintah kabupaten/kota di Gorontalo, terkait dengan
kesenjangan keuangan dan anggaran gaji

3.0 2.0
1.8
2.5 1.6
1.4
Rp juta

Rp juta
2.0
1.2
1.5 1.0
0.8
1.0
0.6

0.5 0.4
0.2
0.0 0
Gorontalo Boalemo Bone Bolango Kota Gorontalo Pohuwato

DAU 2005 per kapita DAU 2006 per kapita


Gaji per kapita

Gambar ini menunjukkan bahwa alokasi DAU tampaknya memiliki korelasi dengan besarnya anggaran
gaji pegawai suatu kabupaten/kota. Akan tetapi, dalam beberapa kasus (misalnya, Kabupaten Pohuwato)
komponen kesenjangan keuangan menggantikan rendahnya anggaran gaji pegawai. Kesenjangan
keuangan adalah perbedaan antara kebutuhan belanja suatu kabupaten/kota dan kemampuan keuangan
kabupaten/kota tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya kesenjangan keuangan?
Misalnya, di Gorontalo, kesenjangan keuangan di Kabupten Pohuwato tinggi karena pemerintah ka-
bupaten/kota memberikan layanan untuk wilayah yang luas; dan karena tingginya biaya konstruksi.

Contoh 12: Alokasi DAK berdasarkan sektor


Gambar 12 menunjukkan fokus sektoral pada alokasi-alokasi DAK. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
pada tahun 2006, sebagian besar DAK dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan dan jalan.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
31
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 12. Alokasi-alokasi DAK berdasarkan sektor di Gorontalo, 2006

Pemerintah Lingkungan
4% 1%
Pertanian
10%
Pendidikan
Perikanan
23%
5%
Pasokan air & sanitasi
5%

Irigasi
5% Kesehatan
23%
Jalan
24%

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• DAK dipergunakan untuk membiayai apa (misalnya ruang kelas, fasilitas kesehatan, pelatihan, in-
frastruktur jalan)?

Berikan satu atau dua contoh kegiatan DAK dari pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.

Contoh 13: Rencana vs realisasi penerimaan

Tabel 3. Tingkat realisasi dana bagi hasil, Gorontalo, 2002-2005


  2002 2003 2004 2005
Province
Bagi Hasil Pajak 132.24 111.76 109.88 249.36
Bagi Hasil Penerimaan SDA (Bukan Pajak) 33.34 23.94 82.69 n.a.
Districts/Cities
Bagi Hasil Pajak 121.94 116.03 103.98 89.61
Bagi Hasil Penerimaan SDA (Bukan Pajak) 84.75 60.96 151.06 247.78

Tabel di atas menunjukkan bahwa Gorontalo melampaui ekspektasinya dan mendapatkan dana bagi hasil
yang lebih besar dari yang diharapkannya, namun secara umum tidak mencapai harapan untuk penerimaan
bagi hasil non-pajak (sumberdaya alam). Namun demikian, pada tahun 2004 dan 2005, pemerintah
kabupaten/kota mendapatkan dana bagi hasil non-pajak yang secara signifikan lebih besar dari yang
direncanakan.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa beberapa estimasi rencana penerimaan terlalu kecil dan yang lainnya terlalu besar?

32 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 14: Komposisi penerimaan asli daerah

Tabel 4. Komposisi pendappatan asli daerah, Gorontalo, 2002-2006


2002 2003 2004 2005 2006*
Rp Rp Rp Rp Rp
Province % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pajak 23.84 77 29.29 70 33.45 80 37.41 81 37.48 92
Retribusi 1.04 3 5.46 13 1.50 4 2.80 6 0.00 0
Laba Perusahaan
0.00 0 0.18 0 0.28 1 0.29 1 1.00 2
Milik Daerah
Penerimaan Asli
6.20 20 7.01 17 6.37 15 5.61 12 2.22 5
Daerah Lainnya
Total Penerimaan Asli
31.08 100 41.94 100 41.59 100 46.11 100 40.70 100
Daerah

2002 2003 2004 2005 2006*


Rp Rp Rp Rp Rp
Districts/Cities % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pajak 4.82 15 6.36 13 7.88 16 7.31 16 7.34 15
Retribusi 15.24 49 17.67 36 29.75 60 26.44 58 26.86 55
Laba Perusahaan
0.35 1 1.14 2 2.12 4 3.48 8 3.02 6
Milik Daerah
Penerimaan Asli
10.71 34 23.53 48 9.57 19 8.67 19 11.23 23
Daerah Lainnya
Total Penerimaan Asli
31.13 100 48.70 100 49.32 100 45.91 100 48.45 100
Daerah

Tabel di atas, yang memperlihatkan komposisi pendapatan asli daerah, menunjukkan beberapa
kecenderungan:
1) Antara tahun 2002 dan 2006, pendapatan asli daerah sedikit meningkat, namun masih merupakan
persentase yang sangat kecil dari penerimaan daerah secara keseluruhan.
2) Pemerintah provinsi mendapatkan jumlah pendapatan asli daerah yang sama dengan pemerintah
kabupaten/kota.
3) Di tingkat provinsi, sebagian besar pendapatan asli daerah berasal dari pajak. Sebaliknya, di tingkat
kabupaten/kota, separuh dari pendapatan asli daerah berasal dari retribusi.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Apa yang menyebabkan adanya sedikit peningkatan pada PAD? Bagaimana pertumbuhan PAD di
provinsi ini dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia?
• Mengapa sebagian besar pajak yang dipungut oleh provinsi, bukan pemerintah kabupaten/kota?
Apa dasar hukum untuk pemungutan pajak tersebut? Dapatkan pemungutan pajak ditingkatkan
dengan menjadi lebih efisien atau efektif?
• Pajak/retribusi apa yang paling umum ditemukan di provinisi ini?
• Jenis layanan apa yang diberikan oleh pemerintah kabupaten / kota di mana mereka memungut
pendapatan? Bagaimana pemerintah kabupaten/kota dapat meningkatkan pendapatan asli dae-
rahnya?

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
33
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 15: Perbandingan PAD di seluruh kabupaten dan kota

Gambar 13. Pendapatan asli daerah per kapita, perbandingan antara kabupaten/kota, Gorontalo, 2005

160

140

120
Rp ‘000

100

80

60

40

20

0
Bone Bolango Gorontalo Boalemo Pohuwato Provinsi Kota Gorontalo
Pendapatan Asli Daerah per kapita

Grafik tersebut di atas menunjukkan tingkat pendapatan asli daerah yang dikumpulkan oleh pemerintah
daerah di Gorontalo dan menunjukkan bahwa Kota Gorontalo memiliki tingkat PAD yang lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan pemerintah kabupaten lainnya dan pemerintah provinsi.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa PAD tertinggi ada di Kota Gorontalo?

Suatu penjelasan harus diberikan, seperti: Mungkin hal tersebut terjadi karena Kota Gorontalo adalah
sebuah kota yang memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dan kegiatan ekonomi yang lebih banyak
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten di daerah pedesaan, atas pihak mana pemerintah dapat
mengenakan retribusi untuk berbagai layanan, seperti layanan kesehatan, pendahtaran kendaraan
bermotor, sewa kios di pasar, dll.

34 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 16: Perbandingan pajak dan retribusi di antara kabupaten/kota

Tabel 5. Pajak dan retribusi, tingkat kabupaten/kota, Gorontalo, 2005


Kota Gorontalo     Boalemo    
Pajak Rp juta % Pajak Rp juta %
Pajak Penerangan Jalan 2,526.77 69.31 Pajak Penerangan Jalan 291.30 50.62
Pajak Pengambilan dan
Pajak Hotel dan Restauran 500.67 13.73 Pengolahan Bahan Gailan 175.33 30.47
Golongan C
Pajak Reklame 341.17 9.36 Pajak Reklame 51.60 8.97
Pajak Pengambilan dan
Pengolahan Bahan Gailan 216.23 5.93 Pajak Hotel dan Restauran 37.99 6.60
Golongan C
Total Pajak 3,645.79 Total Pajak 575.43  
Retribusi Rp juta % Retribusi Rp juta %
Pelayangan Kesehatan 12,085.41 73.17 Pelayanan Administrasi 257.93 29.9
Izin Mendirikan Bangunan 1,154.23 6.99 Pemakaian Kekayaan Daerah 257.07 29.8
Pemakaian Kekayaan Daerah 572.24 3.46 Pelayanan Kesehatan 149.59 17.3
Jasa Pemberi Pekerjaan 401.77 2.43 Pelayanan Pasar 102.61 11.9
Pelayanan Pasar 354.03 2.14 Izin Mendirikan Bangunan 95.76 11.1
Total Retribusi 16,516.43   Total Retribusi 1,670.73  

Tabel 5 memberikan contoh berbagai komponen pajak dan retribusi di Kota Gorontalo dan Kabupaten
Baolemo. Tabel tersebut menunjukkan beberapa kesimpulan:
(i) Pajak dan retribusi di Kota Gorontalo dan Kabupaten Baolemo sesuai dengan pajak dan retribusi
yang tercantum dalam UU No. 34/2000.
(ii) Pajak hiburan dan retribusi parker umumnya merupakan bagian dari pajak dan retribusi yang
tertinggi, khususnya di wilayah perkotaan. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di Kota Gorontalo.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa pajak hiburan dan retribusi parkir bukan bentuk pajak dan retribusi yang dipungut oleh
pemerintah kabupaten/kota?

Salah satu penjelasan yang mungkin diberikan: pajak dan retribusi tersebut kurang layak mengingat kegiatan
usaha dan pariwisata masih relatif tertinggal di Gorontalo dan jumlah mobil masih terbatas. Hanya setelah
perekonomian tumbuh peluang akan meningkat untuk Kota Gorontalo untuk memobilisasi penadapatn
asli daerah yang lebih signifikan.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
35
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 17: Pendapatan yang direncanakan vs yang direalisasikan

Tabel 6. Perbandingan pendapatan asli daerah, perbandingan di tingkat provinsi dan gabungan kabupaten/
kota, Gorontalo, 2002-2005
Provinsi 2002 2003 2004 2005
Pajak 116.30 86.42 96.79 99.40
Retribusi 115.46 69.45 87.35 103.58
Laba perusahaan milik daerah 0.00 131.99 85.21 98.53
Penerimaan asli daerah lainnya 89.19 148.05 67.47 128.53
Total penerimaan asli daerah 109.63 89.95 90.35 102.47

Kabupaten/Kota 2002 2003 2004 2005


Tax 105.14 100.55 105.58 105.00
Retribusi 99.16 92.80 95.38 102.78
Laba perusahaan milik daerah 56.38 165.53 58.25 35.19
Penerimaan asli daerah lainnya 102.33 126.21 73.99 58.63
Total penerimaan asli daerah 100.25 108.95 89.30 81.97

Tabel 6 menunjukkan apakah pendapatan asli daerah yang direncanakan sama dengan jumlah pendapatan
yang direalisasikan oleh pemerintah daerah. Tabel tersebut menunjukkan dua kecenderungan:
(i) Tidak ada pola yang jelas dalam realisasi PAD selama periode antara tahun 2002 dan 2005. Kelebihan
realisasi dalam satu tahun sering diikuti oleh kekurangan realisasi pada tahun berikutnya. Misalnya,
laba dari badan usaha milik daerah dan pendapatan asli daerah “lainnya” pada tahun 2003 dan
2004, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota turun secara signifikan pada tahun-tahun
berikutnya.
(ii) Akan tetapi, pemungutan pajak pada umumnya dilaksanakan sesuai rencana. Kecuali pemungutan
pajak provinsi pada tahun 2003, pemungutan pajak oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/
kota tidak sesuai dengan jumlah yang direncanakan sebesar kurang dari 10 persen. Kabupaten
mencatat tingkat realisasi yang lebih baik dibandingkan provinsi untuk retribusi.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Metode apa yang digunakan untuk membuat estimasi PAD? Dapatkah metodologi tersebut diting-
katkan untuk memastikan perencanaan yang lebih akurat?

5.3.5 Analisis Pembiayaan


Bagian ini bertujuan untuk memahami tingkat surplus/defisit yang dimiliki oleh pemerintah daerah; dan
bagaimana pemerintah provinsi/kabupaten/kota membiayai deficit tersebut atau mengalokasikan surplus
tersebut; serta bagaimana akun-akun tersebut dicatat dalam APBD.

Contoh 18: Kinerja keuangan provinsi


Gambar 14 menunjukkan apakah pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Gorontalo mencatat defisit atau
surplus, dan kita dapat lihat bahwa pemerintah tersebut secara konsisten mencatat surplus antara tahun
2002 dan 2005.

