Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Public Disclosure
Disclosure Authorized
Authorized Public Disclosure Authorized Public
Public Disclosure
Disclosure Authorized
Authorized Public Disclosure Authorized
untuk
di Tingkat Daerah
PEDOMAN PRAKTIS
Edisi Lokakarya
Menganalisis Pengeluaran Publik
49691
THE WORLD BANK OFFICE JAKARTA
Indonesia Stock Exchange Building, Tower II/12-13th Fl.
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12910
Tel: (6221) 5299-3000
Fax: (6221) 5299-3111
Daftar istilah ii
Bab 1. Memperkenalkan Analisis Belanja Publik 1
1.1 Apakah yang dimaksud dengan Analisis Belanja Publik (PEA)? 1
1.2 Mengapa PEA bermanfaat? 1
1.3 Siapa saja yang akan menggunakan PEA? 2
1.4 Apa sajakah yang termasuk dalam PEA? 3
Bab 1
Memperkenalkan Analisis Belanja Publik
1. Berapa jumlah uang yang harus dibelanjakan oleh pemerintah? Dari mana asal Penerimaan tersebut?
Apakah yang berpotensi, apabila ada, untuk mempertebal potensi pembiayaan pemerintah?
2. Untuk apa sajakah sumber daya yang telah dibelanjakan oleh pemerintah sebelumnya?
3. Layanan-layanan publik seperti apa yang disediakan oleh anggaran yang tersedia pada saat ini? Sektor-
sektor apa sajakah yang menyediakan layanan yang baik dan sektor-sektor apa yang membutuhkan
perbaikan?
4. Siapa penerima manfaat utama dari pembelanjaan yang dilakukan oleh Pemerintah? Sebagai contoh,
apakah orang kaya atau orang miskin? Perempuan atau laki-laki? Wilayah-wilayah terpencil atau kota?
Apakah manfaat-manfaat tersebut disalurkan secara merata? Apakah para penerima manfaat mempunyai
akses layanan yang sama? Apakah ada lapisan-lapisan masyarakat yang kurang beruntung yang
membutuhkan perhatian khusus?
5. Sudahkan layanan-layanan yang diberikan menghasilkan pengembangan sumber daya manusia yang
lebih baik bagi masyarakat? Sebagai contoh, apakah tingkat kecakapan menulis dan membaca, mutu
pendidikan, tingkat morbiditas, harapan hidup, dsb, telah ditingkatkan?
6. Seberapa efektifkah kerangka kerja dan proses perencanaan dan penyusunan anggaran yang ada pada saat
ini? Apakah anggaran disetujui secara tepat waktu? Apakah dana-dana disediakan pada waktu yang tepat?
Apakah prioritas-prioritas perencanaan tercermin dalam anggaran?
7. Seberapa besar kapasitas kepegawaian negeri sipil dalam manajemen keuangan publik? Apakah terdapat
bidang-bidang yang dapat ditingkatkan? Apabila ada, melalui cara apakah peningkatan-peningkatan
tersebut dilakukan?
Jawaban-jawaban atas pertanyaaan-pertanyaan semacam ini akan membantu pemerintah untuk mengenali prioritas-
prioritas yang harus ditangani melalui pembelanjaan pemerintah dan membantu mereka dalam membuat keputusan-
keputusan yang bijaksana tentang cara terbaik untuk mengalokasikan dana.
Pemerintah pusat
Laporan PEA memberikan suatu dasar bagi Pemerintah Pusat (Pemerintah Indonesia) untuk mengamati bagaimana
pemerintah daerah membelanjakan uang mereka dan sejauh mana pemerintah daerah telah menjalankan peraturan
dan mengikuti petunjuk yang ditentukan dalam sektor-sektor keuangan dan otonomi daerah.
Individu/lembaga advokasi
Individu-individu dan organisasi-organisasi (Sebagai contoh, Kelompok Swadaya Masyarakat (Non-Governmental
Organization – NGOs) dan Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organizations-CSOs)) dengan kepentingan-
kepentingan tertentu dan tujuan-tujuan advokasi dapat menggunakan PEA untuk membantu mereka dalam pekerjaan
advokasi dan melobi. Kebijakan-kebijakan advokasi dikembangkan berdasarkan pekerjaan analitis yang tepat dan PEA
berfungsi sebagai satu sumber untuk pekerjaan analitis ini.
Sektor swasta
Entitas-entitas dari sektor swasta yang telah menanamkan modal, atau yang tertarik untuk berinvestasi dalam suatu
provinsi atau kabupaten/kota tertentu, dapat menggunakan PEA untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
daerah tersebut. PEA merupakan sumber informasi umum tentang struktur ekonomi, sumber-sumber penerimaan,
prioritas-prioritas pembelanjaan pemerintah daerah, dan keberhasilan-keberhasilan dan tantangan-tantangan
pemberian layanan publik. PEA juga mencerminkan kapasitas pemerintah daerah, serta tingkat keterbukaan dalam
kegiatan-kegiatannya.
Masyarakat
Menerbitkan PEA merupakan suatu cara penting agar Pemerintah menjadi terbuka tentang sumber daya-sumber daya
masyarakat yang digunakannya. PEA menampilkan informasi keuangan yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen
anggaran yang panjang dan biasanya rumit dalam suatu format yang jauh lebih mudah dipahami. Selanjutnya, PEA
berisi analisis belanja yang jelas yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk meminta pertanggung-jawaban para
politikus dan pemerintah atas janji-janji dan tanggung jawab-tanggung jawab mereka.
Bab 1: Pendahuluan
Bab ini harus memperkenalkan kepada pembaca tentang wilayah geografis yang diteliti. Bab ini harus mencakup
informasi tentang sejarah, geografi, kependudukan, struktur pemerintahan, struktur ekonomi, dan kecenderungan
indikator-indikator makroekonomi yang penting dari wilayah tersebut, seperti tingkat kemiskinan, laju pertumbuhan,
angka kesempatan kerja, indeks pembangunan manusia (HDI), dan standar layanan minimum (MSS).
Bab 3: Penerimaan
Tujuan bab ini adalah memberikan suatu gambaran yang komprehensif tentang Penerimaan di tingkat daerah. Hal
ini termasuk memperhitungkan amplop total Penerimaan, termasuk suatu analisis tentang kecenderungan sumber
Penerimaan. Sebagai contoh, apakah pemerintah daerah pada dasarnya memperoleh Penerimaannya dari Penerimaan
Asli Daerah (PAD) atau transfer-transfer dari Pemerintah Pusat? Bab ini juga mencakup perhitungan-perhitungan defisit
dan surplus pemerintah daerah, dan kebijakan pembiayaannya. Akhirnya, bab ini mencakup analisis tentang bagaimana
pemerintah daerah mencatat Penerimaan dan pembiayaannya, dan apakah terdapat ketidaksesuaian-ketidaksesuaian.
Bab 4: Belanja
Tujuan bab ini adalah memberikan suatu gambaran yang komprehensif tentang belanja pada tingkat daerah. Hal ini
termasuk menghitung total belanja dan menganalisis belanja yang berlaku menurut waktu, sektor, klasifikasi ekonomi,
dan dilakukan oleh tingkat pemerintah yang mana (pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah
pusat). Bab ini juga melihat kemampuan pemerintah daerah untuk menyerap anggarannya dengan menganalisis
tingkat realisasi.Tujuan bab ini adalah memberikan rekomendasi tentang bagaimana pemerintah dapat memperbaiki
efektivitas dan efisiensi pembelanjaan publik.
kesehatan atau pendidikan yang menjadi prioritas yang harus ditargetkan pemerintah, atau bagaimana pemerintah
dapat meningkatkan pembelanjaannya dalam suatu sektor tertentu (misalnya dana-dana yang lebih banyak harus
dialokasikan untuk memelihara infrastruktur yang ada alih-alih untuk membangun infrastruktur yang baru).
Terlampir dalam Lampiran 1 adalah Garis Besar Standar PEA Minimum yang menyediakan bab-bab, bagian-bagian, dan
pertanyaan-pertanyaan pokok yang harus dimasukkan seluruhnya dalam PEA.
Bab 2
Melakukan Analisis Belanja Publik
Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang langkah-langkah utama dalam melakukan PEA:
Semakinterperincidatayangdiberikan,semakinbaikanalisisyangdilakukan.Apabiladatabersifatsangatluasdanumum,
peneliti akan mengalami kesulitan dalam mencari penjelasan tentang kecenderungan dan menarik kesimpulan. Untuk
membuat perbandingan menurut waktu, atau menurut kabupaten/kota yang berbeda, data yang digunakan harus
dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, apabila belanja di sektor pertanian untuk kabupaten 1 mencakup perikanan
tetapitidakmencakupperikanandikabupaten2,haliniberartiinformasitentangpertaniantidakdapatdiperbandingkan
kecuali informasi tentang perikanan dari kabupaten 1 dihapuskan. Penting bagi peneliti menguji data dengan teliti untuk
memastikan bahwa data-data tersebut dapat diperbandingkan. Keakuratan data juga penting, meskipun terkadang hal
ini tidak selalu dapat dikendalikan oleh peneliti dan dapat bergantung pada metode yang digunakan oleh mereka yang
bertanggung jawab atas pengumpulan data primer (misalnya BPS). Sebagai contoh, sering terdapat beberapa versi
APBD yang berbeda (pra-audit, pasca-audit, dll.) dan penting bahwa data yang digunakan adalah data yang tersedia
yang paling akurat. Terdapat dua aspek tentang apakah data tepat waktu: pertama, kesimpulan-kesimpulan tentang
keuangan publik hanya dapat didasarkan pada data yang diperoleh selama bertahun-tahun. Berdasarkan perhitungan
kasar dari pengalaman secara umum adalah bahwa data harus dikumpulkan dalam jangka waktu minimum lima
tahun. Semakin lama jangka waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data, semakin baik analisis dan kesimpulan-
kesimpulannya. Selanjutnya, data yang terbaru dibutuhkan untuk melakukan penelitian yang relevan.
Memperoleh akses untuk mendapatkan informasi keuangan tidak selalu merupakan proses yang mudah dan
peneliti harus kreatif dalam menemukan cara-cara yang berbeda untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan
telah lengkap. Selanjutnya, peneliti dapat saja memperoleh data yang tidak konsisten dari sumber-sumber yang
berbeda dan harus membuat penilaian tentang sumber mana yang lebih tepat (berdasarkan prinsip-prinsip
tentang data yaitu harus terperinci, dapat diperbandingkan, akurat, dan tepat waktu). Bab 4, Bagian 4.1 akan
memberikan petunjuk lebih lanjut tentang proses pengumpulan data.
