Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa gizi yang baik, kita tidak bisa
merasakan hidup sehat dan tanpa kesehatan yang baik juga kita tidak bisa menjalani hidup dengan
baik. Gizi berkaitan erat dengan makanan. Status gizi seseorang ditentukan oleh apa yang
dimakannya. Untuk itu diperlukan makanan-makanan yang sehat dan seimbang agar kita bisa
memperoleh gizi yang seimbang.
Gizi memiliki cakupan yang sangat luas. Tidak hanya mencakup masalah klinis, tetapi juga
mencakup kehidupan masyarakat luas. Oleh karena itu, dizaman sekarang, pengetahuan tentang
ilmu gizi berkembang pesat, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengetahui tentang gizi dan
mampu menerapkan gizi seimbang dalam kehidupannya untuk mewujudkan hidup sehat dan
sejahtera dengan asupan gizi yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep tumbuh kembang?
2. Apa konsep gizi pada setiap kelompok usia?
3. Apa kebutuhan gizi pada setiap kelompok usia?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada setiap kelompok usia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tumbuh Kembang


2.1.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah atau ukuran sel dan tidak dapat kembali
ke bentuk semula (irrevesibel) dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka, grafik, dsb.
Sedangkan perkembangan adalah proses menuju ketingkat kedewasaan atau pematangan,
tidak dapat diukur tetapi hanya dapat dinikmati .
2.1.2 Ciri-ciri tumbuh kembang
Tumbuh kembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Perubahan dalam aspek fisik dan psikis
2. Lenyapnya tanda-tanda yang lama
3. Perubahan dalam proporsi
4. Diperoleh tanda-tanda baru
2.1.3 Prinsip-prinsip tumbuh kembang
Proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu --- maturasi, lingkungan dan faktor
genetik, Pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi Variasi waktu muncul
(onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tukembangan
1. Mempunyai ciri khas
2. Never ending process seumur hidup dan meliputi seluruh aspek
3. Cephalocaudal
4. Proximodistal
5. Differensiasi
Hal yang unik, setiap individu cenderung mencapai potensi maksimum perkembangannya
Tugas perkembangan
1. Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
2. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
3. Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan

2
2.1.4 Faktor Perkembangan
1. Faktor genetik
2. Faktor eksternal / lingkungan
a. Keluarga
b. Kelompok teman sebaya
c. Pengalaman hidup
d. Kesehatan

2.2 Konsep Gizi Pada Setiap Kelompok Usia


2.2.1 Nutrisi Bagi Infant
Pada usia ini bayi dapat diberikan buah–buahan (pisang) atau biscuit sejak usia 2 bulan
sedangkan pemberian makanan lumat sampai lembik (bubur susu) pada usia 3 – 4 bulan, sesuai
keperluan bayi masing – masing. Bayi akan lapar dan menangis terus bila ASI kurang dan hal ini
juga akan terlihat dari pertumbuhan bayi yang tidak memuaskan.
Untuk mengatasi pertumbuhan, bayi perlu ditimbang secara berkala, yaitu bila mungkin dilakukan
stiap hari pada munggu pertama, selanjutnya setiap minggu sampai akhir bulan pertama, kemudian
setiap 2 minggu dalam bulan kedua dan ketiga dan seterusnya setiap bulan. Pada bulan keempat
biasanya dimulai pemberian makanan padat, yaitu makanan lumat, misalnya bubur susu yang
dapat dibuat dari tepung (beras, jagung atau havermouth), susu dan gula. Waktu yang untuk
memberikan makanan lumat dapat dipilih yang sesuai, misalnya sekitar jam 09.00 dengan
memperhatikan bahwa kira – kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa–apa. Dengan demikian
bayi menyusui dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah – buahan satu kali. Pada
umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada terhadap kemungkinan alergi
dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur ditangguhkan. Biasanya setiap bayi
sudah tahan terhadap telur pada usia 7 bulan keatas. Pada bayi umur 5 – 6 bulan dapat diberikan 2
kali makanan bubur susu sehari, buah – buahan dan telur. Bayi umur 6 – 7 bulan dapat mulai
diberikan nasi tim yang merupakan makanan lunak dan juga merupakan makanan campuran yang
lengkap karena dapat dibuat dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging
cincang, telur atau tepung ikan) dan bahan makanan sumber protein nabati yaitu tahu, tempe,
sayuran hijau (bayam), buah tomat dan wortel. Dengan demikian nasi tim merupakan makanan
yang mengandung nutrien yang lengkap bila dibuat dengan bahan – bahan tersebut. Selama masa