36 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 14. Surplus dan defisit, perbandingan di antara pemerintah-pemerintah daerah Gorontalo, 2002 to
2005

15
Persentase total pengeluaran

10

0
2002 2003 2004 2005

-5

-10
Provinsi Kota Gorontalo Kab. Gorontalo
Boalemo Pohuwato Bone Bolango

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Apa yang pada umumnya dilakukan oleh Kabupaten/Kota terkait dengan surplus? Misalnya, apak-
ah mereka menginvestasikan surplus tersebut atau mengakumulasikannya dalam dana cadangan?

Contoh 19: pelaporan dana luncuran


Tabel 7 menunjukkan data yang dilaporkan dalam bagian pembiayaan dari APBD sebagaimana ditetapkan
dalam Kepmendagri No. 29/2002.

Tabel 7. Dana luncuran, perbandingan di antara pemerintah daerah, Gorontalo, 2006


Kota Kab.
  Province Bone Bolango Pohuwato
Gorontalo Gorontalo
Dana luncuran ke 2006 10.16 12.25 0.49 4.30 14.17
Anggaran dana luncuran di
6.49 12.25 - 4.30 14.17
2006
Selisih 3.67 - 0.49 - -

Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara umum, laporan pembiayaan didokumentasikan dengan cara
yang buruk dan dana luncuran dilaporkan dengan cara yang tidak konsisten. Misalnya, dana luncuran
dilaporkan dalam satu tahun anggaran sering tidak konsisten dengan dana luncuran yang dianggarkan
pada tahun berikutnya. Pelaporan yang buruk tersebut bukan hanya menciptakan kesalahan dalam rencana
anggaran untuk tahun berikutnya, namun juga meningkatkan risiko kesalahan anggaran.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
37
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

5.4 BAB BELANJA

5.4.1 Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk memahami bagaimana pemerintah daerah membelanjakan anggaran mereka,
bagaimana kecederungan belanja sepanjang waktu, seberapa banyak uang yang dibelanjakan oleh setiap
tingkatan pemerintah (nasional, provinsi, kabupaten/kota) di provinsi, serta bagaimana uang tersebut
dibelanjakan di semua klasifikasi dan sektor ekonomi. Angka-angka yang dibutuhkan digabungkan dari
semua kabupaten/kota yang bersangkutan, serta angka-angka provinsi.

Dokumen-dokumen dasar yang diperlukan untuk melaksanakan analisis ini terutama adalah dokumen-
dokumen anggaran (APBD) yang diperoleh dari Bappeda.

5.4.2 Jenis analisis yang diperlukan


Topik-topik berikut ini biasanya dibahas dalam bagian ini:
1.  Gambaran belanja secara keseluruhan
2.  Analisis belanja sektoral
3.  Analisis belanja berdasarkan klasifikasi Ekonomi
4.  Analisis variasi belanja daerah
5.  Analisis belanja pemerintah pusat

1.  Gambaran belanja secara keseluruhan


Bagian in bertujuan untuk mengilustrasikan kecenderungan-kecenderungan pada belanja daerah total
dalam kurun waktu tertentu dan bagaimana belanja daerah per kapita berbeda di antara seluruh kabupaten
/ kota, serta membandingkannya dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Pemahaman tentang
tingkat pemerintahan yang mana yang membelanjakan sebagian besar uang (pemerintah pusat, provinsi
atau kabupaten / kota) juga penting.

Contoh 20: kecenderungan-kecederungan sepnjang waktu dan di antara tingkatan pemerintahan.


Gambar 15 menunjukkan pertumbuhan belanja di Gorontalo dan kepada tingkatan pemerintahan yang
mana dana tersebut dialokasikan.

Gambar 15. Total belanja, tingkat provinsi dan gabungan kabupaten Gorontalo, 2002 s.d. 2006

4,000 700
Belanja daerah (Rp milyar)

Belanja nasional (Rp milyar)

3,500 600
3,000
500
2,500
400
2,000
300
1,500
200
1,000
500 100

- 0
2002 2003 2004 2005 2006*
Kabupaten/Kota (kiri) Provinsi (kiri)
Dekonsentrasi (kiri) Total Nasional (kanan)

38 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar ini menunjukkan dua kecenderungan:


(i) Sejak 2002, belanja di Gorontalo telah meningkat secara signifikan. Belanja daerah Gorontalo, yang
mencakup belanja tingkat provinsi dan kabupaten, telah meningkat sebesar lebih dari 100 persen
sejak tahun 2002.
(ii) Peningkatan tersebut menjadi lebih signifikan apabila belanja dekonsentrasi Pemerintah Pusat
digabungkan dengan belanja daerah gabungan. Dalam periode antara tahun 2002 dan 2006,
belanja dekonsentrasi meningkat hampir sepuluh kali lipat dan kontribusinya kepada belanja
daerah gabungan Gorontalo meningkat dari 24 persen pada tahun 2002 menjadi sekitar 60 persen
pada tahun 2006.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Apa yang menyebabkan pertumbuhan pada belanja dekonsentrasi? Mengapa bentuk belanja ini
lebih disukai dibandingkan dengan bentuk-bentuk pengalihan dana antar pemerintah lainnya?
• Apakah pertumbuhan dan dominasi belanja dekonsentrasi di Gorontalo sesuai dengan
kecenderungan di provinsi-provinsi lainnya di Indonesia?

Contoh 21: perbandingan per kapita tingkat provinsi


Gambar 16 menunjukkan belanja per kapita di Gorontalo dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di
Indonesia. Gambar ini menunjukkan bahwa belanja di Gorontalo berada di bawah tingkat rata-rata nasional,
namun sama dengan provinsi-provinsi lainnya di Sulawesi.

Gambar 16. Jumlah total belanja gabungan per kapita berdasarkan provinsi, 2005

5
Total belanja daerah per kapita (Rp juta)

4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Jawa Barat

Kalimantan Barat
NTT

Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Bengkulu
Jawa Timur

DI Yogyakarta

Kalimantan timur
Sumatera Barat

Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Lampung

Riau
Sulawesi Selatan

Gorontalo

NAD (Aceh)
Bangka Belitung
Jawa Tengah

Sumatera Selatan

Bali

DKI Jakarta

Sulawesi Tengah
NTB

Maluku Utara
Sulawesi Tenggara

Papua
Maluku
Jambi
Banten

Total Belanja per kapita Rata-rata nasional

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
39
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Faktor-faktor apa yang menyebabkan beberapa provinsi tertentu memiliki belanja per kapita yang
lebih tinggi dan provinsi-provinsi lainnya memiliki belanja per kapita yang lebih rendah, dibanding-
kan dengan Gorontalo?

2.  Analisis belanja sektoral


Bagian ini meninjau belanja daerah gabungan yang dikategorikan berdasarkan klasifikasi sektoral. Bagian
ini akan menjelaskan format anggaran yang berlaku, perubahan-perubahan dalam format anggaran dan
bagaimana belanja diklasifikasikan selama rentang waktu 5 sampai dengan 6 tahun. Secara keseluruhan,
bagian ini harus menganalisis jenis-jenis belanja yang mendominasi belanja daerah dalam kurun waktu
tertentu di tingkat provinsi dan kabupaten. Fokus dari analisis ini biasanya ditujukan pada empat sektor
utama:
1. Aparat pemerintah
2. pendidikan
3. kesehatan
4. infrastruktur

Nilai harga kontan lebih baik digunakan untuk analisis kecenderungan sepanjang waktu.

Gambar 17. Belanja sektoral gabungan, Gorontalo, 2002-2006

1600

1400 8%
Belanja daerah (Rp milyar)

1200 22%

1000 10% 8%
17% 17% 21%
800 19%
16%
20% 6%
26%
600 27% 5%
18% 28%
82%
400 7% 5%
27% 6% 5%
4% 37%
5%
200 6% 36%
29% 32%
24%
0
2002 2003 2004 2005 2006*

lainnya Kesehatan
Infrastruktur Pertanian
Pendidikan Admin & aparat pemerintah

40 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar17 menunjukkan belanja sektoral gabungan (provinsi, kabupaten dan kota) menurut sektor. Gam-
bar ini menunjukkan beberapa kecenderungan:
(i) Proporsi yang dibelanjakan untuk administrasi dan aparat pemerintah meningkat secara sigfnifikan
dari 24 persen pada tahun 2002 menjadi 37 persen pada tahun 2006.
(ii) Proporsi belanja total yang dikeluarkan untuk pendidikan menurun sejak tahun 2002.
(iii) Proporsi belanja total yang dikeluarkan untuk infrastruktur meningkat, sementara proporsi yang
dikeluarkan untuk kesehatan masih relatif sama.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Faktor-faktor apa yang mengakibatkan peningkatan dan penurunan belanja di setiap sektor? Mis-
alnya, mengapa pemerintah Gorontalo mebelanjakan jumlah yang jauh lebih besar untuk admin-
istrasi dan aparat pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2002?
• Mengapa proporsi belanja untuk pendidikan menurun?
• Bagaimana komposisi nelanja sektoral Gorontalo dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya
di Indonesia? Misalnya, apakah provinsi lainnya juga membelanjakan lebih dari sepertiga dari be-
lanja mereka untuk administrasi dan aparat?
• Bagaimana gabungan belanja sektoral dapat ditingkatkan?

3.  Analisis Klasifikasi Ekonomi


Bagian ini memeriksa belanja daerah gabungan yang dikategorikan berdasarkan klasifikasi ekonomi.
Bagian ini akan menjelaskan format anggaran yang ada, perubahan pada format anggaran dan bagaimana
belanja diklasifikasikan dalam rentang waktu 5 sampai dengan 6 tahun. Bagian ini juga harus menjelaskan
cara-cara untuk mengatasi berbagai macam format anggaran dan apa yang harus dikompromikan untuk
memungkinkan dilakukannya perbandingan rangkaian waktu. Secara keseluruhan, bagian ini harus
menganalisis jenis belanja yang mendominasi belanja daerah sepanajang waktu di tingkat provinsi dan
kabupaten. Untuk analisis kecenderungan, lebih baik pergunakan nilai-nilai harga kontan.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
41
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 22: perincian belanja gabungan


Tabel 8 menunjukkan gabungan belanja menurut klasifikasi ekonomi.

Tabel 8. Belanja gabungan tingkat provinsi dan kabupaten berdasarkan klasifikasi ekonomi, Gorontalo,
2002-2006
2002 2003 2004 2005 2006*
Rp Rp Rp Rp Rp
Provinsi % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pegawai 15 8 51 20 81 30 66 26 91 23
Barang dan jasa 14 7 36 14 43 16 51 20 130 33
Perjalanan dinas 4 2 17 7 22 8 27 11 0 0
Perawatan 2 1 4 2 6 2 8 3 0 0
Modal 121 64 111 44 74 28 70 28 115 29
Lain-lain 34 18 32 13 41 15 31 12 55 14
Total 190 100 251 100 267 100 252 100 391 100
2002 2003 2004 2005 2006*
Rp Rp Rp Rp Rp
Districts/Cities % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pegawai 282 51 356 49 409 54 405 52 510 46
Barang dan jasa 19 3 78 11 81 11 135 17 186 17
Perjalanan dinas 6 1 15 2 18 2 18 2 12 1
Perawatan 4 1 22 3 30 4 12 1 6 1
Modal 206 37 230 32 197 26 175 22 314 28
Lain-lain 36 7 22 3 25 3 40 5 88 8
Total 553 100 722 100 760 100 784 100 100

Tabel tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan yang tampak:


(i) Di tingkat provinsi, kurang lebih sepertiga dari belanja total digunakan untuk barang dan jasa, dan
29 persen lainnya digunakan untuk belanja modal. Belanja pegawai menghabiskan 23 persen dari
total belanja provinsi. Jumlah yang dihabiskan untuk belanja modal sangat bervariasi dari tahun
ke tahun, dari hampir dua pertiga pada tahun 2002, sampai di bawah sepertiga pada tahun 2006,
sementara belanja pegawai naik tiga kali lipat sepanjang jangka waktu yang sama.
(ii) Di tingkat kabupaten / kota, hampir separuh dari belanja total dihabiskan untuk pegawai, dua
kali lipat dari jumlah yang dihabiskan oleh pemerintah prvinsi. Pemerintah kabupaten / kota
menghabiskan proporsi yang sama untuk pekerjaan modal, namun hanya 17 persen dari total
belanja untuk barang dan jasa: separuh dari jumlah proporsional yang dihabiskan di tingkat
Provinsi.