2.3 Memasukkan data ke dalam suatu format yang dapat digunakan untuk analisis
Data mentah (sebagai contoh, yang ditemukan di dalam APBD atau RPJMD) seringkali ditemukan dalam suatu format
yang tidak sesuai untuk analisis. Beberapa permasalahan penting termasuk: a) data hanya tersedia dalam bentuk
hardcopy; b) data tidak dapat diperbandingkan karena format anggaran telah berubah; dan c) klasifikasi sektoral dan
ekonomi antar pemerintah yang bermacam-macam. Oleh karena itu, untuk menjamin konsistensi dalam penggunaan
data sepanjang analisis, penting sekali bahwa data dimasukkan ke dalam suatu format yang membuat informasi dapat
dibandingkan dan dianalisis. Hal ini termasuk memasukkan informasi ke dalam sebuah tabel umum. Petunjuk ini
mencakup sebuah tabel induk yang diusulkan supaya semua informasi tentang anggaran dimasukkan ke dalamnya
sebelum analisis dilakukan. Bab 4, Bagian 4.2 memberikan petunjuk lebih lanjut tentang memasukkan data ke dalam
suatu format yang bermanfaat untuk analisis.
((a) Berdasarkan data yang tersedia, kecenderungan-kecenderungan apakah yang terlihat? Apakah indikator
tetap tidak berubah, meningkat atau menurun?
(b) Mengapa kecenderungan terjadi? Adakah sebuah alasan untuk terjadinya kecenderungan tersebut?
Komponen (a) dan (b) membentuk kesimpulan analisis.
(c) Berdasarkan alasan yang menjelaskan kecenderungan, apakah ada hal yang dapat dilakukan Pemerintah
untuk memperbaiki situasi? Hal ini merupakan rekomendasi.
Secara keseluruhan, tanda dari analisis yang baik adalah bahwa kecenderungan, kesimpulan, dan rekomendasi terkait
satu sama lain, dan bahwa semua ini merupakan hasil yang berasal dari data yang tersedia. Petunjuk lebih lanjut tentang
menganalisis data ditemukan di dalam Bab 5.
Bab 3
Proposal Penelitian
Sebelum memulai pengumpulan data atau melakukan analisis apa pun, memiliki suatu proposal penelitian yang
komprehensif adalah penting. Tujuan proposal penelitian adalah tentang apakah penelitian ini nantinya, mengapa
penelitian ini penting, siapa saja yang akan melakukan penelitian ini, siapa saja yang akan menjadi pembaca sasaran,
serta waktu yang tepat dan ruang lingkup penelitian. Langkah persiapan ini penting untuk menghindari melakukan
pekerjaan yang tidak berkaitan dan, apabila bekerja dalam sebuah tim, memastikan bahwa terdapat suatu pengertian
yang sama di antara para anggota tim. Setidaknya, suatu proposal penelitian PEA perlu mencakup beberapa hal
berikut:
Latar belakang:
Keadaaan-keadaan seperti apa yang telah membawa kepada kebutuhan akan sebuah PEA? Apakah seseorang telah
meminta PEA? Apabila demikian, siapakah orang tersebut?
Tujuan Penelitian:
Uraikan apa yang sedang ingin dicapai oleh PEA. Sebagaimana disebutkan dalam bagian 1, tujuan utama PEA adalah
memberikanrekomendasikepadapemerintahtentangbagaimanaanggaran-anggarandapatdialokasikansecaralebih
efektif. Adakah tujuan-tujuan tambahan yang sedang ingin dicapai oleh PEA? Sebagai contoh, apakah PEA sedang
mencoba mengembangkan kapasitas anggota tim untuk bekerja dalam suatu tim? Apakah PEA sedang mencoba
mengumpulkan dokumen-dokumen anggaran dan perencanaan untuk perpustakaan-perpustakaan universitas atau
suatu pangkalan data?
Pembaca utama:
Kenalilah untuk siapakah penelitian ini pertama-tama ditujukan dan bagaimana (para) pembaca diharapkan untuk
menggunakan penelitian ini.
Penentuan waktu:
Menyediakan diagram Gantt tentang penentuan waktu penelitian, termasuk milestones (pengumpulan data selesai,
rancangan awal selesai, dll.).
Pemimpin tim:
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota tim memahami peranan-peranan dan tanggung jawab-
tanggung jawab mereka dan bekerja sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan bersama. Beberapa tugas yang
diembannya mencakup:
-Memastikan bahwa proposal penelitian ini selesai dan disetujui oleh tim dan para pihak terkait;
- Mengawasi penyelesaian tugas-tugas dari setiap anggota tim peneliti pada waktu yang tepat.
- Meminta (kenyataannya, memaksa) anggota-anggota tim untuk menyerahkan analisis dan bahan tertulis mereka.
- Mengumpulkan dan menyusun setiap bab yang ditulis oleh anggota-anggota tim yang berbeda.
- Menyunting semua bahan-bahan tertulis.Tugas ini termasuk menyunting untuk konsistensi, gaya bahasa, susunan/
aliran dan urutan yang logis antara bab-bab, bagian-bagian dan sub-bagia-sub-bagian, dan antara kalimat-kalimat
dalam seluruh laporan.
Peneliti:
Orang ini akan bertanggung jawab untuk melakukan bagian penelitian yang ditugaskan kepadanya oleh pemimpin
tim. Hal ini termasuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menulis bagian-bagian atau bab-bab yang terkait
dari laporan. Peneliti juga harus memastikan bahwa pekerjaannya konsisten dengan anggota tim yang lain, sehingga
pada saat tim mengumpulkan rancangan akhir bersama-sama, analisis memiliki struktur, isi, dan kualitas yang serupa.
Proposal harus memberikan tanggung jawab-tanggung jawab tertentu kepada setiap peneliti.
Asisten peneliti
Peneliti dapat memilih untuk mempekerjakan seorang asisten peneliti untuk menolongnya dalam setiap aspek
penelitian.
Jumlah peneliti senior dan asisten peneliti yang dibutuhkan untuk suatu tim PEA bergantung kepada ruang lingkup
penelitian (jangka waktu, geografi, dll.).
Bab 4
Pengumpulan dan Persiapan Data untuk Analisis
Data kuantitatif:
• Data fiskal: Data mencakup APBN, APBD, DAU, DAK, pinjaman, pajak-pajak daerah, pembagian Penerimaan, dan
PAD.
• Data non-fiskal: Data mencakup data kependudukan; angka kemiskinan; angka kesempatan kerja; indikator-
indikatorpendidikansepertijumlahsekolah,guru,murid;tingkatpartisipasi;indikator-indikatorkesehatanseperti
jumlah pegawai dan pusat-pusat kesehatan; indikator-indikator infrastruktur seperti panjang jalan, sarana-sarana
air dan sanitasi yang tersedia; susunan DPRD; dan susunan pegawai negeri sipil.
Data kualitatif:
• Proses perencanaan: Apakah terdapat rencana-rencana prasyarat? Apakah perencanaan bersifat partisipatif?
Bagaimana rencana-rencana dipantau?
• Proses penyusunan anggaran: Seberapa tingkat partisipasi publik dalam proses penyusunan anggaran? Apakah
informasi yang bersifat kuantitatif digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan tentang anggaran?
Bagaimana keputusan-keputusan tentang anggaran dibuat dalam sektor-sektor tertentu? Apakah anggaran
tersediabagipublik?Unitmanayangbertanggungjawabuntukpembayaran?Sudahkandibentuksuatubendahara
daerah? Apakah yang dimaksud dengan mekanisme-mekanisme pembayaran? Sudahkah penyusunan anggaran
kinerja dilakukan? Bagaimana kinerja anggaran dipantau?
• Transfers: Berapa banyak transfer-transfer cicilan yang diterima oleh Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat dan
seberapa tepat waktu transfer-transfer tersebut?
Sumber-sumber data:
Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber (dan sumber-sumber ini dapat saja tidak konsisten), namun di bawah ini
terdapat suatu daftar sumber-sumber yang disarankan:
• Departemen Keuangan
• Biro Pusat Statistik (BPS)
• Departemen Pekerjaan Umum, Departeen Kesehatan, dan Departemen Pendidikan
• Badan Kepegawaian Negara (BKN)
• Pemerintahprovinsi(DinasKeuangan,DinasPerencanaan,DinasKesehatan,DinasPendidikan,danDinasPekerjaan
Umum)
• Instansi-instansi terkait dari pemerintah-pemerintah kabupaten/kota
• Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Untuk suatu daftar lengkap tentang persyaratan-persyaratan data minimum dan sumber-sumber data, silahkan
mengacu pada Lampiran 2.
Kelebihan data yang bersumber dari pemerintah pusat adalah bahwa data tersebut tersedia bagi semua daerah dan oleh
karenaitudapatdiperbandingkanantar-provinsi(danantar-kabupaten/kota).Namun,karenadatatersebutdimasukkan
secara manual ke dalam SIKD, maka data tersebut mungkin mengalami kesalahan manusia dalam pemasukannya.
Sebaliknya, data yang dikumpulkan secara langsung dari pemerintah-pemerintah daerah mungkin lebih akurat. Akan
tetapi, apabila peneliti memiliki akses terhadap laporan-laporan yang telah diaudit, data-data tersebut dapat mencakup
informasi yang lebih terperinci. Apabila tersedia, maka informasi tersebut dapat digunakan untuk perbandingan dalam
suatu daerah (misalnya antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam provinsi yang sama), namun
tidak dapat dipergunakan untuk analisis antar daerah (misalnya antar provinsi atau antar kabupaten/kota di provinsi
yang berbeda). Perbedaan antara sumber pemerintah pusat dan pemerintah daerah berlaku terhadap data fiskal serta
sebagian indikator keluaran dan hasil kuantitatif lainnya. Tim peneliti perlu menyepakati rangkaian data mana yang
akan digunakan dalam seluruh analisis PEA.