3
bayi makan nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya dan tidak
banyak mengandung serat – serat yang dapat mempersulit pencernaan.
Pada bayi umur 8 – 12 bulan bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu,
pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang
sekitar jam 13.00 dan pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00.
Bila bayi disusukan sesuai dengan anjuran yaitu melebihi masa 1 tahun, perlu diperhatikan
kemingkinan timbulnya anoreksia terhadap makanan lin, sehingga anak akan kekurangan protein
dan kalori, dan pada akhirnya menderita penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP). Pengaturan
makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah kelancaran pengaturan makan pada
usia selanjutnya.
Pada akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari, yaitu pada waktu
pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau malam (makan malam). Selama masa bayi
telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah
dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama dengan nasi tim.
2.2.2 Nutrisi Bagi Toddler
Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler :
Anak sukar atau kurang mau makan.
Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya cukup banyak dan
pada hari berikutnya makannya sedikit.
Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu.
Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu lama.
Kebutuhan Nutrisi
Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga kebutuhan anak usia ini terhadap
kalori, protein dan cairan menurun.
Kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB/hari & Kebutuhan protein 1,2 gr/kgBB/hari.
Pemberian susu tidak lebih dari 1 liter / hari untuk membantu menjamin asupan makanan yang
kaya zat besi. Pemeriksaan hematokrit harus dilakuakn untuk screening anemia.
Anak toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein yang cukup, harus dirujuk ke ahli
gizi.
Pola dan pilihan makanan
Pada usia 12 bulan, kebanyakan toddler makan makanan keluarga.

4
Pada usia 18 bulan, sebagaian besar toddler mengalami anoreksi fisiologis dan menjadi pemilih
dalam hal makanan,menginginkan suatu makanan tertentu, mkan dalam jumlah besar di suatu hari
dan sangat sedikit di hari berikutnya.
Toddler memilih makanan sendiri dan lebih menyukai makanan dalam porsi kecil (makanan yang
enak dan mengundang selera).
Toddler lebih menyukai satu jenis makanan dalam piring daripada makanan yang dicampur.
Orangtua harus menanjurkan penggunaan alat makan tetapi menyadari bahwa toddler lebih
menyukai mengunakan tangan.
2.2.3 Nutrisi Bagi Pra Sekolah
Karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada
anak Prasekolah adalah sebagai berikut :
1. Nafsu makan berkurang.
2. Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya dari pada makan.
3. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
4. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi
dengan keluarga.
2.2.4 Nutrisi Pada Usia Sekolah
Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang berarti, sehingga kebutuhan kalori
anak usia sekolah adalah 85 kkal/kg berat badan. Kelompok anak sekolah pada umumnya
mempunyai kondisi yang lebih baik daripada kelompok Balita, karena kelompok umur sekolah ini
sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), maupun oleh kelompok swasta berupa program
suplementasi makanan tambahan di sekolah atau Program Makan Siang Sekolah (School Lunch
Program).
Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan kalori harian pada usia ini menurun berhubungan dengan ukuran tubuh. Anak usia
sekolah membutuhkan rata-rata 2400 kalori / hari.
Pengasuh / orangtua harus tetap menekankan kebutuhan terhadap diet seimbang sesuai dengan
piramida makanan : tubuh menyimpan cadangan makanan sebagai sumber kebutuhan
pertumbuhan yang meningkat saat remaja.
Kebutuhan nutrisi anak berdasarkan golongan umur dalam tahun :

5
Usia Kalori Protein Cal Fe Vit A Vit B Vit C
10-12 1900 60 0,75 8 2500 0,7 25
7-9 1600 50 0,75 7 2500 0,6 25
5-6 1400 40 0,50 6 2500 0,6 25
Tahun Cal dr dr Mg U Mg Mg