42 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa belanja pegawai serta barang dan jasa meningkat dengan sangat signifikan di tingkat
provinsi? Apakah kecenderungan ini terjadi karena adanya peningkatan dalam jumlah PNS, gaji,
atau biaya terkait lainnya?
• Mengapa proporsi yang begitu besar dari belanja kabupaten / kota dihabiskan untuk belanja pega-
wai? Bagaimana jumlah tersebut dibandingkan dengan keadaan di provinsi-provinsi lainnya di In-
donesia?
• Infrastruktur apa yang telah dikembangkan dari belanja modal? Misalnya, apakah dana tersebut
digunakan untuk gedung pemerntah, rumah sakit, sekolah, jalan atau jembatan?

4.  Analisis variasi belanja daerah


Dalam bagian ini, perbandingan antar kabupaten dianalisis. Perbandingan tingkat kabupaten memberikan
informasi yang berguna tentang tingkat belanja secara keseluruhan dan gabungan belanja. Sebagai
contoh, hal ini mungkin mencakup tingkat belanja per kapita, tingkat belanja modal, dan tingkat belanja
sektoral atau klasifikasi ekonomi. Beberapa pertanyaan kunci untuk penyelidikan lebih lanjut antara lain
sebagai berikut:
• Kabupaten mana yang memiliki tingkat belanja per kapita paling tinggi?
• Kabupaten mana yang memiliki tingkat belanja pendidikan/kesehatan/ infrastruktur/pegawai per
kapita paling tinggi?

Apabila mungkin, gunakan grafik untuk mengilustrasikan apabila terdapat perbedaan, seperti Gambar 18
di bawah ini.

Contoh 23: perbandingan belanja tingkat kabupaten


Gambar 18 membandingkan belanja per kapita dari beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Maluku.
Gambar ini menunjukkan bahwa belanja per kapita di Kabupaten Maluku Tenggara Barat besarnya dua kali
lipat dari belanja per kapita di Kota Ambon.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
43
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 18. Perbandingan belanja per kapita antara beberapa kabupaten/kota di Maluku tahun 2008.

4,500

4,000

3,500

3,000

2,500
Rp ‘000

2,000

1,500

1,000

500

0
Kab. M. Kab. Kep. Kab. SBT Kab. SBB Kab. M. Kab. Buru Kab. M. Kota
Ten Bar Aru Tenggara Tengah Ambon

Pengeluaran Per Kapita Pendapatan Per Kapita


Sumber: SIKD, Depkeu (2009)
Catatan: Angka-angka merupakan estimasi Bank Dunia

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa kabupaten tertetu memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibandingkan den-
gan kabupaten lainnya dan Kota Ambon?

Penjelasan yang mungkin diberikan: kabupaten yang baru dibentuk pada umumnya memiliki tingkat
pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini mungkin karena adanya biaya-biaya yang diperlukan untuk
pembentukan struktur pemerintahan (pegawai dan infrastruktur). Perbandingan dengan kabupaten yang
baru dibentuk lainnya mungkin akan berguna.

5.  Analisis belanja Pemerintah Pusat


Dalam bagian ini, analisis atas belanja oleh pemerintah pusat di tingkat provinsi / kabupaten / kota dilakukan
dengan fokus pada tiga sektor kunci, yaitu kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Belanja tersebut
mencakup dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan (TP). Sampai tingkat tertentu, belanja pemerintah
pusat juga mengharuskan adanya beberapa pembagian biaya atau pembiayaan tambahan dari APBD, yang
harus dijelaskan.

Contoh 24: perbandingan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia


Gambar 19 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya, Gorontalo telah
menerima belanja dekonsentrasi yang relatif besar dari pemerintah pusat.

44 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 19. Belanja dekonsentrasi pemerintah pusat per kapita berdasarkan provinsi, 2005

3,50
Belanja dekonsnetrasi per kapita

3,00

2,50
(Rp ‘000)

2,00

1,50

1,00

50

-
u
Tim h

an ela ra
Ka we ra U tan
Su era N l

gy ra
uk
R r

DI um tan
Ja a B en

law ar itu i
Ja Ten at

nB n

alo
Tr a B Jamta

ro ra
as g
na

Ka w ng ra
es a Ti ng

a
an Te lu
Su at el B

Su ngg el b
Ra Lam iau

M ah
ku
Su tan gah
es el li
u
wa ga

at

es ur
en ur
ta ta
lim si S ta
2N n

alu T D
al

pu
Yo ate
W an S Ba
T
r

ar

Go i Uta
Be gga
lim esi ku
Ja ant

ar
io
wa a

ta pu

la e a

alu
ku eng
law Tim

M tan NA
nt
iT m
tS a

ak

Pa
n
M
B

S
w

sa gk
m
at

an

an
m

Nu Ban

a
lim

lim
Su

Su
Ka

Ka
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:
Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa Gorontalo menerima jumlah belanja dekonsentrasi yang begitu besar?

Contoh 25: belanja pemerintah pusat

Gambar 20. belanja pemerintah pusat untuk sektor-sektor yang didesentralisasi, provinsi dan kabupaten,
2005
700

600

500
Rp milyar

400

300

200

100

0
Pertanian Kesehatan Admin & aparat Infrastruktur Lain-lain Pendidikan

Provinsi Kabupaten/Kota Belanja dekonsentrasikan

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
45
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 20. menunjukkan fokus sektoral pada dana dekonsentrasi, yang menunjukkan beberapa
kecenderungan:
(i) Dana dekonsentrasi jarang digunakan untuk administrasi pemerintahan dan aparat.
(ii) Terpisah dari administrasi dan aparat, dana dekonsentrasi merupakan sumber dana yang dominan
untuk semua sektor lainnya, khususnya kesehatan dan pertanian.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Bagaimana dana dekonsentrasi digunakan? Apakah dana dari pemerintah pusat telah digunakan
untuk membangun infrastruktur tambahan, atau menjalankan program-program baru? Perubaan-
perubahan apa yang telah terjadi sebagai akibat dari belanja pemerintah pusat?
• Bagaimana pemerintah pusat memutuskan cara untuk mengalokasikan dana dekonsentrasi?
• Kapan Dana Alokasi Umum (DAU) digunakan, dan bukan Dana Alokasi Khusus (DAK)?
• Apakah pemerintah pusat mengidentifikasikan prakarsa-prakarsa yang sesuai untuk dana dekon-
sentrasi?

5.5 SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS


5.5.1 Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk menganalisis belanja dalam sektor-sektor strategis. Secara umum, tiga sektor
yang paling penting dalam kaitannya dengan penyediaan layanan umum adalah pendidikan, kesehatan
dan infrastruktur. Selanjutnya, baik pendidikan maupun infrastruktur merupakan sektor-sektor di mana
bagian-bagian belanja yang signifikan terjadi. Karena setiap provinsi memiliki karakteristik yang unik,
mungkin ada pula sektor-sektor penting lainnya yang perlu dipertimbangkan selain ketiga sektor tersebut.

Bab ini juga mencakup pembahasan tentang indikator kinerja tingkat daerah (baik yang berupa output
maupun outcome) dan mengkaitkan indikator-indkator tersebut dengan kecenderungan-kecenderungan
dalam hal belanja. Perbandingan antar kabupaten dan di seluruh provinsi juga harus dianalisis untuk
memahami secara lebih baik kinerja penyediaan layanan provinsi ini. Perbandingan lanjutan juga harus
dilakukan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Data yang dibutuhkan biasanya digabungkan dari
semua kabupaten/kota yang terkait, serta dari sumber-sumber provinsi.

Dokumen-dokumen dasar yang diperlukan untuk meakukan analisis tersebut pada umumnya adalah
dokumen-dokumen anggaran dan perencanaan di tingkat dinas.

5.5.2 Jenis-jenis analisis yang diperlukan


Topik-topik berikut ini biasanya dibahas dalam bagian ini:
1.  Analisis belanja berdasarkan sektor-sektor strategis
2.  Analisis kinerja untuk setiap sektor strategis

1.  Analisis belanja berdasarkan sektor-sektor strategis


Bagian ini berisi analisis terperinci atas belanja pada setiap sektor strategis yang diidentifikasi. Hal ini dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak yang dibelanjakan dalam setiap klasifikasi ekonomi dan program
yang besar di setiap sektor/dinas. Contoh-contoh berikut ini menunjukkan bagaimana analisis tersebut
dilakukan untuk belanja untuk pendidikan. Disarankan agar sektor-sektor lainnya, seperti kesehatan,
infrastruktur, dll, mengikuti pola yang sama.

46 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Contoh 26: kecenderungan-kecenderungan belanja sepanjang waktu

Gambar 21. Kecenderungan-kecenderungan dalam belanja pendidikan daerah, Gorontalo, 2002-05


700 35
29
Rp milyar (harga konstan 2005

600 26 30
25 25
500 25

%
400 20

300 15

200 382 368 10


266 654
100 5

0 0
2002 2003 2004 2005

Belanja daerah (kiri) Persentase dari jumlah totak (kanan)

Gambar 21 menunjukkan bahwa walaupun total belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan,
proporsi dari total belanja yang dikeluaran untuk pendidikan sebenarnya menurun dari 29 persen pada
tahun 2002 menjadi 25 persen pada tahun 2005.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Jenis-jenis program apa yang menjadi fokus dari peningkatan anggaran tersebut? Misalnya,
apakah peningkatan pendanaan diarahakan untuk peningkatan kualitas pengajaran, atau pen-
ingkatan akses kepada pendidikan, atau peningkatan angka melek huruf?
• Bagaimana tingkat belanja pendidikan di Gorontalo apabila dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lainnya di Indonesia?

Contoh 27: perbandingan dengan provinsi-provinsi lainnya


Gambar 22 menunjukkan belanja pendidikan daerah di Gorontalo (di tingkat kabupaten/kota dan
provinsi) dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Secara keseluruhan, belanja
pendidikan di Gorontalo lebih tinggi dari tingkat rata-rata. Hal ini berlaku baik ketika membandingkan
belanja pendidikan sebagai bagian dari belanja total maupun belanja per kapita.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
47
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 22. Belanja endidikan daerah per pelajar yang bersekolah di SD dan SMP berdasarkan provinsi,
2005
3,000 40
35
2,500
30
2,000
Rp ‘000

25
1,500 20

%
15
1,000
10
500
5
0

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Papua

NTT

Jawa Timur
DKI Jakarta
NAD (Aceh)

Jawa Tengah
Sumatera Barat

Lampung
SumateraUtara
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat

Riau

Bengkulu
Kalimantan Selatan

Sulawesi Selatan
Bangka Belitung
Kalimantan timur
Kalimantan Tengah

Jambi

Jawa Barat
Kep. Riau

Maluku Utara
Bali

NTB
Maluku
Gorontalo

National
Sulawesi Tenggara

Kalimantan Barat
DI Yogyakarta
Papua Barat

Banten
Belanja pendidikan daerah per siswa yang masuk ke sekolah dasar & menengah (kiri)
Persentase dari belanja pendidikan daerah

Pada tahun 2005, belanja daerah Gorontalo per pelajar usia sekolah yang bersekolah di SD dan SMP adalah
Rp 1,3 juta per kapita, lebih tinggi Rp 311.000 dibandingkan jumlah rata-rata nasional sebesar Rp 990.000.
Sementara itu, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi di Gorontalo’ membelanjakan 27
persen dari total belanja mereka untuk pendidikan, 2 poin persen lebih tinggi dari nilai rata-rata nasional.

Contoh 28: ketersediaan sumberdaya untuk pendidikan


Tabel 9 menunjukkan sumberdaya keuangan total yang disediakan untuk sektor pendidikan oleh berbagai
tingkatan pemerintahan (pemerintah kabupaten /kota, provinsi dan pusat).

Tabel 9. Sumberdaya keuangan yang tersedia untuk pendidikan, provinsi+kabupaten/kota+dekonsentrasi,


2002-2005
2002 2003 2004 2005
Rp bn % Rp bn % Rp bn % Rp bn %
Province expenditure 6.3 2 14.1 4 11.7 3 13.9 2
District expenditure 191.2 72 257.1 67 264.9 72 252.9 39
Deconcentrated expenditure 68.9 26 110.8 29 91.0 25 387.3 59
Total regional education
266.4 100 382.1 100 367.6 100 654.1 100
expenditure (2005 prices)
Nominal total regional
218.9   326.8   334.3   654.1  
education expenditures
Growth real total regional
    30.3   -3.9   43.8
education expenditures
Education expenditure (% of
28.80   26.43   25.22   24.64
total regional)

48 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 5
Analisa Data, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi

Tabel ini menunjukkan adanya beberapa kecenderungan:


(i) Antara tahun 2002 dan 2004, sebagian besar dari anggaran pendidikan dibelanjakan oleh
pemerintah kabupaten/kota.
(ii) Kan tetapi, pada tahun 2005, belanja dekonsentrasi menjadi proprorsi yang terbesar dari belanja
pendidikan secara keseluruhan.
(iii) Walaupun belanja pendidikan meningkat pada tahuna 2003 (secara riil), jumahnya sebenarnya
sedikit menurun pada tahun 2004 (3,9 persen) namun kembali meningkat secara signifikan pada
tahun 2005 (43,8 persen).