Rentang waktu:
Sebagaimana dibahas dalam tahap proposal, rentang waktu untuk analisis perlu disepakati sejak awal. Sebagaimana
dibahasdalamBab1,semakinlamarentangwaktunya,semakinbaikanalisisnya.Namun,adaketerbatasan-keterbatasan
besar dalam ketersediaan data. Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang dibentuk setelah desentralisasi tidak memiliki
data sebelum tahun 2000. Idealnya, rentang waktu minimum adalah lima tahun. Apabila memungkinkan, tahun-tahun
yang sama juga harus digunakan untuk semua data. Satu-satunya keterbatasan adalah bahwa tahun-tahun terakhir
untuk indikator-indikator hasil (indikator SUSENAS, SAKERNAS, kesehatan dan pendidikan) seringkali tidak tersedia,
sehingga mungkin terdapat rentang-rentang waktu berbeda dalam data fiskal (ketika data terbaru sudah tersedia).
Ini merupakan suatu keterbatasan, tetapi tetap merupakan hal yang penting bahwa analisis PEA setidak-tidaknya
menggunakan data selama lima tahun.
Untuk membantu para peneliti dalam menyusun kembali data fiskal ke dalam format yang dapat diperbandingkan,
panduan ini disertai dengan sebuah CD yang berisi sebuah dokumen Excel yang disebut “Tabel Induk Anggaran”
(selanjutnya disebut sebagai BMT/Budget Master Table). BMT menggunakan format di mana semua data fiskal
harus dimasukkan sebelum analisis apa pun. Tujuan BMT adalah untuk menggabungkan semua informasi anggaran
pemerintah daerah ke dalam satu lokasi dengan format yang jelas dan konsisten tanpa mempedulikan klasifikasi
ekonomi atau sektoral yang berbeda. Penting untuk memuat semua data fiskal dalam satu sumber, khususnya apabila
penelitian dilakukan oleh sebuah tim, karena akan memastikan bahwa para peneliti yang berbeda akan menggunakan
angka-angka yang konsisten dalam analisis mereka masing-masing.
3.Anggaranpusat/pembelanjaandekonsentrasi:Bagianinimencakuppembelanjaanpusat(dana-danadekonsentrasi)
yang dialokasikan ke provinsi. Karena keterbatasan data, data yang tersedia biasanya merupakan angka-angka
realisasi dan dirinci per sektor.
4. Angka-angka konsolidasi: Bagian ini menyediakan angka-angka anggaran konsolidasi dalam bentuk nominal, riil,
dan per kapita.
BMT dibuat secara manual dengan memasukkan data dari kumpulan laporan-laporan anggaran pemerintah daerah.
Setiap kotak tabel terdiri dari poin-poin terkait dari laporan-laporan anggaran tersebut. Pada suatu titik, asumsi/estimasi
dapat dibuat untuk informasi yang tidak berhubungan langsung dengan laporan anggaran. Sebagai contoh, apabila
kita mengubah harga-harga menjadi harga-harga riil, maka harus ada rujukan nyata kepada faktor inflasi mana yang
telah digunakan dan tahun yang menjadi tahun dasar. Poin pentingnya adalah mendokumentasikan setiap asumsi atau
estimasi sehingga informasi ini dimuat untuk rujukan di masa depan.
Bab 5
Analisis Data, Penyusunan Kesimpulan, dan Rekomendasi
Bab ini membahas jenis-jenis analisis yang diperlukan untuk menulis laporan PEA. Ini termasuk mengidentifi-
kasi bagan-bagan mana yang bermanfaat untuk setiap bab dan menjelaskan data mana yang diperlukan untuk
melakukan analisis dan membuat grafik. Bab ini juga mempertimbangkan berbagai kesimpulan yang dapat di-
ambil dari analisis tersebut. Bab ini dibagi berdasarkan bab-bab minimum yang diharapkan dari sebuah laporan
PEA, antara lain:
1. Pendahuluan
• Analisis ekonomi daerah
• Analisis demografi daerah
• Analisis kemiskinan
4. Belanja
• Gambaran pengeluaran keseluruhan
• Analisis pengeluaran sektoral
• Analisis Klasifikasi Ekonomi
• Analisis perubahan belanja daerah
• Analisis belanja pemerintah pusat
3. Analisis kemiskinan
a. Angka kemiskinan
b. Indeks Pembangunan Manusia
a. Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan pendapatan domestik regional bruto (PDRB), PDRB per kapita).
Tujuannya adalah untuk memahami ukuran dari perekonomian provinsi/kabupaten serta tingkat pertumbuhan
ekonomi daerah, khususnya dibandingkan dengan provinsi dan kabupaten lain di Indonesiadan dengan
pertumbuhan rata-rata nasional. Sumber data: Kantor Statistik Daerah dan Badan Perencanaan Daerah.
Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi di Gorontalo, perbandingan dengan tingkat provinsi dan nasional, 2000-2005
10
8
PDRB riil per kapita (Rp juta)
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005
12
Pertumbuhan PDRB riil (%)
10
0
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
-2
-4
-6
Nasional Indonesia Timur Sulawesi Gorontalo
Sumber: PDRB
Grafik garis di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi riil, sebagaimana yang diukur dengan perubahan dalam
PDRB Gorontalo antara tahun 1994 dan 2005, dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Terlihat pada grafik
tersebut bahwa sampai dengan tahun 2005, Gorontalo mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan rata-rata provinsi-provinsi lain di Sulawesi, Indonesia Timur dan di tingkat nasional. Akan
tetapi, pada tahun 2005, tingkat pertumbuhan di Indonesia Timur tiba-tiba meningkat sampai lebih dari sembilan
persen (meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 2004), dan melampaui tingkat pertumbuhan di
provinsi Gorontalo.
Bangunan Industri
Pengolahan
7.9% Listrik, 1.8%
Gas, & Air
0.4%
Gambar 3 menunjukkan PDRB per kapita Gorontalo antara tahun 2000 dan 2005, dibandingkan dengan upah riil.
Grafik tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan:
(i) Pertanian merupakan suatu bagian yang signifikan dari PDRB per kapita Gorontalo di sepanjang semua
tahun.
(ii) Komposisi sektoral secara keseluruhan dari PDRB masih tetap cukup konsisten walaupun persentase
PDRB dari listrik, air dan gas telah meningkat.
(iii) Walaupun PDRB per kapita telah meningkat, upah riil telah mengalami penurunan pada tahun 2005 dan
2006.
Gambar 3. Komposisi sektoral untuk PDRB per kapita di Gorontalo, 2000 -2006
2,500 1,000
Rp milyar (pada harga konstan 2000) 855 879
783
1,500
500
1,000
250
500
- -
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
c. Inflasi
Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang inflasi di tingkat daerah. Tingkat inflasi
dapat dibandingkan di antara tahun-tahun yang berbeda, antar kabupaten/kota, antar provinsi atau dengan
angka-angka di tingkat nasional/daerah.
Gambar 4. Tingkat Inflasi untuk Gorontalo, perbandingan dengan tingkat provinsi dan nasional, 2004-2007
25
Nasional
Manado
20 Makassar
Gorontalo
15
10
0
04 04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05 06 06 06 06 06 06 07 07 07 07
an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul- ep- ov- an- ar- ay- Jul-
J M M S N J M M S N J M M S N J M M
Gambar 4 memberikan satu contoh tentang bagaimana analisis inflasi dapat disajikan. Grafik tersebut menunjukkan
beberapa kecenderungan:
(i) Secara keseluruhan, inflasi di Gorontalo telah mengikuti kecenderungan-kecenderungan yang berlaku
untuk di daerah-daerah lain di Indonesia
(ii) Walaupun sesuai dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Gorontalo nampaknya mengalami peningkatan
dan penurunan yang lebih ekstrim, sebagaimana ditunjukkan oleh sudut-sudut yang tajam pada grafik
garis tersebut.
(iii) Sejak pertengahan tahun 2007, inflasi di Gorontalo lebih rendah dari daerah-daerah lain di Indonesia.
400 100
Angkatan kerja di sektor pertanian (%)
Angkatan kerja (’000)
300 75
Lainnya (kiri)
63 56 62
55 Pengolahan (kiri)
48 51
200 50 Jasa Umum/Sosial/Pribadi (kiri)
Perdagangan (kiri)
Pertanian (kiri)
100 25 Angkatan kerja di sektor
pertanian (%) (kanan)
0 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
b. Angka pengangguran
Tujuan analisis ini adalah untuk mengevaluasi angka pengangguran di daerah dengan perbandingan-perbandingan
lain seperti tingkat rata-rata nasional, angka-angka di provinsi-provinsi serupa lainnya dan/atau kabupaten/kota
lainnya. Sumber data antara lain Kantor Statistik Daerah dan Badan Perencanaan Daerah.
16
Nasional Gorontalo Indonesia
Tingkat pengangguran (%)
14 Timur
12
10
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tabel 1. Angka kemiskinan dan HDI di Gorontalo, perbandingan dengan tingkat nasional
Indikator Gorontalo Nasional
Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata
PDRB per kapita (Rp juta, 2005) 5.2 2.8 3.7 407.3 0.9 12.6
Angka Kemiskinan (2004,%) 32.5 10.8 28.9 51.0 2.9 16.7
Angka melek huruf (2006,%) 83.1 60.0 70.8 99.3 7.3 71.5
Angka partisipasi bersih (2006,%) 67.9 39.3 46.2 90.4 8.2 57.8
HDI (2005) 70.4 65.9 67.5 77.4 46.9 69.6
1,800
1,600
Rp ’000
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006*
Tabel 2 menunjukkan penerimaan di Gorontalo per tahun dan berdasarkan komposisinya, dan dipisahkan antara
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kotanya. Tabel tersebut menunjukkan beberapa kecenderungan
yang tampak:
(i) Antara tahun 2002 dan 2006, penerimaan tingkat provinsi dan penerimaan tingkat kabupaten / kota
meningkat hampir dua kali lipat.
(ii) Sebagian besar dari penerimaan tersebut baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten / kota
berasal dari DAU.
(iii) Di tingkat kabupaten / kota, DAK telah meningkat hampir sebesar 600 persen dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2006.
(iv) Sebagian yang sangat kecil dari penerimaan tersebut berasal dari PAD, yang berarti provinsi tersebut
sangat bergantung pada aliran dana dari Pemerintah Pusat.
1,400
1,200
1,000
800
Rp’000
600
400
200
0
Gorontalo Bone Bolango Boalemo Pohuwato Kota Gorontalo
Grafik tersebut membandingkan komposisi penerimaan di pemerintah kabupaten / kota di Gorontalo. Grafik
tersebut mengindikasikan beberapa kecenderungan:
(i) Semua pemerintah kabupaten / kota di Gorontalo mendapatkan sebagian besar penerimaannya dari
DAU.
