Você está na página 1de 6

DIAGNOSIS

A. Anamnesis
Dalam melakukan evaluasi anak dengan perdarahan saluran cerna ada beberapa kondisi
yang harus segera ditentukan sejak awal :
 Apakah anak betul-betul mengalami perdarahan saluran cerna?
 Apakah perdarahan yang terjadi menyebabkan gangguan hemodinamik?
 Apakah perdarahan saat ini sedang berlangsung?
 Tindakan apa yang harus segera dilakukan saat ini?

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis :


a. Tentukan apakah anak betul-betul mengalami perdarahan saluran cerna dari produk
muntahan dan tinja. Bebarapa kasus yang sering dikelirukan dengan perdarahan saluran
cerna antara lain adalah:
 Hematemesis dan melena :
o Tertelan darah ibu pada saat persalinan atau saat menyusu akibat puting yang
lecet
o Tertelan darah epistaksis
o Mengkonsumsi makanan dan obat-obatan tertentu
 Hematochezia :
o Menstruasi
o Hematuria
b. Tentukan seberapa banyak volume darah yang hilang untuk menentukan berat ringannya
perdarahan saluran cerna dan tanyakan tanda – tanda gangguan hemodinamik yang terjadi
c. Tanyakan warna darah dan jenis perdarahannya untuk menentukan lokasi perdarahannya.
Tanyakan durasi perdarahan untuk menentukan kronisitas perdarahan.
d. Tanyakan gejala-gejala penyerta lain dan faktor risiko yang mengarah pada penyebab
tertentu. Gejala penyerta gastrointestinal antara lain diare, cramping, nyeri perut,
konstipasi, muntah. Gejala sistemik yang perlu ditanyakan antara lain, demam, timbulnya
ruam, pusing, pucat, sesak napas, berdebar-debar, ekstremitas dingin. Hematochesia akut
disertai nyeri perut hebat pada anak yang tampak sakit berat bisa merupakan komplikasi
dari intususepsi, volvulus, hernia inkarserata, atau thrombosis mesenteric. Hematoschesia
tanpa disertai rasa nyeri dapat disebabkan oleh divertikulum Meckel, polip, duplikasi
intestinal, massa submukosa usus, malformasi vaskular atau aneurisma arteri mesenterika.
Muntah hebat sering berhubungan dengan penyebab Mallory Weiss Tear.
e. Riwayat penyakit sebelumnya: riwayat perdarahan, riwayat penyakit hati
f. Riwayat penyakit keluarga: penyakit perdarahan (bleeding diatheses), penyakit hati kronik,
penyakit saluran cerna (polip, ulkus, kolitis), pemakaian obat-obatan tertentu
g. Riwayat minum obat-obatan yang mengiritasi mukosa (mengkonsusmsi dalam jangka
panjang) seperti NSAID, steroid, obat-obatan sitostatika tertentu
h. Riwayat trauma abdomen

B. Gambaran Klinis
Gambaran klinis gastritis erosiva bervariasi dari tanpa gejala/asimtomatis, anoreksia,
nyeri epigastrium, mual, muntah, sampai perdarahan saluran cerna bagian atas ringan atau
berat/masif. Gejala klinis yang berat bisa menyebabkan perdarahan yang fatal/mengancam
jiwa terutama pada peminum alkohol.
Gastritis erosiva biasanya asimtomatik. Gejala jika ada meliputi anoreksia, nyeri
epigastrium, mual dan muntah. Tak ada korelasi yang baik antara gejala dan derajat kelainan
yang ditemukan pada endoskopi.
Manifestasi klinis terbanyak gastritis erosiva adalah pendarahan saluran cerna dalam
bentuk hematemesis (muntah warna seperti kopi), atau aspirat darah pada pasien dengan
nasogastrik tube, atau melena. Karena gastritis lesinya superfasial, jarang menimbulkan
perdarahan yang mengganggu hemodinamik.
Gastritis erosiva akut sering terjadi pada pasien yang minum obat non-steroid anti
inflamasi. Anamnesis riwayat minum alkohol, kokain, perokok berat, penggunaan obat-obat
yang berpotensi termasuk kemoterapi, stres (trauma, luka bakar, penyakit yang berat), olah
ragawan dengan over training/kompetisi, riwayat pembedahan akut, radiasi dan intubasi
nasogastrik tube merupakan faktor risiko/etiologi yang tidak boleh dilupakan pada pasien
gastritis akut erosiva.
Keluhan pokok Gastritis Erosiva: Baru minum bahan-bahan/riwayat kondisi yang
berpotensi menimbulkan kelainan mukosa gaster/erosif: alkohol, NSAID, silsilat/aspirin,
refluks usus-lambung, sebelumnya mengalami penyakit berat, nyeri epigastrum, nyeri/panas
di dada (hurtburn) atau dispepsia, anoreksi, neusea, vornitus, gejala/tanda bahaya (alarm
simptom): hematemesis warna seperti kopi (tanah merah) atau/dan melena.

C. Pemeriksaan Fisik
Berbagai gejala utama untuk mendiagnosis gastritis erosiva adalah nuesea/muntah yang
disebabkan oleh inflamasi mukosa gaster. Inflamasi tertentu bisa mencetuskan asam lambung
yang mengalir kembali ke kerongkongan. Pada pemeriksaan fisik pasien di fokuskan pada
adanya tanda tanda gangguan hemodinamik karena erosi lambung yang menyebabkan
perdarahan saluran cerna bagian atas.
Kondisi pasien tampak lemah dan pucat. Adanya nyeri epigastrium dan biasanya ringan.
Bising usus normal dan mungkin juga disertai dengan tanda peritonitis atau perdarahan GI.
Pemeriksaan colok dubur didapatkan darah.