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Beberapa pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa belanja dekonsentrasi meningkat begitu signifikan pada tahun 2005? Perubahan apa
yang terjadi pada kebijakan pemerintah yang menyebabkan pertumbuhan tersebut?
• Mengapa belanja pendidikan riil menurun pada tahun 2004 namun meningkat pada tahun 2003
dan 2005? Faktor-faktor apa yang menyebabkan fluktuasi dalam alokasi belanja tersebut? Program-
prgram baru apa yang ditambahkan pada tahun 2003 dan 2005 untuk mendapatkan peningkatan
belanja?

Contoh 29: klasifikasi ejonomi

Gambar 23. Klasifikasi ekonomi dari belanja pendidikan, Gorontalo, 2005


1% 7%
11 %
2%
Perjalanan, Perjalanan,
pemeliharaan 37 % 25 % pemeliharaan
& lainnya & lainnya
Modal Modal
Barang & jasa Barang & jasa
Pegawai Pegawai

86 % 31 %

Gambar 23 menunjukkan bahwa gabungan belanja di tingkat kabupaten/kota berbeda dengan gabungan
belanja pendidikan di tingkat provinsi:
(i) Di tingkat kabupaten/kota, hanya 3 persen dari total belanja penddikan yang tidak dikeluarkan
untuk pegawai atau modal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dana dibelanjakan
untuk guru atau infrastruktur (seperti sekolah). Gambar itu juga menegaskan bahwa dana yang
dibelanjakan untuk pemeiharaan seklah dan ruang kelas sangat sedikit.
(ii) Sebaliknya, pemerintah provinsi membelanjakan proporsi yang signifikan dari anggaran
penddikannya untuk barang dan jasa serta sebagian kecil untuk perjalanan dinas dan pemeliharaan.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
49
Bab 5
Analisa Data, Kesimpulan dan Rekomendasi

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:


Setelah menganalisis dokumen-dokumen APBD lebih jah, beberapa pertanyaan yang biasanya diajukan
antara lain adalah sebagai berikut:
• Jenis pegawai apa yang dipekerjakan oleh pemerintah kabupaten/kota, dan untuk keperluan apa?
• Bagaimana belanja pekerjaan modal dipergunakan, dan seberapa besar dari dana tersebut yang
digunakan untuk pemeliharaan?
• Prioritas-prioritas apa yang diidentifikasikan dari sektor pendidikan di provinsi dan apakah alokasi
anggaran mencerminkan suatu fokus pada prioritas-prioritas tersebut?

2.  Analisis kinerja untuk setiap sektor strategis


Bagian ini berisi perbandingan antara belanja untuk sektor-sektor strategis dalam kurun waktu tertentu
(5 sampai 6 tahun idealnya) dengan perubahan-perubahan pada indikator-indikator kinerja yang secara
khusus diidentifkasi untuk masing-masing sektor. Ha tersebut dapat didasarkan pada input, output atau
outcome. Indikator-indikator berikut ini merupakan contoh dari indikator-indikator yang digunakan dalam
sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur:

Indikator-indikator yang disarankan untuk pendidikan:


• Pencapaian pendidikan berdasarkan tahun kelahiran
• Akses kepada pendidikan dasar umum berdasarkan kelompok penghasilan
• Kecenderungan-kecenderungan dalam angka partisipasi bersih dan kotor untuk pendidikan dasar
dan menengah
• Rasio guru/murid, rasio murid/ruang kelas, jangka waktu pendidikan rata-rata

Indikator-indikator yang disarankan untuk kesehatan:


• Penggunaan layanan kesehatan
• Penggunaan fasilitas kesehatan umum berdasarkan kelompok penghasilan
• Akses kepada layanan perawatan kesehatan berdasarkan kelompok penghasilan
• Belanja kesehatan kantung sendiri bulanan per kapita
• Angka kematian
• Rasio dokter/penduduk

Indikator-indikator yang disarankan untuk infrastruktur:


• Daerah cakupan irigasi dan akses kepada infrastruktur jalan
• Akses kepada air bersih dan listrik
• Kualitas sanitasi, air bersih dan sanitasi
• Kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan

Setiap indikator kinerja dapat dianalisis sesuai dengan peningkatan (atau penurunan) sepanjang waktu,
perbadingan antara kabupaten/kota/provinsi, dan perbandingan dengan nilai rata-rata nasional.

50 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 6
Menulis Laporan PEA

Bab 6
Menulis Laporan PEA

Berdasarkan pengalaman, ada beberapa kesalahan umum yang dibuat oleh banyak penulis. Bab ini bertujuan
memberikan beberapa petunjuk tentang bagaimana para penulis dapat menghindari kesalahan-kesalahan umum
tersebut.

6.1 Kenali pembaca Anda


Dalam menulis sebuah laporan PEA, tidak hanya penting untuk diingat bahwa laporan tersebut dimaksudkan
untuk dibaca oleh pembaca yang berbeda, tetapi juga bahwa pembaca inti terdiri atas para pembuat kebijakan
penting di tingkat pusat maupun daerah. Para pembuat kebijakan secara khusus menerima banyak laporan, yang
beberapa di antaranya mungkin sangat tebal dan berisi penjelasan-penjelasan yang panjang. Penting untuk diingat
bahwa pembaca a) mungkin tidak mempunyai waktu untuk membaca karena keterbatasan waktu; b) mungkin
mempunyai banyak tugas lain yang harus diselesaikan; dan c) mungkin tidak mempunyai pengetahuan yang dalam
tentang topik dari laporan tersebut ataupun tentang jargon teknis. Kami mengamati bahwa banyak laporan yang
tidak terbaca karena terlampau tebal, berisi penjelasan-penjelasan yang terlampau rumit, atau materinya disajikan
dalam format yang tidak menarik. Sebuah laporan PEA harus menghindari kekurangan-kekurangan tersebut.

6.2 Kesalahan-kesalahan umum dalam penulisan laporan


Sebagaimana disebutkan di atas, laporan PEA harus menghindari kekurangan-kekurangan umum dalam laporan-
laporan pemerintah. Untuk itu, di bawah ini terdapat beberapa cara untuk menghindari kesalahan-kesalaham
umum tersebut:
Buatlah secara singkat! Laporan PEA harus singkat dan langsung kepada pokok permasalahan. Hindari
pengulangan dan bahasa yang rumit serta bertele-tele. Gunakan istilah-istilah yang tepat dan tidak bermakna
ganda.
Membuat daftar istilah: Hal ini perlu guna membantu mereka yang tidak memiliki latar belakang teknis untuk
memahami berbagai akronim dan singkatan yang dijumpai dalam teks tersebut.
Hindari jargon dan kalimat-kalimat yang panjang: Gunakan kalimat-kalimat yang sederhana, spesifik, dan tepat.
Secara khusus hindari kalimat-kalimat yang panjang. Apabila kalimat lebih panjang dari tiga baris, maka kalimat
tersebut terlampau panjang. Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang-orang yang tidak berlatar
belakang ekonomi atau keuangan.
Hanya materi yang relevan yang dimasukkan: Analisis harus obyektif, relevan dan spesifik.
Hubungan antar alinea: Alinea harus disusun secara logis, dan pertahankan suatu aliran yang jelas

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
51
Bab 6
Menulis Laporan PEA

Kemukakan satu ide dalam satu alinea: Kalimat-kalimat dalam setiap alinea juga harus ditata secara logis dan saling
berhubungan secara jelas. Suatu gagasan utama untuk setiap alinea akan membantu menuntun penggunaan
kata-kata yang efektif dan mempertahankan suatu aliran yang jelas di antara kalimat-kalimat.
Gunakan grafik dan tabel-tabel: Sebuah gambar mengandung ribuan kata. Apabila mungkin, jelaskan analisis
Anda dengan grafik atau tabel.
Referensi harus jelas: Apabila materi-materi dari sumber-sumber lain digunakan berikan referensi secara jelas.
Selain data-data dari departemen-departemen pemerintah, termasuk akademisi lain, laporan-laporan dll.
Jangan menjiplak.
Sebuah daftar periksa akhir: Apabila PEA telah selesai, setiap bagian harus dibaca kembali dan pertanyaan-
pertanyaan berikut harus ditanyakan:
- Apakah semua temuan yang penting sudah tercakup?
- Apakah isinya disajikan secara logis berdasarkan temuan tim? Apakah terdapat temuan-temuan yang
berlawanan yang perlu dijelaskan secara khusus?
- Apakah terdapat penjelasan-penjelasan yang tumpang tindih yang perlu dirapikan?
- Apakah terdapat berbagai substansi yang belum diartikulasikan secara jelas?

6.3 Format yang konsisten, struktur yang jelas


Salah satu kesalahan yang paling sederhana yang dilakukan para peneliti adalah menggunakan format laporan
yang tidak konsisten. Garis besar PEA minimum yang terdapat dalam Bagian 1.4 dan Lampiran 1 mengacu pada
isi dari bagian utama laporan. Akan tetapi, bagian ini, mengacu pada cara membuat format laporan tersebut.
Misalnya, apakah judul-judulnya konsisten? Apakah grafik-grafik dan tabel-tabel dibuat dalam bentuk yang mudah
dibaca? Apakah terdapat halaman untuk daftar isi? Apakah terdapat daftar tabel dan grafik? Apakah terdapat
daftar referensi? Di bawah ini terdapat beberapa petunjuk sederhana tentang pembuatan format laporan Anda.
• Setiap bab memerlukan sebuah judul yang menggunakan jenis dan ukuran huruf yang sama.
• Untuk membantu pembaca, bagilah setiap bab ke dalam bagian-bagian dan subbagian sebagaimana
diperlukan. Setiap bagian dan subbagian harus menggunakan judul dengan jenis huruf yang konsisten.
Susunannya harus dibuat dengan jelas, misalnya dengan menggunakan huruf besar, huruf miring, garis
bawah atau atau huruf tebal untuk bagian dan subbagian. Susunan ini harus dibuat kembali dalam daftar isi.
• Tabel-tabel, grafik-grafik dan gambar-gambar harus disebutkan satu per satu secara jelas dan konsisten.
Setiap tabel, grafik dan gambar juga harus memiliki sebuah judul yang diketik dalam sebuah jenis huruf
yang berbeda dengan bagian utama teks.
• Tabel-tabel, grafik-grafik dan gambar-gambar harus mengutip sumber data yang relevan.
• Karena setiap bab memusatkan perhatian pada bidang tema yang spesifik, berbagai rekomendasi laporan
sebaiknya ditulis per bab sebagai bagian akhir dari setiap bab.

Checklist
Di bawah ini adalah checklist yang harus dimasukkan dalam semua laporan PEA:
1. Sampul
2. Halaman judul
Termasuk judul laporan; nama-nama anggota tim peneliti; organisasi-organisasi yang yang terkait
dengan laporan tersebut; status rancangan (misalnya draf pertama, draf kedua, draf final), dan tanggal
penyelesaian/penyerahan.
3. Daftar Isi
4. Daftar tabel
5. Daftar grafik
6. Daftar gambar
7. Daftar lampiran
[Daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, dafar gambar dan daftar lampiran harus akurat dengan tata letak
yang jelas (termasuk indentasi) dan masukkan nomor halaman]

52 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Bab 6
Menulis Laporan PEA

8. Daftar istilah
9. Isi laporan (body)
Sebagaimana disarankan dalam Buku Pedoman ini, sebuah laporan dapat berisi bab-bab berikut ini:
i. Gambaran Umum
1. Bagian 1
a. Sub-bagian 1
b. Sub-bagian 2
2. Bagian 2
ii. Perencanaan dan Penganggaran
iii. Penerimaan
iv. Pembelanjaan
v. Bab Sektoral
10. Referensi
11. Lampiran

6.4 Penulisan laporan PEA sebagai suatu tim


Laporan PEA sering ditulis oleh sebuah tim dengan berbagai anggota tim yang bertanggung jawab untuk menulis
bagian-bagian berbeda dari laporan tersebut. Meskipun kerja sama dalam pekerjaan ini berarti lebih banyak data
dapat dikumpulkan dan dianalisis, hal ini juga menimbulkan risiko bahwa setiap peneliti akan menulis dengan
gaya penulisan yang berbeda dan menggunakan format yang berbeda. Dari awal, tim harus sepakat tentang jenis
huruf, ukuran huruf, spasi, spasi antara bagian dan subbagian, serta berbagai hal lainnya terkait format laporan.
Sementara setiap anggota tim bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pekerjaan setiap anggota konsisten
dalam keseluruhan laporan, pemimpin tim bertanggung jawab atas penyuntingan laporan tersebut untuk
memastikan konsistensi semua pekerjaan dari para peneliti yang berbeda tersebut.