(ii) Beberapa kabupaten, termasuk Bone Bolango, Baolemo dan Pohuwato, menerima aliran DAK yang
signifikan dibandingkan dengan dua kabupaten/kota lainnya.
(iii) Kota Gorontalo memiliki tingkat PAD paling tinggi.
Gambar 9. Perbandingan sumberdaya penerimaan fiskal pemerintah daerah di Gorontalo dengan daerah-daerah
lainnya, 2005
3,000 4,000
2,500
3,000
2,000
1,500 2,000
1,000
1,000
500
-
lo
t
en
ra
at
au
ra
un
ta
ta
ar
nt
Ba
Ri
on
lit
iB
Ba
p.
a
Be
u
or
es
pu
Ke
uk
G
w
ka
Pa
al
la
ng
Su
Ba
p.
Ke
b. Dana Perimbangan
Dana ini digunakan oleh Pemerintah Pusat untuk menyeimbangkan kemampuan keuangan pemerintah daerah:
(i) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana hibah berdasarkan diskresi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
kepada semua pemerintah daerah untuk mencapai kesetaraan keuangan. DAU dialokasikan dengan
menggunakan suatu rumus yang berlaku secara nasional berdasarkan faktor-faktor seperti jumlah
penduduk, luas daerah, produk domestic regional bruto (PDRB) per kapita, indeks pembangunan manusia,
anggaran dan belanja gaji PNS, tingkat pendapatan asli daerah (PAD) dan bagi hasil.
(ii) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah hibah tunai yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada pemerintah
daerah untuk membiayai kebutuhan khusus daerah.
(iii) Bagi Hasil (dari pajak dan sumberdaya alam) adalah penerimaan yang berasal dari pajak (di tingkat nasional)
dan sumberdaya malam yang dibagi di antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berdasarkan suatu
perbandingan yang telah disepakati yang tertuang dalam perundang-undangan.
c. Penerimaan Lainnya
Penerimaan ini terdiri dari antara lain penerimaan hibah, dana kontijensi, dana otonomi khusus (misalnya di Aceh
dan Papua), dan dana bagi hasil/bantuan keuangan lainnya dari pemerintah provinsi atau kabupaten/kota lainnya.
Bagian ini juga akan mengkaji isu-isu berikut ini untuk setiap jenis penerimaan:
• Kecenderungan seiring waktu: apakah pendapaan total telah meningkat atau menurun seiring wak-
tu? Mengapa hal tersebut terjadi? Bagaimana kecenderungan tersebut apabila dibandingkan dengan
probinsi-provinsi lainnya di Indonesia atau angka rata-rata Indonesia? Untuk membandingkannya den-
gan provinsi-proviinsi lainnya, analisis ini harus menggunakan angka-angka per kapita.
• Tingkat pemerintah: tingkat pemerintahan yang mana yang menerima penerimaan daerah? Pemerin-
tah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota? Apakah hal tersebut telah mengalami perubahan seiring
waktu?
• Distribusi ke seluruh kabupaten/kota: kota atau kabupaten mana yang menerima tingkat penerimaan
yang paling tinggi? Yang mana yang menerima penerimaan yang paling rendah? Mengapa terdapat per-
bedaan tersebut? Untuk membandingkan antara kabupaten/kota, analisis tersebut harus menggunakan
angka-angka per kapita.
• Rencana vs realisasi penerimaan: apakah pemerintah daerah merealisasikan penerimaan yang telah
direncanakannya?
• Komposisi penerimaan: untuk setiap jenis penerimaan, faktor-faktor utama apa yang menyebabkan pen-
ingkatan atau penurunan penerimaan tersebut? Bagaimana kecenderungan tersebut apabila dibanding-
kan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia?
1000
900 888
DAU per kapita (Rp ‘000)
800
700
600 626
633 624
500 561
400
367
300
200 239 258 232
184
100
0
2002 2003 2004 2005 2006
Provinsi Kabupaten/Kota
Gambar di atas merupakan suatu cara sederhana untuk menunjukkan pertumbuhan DAU di Gorontalo
antara tahun 2002 dan 2006. Grafik tersebut menunjukkan bahwa meskipun DAU mengalami pertumbuhan
yang tidak besar antara tahun 2002 dan 2005, peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2006.
Gambar 11. Distribusi DAU per kapita ke pemerintah kabupaten/kota di Gorontalo, terkait dengan
kesenjangan keuangan dan anggaran gaji
3.0 2.0
1.8
2.5 1.6
1.4
Rp juta
Rp juta
2.0
1.2
1.5 1.0
0.8
1.0
0.6
0.5 0.4
0.2
0.0 0
Gorontalo Boalemo Bone Bolango Kota Gorontalo Pohuwato
Gambar ini menunjukkan bahwa alokasi DAU tampaknya memiliki korelasi dengan besarnya anggaran
gaji pegawai suatu kabupaten/kota. Akan tetapi, dalam beberapa kasus (misalnya, Kabupaten Pohuwato)
komponen kesenjangan keuangan menggantikan rendahnya anggaran gaji pegawai. Kesenjangan
keuangan adalah perbedaan antara kebutuhan belanja suatu kabupaten/kota dan kemampuan keuangan
kabupaten/kota tersebut.
Pemerintah Lingkungan
4% 1%
Pertanian
10%
Pendidikan
Perikanan
23%
5%
Pasokan air & sanitasi
5%
Irigasi
5% Kesehatan
23%
Jalan
24%
Berikan satu atau dua contoh kegiatan DAK dari pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.
Tabel di atas menunjukkan bahwa Gorontalo melampaui ekspektasinya dan mendapatkan dana bagi hasil
yang lebih besar dari yang diharapkannya, namun secara umum tidak mencapai harapan untuk penerimaan
bagi hasil non-pajak (sumberdaya alam). Namun demikian, pada tahun 2004 dan 2005, pemerintah
kabupaten/kota mendapatkan dana bagi hasil non-pajak yang secara signifikan lebih besar dari yang
direncanakan.
Tabel di atas, yang memperlihatkan komposisi pendapatan asli daerah, menunjukkan beberapa
kecenderungan:
1) Antara tahun 2002 dan 2006, pendapatan asli daerah sedikit meningkat, namun masih merupakan
persentase yang sangat kecil dari penerimaan daerah secara keseluruhan.
2) Pemerintah provinsi mendapatkan jumlah pendapatan asli daerah yang sama dengan pemerintah
kabupaten/kota.
3) Di tingkat provinsi, sebagian besar pendapatan asli daerah berasal dari pajak. Sebaliknya, di tingkat
kabupaten/kota, separuh dari pendapatan asli daerah berasal dari retribusi.
Gambar 13. Pendapatan asli daerah per kapita, perbandingan antara kabupaten/kota, Gorontalo, 2005
160
140
120
Rp ‘000
100
80
60
40
20
0
Bone Bolango Gorontalo Boalemo Pohuwato Provinsi Kota Gorontalo
Pendapatan Asli Daerah per kapita
Grafik tersebut di atas menunjukkan tingkat pendapatan asli daerah yang dikumpulkan oleh pemerintah
daerah di Gorontalo dan menunjukkan bahwa Kota Gorontalo memiliki tingkat PAD yang lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan pemerintah kabupaten lainnya dan pemerintah provinsi.
Suatu penjelasan harus diberikan, seperti: Mungkin hal tersebut terjadi karena Kota Gorontalo adalah
sebuah kota yang memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dan kegiatan ekonomi yang lebih banyak
dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten di daerah pedesaan, atas pihak mana pemerintah dapat
mengenakan retribusi untuk berbagai layanan, seperti layanan kesehatan, pendahtaran kendaraan
bermotor, sewa kios di pasar, dll.
Tabel 5 memberikan contoh berbagai komponen pajak dan retribusi di Kota Gorontalo dan Kabupaten
Baolemo. Tabel tersebut menunjukkan beberapa kesimpulan:
(i) Pajak dan retribusi di Kota Gorontalo dan Kabupaten Baolemo sesuai dengan pajak dan retribusi
yang tercantum dalam UU No. 34/2000.
(ii) Pajak hiburan dan retribusi parker umumnya merupakan bagian dari pajak dan retribusi yang
tertinggi, khususnya di wilayah perkotaan. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di Kota Gorontalo.
Salah satu penjelasan yang mungkin diberikan: pajak dan retribusi tersebut kurang layak mengingat kegiatan
usaha dan pariwisata masih relatif tertinggal di Gorontalo dan jumlah mobil masih terbatas. Hanya setelah
perekonomian tumbuh peluang akan meningkat untuk Kota Gorontalo untuk memobilisasi penadapatn
asli daerah yang lebih signifikan.
Tabel 6. Perbandingan pendapatan asli daerah, perbandingan di tingkat provinsi dan gabungan kabupaten/
kota, Gorontalo, 2002-2005
Provinsi 2002 2003 2004 2005
Pajak 116.30 86.42 96.79 99.40
Retribusi 115.46 69.45 87.35 103.58
Laba perusahaan milik daerah 0.00 131.99 85.21 98.53
Penerimaan asli daerah lainnya 89.19 148.05 67.47 128.53
Total penerimaan asli daerah 109.63 89.95 90.35 102.47
Tabel 6 menunjukkan apakah pendapatan asli daerah yang direncanakan sama dengan jumlah pendapatan
yang direalisasikan oleh pemerintah daerah. Tabel tersebut menunjukkan dua kecenderungan:
(i) Tidak ada pola yang jelas dalam realisasi PAD selama periode antara tahun 2002 dan 2005. Kelebihan
realisasi dalam satu tahun sering diikuti oleh kekurangan realisasi pada tahun berikutnya. Misalnya,
laba dari badan usaha milik daerah dan pendapatan asli daerah “lainnya” pada tahun 2003 dan
2004, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota turun secara signifikan pada tahun-tahun
berikutnya.
(ii) Akan tetapi, pemungutan pajak pada umumnya dilaksanakan sesuai rencana. Kecuali pemungutan
pajak provinsi pada tahun 2003, pemungutan pajak oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/
kota tidak sesuai dengan jumlah yang direncanakan sebesar kurang dari 10 persen. Kabupaten
mencatat tingkat realisasi yang lebih baik dibandingkan provinsi untuk retribusi.
