Você está na página 1de 4

Pengertian Empirisme

Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani emperia yang berarti pengalaman. Jadi
empirisme merupakan sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman adalah sumber
pengetahuan. Empirisme juga berarti sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman
manusia didapat dari pengalaman-pengalaman yang nyata dan faktual. Pengalaman yang
nyata tersebut didapatkan dari tangkapan pancaindra manusia. Sehingga pengetahuan yang
didapat melalui pengalaman merupakan sebuah kumpulan fakta-fakta.
Doktrin empirisme tersebut adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat
bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal,
melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga,
kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman
manusia.
Ajaran-ajaran pokok dari empirisme, yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan
pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas
untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan.

Aliran Empirisme John Locke


Aliran Empirisme muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila
rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya
ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.
John Locke, sebagai tokoh paling awal dalam urutan empirisme Inggris, merupakan
sosok yang paling konservatif Ia merasa menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh
Descartes sehingga ia menolak anggapan Descartes yang menyatakan keunggulan dari “yang
dipahami” adalah “yang dirasa”. Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan
penarikan dengan cara metode induksi.
Secara menarik Locke membandingkan budi manusia pada saat lahir dengan tabula
rasa, yaitu sebuah papan kosong yang belum tertulis apapun, yang artinya segala sesuatu
yang ada dalam pikiran berasal dari pengalaman inderawi, tidak dari akal budi. Otak itu
seperti sehelai kertas yang masih putih dan baru melalui pengelaman inderawi itu sehelai
kertas itu diisi. Dengan ini beliau tidak hanya mau menyingkirkan gagasan mengenai “ide
bawaan”, tetapi juga untuk mempersiapkan penjelasan bagaimana arti disusun oleh kerja
keras data sensoris (indrawi). Locke mengatakan bahwa tidak ada ide yang diturunkan,
sehingga dia menolak innate idea atau ide bawaan. Menurut Locke semua ide diperoleh dari
pengalaman, dan terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Ide ide Sensasi, yang diperoleh dari pancaindra seperti, melihat, mendengar, dan lain-lain.
2. Ide-ide Refleksi yang diperoleh dari berbagai kegiatan budi seperti berpikir, percaya, dan
sebagainya.
Jadi menurut Locke, apa yang kita ketahui adalah “ide”. Kebanyakan orang
mengatakan bahwa mereka sadar akan benda-benda. Tetapi menurut Locke objek kesadaran
adalah ide. Ide adalah “objek akal seawktu seseorang berpikir, saya telah menggunakannya
utnuk menyatakan apa saja yang dimaksud dengan fantasnya, maksud species, atau apa saja
yang digunakan budi untuk berpikir….”(Sterling Lamperch 1928 dalam Hardono Hadi
1994).Locke juga mengatakan bahwa ide adalah “objek langsung dari persepsi” (Sterling
Lamperch 1928 dalam Hardono Hadi 1994).

Aliran Nativisme
Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang
menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu factor lingkungan
termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari kedua orangtua.
Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan
sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisma ( terlahir ) sebagai suatu bentuk
dari filsafat idealism dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak
ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati. Teori ini
dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan
bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau
pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi
jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari optimism yaitu
pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh
factor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya
sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip
orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan
genetika itu bukan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan anak, tetapi
masih ada factor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju
kedewasaan, mengetahui kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jatidiri).
B. Faktor-Faktor perkembangan manusia dalam teori ini
1. Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang
muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah
seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang
penyanyi yang prosentasenya besar.
1. Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam
dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang
mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai
dengan bakat dan minatnya.
1. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap
pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu
normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan
yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut
tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
C. Tujuan-Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat
suatu inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860)
dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat.
Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan :
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki
dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal
ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar
terhadap kemajuan dirinya.
1. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam
upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten
sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman
sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai
kompeten lebih unggul daripada yang lain.
1. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan
pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan
berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa
sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
1. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam
pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri
khusus sebagai jati diri manusia.
1. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki,
denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal
itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa llebih optimal.
D. Aplikasi pada masa sekarang
Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan
pendidikan (Arthur Schaupenhauer (1788-1860)).
Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatiahn dan kursus
untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan
dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga
potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan
dimunculkan

Você também pode gostar