6.5 Referensi lebih lanjut


Situs-situs internet (Website) berikut ini menyediakan bimbingan lebih lanjut tentang penulisan laporan:
• University of South Australia, Report Writing (dikutip pada tanggal 17 Juni, 2008), http://www.roma.unisa.
edu.au/07118/language/reports.htm
• The International Development Research Centre, Writing A Research Report (dikutip pada tanggal 17 Juni,
2008), http://www.idrc.ca/en/ev-56466-201-1-DO_TOPIC.html

6.6 Petunjuk-petunjuk tambahan: beberapa hal yang dapat dipelajari


Berdasarkan pengalaman para peneliti yang melakukan PEA, kami sedang menyusun beberapa petunjuk
dan cara yang akan membantu peneliti untuk menulis sebuah laporan PEA yang lebih baik. Hal-hal berikut ini
menggambarkan beberapa masalah umum yang timbul dalam berbagai laporan PEA:

Selalu bertanya “Mengapa”?


Jebakan yang paling umum di mana para peneliti terperangkap ketika menulis sebuah laporan PEA adalah bahwa
ketika mereka menerangkan suatu kecenderungan dengan sangat baik, mereka lupa melanjutkan keterangan
tersebut dengan suatu penjelasan tentang mengapa kecenderungan tersebut terjadi. Misalnya, apabila
kecenderungan menunjukkan bahwa Penerimaan per kapita meningkat antara tahun 1999 dan tahun 2005,
maka pertanyaannya adalah mengapa hal ini terjadi? Apakah hal ini disebabkan oleh suatu peningkatan dalam
DAU, DAK or PAD? Apabila disebabkan oleh DAU, mengapa terjadi peningkatan dalam DAU? Apakah kapasitas
fiskal meningkat? Atau apakah telah terjadi peningkatan dalam PAD? Apabila demikian, lalu mengapa? Apakah
penarikan pajak sudah semakin efisien? Atau apakah lebih banyak usaha yang didaftar dan oleh karena itu terdapat
peningkatan pajak pendaftaran?

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa memberi penjelasan sederhana tentang terjadinya peningkatan
dalam PAD sudah cukup. Apabila menulis, berusahalah untuk berpikir dari perspektif pembaca. Dalam contoh
di atas, pembaca akan secara otomatis bertanya: mengapa telah terjadi peningkatan dalam PAD? Pembaca akan

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
53
Bab 6
Menulis Laporan PEA

mengharapkan untuk memperoleh suatu alasan terkait kebijakan atau perilaku yang menjelaskan kecenderungan
tersebut. Misalnya, apakah terdapat sebuah jenis PAD yang baru yang diperbolehkan oleh peraturan? Atau apakah
pemerintah daerah telah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penarikan pajak daerah? Apabila
terjadi suatu kecenderungan, pada umumnya ada suatu alasan yang menerangkan mengapa kecenderungan
tersebut terjadi dan seorang peneliti yang baik akan bertanya “mengapa”.
Melampaui persyaratan-persyaratan minimum:
This Buku pedoman ini telah banyak membicarakan bagaimana memenuhi berbagai persyaratan minimum bagi
sebuah PEA. Selain memenuhi standar minimum, para peneliti didorong untuk memasukkan gagasan-gagasan
penelitian mereka sendiri yang akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan kualitas penelitian dan
berbagai rekomendasi. Struktur PEA bersifat dinamis dan para peneliti tidak harus merasa dibatasi oleh berbagai
metodologi dan indikator yang ditetapkan dalam buku panduan ini. Beberapa cara untuk keluar melampaui
persyaratan-persyaratan minimum termasuk:
• Mengumpulkan lebih banyak data: Peneliti harus merasa bebas untuk mengumpulkan lebih banyak data
daripada yang ditetapkan dalam Lampiran 2. Ini mungkin termasuk menambah indikator-indikator hasil yang
baru dalam sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, menambah rentang waktu data (yakni 10 tahun
lebih baik dari lima tahun), atau memperoleh lebih banyak informasi yang lebih rinci tentang APBD dengan
mengambil sumber dari berbagai laporan belanja yang lebih rinci dari Dinas terkait. Kesemuanya ini akan
sangat membantu meningkatkan kedalaman analisis PEA.
• Menggunakan metodologi-metodologi lain: Bab 4 menguraikan beberapa metodologi yang disarankan untuk
menganalisis data. Para peneliti tidak harus dibatasi untuk hanya menggunakan berbagai metodologi yang
dikemukakan dalam Bab 4.
• Menganalisis sector-sektor lain: PEA memusatkan perhatian pada pemberian layanan publik sehingga tidak
dapat dihindari bahwa sektor-sektor yang menjadi pusat perhatian adalah sektor pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur. Akan tetapi, para peneliti harus merasa bebas untuk mengidentifikasi sektor-sektor lainnya yang
memiliki kepentingan khusus bagi pemerintah atau peneliti sendiri. Misalnya, pertanian dan perikanan sering
merupakan sektor-sektor penting bagi beberapa provinsi, dan mungkin juga sektor lain yang menarik dalam
PEA.
Dalam segala hal, para peneliti mungkin mengalami keterbatasan data dan harus menyadari bahwa melakukan
analisis yang memadai dan menarik berbagai kesimpulan yang bijaksana data-data masih perlu dirinci, akurat,
dapat diperbandingkan dan tepat waktu.

Pembulatan:
Satu petunjuk akhir yang sederhana tetapi penting adalah bahwa ketika menyajikan analisis, usahakan untuk
membulatkan angka-angka sedemikian rupa sehingga mudah dibaca oleh pembaca sementara hal-hal yang
dirinci akan tetap bermakna. Misalnya, Penerimaan per kapita untuk suatu provinsi adalah Rp.95.698 di kabupaten
1, tetapi Rp.98,374 untuk kabupaten 2. Dalam contoh ini, pembulatan angka tidak diperlukan karena semua angka
diperlukan untuk menunjukkan perbedaan antara kabupaten 1 dan 2. Akan tetapi, apabila perbandingannya
adalah keseluruhan Penerimaan kabupaten 1 yakni sebesar Rp.128.476.890.346,00 sedangkan keseluruhan
Penerimaan kabupaten 2 adalah Rp.130.900.087.756,00 maka angka-angka tersebut harus dibulatkan ke angka
miyar rupiah terdekat sehingga menjadi Rp 128 milyar dan Rp 131 milyar, untuk masing-masingnya. Metode
pembulatan lainnya adalah dengan menggunakan bilangan desimal. Dalam contoh yang kedua, masing-masing
angka dibulatkan menjadi Rp.128,48 milyar dan Rp.130,9 milyar. Dengan kedua metode tersebut, angka-angka
jauh lebih mudah dibaca dan dimengerti. Terserah kepada peneliti yang mana yang dipilih, namun peneliti harus
berhati-hati dengan konsistensi dalam pembulatan angka.

54 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Lampiran
Lampiran

Lampiran 1: Garis Besar Standar PEA


Bab Bagian Utama Tujuan Pertanyaan-pertanyaan utama Indikator utama Proses utama Kebijakan utama
Ringkasan
eksekutif
Untuk menyediakan
Jumlah kabupaten, kota, dan
Konteks uraian singkat tentang
Pendahuluan Konteks administrasi ukuran masing-masing daerah
administrasi konteks daerah
administratif
administrasi
Untuk
menggambarkan
Geografi &
lokasi dan Lokasi Peta provinsi
Kependudukan
kependudukan
provinsi
Grafik pie menunjukkan luas tanah
dan kontribusi luas kabupaten/kota
ke daerah probvinsi keseluruhan.
Grafik pie menunjukkan jumlah total
Kependudukan
penduduk per kabupaten/kota
Grafik menunjukkan trend
pertumbuhan penduduk
Penjelasan singkat tentang
konfigurasi etnis, sejarah tata
kemerintahan dll (kalau mungkin)
Untuk menggambarkan
pembangunan ekonomi
Apa yang dimaksud dengan Grafik menunjukkan struktur
Ekonomi daerah: struktur
struktur ekonomi provinsi? ekonomi
ekonomi, pertumbuhan,
ketenagakerjaan, isu lokal
Apakah tingkat pertumbuhan
telah meningkat atau menurun Grafik menunjukkanp pertumbuhan
selama kurun waktu ini? PRDB berdasarkan sektor
Mengapa?
Apakah tingkat pertumbuhan
Grafik garis menunjukkan tingkat
provinsi lebih tinggi atau
pertumbuhan PRDB provinsi dan
lebih rendah daripada tingkat
nasional
pertumbuhan nasional?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
55
56
Sektor apa yang memberikan
Grafik menunjukkan struktur tenaga
kontribusi terhadapa peluang
kerja
kerja?

Sektor kerja mana yang tumbuh Grafik menunjukkan pertumbuhan


paling cepat? Mengapa? ketenagakerjaan berdasarkan sektor

di Tingkat Daerah
Apakah tingkat pertumbuhan
peluang kerja di provinsi Grafik garis menunjukkan tingkat
lebih tinggi atau lebih rendah pertumbuhan ketenagakerjaan di
dibandingkan dengan tingkat provinsi dan nasional
nasional? Mengapa?
Apa yang merupakan masalah
ekonomi daerah khusus? contoh:
Isu khusus tentang masalah ekonomi
malnutrisi? konflik? Apa yang
dan tantangannya
menyebabkan masalah-masalah
ini?
Menggambarkan kondisi Apakah angka kemiskinan di
Grafik menunjukkan angka
kemiskinan dibandingkan povinsi lebih tinggi daripada
Kemiskinan kemiskianan di provinsi dan provinsi
dengan kondisi kemiskinan angka kemiskinan di tingkat

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


nasional
nasional nasional? atau lebih rendah?
Apakah angka kemiskinan telah
Grafik menunjukkan tred kemiskinan
meningkat atau menurun?
Gambarkan tingkat terkini dari Indeks
HDI dan SPM pembangunan Manusia dan Standar
Pelayanan Minimum
Perencanaan dan 1. Menggambarkan
penganggaran kerangka perencanaan dan
(Siklus penganggaran nasional
Penganggaran) 2. Menilai apakah proses
penganggaran dan
perencanaan mengikuti
kerangka nasional
3. Menilai konsistensi
dokumen perencanaan
dengan rencana nasional
4. Menilai apakah anggaran
mencerminkan prioritas
pembangunan yang
terdapat di dalam dokumen
perencanaan
Lampiran
Kalau tidak
mengikuti
pedoman,
Menilai apakah dokumen perencanaan apa yang bagaimana
Proses perencanaan daerah diminta oleh pedomana nasional? cara untuk
Jumlah dokumen perencanaan
Perencanaan dan provinsi mengikuti Apakah pemerintah daerah telah memperbaiki?
pedoman nasional mengeluarkandokumentersebut? melalui
pembangun-
an kapasitas?
bantuan tehnis?
Apakah dokumen perencanaan
Tanggal menyerahkan dokumen
diserahkan sesuai dengan batas
perencanaan
waktu nasional?
Apakah proses perencanaan telah
mengikuti proses yang ditentukan Bandingkan proses perencanaan
oleh pedomana nasional?
Kalau tidak
mengikuti
pedoman,
Menilai apakah Apakah dokumen anggaran bagaimana
Proses penganggaran daerah tiap tahun mengikuti format cara untuk
Penganggaran dan provinsi mengikuti yang diminta oleh pedoman memperbaiki?
pedomana nasional nasional? melalui
pembangun-
an kapasitas?
bantuan tehnis?
Apakah dokumen anggaran Tanggal menyerahkan dokumen
diserahkan sesuai dengan perencanaan
batas waktu nasional?
Apakah proses penganggaran Bandingkan proses perencanaan
mengikuti proses yang
ditentukan oleh pedomana
nasional?
Prioritas Menggambarkan Sektor apa yang diprioritas RJPMD
Pembangunan prioritas pembangunan dan disebutkan dalam RPJM
dan provinsi provinsi?
Penganggaran
Uraian singkat tentang urusan
wajib dan urusan pilihan.
Menilai hubungan Apakah prioritas RJPMD, Renstra dll
antara dokumen pembangunan di dokumen
perencanaan perencenaan tingkat provinsi
juga tercermin di Reinstra dan
dokumen perencanaan di

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
tingkat kabupaten ?