Gambar 14. Surplus dan defisit, perbandingan di antara pemerintah-pemerintah daerah Gorontalo, 2002 to
2005
15
Persentase total pengeluaran
10
0
2002 2003 2004 2005
-5
-10
Provinsi Kota Gorontalo Kab. Gorontalo
Boalemo Pohuwato Bone Bolango
Tabel tersebut menunjukkan bahwa secara umum, laporan pembiayaan didokumentasikan dengan cara
yang buruk dan dana luncuran dilaporkan dengan cara yang tidak konsisten. Misalnya, dana luncuran
dilaporkan dalam satu tahun anggaran sering tidak konsisten dengan dana luncuran yang dianggarkan
pada tahun berikutnya. Pelaporan yang buruk tersebut bukan hanya menciptakan kesalahan dalam rencana
anggaran untuk tahun berikutnya, namun juga meningkatkan risiko kesalahan anggaran.
5.4.1 Tujuan
Tujuan bab ini adalah untuk memahami bagaimana pemerintah daerah membelanjakan anggaran mereka,
bagaimana kecederungan belanja sepanjang waktu, seberapa banyak uang yang dibelanjakan oleh setiap
tingkatan pemerintah (nasional, provinsi, kabupaten/kota) di provinsi, serta bagaimana uang tersebut
dibelanjakan di semua klasifikasi dan sektor ekonomi. Angka-angka yang dibutuhkan digabungkan dari
semua kabupaten/kota yang bersangkutan, serta angka-angka provinsi.
Dokumen-dokumen dasar yang diperlukan untuk melaksanakan analisis ini terutama adalah dokumen-
dokumen anggaran (APBD) yang diperoleh dari Bappeda.
Gambar 15. Total belanja, tingkat provinsi dan gabungan kabupaten Gorontalo, 2002 s.d. 2006
4,000 700
Belanja daerah (Rp milyar)
3,500 600
3,000
500
2,500
400
2,000
300
1,500
200
1,000
500 100
- 0
2002 2003 2004 2005 2006*
Kabupaten/Kota (kiri) Provinsi (kiri)
Dekonsentrasi (kiri) Total Nasional (kanan)
Gambar 16. Jumlah total belanja gabungan per kapita berdasarkan provinsi, 2005
5
Total belanja daerah per kapita (Rp juta)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Jawa Barat
Kalimantan Barat
NTT
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Bengkulu
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Kalimantan timur
Sumatera Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Lampung
Riau
Sulawesi Selatan
Gorontalo
NAD (Aceh)
Bangka Belitung
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Bali
DKI Jakarta
Sulawesi Tengah
NTB
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Papua
Maluku
Jambi
Banten
Nilai harga kontan lebih baik digunakan untuk analisis kecenderungan sepanjang waktu.
1600
1400 8%
Belanja daerah (Rp milyar)
1200 22%
1000 10% 8%
17% 17% 21%
800 19%
16%
20% 6%
26%
600 27% 5%
18% 28%
82%
400 7% 5%
27% 6% 5%
4% 37%
5%
200 6% 36%
29% 32%
24%
0
2002 2003 2004 2005 2006*
lainnya Kesehatan
Infrastruktur Pertanian
Pendidikan Admin & aparat pemerintah
Gambar17 menunjukkan belanja sektoral gabungan (provinsi, kabupaten dan kota) menurut sektor. Gam-
bar ini menunjukkan beberapa kecenderungan:
(i) Proporsi yang dibelanjakan untuk administrasi dan aparat pemerintah meningkat secara sigfnifikan
dari 24 persen pada tahun 2002 menjadi 37 persen pada tahun 2006.
(ii) Proporsi belanja total yang dikeluarkan untuk pendidikan menurun sejak tahun 2002.
(iii) Proporsi belanja total yang dikeluarkan untuk infrastruktur meningkat, sementara proporsi yang
dikeluarkan untuk kesehatan masih relatif sama.
Tabel 8. Belanja gabungan tingkat provinsi dan kabupaten berdasarkan klasifikasi ekonomi, Gorontalo,
2002-2006
2002 2003 2004 2005 2006*
Rp Rp Rp Rp Rp
Provinsi % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pegawai 15 8 51 20 81 30 66 26 91 23
Barang dan jasa 14 7 36 14 43 16 51 20 130 33
Perjalanan dinas 4 2 17 7 22 8 27 11 0 0
Perawatan 2 1 4 2 6 2 8 3 0 0
Modal 121 64 111 44 74 28 70 28 115 29
Lain-lain 34 18 32 13 41 15 31 12 55 14
Total 190 100 251 100 267 100 252 100 391 100
2002 2003 2004 2005 2006*
Rp Rp Rp Rp Rp
Districts/Cities % % % % %
mlyr mlyr mlyr mlyr mlyr
Pegawai 282 51 356 49 409 54 405 52 510 46
Barang dan jasa 19 3 78 11 81 11 135 17 186 17
Perjalanan dinas 6 1 15 2 18 2 18 2 12 1
Perawatan 4 1 22 3 30 4 12 1 6 1
Modal 206 37 230 32 197 26 175 22 314 28
Lain-lain 36 7 22 3 25 3 40 5 88 8
Total 553 100 722 100 760 100 784 100 100
Apabila mungkin, gunakan grafik untuk mengilustrasikan apabila terdapat perbedaan, seperti Gambar 18
di bawah ini.
Gambar 18. Perbandingan belanja per kapita antara beberapa kabupaten/kota di Maluku tahun 2008.
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
Rp ‘000
2,000
1,500
1,000
500
0
Kab. M. Kab. Kep. Kab. SBT Kab. SBB Kab. M. Kab. Buru Kab. M. Kota
Ten Bar Aru Tenggara Tengah Ambon
Penjelasan yang mungkin diberikan: kabupaten yang baru dibentuk pada umumnya memiliki tingkat
pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini mungkin karena adanya biaya-biaya yang diperlukan untuk
pembentukan struktur pemerintahan (pegawai dan infrastruktur). Perbandingan dengan kabupaten yang
baru dibentuk lainnya mungkin akan berguna.
Gambar 19. Belanja dekonsentrasi pemerintah pusat per kapita berdasarkan provinsi, 2005
3,50
Belanja dekonsnetrasi per kapita
3,00
2,50
(Rp ‘000)
2,00
1,50
1,00
50
-
u
Tim h
an ela ra
Ka we ra U tan
Su era N l
gy ra
uk
R r
DI um tan
Ja a B en
law ar itu i
Ja Ten at
nB n
alo
Tr a B Jamta
ro ra
as g
na
Ka w ng ra
es a Ti ng
a
an Te lu
Su at el B
Su ngg el b
Ra Lam iau
M ah
ku
Su tan gah
es el li
u
wa ga
at
es ur
en ur
ta ta
lim si S ta
2N n
alu T D
al
pu
Yo ate
W an S Ba
T
r
ar
Go i Uta
Be gga
lim esi ku
Ja ant
ar
io
wa a
ta pu
la e a
alu
ku eng
law Tim
M tan NA
nt
iT m
tS a
ak
Pa
n
M
B
S
w
sa gk
m
at
an
an
m
Nu Ban
a
lim
lim
Su
Su
Ka
Ka
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang perlu dipertimbangkan:
Pertanyaan lanjutan yang umum diajukan antara lain sebagai berikut:
• Mengapa Gorontalo menerima jumlah belanja dekonsentrasi yang begitu besar?
Gambar 20. belanja pemerintah pusat untuk sektor-sektor yang didesentralisasi, provinsi dan kabupaten,
2005
700
600
500
Rp milyar
400
300
200
100
0
Pertanian Kesehatan Admin & aparat Infrastruktur Lain-lain Pendidikan
Gambar 20. menunjukkan fokus sektoral pada dana dekonsentrasi, yang menunjukkan beberapa
kecenderungan:
(i) Dana dekonsentrasi jarang digunakan untuk administrasi pemerintahan dan aparat.
(ii) Terpisah dari administrasi dan aparat, dana dekonsentrasi merupakan sumber dana yang dominan
untuk semua sektor lainnya, khususnya kesehatan dan pertanian.
Bab ini juga mencakup pembahasan tentang indikator kinerja tingkat daerah (baik yang berupa output
maupun outcome) dan mengkaitkan indikator-indkator tersebut dengan kecenderungan-kecenderungan
dalam hal belanja. Perbandingan antar kabupaten dan di seluruh provinsi juga harus dianalisis untuk
memahami secara lebih baik kinerja penyediaan layanan provinsi ini. Perbandingan lanjutan juga harus
dilakukan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Data yang dibutuhkan biasanya digabungkan dari
semua kabupaten/kota yang terkait, serta dari sumber-sumber provinsi.
Dokumen-dokumen dasar yang diperlukan untuk meakukan analisis tersebut pada umumnya adalah
dokumen-dokumen anggaran dan perencanaan di tingkat dinas.
600 26 30
25 25
500 25
%
400 20
300 15
0 0
2002 2003 2004 2005
Gambar 21 menunjukkan bahwa walaupun total belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan,
proporsi dari total belanja yang dikeluaran untuk pendidikan sebenarnya menurun dari 29 persen pada
tahun 2002 menjadi 25 persen pada tahun 2005.
Gambar 22. Belanja endidikan daerah per pelajar yang bersekolah di SD dan SMP berdasarkan provinsi,
2005
3,000 40
35
2,500
30
2,000
Rp ‘000
25
1,500 20
%
15
1,000
10
500
5
0
Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Papua
NTT
Jawa Timur
DKI Jakarta
NAD (Aceh)
Jawa Tengah
Sumatera Barat
Lampung
SumateraUtara
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
Riau
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Bangka Belitung
Kalimantan timur
Kalimantan Tengah
Jambi
Jawa Barat
Kep. Riau
Maluku Utara
Bali
NTB
Maluku
Gorontalo
National
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
DI Yogyakarta
Papua Barat
Banten
Belanja pendidikan daerah per siswa yang masuk ke sekolah dasar & menengah (kiri)
Persentase dari belanja pendidikan daerah
Pada tahun 2005, belanja daerah Gorontalo per pelajar usia sekolah yang bersekolah di SD dan SMP adalah
Rp 1,3 juta per kapita, lebih tinggi Rp 311.000 dibandingkan jumlah rata-rata nasional sebesar Rp 990.000.
Sementara itu, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi di Gorontalo’ membelanjakan 27
persen dari total belanja mereka untuk pendidikan, 2 poin persen lebih tinggi dari nilai rata-rata nasional.
86 % 31 %
Gambar 23 menunjukkan bahwa gabungan belanja di tingkat kabupaten/kota berbeda dengan gabungan
belanja pendidikan di tingkat provinsi:
(i) Di tingkat kabupaten/kota, hanya 3 persen dari total belanja penddikan yang tidak dikeluarkan
untuk pegawai atau modal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dana dibelanjakan
untuk guru atau infrastruktur (seperti sekolah). Gambar itu juga menegaskan bahwa dana yang
dibelanjakan untuk pemeiharaan seklah dan ruang kelas sangat sedikit.
