Você está na página 1de 3

Apa yang Perlu Diketahui Tentang Deteksi Dini Kanker

Payudara?
 Written by Maureen M. Magdalena
 font size
 Print
 Email

Deteksi dini kanker payudara


inShare

Deteksi dini kanker payudara merupakan upaya untuk mendeteksi/mengidentifikasi secara


dini keberadaan kanker payudara sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang
dampak fisiknya kecil dan memiliki peluang lebih besar untuk sembuh.

Upaya ini sangat penting karena apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini
dan diobati dengan tepat maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi yakni 80-90%.

Di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda deteksi dini dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan mamografi karena sumber daya negara-
negara maju cukup memadai untuk melakukan program tersebut.

Sementara, di negara berkembang seperti Indonesia, deteksi dini dengan USG dan mamografi
belum mungkin dilakukan. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis atau fisik oleh tenaga
kesehatan terlatih yang diikuti dengan promosi dan penyuluhan tentang pengobatan yang baik
kepada masyarakat pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari deteksi dini
yakni menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
payudara.

Deteksi dini merupakan strategi lain untuk down staging. Hal itu dimulai dengan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan pada payudara sendiri.

Mengapa Penting Melakukan Deteksi Dini Payudara?


Pemeriksaan payudara dilakukan untuk memastikan bahwa payudara masih normal.
Pemeriksaan payudara juga membantu petugas kesehatan menemukan kondisi medis tertentu
(seperti infeksi atau tumor) yang dapat menjadi serius jika tidak diobati.

Banyak petugas kesehatan menyarankan agar wanita melakukan pemeriksaan payudara


secara teratur sejak seseorang mulai aktif secara seksual.

Bagaimana Cara Melakukan Deteksi Dini Kanker


Payudara?
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pemeriksaan
secara klinis (pemeriksaan fisik), maupun dengan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan klinis yang dianjurkan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
(dikenal sebagai CBE atau Clinical Breast Examination) ataupun dilakukan sendiri (SARARI
atau dikenal sebagai pemeriksaan payudara sendiri).

Ketika seorang wanita telah mencapai pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada
payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri atau SARARI perlu dilakukan. Setiap wanita di
atas 20 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan.

Dan pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari ke-5 dan ke-7
sesudah siklus menstruasi (hari ke 10 dihitung dari awal siklus menstruasi), dimana jaringan
payudara saat itu densitasnya (kepadatan jaringan) lebih rendah.

Jika pemeriksaan dilakukan pada saat jaringan payudara masih padat, maka seolah-olah akan
teraba benjolan dan hasil pemeriksaannya menjadi positif palsu.

Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. The American Cancer Society
mengeluarkan beberapa rekomendasi, yang meliputi pemeriksaan payudara sendiri yang
sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli setidaknya sekali dalam 3 tahun antara usia 20-39
tahun.

Sesudah usia 40 tahun, pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan setiap tahunnya. Dalam
hal ini, dokter perlu memberikan instruksi kepada pasien wanita mengenai teknik
pemeriksaan payudara sendiri dan menyarankan mereka untuk melaporkan hasilnya apabila
dalam pemeriksaan ditemukan adanya massa atau kelainan yang lainnya.

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dalam posisi berdiri sambil tangan di sisi tubuh,
sambil kedua telapak tangan menekan pada pinggang. Bentuk payudara yang asimetris,
adanya benjolan dan kulit yang melekuk (dimpling) dapat terdeteksi dengan manuver ini.
Berikut ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara sendiri:

 Berdiri di depan kaca untuk melihat payudara secara jelas.


 Sementara kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada kelainan berupa
perubahan warna kulit menjadi kemerahan, pembengkakan (edema), gambaran vena,
kulit yang melekuk atau terfiksir (dimpling), perubahan puting menjadi tertarik ke
arah tumor (pointing nipple), atau adanya tumor (benjolan).
 Ulangi dengan kedua tangan menekan pada pinggang.
 Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan memijat, awalnya periksa pada
arah jam 12, kemudian arah jam 2 sampai kembali lagi ke arah jam 12, dirasakan
apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superfisial kulit sampai ke dalam
jaringan payudara. Lakukan palpasi dengan cermat.
 Kemudian periksalah pada puting payudara dan area sekitarnya. Juga perlu ditekan
secara lembut untuk melihat apakah ada disscharge (keluarnya cairan dari puting susu
berupa darah, sekret, atau nanah).
 Ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring.

Sayangnya, pemeriksaan secara klinis hanya dapat mendeteksi benjolan yang bisa teraba,
perkiraan ukurannya, kepadatan benjolan, apakah ada cairan yang keluar dari puting
payudara, dan hasil pemeriksaannya sangat bergantung pada keterampilan pemeriksa.

Artikel berikut akan membahas beragam cara yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan
penunjang untuk deteksi dini ataupun diagnosis kanker payudara.

Baca informasi lengkapnya di: http://www.deherba.com/deteksi-dini-kanker-


payudara.html#ixzz2X16qfPM0

Você também pode gostar