D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan tes darah lengkap diperlukan untuk evaluasi adanya komplikasi perdarahan
akut atau kronik. Elektrolit, gula darah sewaktu, BUN dan kreatitin diperiksa untuk menetukan
adanya gangguan hemodinamik yang membutuhkan penggantian cairan resusitasi.
Skrining golongan darah, crossmatch untuk transfusi pada pasien yang kritis. Tes untuk
mengetahui adanya infeksi H.pylori pada keadaan akut tidak diperlukan, karena nilainya sangat
terbatas.
Pemeriksaan infeksi kuman HP dapat dilakukan melalui tes napas urea (Urea breath test
= UBT), feses (Antigen feses), pemeriksaan antibodi dalam darah dan biopsi per endoskopi.

E. Pemeriksaan Khusus

a. Imaging

Pada kasus dengan indikasi adanya perforasi, pemeriksaan rontgen toraks diperlukan
untuk mengetahui adanya udara bebas dalam lambung. CT scan dikerjakan atas indikasi
tertentu.
Pemerikisaan barium esofagus, maag dan duodenum dapat dikerjakan setelah
manifestasi perdarahan saluran cerna berhenti, jika di RS tidak ada fasilitas endoskopi
gastrointestinal.
Diagnosis gastritis dengan pemeriksaan radiologi tidak spesifik dan sensitif, tanda-tanda
meliputi; penebalan lipatan mukosa, hilangnya rugae pada lipatan mukosa, perubahan kontur
dan caliber, perubahan antral: penyempitan dan nodulasi atau erosi.

b. Endoskopi

Diagnosis gastritis akut maupun kronis ditegakkan secara endoskopi. Pemeriksaan


endoskopi (esofago-gastro-duedenoskopi = EGD) merupakan penunjang diagnostik yang
handal untuk mengetahui penyebab kelainan gastrointestinal. Dengan pemeriksaan endoskopi
kita dapat menilai adanya erosi, ulkus maupun tumor sebagai penyebab erosi maupun
perdarahan saluran cerna atas. Gambaran Makroskopik dan Patologi Endoskopi:
Bervariasi dan hipermia mukosa ringan sampai erosi mukosa, bintik-bintik perdarahan
tersebar, gastritis erosif akut, dan ulser.

F. Diagnosis Banding
Kondisi lain yang menyerupai gastritis akut erosi gejala sindorma nyeri perut bagian
atas (dispepsia) adalah :

 Penyakit batu kandung/saluran empedu dan komplikasinya

 Penyakit refluks gastroesofageal

 Pankreatitis kronik

 Kanker pada lambung dan pankreas

 Post gastrektomi

 Penyakit pada kolon transversum

Pada banyak kasus > 50 % pasien dengan keluhan nyeri perut atas berulang (dispepsia),
gejalanya tidak dapat diterangkan berdasarkan temuan pemeriksaan endoskopi maupun
radiografi. Pasien seperti ini digolongkan sebagai kelompok dispesia fungsional/ dispnea non-
ulser.
Nyeri ulkus yang berat meskipun jarang, juga dapat menyerupai dada infark miokardial,
diseksia aorta, kolik bilier/ureteral, pankreatitis akuta, kolesistitis atau divertikulitis atau infark
mesenterik. Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik meliputi lokasi nyeri abdomen,
membantu dalam "mempersempit" diagnosis banding.
Jika manifestasi perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena) yang menyebabkan
pasien datang berobat, diagnosis differensial juga mempertimbangkan penyebab lain yang
sering misalnya: perdarahan variseal pada penyakit hati lanjut, karena varises esofagus yang
pecah, ataupun karena gastropathy hipertensi portal.

G. Komplikasi

 Perdarahan kronis. Gastritis erosiva yang tidak mendapatkan penanganan meyebabkan


perdarahan yang terus menerus dan lama.

 Anemia. Perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia. Anemia adalah kondisi dimana sel
darah merah lebih sedikit atau lebih kecil daripada normal yang melindungi sel-sel tubuh
dengan memenuhi kebutuhan oksigen. Peneliti menyebutkan gastritis H. Pylori dan gastritis
atrophic autoimmune dapat mengganggu kemampuan tubuh mengabsorbsi zat besi dari
makanan dan dapat menyebabkan anemia.

 Defisiensi vit. B12 dan anemia pernisiosa. Orang dengan gastritis atropic autoimmune tidak
memproduksi faktor intrinsik (untuk mengabsorbsi vitamin B12 dimana vitamin B12 sangat
diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan sel saraf) yang cukup. Vit. B12 yang
tidak terabsorbsi sempurna menyebabkan anemia pernisiosa.

 Pertumbuhan jaringan abnormal. Gastritis kronis dapat menyebabkan kemungkinan


pertumbuhan jaringan abnormal (benigna, noncancerous, dan maligna). Gastritis kronis et
causa H. Pylori meningkatkan kemungkinan terjadinya pertumbuhan cancer yang disebut
gastric mucose-associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma.
H. Prognosis
Prognosis dari gastritis erosiva tergantung dari tingkat keparahan dan terapi yang diberikan.

 Ad vitam : dubia ad bonam

 Ad sanationam : dubia ad bonam

 Ad functionam : dubia ad bonam

Você também pode gostar