(ii) Sebaliknya, pemerintah provinsi membelanjakan proporsi yang signifikan dari anggaran
penddikannya untuk barang dan jasa serta sebagian kecil untuk perjalanan dinas dan pemeliharaan.
Setiap indikator kinerja dapat dianalisis sesuai dengan peningkatan (atau penurunan) sepanjang waktu,
perbadingan antara kabupaten/kota/provinsi, dan perbandingan dengan nilai rata-rata nasional.
Bab 6
Menulis Laporan PEA
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa kesalahan umum yang dibuat oleh banyak penulis. Bab ini bertujuan
memberikan beberapa petunjuk tentang bagaimana para penulis dapat menghindari kesalahan-kesalahan umum
tersebut.
Kemukakan satu ide dalam satu alinea: Kalimat-kalimat dalam setiap alinea juga harus ditata secara logis dan saling
berhubungan secara jelas. Suatu gagasan utama untuk setiap alinea akan membantu menuntun penggunaan
kata-kata yang efektif dan mempertahankan suatu aliran yang jelas di antara kalimat-kalimat.
Gunakan grafik dan tabel-tabel: Sebuah gambar mengandung ribuan kata. Apabila mungkin, jelaskan analisis
Anda dengan grafik atau tabel.
Referensi harus jelas: Apabila materi-materi dari sumber-sumber lain digunakan berikan referensi secara jelas.
Selain data-data dari departemen-departemen pemerintah, termasuk akademisi lain, laporan-laporan dll.
Jangan menjiplak.
Sebuah daftar periksa akhir: Apabila PEA telah selesai, setiap bagian harus dibaca kembali dan pertanyaan-
pertanyaan berikut harus ditanyakan:
- Apakah semua temuan yang penting sudah tercakup?
- Apakah isinya disajikan secara logis berdasarkan temuan tim? Apakah terdapat temuan-temuan yang
berlawanan yang perlu dijelaskan secara khusus?
- Apakah terdapat penjelasan-penjelasan yang tumpang tindih yang perlu dirapikan?
- Apakah terdapat berbagai substansi yang belum diartikulasikan secara jelas?
Checklist
Di bawah ini adalah checklist yang harus dimasukkan dalam semua laporan PEA:
1. Sampul
2. Halaman judul
Termasuk judul laporan; nama-nama anggota tim peneliti; organisasi-organisasi yang yang terkait
dengan laporan tersebut; status rancangan (misalnya draf pertama, draf kedua, draf final), dan tanggal
penyelesaian/penyerahan.
3. Daftar Isi
4. Daftar tabel
5. Daftar grafik
6. Daftar gambar
7. Daftar lampiran
[Daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, dafar gambar dan daftar lampiran harus akurat dengan tata letak
yang jelas (termasuk indentasi) dan masukkan nomor halaman]
8. Daftar istilah
9. Isi laporan (body)
Sebagaimana disarankan dalam Buku Pedoman ini, sebuah laporan dapat berisi bab-bab berikut ini:
i. Gambaran Umum
1. Bagian 1
a. Sub-bagian 1
b. Sub-bagian 2
2. Bagian 2
ii. Perencanaan dan Penganggaran
iii. Penerimaan
iv. Pembelanjaan
v. Bab Sektoral
10. Referensi
11. Lampiran
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa memberi penjelasan sederhana tentang terjadinya peningkatan
dalam PAD sudah cukup. Apabila menulis, berusahalah untuk berpikir dari perspektif pembaca. Dalam contoh
di atas, pembaca akan secara otomatis bertanya: mengapa telah terjadi peningkatan dalam PAD? Pembaca akan
mengharapkan untuk memperoleh suatu alasan terkait kebijakan atau perilaku yang menjelaskan kecenderungan
tersebut. Misalnya, apakah terdapat sebuah jenis PAD yang baru yang diperbolehkan oleh peraturan? Atau apakah
pemerintah daerah telah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penarikan pajak daerah? Apabila
terjadi suatu kecenderungan, pada umumnya ada suatu alasan yang menerangkan mengapa kecenderungan
tersebut terjadi dan seorang peneliti yang baik akan bertanya “mengapa”.
Melampaui persyaratan-persyaratan minimum:
This Buku pedoman ini telah banyak membicarakan bagaimana memenuhi berbagai persyaratan minimum bagi
sebuah PEA. Selain memenuhi standar minimum, para peneliti didorong untuk memasukkan gagasan-gagasan
penelitian mereka sendiri yang akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan kualitas penelitian dan
berbagai rekomendasi. Struktur PEA bersifat dinamis dan para peneliti tidak harus merasa dibatasi oleh berbagai
metodologi dan indikator yang ditetapkan dalam buku panduan ini. Beberapa cara untuk keluar melampaui
persyaratan-persyaratan minimum termasuk:
• Mengumpulkan lebih banyak data: Peneliti harus merasa bebas untuk mengumpulkan lebih banyak data
daripada yang ditetapkan dalam Lampiran 2. Ini mungkin termasuk menambah indikator-indikator hasil yang
baru dalam sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, menambah rentang waktu data (yakni 10 tahun
lebih baik dari lima tahun), atau memperoleh lebih banyak informasi yang lebih rinci tentang APBD dengan
mengambil sumber dari berbagai laporan belanja yang lebih rinci dari Dinas terkait. Kesemuanya ini akan
sangat membantu meningkatkan kedalaman analisis PEA.
• Menggunakan metodologi-metodologi lain: Bab 4 menguraikan beberapa metodologi yang disarankan untuk
menganalisis data. Para peneliti tidak harus dibatasi untuk hanya menggunakan berbagai metodologi yang
dikemukakan dalam Bab 4.
• Menganalisis sector-sektor lain: PEA memusatkan perhatian pada pemberian layanan publik sehingga tidak
dapat dihindari bahwa sektor-sektor yang menjadi pusat perhatian adalah sektor pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur. Akan tetapi, para peneliti harus merasa bebas untuk mengidentifikasi sektor-sektor lainnya yang
memiliki kepentingan khusus bagi pemerintah atau peneliti sendiri. Misalnya, pertanian dan perikanan sering
merupakan sektor-sektor penting bagi beberapa provinsi, dan mungkin juga sektor lain yang menarik dalam
PEA.
Dalam segala hal, para peneliti mungkin mengalami keterbatasan data dan harus menyadari bahwa melakukan
analisis yang memadai dan menarik berbagai kesimpulan yang bijaksana data-data masih perlu dirinci, akurat,
dapat diperbandingkan dan tepat waktu.
Pembulatan:
Satu petunjuk akhir yang sederhana tetapi penting adalah bahwa ketika menyajikan analisis, usahakan untuk
membulatkan angka-angka sedemikian rupa sehingga mudah dibaca oleh pembaca sementara hal-hal yang
dirinci akan tetap bermakna. Misalnya, Penerimaan per kapita untuk suatu provinsi adalah Rp.95.698 di kabupaten
1, tetapi Rp.98,374 untuk kabupaten 2. Dalam contoh ini, pembulatan angka tidak diperlukan karena semua angka
diperlukan untuk menunjukkan perbedaan antara kabupaten 1 dan 2. Akan tetapi, apabila perbandingannya
adalah keseluruhan Penerimaan kabupaten 1 yakni sebesar Rp.128.476.890.346,00 sedangkan keseluruhan
Penerimaan kabupaten 2 adalah Rp.130.900.087.756,00 maka angka-angka tersebut harus dibulatkan ke angka
miyar rupiah terdekat sehingga menjadi Rp 128 milyar dan Rp 131 milyar, untuk masing-masingnya. Metode
pembulatan lainnya adalah dengan menggunakan bilangan desimal. Dalam contoh yang kedua, masing-masing
angka dibulatkan menjadi Rp.128,48 milyar dan Rp.130,9 milyar. Dengan kedua metode tersebut, angka-angka
jauh lebih mudah dibaca dan dimengerti. Terserah kepada peneliti yang mana yang dipilih, namun peneliti harus
berhati-hati dengan konsistensi dalam pembulatan angka.
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
55
56
Sektor apa yang memberikan
Grafik menunjukkan struktur tenaga
kontribusi terhadapa peluang
kerja
kerja?
di Tingkat Daerah
Apakah tingkat pertumbuhan
peluang kerja di provinsi Grafik garis menunjukkan tingkat
lebih tinggi atau lebih rendah pertumbuhan ketenagakerjaan di
dibandingkan dengan tingkat provinsi dan nasional
nasional? Mengapa?
Apa yang merupakan masalah
ekonomi daerah khusus? contoh:
Isu khusus tentang masalah ekonomi
malnutrisi? konflik? Apa yang
dan tantangannya
menyebabkan masalah-masalah
ini?
Menggambarkan kondisi Apakah angka kemiskinan di
Grafik menunjukkan angka
kemiskinan dibandingkan povinsi lebih tinggi daripada
Kemiskinan kemiskianan di provinsi dan provinsi
dengan kondisi kemiskinan angka kemiskinan di tingkat
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
tingkat kabupaten ?
57
58
Apakah prioritas
pembangunan tingkat
provinsi konsisten dengan
rencana nasional?
Memahami hubungan Apakah anggaran publik
antara perencanaan dan memperlihatkan tujuan
di Tingkat Daerah
penganggaran pembangunan yang RJPMD, Renstra etc
disebutkan di dokumen
perencanaan?
Apakah anggaran Kalau tidak,
mencerminkan prioritas apa cara untuk
pembangunan dalam menghubung-
dokumen perencanaan? kan peren-
canaan dan
pengang-
garan?
Ringkasan dan
rekomnendasi
DAU (Dana 1. Bagaimana gambaran dan DAU Per kapita (Provinsi & Kab/ Analisis Seberapa efektif
Lampiran
4. Bagaimana mereka
mendistribusikan di dalam
provinsi? Apakah ada
ketidakadilanyangmencolok?
Mengapa?
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
59
60
PAD (Sumber 1. Berapa besar selama kurun PAD per kapita (Provinsi & Kab/ Analisis Apakah
Asli Daerah) waktu ini? Apakah konsisten Kota) Benchmark daerah perlu
selama kurun waktu ini? meningkat-
(Provinsi dan Kab/Kota) kan? Kalau ya,
yang mana?