57
58
Apakah prioritas
pembangunan tingkat
provinsi konsisten dengan
rencana nasional?
Memahami hubungan Apakah anggaran publik
antara perencanaan dan memperlihatkan tujuan

di Tingkat Daerah
penganggaran pembangunan yang RJPMD, Renstra etc
disebutkan di dokumen
perencanaan?
Apakah anggaran Kalau tidak,
mencerminkan prioritas apa cara untuk
pembangunan dalam menghubung-
dokumen perencanaan? kan peren-
canaan dan
pengang-
garan?
Ringkasan dan
rekomnendasi

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


Penerimaan dan 1. Menghitung potensi
Pembiayaan pendapatan total
2. Memahami sumber
pendapatan dan
hambatannya
3. Menghitung
defisit dan surplus
(mengidentifikasi
kebijakan)
4. Memahami
bagaimana pemerintah
daerah mencatat
pendapatan mereka
dan pembiayaannya
Gambaran Berapa besar penerimaan Penerimaan fiskal per kapita Analisis Bagaimana
Umum tentang yang diperoleh daerah selama (untuk masing-masing Benchmark provinsi
Penerimaan ini? penerimaan) mengalokasi-
kan dana
mereka untuk
menyamakan
kapasitas fiskal?
2. Bagaimana penerimaan
didistribusikan ke kabupaten/ Tabel 1
kota?
Lampiran
3. Bagaimana komposisi
penerimaan (DAU, DAK, dll)? Tabel 2

DAU (Dana 1. Bagaimana gambaran dan DAU Per kapita (Provinsi & Kab/ Analisis Seberapa efektif
Lampiran

Alokasi Umum) hambatannya? Kota) Benchmark formula DAU?


dari perspektif
yang tidak
setara?
2. Bagaimana trend selama Analisis korelasi
ini? Mengapa?
3. Bagaimana distribusi di
dalam provinsi? berhubungan
Angka kemiskinan, pegawai
dengan Angka kemiskinan?
negeri dan kebutuhan belanja
Berkaitan dengan pegawai
(dari formula DAU)
negeri? berhubungan dengan
kebutuhan belanja?
DAK (Dana 1. Bagaimana gambaran dan DAK sektor dan provinsi/kab/ Analisis
Alokasi Khusus) hambatannya? Bagaimana kota (alokasi vs realisasi) Benchmark
cara kerja dalam praktek? DAK
digunakan untuk membiayai
apa?
2. Berapa besar DAK selama DAK per kapita (Provinsi & Kab/
kurun waktu ini? Kota)
3. Bagaimana komposisi
sektoral DAK?
4. Bagaimana pendistribusian
DAK ke berbagai tingkat
pemerintah (prov & kab/kota)
dan antar kab/kota
Penerimaan 1. Apa peraturan dan Penerimaan hasil bagi pajak/ Analisis
hasil bagi pajak/ formulanya Penerimaan hasil bagi SDA per Benchmark
Penerimaan kapita (Provinsi & Kab/Kota)
hasil bagi SDA
2. Berapa besar selama kurun
waktu ini? Apakah konsisten?
(Provinsi dan Kab/Kota)
3. Bagaimana komposisinya?

4. Bagaimana mereka
mendistribusikan di dalam
provinsi? Apakah ada
ketidakadilanyangmencolok?
Mengapa?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
59
60
PAD (Sumber 1. Berapa besar selama kurun PAD per kapita (Provinsi & Kab/ Analisis Apakah
Asli Daerah) waktu ini? Apakah konsisten Kota) Benchmark daerah perlu
selama kurun waktu ini? meningkat-
(Provinsi dan Kab/Kota) kan? Kalau ya,
yang mana?
2. Bagaimana kompisisnya?

di Tingkat Daerah
3. Bagaimana pajak utama Menganalisis
dan retribusi (provinsi/kab/ Perda perpajakan
kota)? utama dan
retribusi.
Bagaiamana
angka relatif
terhadap kab/kota
lain atau provinsi
lain?
4. Seberapa efisiennya Penerimaan yang dikumpulkan
mekanisme vs biaya yang terkumpul
pengumpulannya? Apakah

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


provinsi dan kab/kota
mempunyai satu sistem
pelayanan?
Pembiayaan 1. Berapa banyak surplus / Membiayai aliran masuk, keluar Analisis Apakah daerah
defisit?? dan carry over Benchmark mempunyai
ruang fiskal?
Bagaimana
mencip-
takannya?
2. Bagaiaman Provinsi/kab/
kota membiayai defisit?
3. Bagaiaman Provinsi/kab/
kota mengalokasikan surplus?
4. Bagaiaman Provinsi/kab/
kota mencatat surplus/
defisit? Apakah konsisten
dengan surplus/defisit riil
yang dihitung berdasarkan
penerimaann total dikurangi
belanja total?
Ringkasan dan
Rekomendasi
Lampiran
Menghitung
Belanja pengeluaran daerah
keseluruhan
Lampiran

Memahami trend
pengeluaranbersamaan
dengan berjalannya
waktu
Memahami siapa
(pemerintah pusat,
pemerintah provinsi
atau kabupaten) yang
membelanjakan dana
Memahami bagaimana
dana dibelanjakan -
klasifikasi ekonomi,
sektor
Memahami variasi antar
kabupaten
Pendahuluan Berapa total pengeluaran Lihat tabel 1 Grafik garis
daerah bersamaan dengan memperlihatkan
berjalannya waktu? pengeluaran
daerah bersamaan
dengan
berjalannya
waktu?
Bagaimana pengeluaran Pengeluaran total; populasi Grafik batang
daerah per kapita memperlihatkan
dibandingkan dengan belanja per kapita
provinsi lain di Indonesia? dibandingkan
dengan provinsi
lainnya
Apakah
Grafik batang
pemerintah
memperlihatkan
pusat
Siapa yang membelanjakan siapa yang
mendominasi
dana? Pemerintah pusat? melakukan
Lihat tabel 1 belanja?
Pemerintah provinsi? atau pembelanjaan
Implikasi
pemerintah daerah? bersamaan
kebijakan?
dengan
berjalannya waktu

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
61
62
Klasifikasi
Pertimbang-
Ekonomi
Jelaskan format anggaran, kan implikasi
dan Sektoral
perubahan dalam format format
Rutin vs
anggaran dan bagaimana anggaran yang
Pembangunan;
pengeluaran diklasifikasikan terlalu sering
Modal v Non-
diubah

di Tingkat Daerah
Modal)
Dengan
berasumsi
bahwa salah
Grafik garis/ satu jenis
batang pengeluaran
Secara keseluruhan, jenis
memperlihatkan lebih efektif
pengeluaran apa yang
gabungan jenis daripada
mendominasi belanja Lihat tabel 2
pengeluaran pengeluaran
daerah bersamaan dengan
bersamaan lain ( misalnya,
berjalannyawaktu?Mengapa?
dengan pembangun-
berjalannya waktu an), apakah
ada bauran

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


pengeluaran
yang efektif?
Grafik garis /
batangmenjukkan
Jenis pengeluaran apa gabungan antara
yang mendominasi belanja jenis belanja
Lihat tabel 3
provinsi bersamaan dengan bersamaan
berjalannyawaktu?Mengapa? dengan
berjalannya waktu
di tingkat provinsi.
Grafik garis/
batangmenjukkan
Jenis pengeluaran apa gabungan antara
yang mendominasi belanja jenis belanja
kabupaten bersamaan Lihat tabel 4 bersamaan
dengan berjalannya waktu? dengan
Mengapa? berjalannya
waktu di tingkat
kabupaten.
Lampiran
Apakah porsi
anggaran yang
mencukupi
Lampiran

telah
dialokasikan
ke sektor-
sektor layanan
penting seperti
pendidikan,
Grafik
Sektor mana yang telah kesehatan dan
menunjukkan
mendominasi belanja infrastruktur?
Sektoral Lihat tabel 5 distribusi sektoral
bersamaan dengan [dengan
untuk beberapa
berjalannyawaktu?Mengapa? asumsi bahwa
tahun.
pemberian
layanan
mempunyai
korelasi kuat
dengan jumlah
anggaran yang
dialokasikan ke
sektor-sektor
tersebut)
Grafik
Di tingkat provinsi, sektor menunjukkan
apa yang paling penting? Lihat tabel 6 distribusi sektoral
Mengapa? untuk beberapa
tahun.
Grafik
Di tingkat kabupaten, sektor menunjukkan
apa yang paling penting? Lihat tabel 7 distribusi sektoral
Mengapa? untuk beberapa
tahun.
Pada sektor apa yang Apakah
paling penting - kesehatan, pemerintah
pendidikan dan infrastruktur pusat
- siapa yang mendominasi Lihat tabel 8 Tabel 8 mendominasi
belanja (pemerintah pusat, belanja?
provinsi atau kabupaten)? Implikasi
Mengapa? kebijakan?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
63
64
Apakah ada
ketidaksetara-
an yang sangat
Grafik batang
Kabupaten mana yang besar antar
membandingkan
Belanja oleh mempunyai tingkat kabupaten?
Lihat tabel 9 belanja oleh
Kabupaten belanja per kapita terbesar? Kalau ya,
kabupaten yang

di Tingkat Daerah
Mengapa? bisakah
berbeda
diperbaiki?
Bagaimana
caranya?
Grafik batang
Kabupaten mana yang membandingkan
mempunyai tingkat belanja belanja di sektor
Lihat tabel 9
pendidikan terbesar per pendidikan dari
kapita? Mengapa? kabupaten yang
berbeda
Grafik batang
Kabupaten mana yang membandingkan
mempunyai tingkat belanja belanja di sektor
Lihat tabel 9

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


kesehatan terbesar per kesehatan dari
kapita? Mengapa? kabupaten yang
berbeda
Grafik batang
Kabupaten mana yang membandingkan
mempunyai tingkat belanja belanja di sektor
Lihat tabel 9
infrastruktur terbesar per infrastruktur dari
kapita? Mengapa? kabupaten yang
berbeda
Apakah
pemerintah
Berapa angka realisasi
mampu
keseluruhan? Apakah
membelanja-
Rencana versus pemerintah mampu
Angka realisasi total kan dana
Realisasi membelanjakan anggaran
yang mereka
mereka? Kalau tidak,
alokasikan?
mengapa?
Kalau tidak,
mengapa?
Bagaimana trend realisasi
untuk klasifikasi ekonomi? Tabel
Jelaskan alasan untuk Lihat tabel 10 menunjukkan
angka dibawah realisasi dan persen realisasi
kelebihan belanja.
Bagaimana trend realisasi
Tabel
untuk sektor? Jelaskan alasan
Lihat tabel 11 menunjukkan
untuk angka dibawah realisasi
persen realisasi
Lampiran

dan kelebihan belanja.


Siapa yang melakukan belanja
Temuan-temuan paling besar? Implikasi
kebijakan?
Lampiran

Jenis belanja apa yang


mendominasi pengeluaran?
Implikasi kebijakan?
Sektor apa yang mendominasi
belanja? Implikasi kebijakan?
Apakah ada ketidaksetaraan
antara kabupaten? Implikasi
kebijakan?
Apakah pemerintah pada
umumnya memenuhi target
anggaran (angka realisasi)?
Implikasi kebijakan?
Ringkasan dan
Rekomendasi
1. Garis besar alokasi
sektoral dan kinerja
sektoral terkini - Menyetujui
(hubungan antara definisi sektoral
pengeluaran sebagai - Menyetujui
masukan dan sumber data
kinerja sektoral atau - Menganalisis
indikator sebagai data dari BPS dan/
hasil). Semoga hasil atau Dinas
Sektoral keluaran dan masukan - Membanding-
bisa membenarkan kan hasil belanja
kepada sebuah daerah output-outcome
dalam menghabiskan dengan daerah
anggarannya. lain
2. Untuk melihat - Benefit incidence
bagaimana hasil (sangat dasar)
keluaranmencerminkan
belanja dan belanja
mencerminkanprioritas.

Kesehatan

-Apakah sektor kesehatan


merupakan prioritas dalam Setuju dengan
Menganalisis kebijakan
perencanaan provinsi? dokumen
Perencanaan di sektor kesehatan Dokumen perencanaan
-Kalau benar, apa yang perencanaan yang
untuk provinsi
merupakan prioritas di sektor akan dianalisis
kesehatan yang spesifik?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
65
66
Apakah terdapat perbedaan
prioritas sektor kesehatan
antar kabupaten?
-Apakah prioritas sektor
kesehatan konsisten dengan
prioritas kesehatan nasional?

di Tingkat Daerah
- Berapa persen belanja
total daerah untuk sektor
kesehatan?
- Apakah bagian dari belanja
Menganalisis pola total untuk kesehatan telah
Belanja (Input) belanja untuk sektor meningkat atau menurun APBD, Dekon. HH
kesehatan selama ini? Mengapa?
- Apakah belanja untuk sektor
kesehatan telah meningkat
atau menurun selama ini?
Mengapa?
- Berapa belanja kesehatan
per kapita?