2. Bagaimana kompisisnya?
di Tingkat Daerah
3. Bagaimana pajak utama Menganalisis
dan retribusi (provinsi/kab/ Perda perpajakan
kota)? utama dan
retribusi.
Bagaiamana
angka relatif
terhadap kab/kota
lain atau provinsi
lain?
4. Seberapa efisiennya Penerimaan yang dikumpulkan
mekanisme vs biaya yang terkumpul
pengumpulannya? Apakah
Memahami trend
pengeluaranbersamaan
dengan berjalannya
waktu
Memahami siapa
(pemerintah pusat,
pemerintah provinsi
atau kabupaten) yang
membelanjakan dana
Memahami bagaimana
dana dibelanjakan -
klasifikasi ekonomi,
sektor
Memahami variasi antar
kabupaten
Pendahuluan Berapa total pengeluaran Lihat tabel 1 Grafik garis
daerah bersamaan dengan memperlihatkan
berjalannya waktu? pengeluaran
daerah bersamaan
dengan
berjalannya
waktu?
Bagaimana pengeluaran Pengeluaran total; populasi Grafik batang
daerah per kapita memperlihatkan
dibandingkan dengan belanja per kapita
provinsi lain di Indonesia? dibandingkan
dengan provinsi
lainnya
Apakah
Grafik batang
pemerintah
memperlihatkan
pusat
Siapa yang membelanjakan siapa yang
mendominasi
dana? Pemerintah pusat? melakukan
Lihat tabel 1 belanja?
Pemerintah provinsi? atau pembelanjaan
Implikasi
pemerintah daerah? bersamaan
kebijakan?
dengan
berjalannya waktu
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
61
62
Klasifikasi
Pertimbang-
Ekonomi
Jelaskan format anggaran, kan implikasi
dan Sektoral
perubahan dalam format format
Rutin vs
anggaran dan bagaimana anggaran yang
Pembangunan;
pengeluaran diklasifikasikan terlalu sering
Modal v Non-
diubah
di Tingkat Daerah
Modal)
Dengan
berasumsi
bahwa salah
Grafik garis/ satu jenis
batang pengeluaran
Secara keseluruhan, jenis
memperlihatkan lebih efektif
pengeluaran apa yang
gabungan jenis daripada
mendominasi belanja Lihat tabel 2
pengeluaran pengeluaran
daerah bersamaan dengan
bersamaan lain ( misalnya,
berjalannyawaktu?Mengapa?
dengan pembangun-
berjalannya waktu an), apakah
ada bauran
telah
dialokasikan
ke sektor-
sektor layanan
penting seperti
pendidikan,
Grafik
Sektor mana yang telah kesehatan dan
menunjukkan
mendominasi belanja infrastruktur?
Sektoral Lihat tabel 5 distribusi sektoral
bersamaan dengan [dengan
untuk beberapa
berjalannyawaktu?Mengapa? asumsi bahwa
tahun.
pemberian
layanan
mempunyai
korelasi kuat
dengan jumlah
anggaran yang
dialokasikan ke
sektor-sektor
tersebut)
Grafik
Di tingkat provinsi, sektor menunjukkan
apa yang paling penting? Lihat tabel 6 distribusi sektoral
Mengapa? untuk beberapa
tahun.
Grafik
Di tingkat kabupaten, sektor menunjukkan
apa yang paling penting? Lihat tabel 7 distribusi sektoral
Mengapa? untuk beberapa
tahun.
Pada sektor apa yang Apakah
paling penting - kesehatan, pemerintah
pendidikan dan infrastruktur pusat
- siapa yang mendominasi Lihat tabel 8 Tabel 8 mendominasi
belanja (pemerintah pusat, belanja?
provinsi atau kabupaten)? Implikasi
Mengapa? kebijakan?
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
63
64
Apakah ada
ketidaksetara-
an yang sangat
Grafik batang
Kabupaten mana yang besar antar
membandingkan
Belanja oleh mempunyai tingkat kabupaten?
Lihat tabel 9 belanja oleh
Kabupaten belanja per kapita terbesar? Kalau ya,
kabupaten yang
di Tingkat Daerah
Mengapa? bisakah
berbeda
diperbaiki?
Bagaimana
caranya?
Grafik batang
Kabupaten mana yang membandingkan
mempunyai tingkat belanja belanja di sektor
Lihat tabel 9
pendidikan terbesar per pendidikan dari
kapita? Mengapa? kabupaten yang
berbeda
Grafik batang
Kabupaten mana yang membandingkan
mempunyai tingkat belanja belanja di sektor
Lihat tabel 9
Kesehatan
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
65
66
Apakah terdapat perbedaan
prioritas sektor kesehatan
antar kabupaten?
-Apakah prioritas sektor
kesehatan konsisten dengan
prioritas kesehatan nasional?
di Tingkat Daerah
- Berapa persen belanja
total daerah untuk sektor
kesehatan?
- Apakah bagian dari belanja
Menganalisis pola total untuk kesehatan telah
Belanja (Input) belanja untuk sektor meningkat atau menurun APBD, Dekon. HH
kesehatan selama ini? Mengapa?
- Apakah belanja untuk sektor
kesehatan telah meningkat
atau menurun selama ini?
Mengapa?
- Berapa belanja kesehatan
per kapita?
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
67
68
Bagaimana tingkat
penggunaan fasilitas
kesehatan umum?
Bandingkan dengan rata-rata
Tingkat penggunaan layanan Analisis Benefit-
nasional? Provinsi lain yang
kesehatan incidence
serupa? Bandingkan tingkat
di Tingkat Daerah
penggunaan antar daerah?
Ada variasi?
Pendidikan
-Apakah pendidikan
merupakan prioritas dalam Menyetujui
Menganalisis kebijakan
perencanaan provinsi? dengan dokumen
Perencanaan di bidang pendidikan Dokumen perencanaan
-Kalau benar, apa yang perencanaan yang
untuk provinsi
merupakan prioritas akan dianalisis
pendidikan yang spesifik?
Lampiran
- Apakah ada perbedaan
prioritas pendidikan antar
kabupaten?
-Apakah prioritas pendidikan
Lampiran
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
69
70
- Program dan klasifikasi
ekonomi
- Berapa banyak sekolah yang
terdapat di provinsi?
- Berapa jumlah rata-rata
Menganalisis hasil
siswa per sekolah di provinsi?
di Tingkat Daerah
keluaran apa yang telah
- Bagaimana kalau
dicapai melalui belanja
dibandingkan dengan rata-
Belanja (Output) di bidang pendidikan Jumlah sekolah - Analisis GDS
rata nasional?
(misalnya infrastruktur,
- Angka rata-rata siswa per
fasilitas, SDA, program,
sekolah di masing-masing
dll).
daerah? Adakah variasi antar
kabupaten?
- Bagaimana
perbandingannya dengan
rata-rata nasional?
- Bandingkan dengan GER
untuk masing-masing daerah.
- Bandingkan dengan angka
pendaftaranberdasarkanjenis
kelamin (gender)
Apakah ada hubungan antara
jarak kesekolah dengan angka
pendaftaran?
- Penggunaan fasilitas sekolah
Analisis Benefit-
negeri berdasarkan tingkat
incidence
penghasilan?
- Penggunaan fasilitas sekolah
Analisis Benefit-
negeri berdasarkan jenis
incidence
kelamin (gender)?
Kalau ada
hubungannya,
Menganalisishubungan bidang mana
- Apakah ada hubungannya
Temuan-Temuan antara belanja, output saja yang bisa
di sini?
dan hasil keluaran difokuskan
dalam sektor
pendidikan?
Apakah ada ketidaksetaraan
di sektor pendidikan antara
laki-laki dan perempuan?
Apakah ini tercermin di
tingkat belanja?
Ringkasan dan
Rekomendasi
Infrastruktur
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
71
72
- Apakah ada prioritas
infrastruktur yang berbeda
antar kabupaten?
- Apakah prioritas infrastruktur
konsisten dengan tingkat
nasionaI?
di Tingkat Daerah
- Berapa persentase dari
total belanja daerah untuk
infrastruktur?
- Apakah bagian dari total
belanja infrastruktur telah
Menganalisis pola meningkat atau menurun
Belanja (Input) APBD, Dekon.HH
belanja infrastruktur selama ini? Mengapa?
- Apakah belanja infrastruktur
telah meningkat atau
menurun selama ini?
Mengapa?
transportasi, telekomunikasi,.
bangunan pemerintah, dll
Apa yang telah mendominir
belanja sektor infrastruktur
menurut klasifikasi ekonomi?
- Panjang jalan
- Kualitas jalan
Menganalisis output
- Perbandingan bersamaan
apa yang telah tercapai
dengan berjalannya waktu.
Belanja (output) melalui infrastruktur, Panjang jalan; kualitas jalan
Bandingkan dengan provinsi
sarana, SDM, program,
lain, dengan tingkat nasional,
dll).
bandingkanantarakabupaten
dan provinsi
Analisis indikator infrastruktur
(Sanitasi umum, tidak ada
sanitasi, saluran air, kualitas
Menganalisis kondisi
Hasil keluaran air, sanitasi, jangkauan irigasi,
infrastruktur terakhir
jangkauan jalan, akses ke
listrik dan indikator lain yang
relevan) untuk menilai sbb:
- Apakah ada peningkatan
bersamaan dengan
berjalannya waktu?
- Lebih tinggi atau lebih
rendah daripada angka
nasional? Bandingkan dengan
Analisis Benefit-
kabupaten di dalam provinsi
incidence, analisis
(apakah ada ketidaksetaraan
urutan waktu
antar kabupaten)?
- Bedakan akses sesuai
dengan kelompoknya,
misalnya tingkat penghasilan
(atau gender, kalau mungkin)
Kalau ada
hubungannya,
Menganalisishubungan apa saja yang
Temuan-Temuan antara belanja, output - Apakah ada hubungannya? mungkin
dan hasil keluaran. difokuskan
di bidang
infrastruktur?
di Tingkat Daerah
Pedoman Praktis untuk Menganlisis Pengeluaran Publik
73
74
Apakah ada ketidaksetaraan
di bidang infrastruktur
antara kabupaten? Antara
tingkat penerimaan? Apakah
ini tercermin di tingkat
pengeluaran?
di Tingkat Daerah
Ringkasan dan
Rekomendasi
Masih harus
Isu lokal
diputuskan
Ringkasan dan
Rekomendasi
Tujuan dari bagian ini adalah untuk menyediakan peneliti persyaratan data (baik yang kuantitatif maupun
kualitatif ) dan beberapa saran untuk bisa mendapatkan data tersebut. Tabel dibawah memberikan saran tentang
rentang waktu dari data, tetapi hal ini tergantung pada ruang lingkup penelitian. Sebagaimana yang dibahas
di dalam pedoman ini, kami menyarankan untuk mengumpulkan data paling sedikitnya lima tahun, dan aturan
penting adalah lebih banyak data yang didapat akan bisa menghasilkan kualitas analisis yang lebih baik.
Data dikumpulkan pada tingkat nasional maupun daerah. Kalau ada dua sumber untuk data yang sama
(contohnya APBD), maka para peneliti perlu memutuskan, untuk data tersebut, sumber mana yang akan
dipergunakan untuk analisis. Setiap sumber data mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lihat
bagian 4.2.1 untuk petunjuk kebenaran setiap sumber.
Alokasi PBB,
Pembagian Pembagian penerimaan Pajak dan Penerimaan Bukan BPTHB, PPh, SDA
Depkeu
pendapatan Pajak untuk pemerintah daerah berdasarkan jenis
dan wilayah
2 Non Fiskal
Sensus
Penduduk
Sensus penduduk nasional, diselenggarakan sekali
Indikator atau data BPS
dalam sepuluh tahun atau data kependudukan Kependudukan
Sosial kependu
tahunan dari BPS
dukan dari
BPS
Pencapaian
pendidikan, angka
Susenas terdiri atas INTI (annual) MODUL (satu kali
melek huruf, % dari
dalam tiga tahun). Ini mencakup karakteristik keluarga
Susenas BPS penduduk kota,
dan anggota keluarga dalam keluarga yang dijadikan
pendapatan dan
contoh.
belanja rumah
tangga.
Angkatan kerja
Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) mencakup (berdasarkansektor),
Sakernas karakteristik pasar tenaga kerja nasional dari semua BPS angka kesempatan
usia kerja dalam rumah tangga yang dijadikan contoh. kerja, angka
pengangguran, dll.
Jumlah sarana
(sekolah, Puskesmas,
dll.), % keluarga
Penelitan Potensi Desa (PODES) memberikan informasi yang mempunyai
Podes BPS
tentang karakteristik dan infrastruktur desa. telepon, jenis jalan
yang tersedia,
berapa hektar
bidang sawah, dll.
Indikator Produk-produk Daerah (kab/kota & tingkat provinsi) Produk-produk
PDRB BPS
ekonomi berdasarkan harga yang berlaku dan tetap sektoral
Panjang Jalan,
Jalan Jenis jalan di tingkat kabupaten Dep PU bagian dari setiap
jenis jalan
Survei Tata Indikator Tata kelola
Karakte- Kelola pemerintahan
WBOJ
ristik Peme- Pemerin- dan desentralisasi
GDS 1 1, GDS 1+, GDS 2 & PSKK-
rintah tahan dan (transparansi,
UGM
Daerah Desen- akuntabilitas,kualitas
tralisai (GDS) pelayanan)
Jumlah pegawai
negeri berdasarkan
Sensus pengelompokan
Pegawai Jumlah pegawai negeri berdasarkan tempat BKN struktural,
Negeri fungsional,
karakteristik,
golongan, dll.
• Tingkat utang
Pemerintah provinsi
Fiskal Pinjaman Terakhir • Pinjaman berdasarkan sumber
dan kabupaten
(pemerintah pusat, bank dll.).
• Kriteria yang digunakan untuk alokasi
bagi hasil minyak, gas dan kehutanan
Fiskal Bagi Hasil SDA Terakhir Pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
• Jumlah yang dialokasikan kepada
setiap kabupaten/kota
• Perkiraan jumlah penduduk dari
Kependu pemerintah daerah
Sosial Terakhir Pemerintah Daerah
dukan • Perkiraan penduduk dari kantor BPS
daerah
• Perkiraan kemiskinan dari
pemerintah daerah
Sosial Kemiskinan Terakhir Pemerintah Daerah
• Perkiraan kemiskinan dari kantor BPS
daerah
• Jumlah sekolah, berdasarkan jenis
• Jumlah siswa
• Jumlah guru (termasuk reguler dan
non-reguler)
Sosial Pendidikan Terakhir Pemerintah Daerah • Jumlah retribusi yang dipungut
• Indikator pendidikan yang digunakan
oleh pemerintah daerah (angka melek
huruf, tingkat pendaftaran di sekolah,
pencapaian pendidikan, dll.).
• Jumlah puskesmas
• Jumlah dokter dan petugas
kesehatan lainnya (termasuk reguler
and non-reguler)
• Jumlah retribusi yang dipungut
Sosial Kesehatan Terakhir Pemerintah Daerah
• Indikator kesehatan yang digunakan
pemerintah daerah
(kelahiran yang ditangani oleh
petugas-petugas yang trampil, angka
kematian bayi)
• Status dan kondisi infrastruktur air
Pemerintah Daerah dan
Infrastruktur Air dan Sanitasi Terakhir yang ada
Provinsi
• Akses ke air bersih
Pemerintah Daerah dan • Panjang jalan, berdasarkan jenis
Jalan Terakhir
Provinsi • Kondisi jalan
• Komposisi anggota DPRD (partai
politik yang diwakili)
Politik Daerah DPRD Terakhir Kantor KPU Provinsi
• Karakteristik anggota DPRD (latar
belakang pendidikan, jenis kelamin)
• Jumlah pegawai negeri, berdasarkan
Tata kelola Pemerintah Daerah dan
Pegawai Negeri Terakhir kategori struktural dan fungsional
pemerintahan Provinsi
serta tingkat profesionalisme
Kualitatif
Jenis Nama Tahun Sumber Indikator
• Rencana-rencana apa yang sekarang
tersedia?
• Apakah masyarakat berperan serta
dalam proses perencanaan tersebut?
Apabila ya, bagaimana?
Proses
Perencanaan Terakhir Bappeda • Apakah ada suatu rencana/strategi
Perencanaan
peningkatan ekonomi rakyat? Apabila
ya, sektor (sektor-sektor) mana yang
akan difokuskan?
• Bagaimana pencapaian dari berbagai
rencana yang dipantau?
• Apakah ada mekanisme formal bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses penganggaran? Apabila ya,
seberapa efektif?
• Bagaimana informasi kuantitatif yang
digunakan untuk mengambil berbagai
Penyusunan Biro Keuangan,
Anggaran Terakhir keputusan tentang anggaran?
Anggaran Bappeda, Kepala dinas
• Bagaimana keputusan-keputusan
dibuat tentang intervensi pemerintah
dalam suatu sektor khusus?
• Lembaga/badan mana yang
membuat keputusan tentang alokasi
anggaran akhir?
• Apakah anggaran dipublikasikan
Publikasi kepada masyarakat? Apabila ya,
Terakhir Bappeda, Sekda
Anggaran bagaimana caranya (surat kabar, berita
negara dll.)?
• Unit mana yang bertanggung jawab
atas pembayaran?
• Apakah Bendahara Umum Daerah
(BUD) sudah dibentuk?
• Bagaimana mekanisme
Pelaksanaan Biro Keuangan,
Terakhir pembayarannya (SPP)?
Anggaran Bappeda
• Apakah terdapat masalah-masalah
dalam manajemen perbendaharaan?
Apabila ya, apa saja masalahnya?
• Apakah anggaran tersebut telah
direvisi selama tahun anggaran?
• Apakah pelaksanaan penganggaran
Pelaksanaan telah diperkenalkan?
Terakhir Bappeda
Penganggaran • Apabila ya, bagaimana pelaksanaan
tersebut dipantau?
• Kapan dan berapa kali transfer cicilan
telah diterima pemerintah daerah dari
pemerintah pusat dan provinsi?
Pembayaran
Transfer Terakhir Biro Keuangan - DAU
transfer
- DAK
- Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam
- Bagi Hasil dari Pajak
References
Aran, Meltem (2007). Note on “Pro-Poor Targeting and the Effectiveness of Indonesia’s Fuel Subsidy Reallocation
Programs”. Jakarta. Indonesia
Ghozali, Abbas. “Analisis Sejarah Kebijakan, Penyelenggaraan, dan Kondisi Pendidikan Dasar serta Implikasinya
pada Pendidikan Dasar Gratis”. Makalah individual untuk studi Pendidikan Gratis yang diselenggarakan
oleh BAPPENAS. Jakarta. Indonesia.
Pemerintah Daerah Kabupaten Belu (2004). Rencana Strategis Kabupaten Belu 2004-2008
Pemerintah Daerah Kabupaten Belu (2004). Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Belu Periode 2004-
2008
Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa (2003). Rencana Stratejik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Minahasa Tahun 2003-2007
Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (2004). Rencana Strategis Kabupaten Timor Tengah Selatan
2004-2008
Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan (2005). Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2005-2009
Pemerintah Daerah Kota Binjai. Peraturan Walikota Binjai nomor 050-6525 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Binjai 2006-2010.
Pemerintah Daerah Kota Magelang (2005). Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Magelang Tahun 2005-2010.
Pemerintah Daerah Kota Manado (2005). Peraturan Daerah nomor 04 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Manado 2005-2010.
Pemerintah Daerah Kota Manado (2005). Matriks Program Lima Tahunan (RPJMD dan Renstra SKPD). Dinas
Pendidikan Kota Manado
Pemerintah Indonesia (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten.
Pemerintah Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Pemerintah Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Pemerintah Indonesia (2003). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pemerintah Indonesia (2002). Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pemerintah Indonesia (2004). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Indonesia (2004). Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Tandon, Ajay (2005), Measuring Eficiency of Macro Systems: An Application to Millennium Development Goal
Attainment, Asian Development Review, Vol 22, no. 2, pp. 108-125
WHO (2005), “ Sub National Health System Performance Assessment in Indonesia”. processed World Health
Organization, Geneva
World Bank (2005). “Education in Indonesia: Managing the Transition to Decentralization”, volume 1 – volume 3.
Jakarta, Indonesia.
World Bank (2007a). “Investing in Indonesia’s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures”.
Jakarta, Indonesia.
World Bank (2007b). Indonesia Public Expenditure Review. “Spending on Development: Making the Most of
Indonesia’s New Opportunities”. Jakarta. Indonesia
World Bank. “Teacher Employment and Deployment in Indonesia: Opportunities for Equity, Efficiency, and Quality
Improvement.” Jakarta. Indonesia.