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


‘- Apakah lebih besar
atau lebih kecil daripada
belanja nasional per kapita?
Bandingkan dengan provinsi
lain yang serupa?
- Berapa belanja kesehatan
per kapita di masing-masing
kabupaten? Apakah ada
variasi besar antar kabupaten?
- Bagaimana proporsi
belanja kesehatan menurut
pemerintah daerah,
pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat?
- Bagaimana trendnya selama
ini? Mengapa?
- Bagaimana pengeluaran
rumah tangga untuk sektor
kesehatan ?
- Apakah lebih besar atau
lebih kecil daripada rata-rata
nasional? Provinsi lain yang
serupa?
Lampiran
- Anggaran kesehatan sudah
dialokasi ke apa? Sesuai
dengan klasifikasi program?
Sesuai dengan klasifikasi
ekonomi?
- Berapa banyak Puskesmas
yang terdapat di provinsi?
Menganalisis output
- Bagaiman perbandingannya
apa yang telah dicapai
dengan rata-rata nasional?
melalui belanja
Belanja (Output) - Berapa banyak Puskesmas Jumlah Puskesmas
kesehatan (misalnya,
di dalam masing-masing
infrastruktur, fasilitas,
kabupaten? Variasi antar
SDM, program dll).
kabupaten?

- Berapa banyak dokter dan


perawat yang terdapat per
10,000 orang? Per km2?
- Bagaimana
perbandingannya dengan
kabupaten di provinsi?
Jumlah petugas kesehatan
- Bandingkan dengan
kabupaten-kabupaten di
provinsi? Apakah terdapat
variasi besar antar kabupaten?
Antar kota dan kabupaten?

- Rasio kelahiran yang dibantu


pertugas kesehatan?
Beberapa indikator umum:
tingkat kematian/nutrisi
Menganalisis kondisi anak/kematian bayi untuk Tingkat kematian, nutrisi anak,
Hasil keluaran
kesehatan terkini provinsi? antar kabupaten? kematian bayi.
dibandingkan dengan tingkat
nasional
- Tingkat imunisasi bagi
provinsi? Untuk masing-
masing kabupaten? Tingkat Imunisasi
Bandingkan dengan tingkat
nasional?
Penggunaan layanan
kesehatan : perawatan Tingkat penggunaan layanan
sendiri, dibandingkan dengan kesehatan
perawatan klinik dll

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
67
68
Bagaimana tingkat
penggunaan fasilitas
kesehatan umum?
Bandingkan dengan rata-rata
Tingkat penggunaan layanan Analisis Benefit-
nasional? Provinsi lain yang
kesehatan incidence
serupa? Bandingkan tingkat

di Tingkat Daerah
penggunaan antar daerah?
Ada variasi?

Tingkat penggunaan fasilitas


Tingkat penggunaan layanan Analisis Benefit-
kesehatan umum menurut
kesehatan umum incidence
tingkat penghasilan?
Tingkat penggunaan layanan
kesehatan umum menurut
jenis kelamin (gender)?
Apakah ada keluaran lain
seperti Tingkat HIV, dll
Kalau ada

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


hubungan, area
Menganalisishubungan
mana yang
antara belanja, output
Temuan-temuan - Apakah ada hubungannya? mungkin untuk
dan outcome (hasil
difokuskan
keluaran)
di sektor
kesehatan?
Apakah ada ketidaksetaraan
di sektor kesehatan antar
kabupaten? Antara laki-laki
dan perempuan? Apakah
hal ini tercermin di tingkat
belanja?
Ringkasan dan
Rekomendasi

Pendidikan

-Apakah pendidikan
merupakan prioritas dalam Menyetujui
Menganalisis kebijakan
perencanaan provinsi? dengan dokumen
Perencanaan di bidang pendidikan Dokumen perencanaan
-Kalau benar, apa yang perencanaan yang
untuk provinsi
merupakan prioritas akan dianalisis
pendidikan yang spesifik?
Lampiran
- Apakah ada perbedaan
prioritas pendidikan antar
kabupaten?
-Apakah prioritas pendidikan
Lampiran

konsisten dengan prioritas


pendidikan nasional?
- Berapa persentase total
belanja daerah untuk
pendidikan?
- Apakah bagian dari total
Menganalisis pola belanja pendidikan telah
Belanja (Input) belanja di sektor meningkat atau menurun
pendidikan selama ini ? Mengapa?
- Apakah belanja pendidikan
telah meningkat atau
menurun selama ini?
Mengapa?
- Berapa porsi belanja sektor
pendidikan dilakukan oleh
pemerintah kabupaten,
pemerintah provinsi,
dan pemerintah pusat?-
-Bagaimana trendnya selama
ini? Mengapa?
- Berapa belanja pendidikan
per kapita?
‘- Apakah lebih tinggi
daripada rata-rata nasional
per kapita? Bandingkan
dengan provinsi lain yang
serupa?
- Berapa belanja pendidikan
per kapita tiap kabupaten?
Apakah ada banyak variasi
antar kabupaten?
- Berapa belanja rumah
tangga untuk pendidikan?
- Apakah lebih tinggi atau
lebih rendaha dibandingkan
dengan rata-rata nasional?
Ada provinsi lain yang serupa?

- Berapa besar belanja


pendidikan yang terbesar
menurut klasifikasi ekonomi?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
69
70
- Program dan klasifikasi
ekonomi
- Berapa banyak sekolah yang
terdapat di provinsi?
- Berapa jumlah rata-rata
Menganalisis hasil
siswa per sekolah di provinsi?

di Tingkat Daerah
keluaran apa yang telah
- Bagaimana kalau
dicapai melalui belanja
dibandingkan dengan rata-
Belanja (Output) di bidang pendidikan Jumlah sekolah - Analisis GDS
rata nasional?
(misalnya infrastruktur,
- Angka rata-rata siswa per
fasilitas, SDA, program,
sekolah di masing-masing
dll).
daerah? Adakah variasi antar
kabupaten?

- Berapa rasio guru dan


siswa (STR) untuk provinsi?
Dibandingkan STR nasional
- Berapa STR untuk masing-
Jumlah guru
masing daerah? Adakah

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


variasi antar kabupaten?
Mengapa?

- Bagaimana tingkat kualifikasi


Kualifikasi guru
guru?
- Bagaimana tingkat absen
Kehadiran guru
guru?
- Bagaimana kondisi kelas di
provinsi?
- Bandingkan dengan rata-
Kondisi kelas
rata nasional? bandingkan
antara daerah dan provinsi?

Mungking terdapat output


lainnya, seperti buku teks, Buku teks, jarak ke sekolah, dll
jarak ke sekolah, dll.
Lampiran
- Berapa angka pendaftaran
bruto di tingkat SD? tingkat
SMP? Tingkat SLTA?
Lampiran

- Bagaimana
perbandingannya dengan
rata-rata nasional?
- Bandingkan dengan GER
untuk masing-masing daerah.
- Bandingkan dengan angka
pendaftaranberdasarkanjenis
kelamin (gender)
Apakah ada hubungan antara
jarak kesekolah dengan angka
pendaftaran?
- Penggunaan fasilitas sekolah
Analisis Benefit-
negeri berdasarkan tingkat
incidence
penghasilan?
- Penggunaan fasilitas sekolah
Analisis Benefit-
negeri berdasarkan jenis
incidence
kelamin (gender)?

Hasil keluaran lainnya

Kalau ada
hubungannya,
Menganalisishubungan bidang mana
- Apakah ada hubungannya
Temuan-Temuan antara belanja, output saja yang bisa
di sini?
dan hasil keluaran difokuskan
dalam sektor
pendidikan?
Apakah ada ketidaksetaraan
di sektor pendidikan antara
laki-laki dan perempuan?
Apakah ini tercermin di
tingkat belanja?
Ringkasan dan
Rekomendasi

Infrastruktur

-Apakah infrastruktur menjadi


prioritas dalam perencanaan Menyetujui
Untuk menganalisis
provinsi? dokumen
Perencanaan kebijakan infrastruktur Dokumen perencanaan
- kalau ya, apa prioritas perencanaan yang
di tingkat provinsi
infrastruktur yang spesifik? akan dianalisis

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
71
72
- Apakah ada prioritas
infrastruktur yang berbeda
antar kabupaten?
- Apakah prioritas infrastruktur
konsisten dengan tingkat
nasionaI?

di Tingkat Daerah
- Berapa persentase dari
total belanja daerah untuk
infrastruktur?
- Apakah bagian dari total
belanja infrastruktur telah
Menganalisis pola meningkat atau menurun
Belanja (Input) APBD, Dekon.HH
belanja infrastruktur selama ini? Mengapa?
- Apakah belanja infrastruktur
telah meningkat atau
menurun selama ini?
Mengapa?

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


- Berapa belanja infrastruktur
per kapita?
- Apakah lebih tinggi daripada
rata-rata nasional per kapita?
dibandingkan dengan
provinsi lain yang serupa?
- Berapa besar belanja
infarstruktur per kapita
tiap kabupaten? Apakah
ada banyak variasi antar
kabupaten?

- Berapa porsi belanja


infrastrukturyangdialokasikan
oleh pemerintah daerah,
provinsi dan pusat?
- Bagaimana trend selama ini?
Mengapa?

- Berapa belanja rumah


tangga infrastruktur?
- Apakah lebih tinggi atau
lebih rendah daripada rata-
rata nasional? Ada provinsi
lain yang serupa?
Lampiran
- Apa yang telah menjadi
belanja yang paling besar
dalam sektor infrastruktur
meurut sub-sektor? misalnya,
Lampiran

transportasi, telekomunikasi,.
bangunan pemerintah, dll
Apa yang telah mendominir
belanja sektor infrastruktur
menurut klasifikasi ekonomi?
- Panjang jalan
- Kualitas jalan
Menganalisis output
- Perbandingan bersamaan
apa yang telah tercapai
dengan berjalannya waktu.
Belanja (output) melalui infrastruktur, Panjang jalan; kualitas jalan
Bandingkan dengan provinsi
sarana, SDM, program,
lain, dengan tingkat nasional,
dll).
bandingkanantarakabupaten
dan provinsi
Analisis indikator infrastruktur
(Sanitasi umum, tidak ada
sanitasi, saluran air, kualitas
Menganalisis kondisi
Hasil keluaran air, sanitasi, jangkauan irigasi,
infrastruktur terakhir
jangkauan jalan, akses ke
listrik dan indikator lain yang
relevan) untuk menilai sbb:
- Apakah ada peningkatan
bersamaan dengan
berjalannya waktu?
- Lebih tinggi atau lebih
rendah daripada angka
nasional? Bandingkan dengan
Analisis Benefit-
kabupaten di dalam provinsi
incidence, analisis
(apakah ada ketidaksetaraan
urutan waktu
antar kabupaten)?
- Bedakan akses sesuai
dengan kelompoknya,
misalnya tingkat penghasilan
(atau gender, kalau mungkin)

Kalau ada
hubungannya,
Menganalisishubungan apa saja yang
Temuan-Temuan antara belanja, output - Apakah ada hubungannya? mungkin
dan hasil keluaran. difokuskan
di bidang
infrastruktur?

di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
73
74
Apakah ada ketidaksetaraan
di bidang infrastruktur
antara kabupaten? Antara
tingkat penerimaan? Apakah
ini tercermin di tingkat
pengeluaran?

di Tingkat Daerah
Ringkasan dan
Rekomendasi

Masih harus
Isu lokal
diputuskan
Ringkasan dan
Rekomendasi

Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


Lampiran
Lampiran

Lampiran 2: Persyaratan-Persyaratan data

Tujuan dari bagian ini adalah untuk menyediakan peneliti persyaratan data (baik yang kuantitatif maupun
kualitatif ) dan beberapa saran untuk bisa mendapatkan data tersebut. Tabel dibawah memberikan saran tentang
rentang waktu dari data, tetapi hal ini tergantung pada ruang lingkup penelitian. Sebagaimana yang dibahas
di dalam pedoman ini, kami menyarankan untuk mengumpulkan data paling sedikitnya lima tahun, dan aturan
penting adalah lebih banyak data yang didapat akan bisa menghasilkan kualitas analisis yang lebih baik.

Data dikumpulkan pada tingkat nasional maupun daerah. Kalau ada dua sumber untuk data yang sama
(contohnya APBD), maka para peneliti perlu memutuskan, untuk data tersebut, sumber mana yang akan
dipergunakan untuk analisis. Setiap sumber data mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lihat
bagian 4.2.1 untuk petunjuk kebenaran setiap sumber.

1. Sumber Nasional: Departemen Keuangan (MoF); Badan Penelitian Statistik (BPS);


No Jenis Nama Uraian Sumber Indikator
Belanja Nasional (Dengan alokasi pada tingkat
Belanja
Provinsi atau Kabupaten/Kota). Data dikelompokan
1 Fiskal APBN Depkeu Dekonsentrasi dan
berdasarkan jenis pendanaan, satuan pembayaran,
Tugas Pembantuan
sektor, program, tingkat proyek
Anggaran Daerah (Kab/Kota & Tingkat Provinsi) terdiri
atas Penerimaan (berdasarkan pokok anggaran),
belanja rutin (berdasarkan bagian dan golongan
Penerimaan, Rutin,
APBD ekonomi), belanja pembangunan (berdasarkan BPS ; MoF
Pembangunan
sektor)(Format Makuda), Pembelanjaan publik dan
aparat (format Kepmendagri 29); atau Pembelanjaan
langsung dan tidak langsung (format Permendagri 13).
Alokasi DAU,
kependudukan,
Alokasi DAU dan Data Dasar yang digunakan untuk
DAU Depkeu pengaruh
perhitungan DAU (Kab/Kota & Tingkat Provinsi)
kemiskinan, wilayah,
IHBG, dll.
Alokasi DAK (Sektor
DAK Dana Reboisasi dan DAK Non Dana Reboisasi infrastruktur,
DAK Depkeu
(Kab/Kota & Tingkat Provinsi) kesehatan,
pendidikan)
Pinjaman yang
direalisasi, Jumlah
Data tentang Pinjaman dan tunggakan Pemerintah
Pinjaman Depkeu Tunggakan
Daerah
Pinjaman, Total
tunggakan
Pajak daerah
Data tentang Pajak dan Pungutan Daerah Depkeu Pajak, Pungutan

Alokasi PBB,
Pembagian Pembagian penerimaan Pajak dan Penerimaan Bukan BPTHB, PPh, SDA
Depkeu
pendapatan Pajak untuk pemerintah daerah berdasarkan jenis
dan wilayah
2 Non Fiskal
Sensus
Penduduk
Sensus penduduk nasional, diselenggarakan sekali
Indikator atau data BPS
dalam sepuluh tahun atau data kependudukan Kependudukan
Sosial kependu
tahunan dari BPS
dukan dari
BPS

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
75
Lampiran

Pencapaian
pendidikan, angka
Susenas terdiri atas INTI (annual) MODUL (satu kali
melek huruf, % dari
dalam tiga tahun). Ini mencakup karakteristik keluarga
Susenas BPS penduduk kota,
dan anggota keluarga dalam keluarga yang dijadikan
pendapatan dan
contoh.
belanja rumah
tangga.
Angkatan kerja
Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) mencakup (berdasarkansektor),
Sakernas karakteristik pasar tenaga kerja nasional dari semua BPS angka kesempatan
usia kerja dalam rumah tangga yang dijadikan contoh. kerja, angka
pengangguran, dll.
Jumlah sarana
(sekolah, Puskesmas,
dll.), % keluarga
Penelitan Potensi Desa (PODES) memberikan informasi yang mempunyai
Podes BPS
tentang karakteristik dan infrastruktur desa. telepon, jenis jalan
yang tersedia,
berapa hektar
bidang sawah, dll.
Indikator Produk-produk Daerah (kab/kota & tingkat provinsi) Produk-produk
PDRB BPS
ekonomi berdasarkan harga yang berlaku dan tetap sektoral
Panjang Jalan,
Jalan Jenis jalan di tingkat kabupaten Dep PU bagian dari setiap
jenis jalan
Survei Tata Indikator Tata kelola
Karakte- Kelola pemerintahan
WBOJ
ristik Peme- Pemerin- dan desentralisasi
GDS 1 1, GDS 1+, GDS 2 & PSKK-
rintah tahan dan (transparansi,
UGM
Daerah Desen- akuntabilitas,kualitas
tralisai (GDS) pelayanan)
Jumlah pegawai
negeri berdasarkan
Sensus pengelompokan
Pegawai Jumlah pegawai negeri berdasarkan tempat BKN struktural,
Negeri fungsional,
karakteristik,
golongan, dll.

2. Data dari sumber Daerah :


Kuantitatif
Jenis Nama Tahun Sumber Indikator
Kependu
Indikator Wajib Terakhir BPS Daerah Untuk memperoleh nilai per kapita
dukan

IHK Daerah Terakhir BPS Daerah Untuk memperoleh nilai riil

Uraian yang paling terperinci tentang


• Penerimaan
• Belanja
- Rutin & Pembangunan (format
Laporan keuangan Makuda)
provinsi dan daerah - Publik & Aparat (Format
Fiskal APBD Terakhir (lebih diutamakan Kepmendagri 29 )
laporan keuangan yang - Langsung & Tidak langsung
telah diaudit) (Format Permendagri 13)
- Rincian belanja untuk sarana
kesehatan dan sekolah,
berdasarkan jenis
• Pendanaan (format anggaran baru)

76 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Lampiran

• Tingkat utang
Pemerintah provinsi
Fiskal Pinjaman Terakhir • Pinjaman berdasarkan sumber
dan kabupaten
(pemerintah pusat, bank dll.).
• Kriteria yang digunakan untuk alokasi
bagi hasil minyak, gas dan kehutanan
Fiskal Bagi Hasil SDA Terakhir Pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
• Jumlah yang dialokasikan kepada
setiap kabupaten/kota
• Perkiraan jumlah penduduk dari
Kependu pemerintah daerah
Sosial Terakhir Pemerintah Daerah
dukan • Perkiraan penduduk dari kantor BPS
daerah
• Perkiraan kemiskinan dari
pemerintah daerah
Sosial Kemiskinan Terakhir Pemerintah Daerah
• Perkiraan kemiskinan dari kantor BPS
daerah
• Jumlah sekolah, berdasarkan jenis
• Jumlah siswa
• Jumlah guru (termasuk reguler dan
non-reguler)
Sosial Pendidikan Terakhir Pemerintah Daerah • Jumlah retribusi yang dipungut
• Indikator pendidikan yang digunakan
oleh pemerintah daerah (angka melek
huruf, tingkat pendaftaran di sekolah,
pencapaian pendidikan, dll.).
• Jumlah puskesmas
• Jumlah dokter dan petugas
kesehatan lainnya (termasuk reguler
and non-reguler)
• Jumlah retribusi yang dipungut
Sosial Kesehatan Terakhir Pemerintah Daerah
• Indikator kesehatan yang digunakan
pemerintah daerah
(kelahiran yang ditangani oleh
petugas-petugas yang trampil, angka
kematian bayi)
• Status dan kondisi infrastruktur air
Pemerintah Daerah dan
Infrastruktur Air dan Sanitasi Terakhir yang ada
Provinsi
• Akses ke air bersih
Pemerintah Daerah dan • Panjang jalan, berdasarkan jenis
Jalan Terakhir
Provinsi • Kondisi jalan
• Komposisi anggota DPRD (partai
politik yang diwakili)
Politik Daerah DPRD Terakhir Kantor KPU Provinsi
• Karakteristik anggota DPRD (latar
belakang pendidikan, jenis kelamin)
• Jumlah pegawai negeri, berdasarkan
Tata kelola Pemerintah Daerah dan
Pegawai Negeri Terakhir kategori struktural dan fungsional
pemerintahan Provinsi
serta tingkat profesionalisme

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
77
Lampiran

Kualitatif
Jenis Nama Tahun Sumber Indikator
• Rencana-rencana apa yang sekarang
tersedia?
• Apakah masyarakat berperan serta
dalam proses perencanaan tersebut?
Apabila ya, bagaimana?
Proses
Perencanaan Terakhir Bappeda • Apakah ada suatu rencana/strategi
Perencanaan
peningkatan ekonomi rakyat? Apabila
ya, sektor (sektor-sektor) mana yang
akan difokuskan?
• Bagaimana pencapaian dari berbagai
rencana yang dipantau?
• Apakah ada mekanisme formal bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses penganggaran? Apabila ya,
seberapa efektif?
• Bagaimana informasi kuantitatif yang
digunakan untuk mengambil berbagai
Penyusunan Biro Keuangan,
Anggaran Terakhir keputusan tentang anggaran?
Anggaran Bappeda, Kepala dinas
• Bagaimana keputusan-keputusan
dibuat tentang intervensi pemerintah
dalam suatu sektor khusus?
• Lembaga/badan mana yang
membuat keputusan tentang alokasi
anggaran akhir?
• Apakah anggaran dipublikasikan
Publikasi kepada masyarakat? Apabila ya,
Terakhir Bappeda, Sekda
Anggaran bagaimana caranya (surat kabar, berita
negara dll.)?
• Unit mana yang bertanggung jawab
atas pembayaran?
• Apakah Bendahara Umum Daerah
(BUD) sudah dibentuk?
• Bagaimana mekanisme
Pelaksanaan Biro Keuangan,
Terakhir pembayarannya (SPP)?
Anggaran Bappeda
• Apakah terdapat masalah-masalah
dalam manajemen perbendaharaan?
Apabila ya, apa saja masalahnya?
• Apakah anggaran tersebut telah
direvisi selama tahun anggaran?
• Apakah pelaksanaan penganggaran
Pelaksanaan telah diperkenalkan?
Terakhir Bappeda
Penganggaran • Apabila ya, bagaimana pelaksanaan
tersebut dipantau?
• Kapan dan berapa kali transfer cicilan
telah diterima pemerintah daerah dari
pemerintah pusat dan provinsi?
Pembayaran
Transfer Terakhir Biro Keuangan - DAU
transfer
- DAK
- Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam
- Bagi Hasil dari Pajak

Format -- electronic wherever possible

78 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
Referensi

References
Aran, Meltem (2007). Note on “Pro-Poor Targeting and the Effectiveness of Indonesia’s Fuel Subsidy Reallocation
Programs”. Jakarta. Indonesia
Ghozali, Abbas. “Analisis Sejarah Kebijakan, Penyelenggaraan, dan Kondisi Pendidikan Dasar serta Implikasinya
pada Pendidikan Dasar Gratis”. Makalah individual untuk studi Pendidikan Gratis yang diselenggarakan
oleh BAPPENAS. Jakarta. Indonesia.
Pemerintah Daerah Kabupaten Belu (2004). Rencana Strategis Kabupaten Belu 2004-2008

Pemerintah Daerah Kabupaten Belu (2004). Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Belu Periode 2004-
2008

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa (2003). Rencana Stratejik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Minahasa Tahun 2003-2007

Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (2004). Rencana Strategis Kabupaten Timor Tengah Selatan
2004-2008

Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (2005). Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2005-2009

Pemerintah Daerah Kota Binjai. Peraturan Walikota Binjai nomor 050-6525 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Binjai 2006-2010.

Pemerintah Daerah Kota Magelang (2005). Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010.

Pemerintah Daerah Kota Manado (2005). Peraturan Daerah nomor 04 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Manado 2005-2010.

Pemerintah Daerah Kota Manado (2005). Matriks Program Lima Tahunan (RPJMD dan Renstra SKPD). Dinas
Pendidikan Kota Manado

Pemerintah Indonesia (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten.

Pemerintah Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

Pemerintah Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pemerintah Indonesia (2003). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pemerintah Indonesia (2002). Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah
79
Referensi

Pemerintah Indonesia (2004). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Indonesia (2004). Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Tandon, Ajay (2005), Measuring Eficiency of Macro Systems: An Application to Millennium Development Goal
Attainment, Asian Development Review, Vol 22, no. 2, pp. 108-125

WHO (2005), “ Sub National Health System Performance Assessment in Indonesia”. processed World Health
Organization, Geneva

World Bank (2005). “Education in Indonesia: Managing the Transition to Decentralization”, volume 1 – volume 3.
Jakarta, Indonesia.

World Bank (2007a). “Investing in Indonesia’s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures”.
Jakarta, Indonesia.

World Bank (2007b). Indonesia Public Expenditure Review. “Spending on Development: Making the Most of
Indonesia’s New Opportunities”. Jakarta. Indonesia

World Bank. “Teacher Employment and Deployment in Indonesia: Opportunities for Equity, Efficiency, and Quality
Improvement.” Jakarta. Indonesia.

80 Pedoman Praktis untuk Menganalisis Pengeluaran Publik


di Tingkat Daerah

Você também pode gostar