2.2.5 Nutrisi Pada Remaja


Kelompok umur remaja juga menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat, yang disebut
“adolescense growth spurt”, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Pada
remaja laki-laki kegiatan jasmani sangat, karena biasanya pada umur inilah perhatian untuk sport
sedang tinggi-tingginya, seperti atletik, mendaki gunung, sepak bola, hiking dan sebagainya. Bila
konsumsi berbagai zat gizi tidak ditingkatkan, mungkin terjadi defisiensi relatif terutama defisiensi
vitamin-vitamin.
Pola dan pilihan makanan
Remaja biasanya makan ketika mereka memiliki waktu luang di antara aktivitas mereka, makanan
siap saji yang bergizi membantu mempertahankan diet yang seimbang.
Mempertahan kualitas dan kuantitas asupan harian yang adekuat mungkin sulit karena beberapa
faktor seperti jadwal yang sibuk, pengaruh teman sebaya dan kemudahan mendapatkan makanan
cepat saji berlemak tanpa kalori.
Pola makan keluarga terbentuk selama masa sekolah dan tetap berlanjut mempengaruhi pilihan
remaja terhadap makanan.
Remaja perempuan sangat rentan terhadap prilaku makan yang negatif.
2.2.6 Nutrisi Pada Dewasa
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah matang, tapi lazimnya merujuk
pada manusia, orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita dewasa.
Klasifikasi dewasa berdasarkan usia :
1. Masa dewasa muda (21-30 th)
Kebutuhan nutrisi pada usia ini untuk proses pertumbuhan, proses pemeliharaan dan pebaikan
tubuh, mempertahankan keadaan gizi.
2. Masa dewasa (31-45 th)

6
Masa dewasa masa produktif khususnya terkait dengan aktifitas fisik, karena umur ini
merupakan puncak untuk aktivitas hidup terutma dalam aktifitas bekerja. Kebutuhan nutrisi
dibedakan antara tingkat pekerjaan ringan, berat, sedang.
3. Dewasa tua (46 th keatas)
Kebutuhan unsur-unsur gizi sudah jauh berkurang, pada usia lanjut maka BMR akan berkurang
10-30%. Maka aktifitas mengalami degenerative.
4. Wanita masa kehamilan menyusui
Wanita hamil dan ibu menyusui sangat memerlukan makanan yang baik dan cukup. Sebagai
bahan pertimbangan untuk dapat menghasilkan 1 liter ASI harus menyediakan kalori sebanyak
150 kal sedangkan ASI mengandung 75 kal, 12 gr protein, 45 gr lemak laktosa vitamin dll.
2.2.7 Nutrisi Pada Lansia
Definisi Lansia
1. Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992) membagi
lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)
2. Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 – 84 tahun
dan 85 tahun
3. Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur
di atas 60 tahun edoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan
dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi
yang dihadapi para lansia.
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.
7. Perbanyak frekuensi makan hewani laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan, kurangi
konsumsi makanan dengan pengawet

7
2.3 Kebutuhan Nutrisi Setiap Kelompok Usia
Setiap individu menjalani kehidupannya dalam beberapa fase usia. Dimulai dari fase bayi yang
baru lahir kemudian balita, usia remaja, dewasa hingga lansia. Pada setiap fase usia tersebut, tubuh
manusia memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda seiring dengan perkembangan fungsi organ-
organ tubuh dan metabolisme fisik. Mengetahui kebutuhan nutrisi di setiap fase usia sangatlah
penting agar Anda dapat mengupayakan pemenuhan kebutuhan tersebut secara optimal.
2.3.1 Bayi
Menurut American Academy of Family Physicians, kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan
harus dipenuhi oleh ASI ekslusif. ASI menyediakan nutrisi tepat yang dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi yang mendapat ASI memiliki risiko lebih rendah
terhadap masalah kesehatan tertentu, termasuk infeksi telinga, alergi, infeksi saluran pernapasan
bawah dan dan sindrom kematian bayi mendadak. Bayi mulai makan makanan padat sekitar usia
6 bulan, tetapi ASI harus tetap menjadi dasar dari diet bayi yang paling utama sampai setidaknya
12 bulan. Susu formula bayi dapat menggantikan ASI saat ibu tidak bersedia atau tidak mampu
untuk menyusui.
2.3.2 Balita dan usia pra-sekolah
Selama balita dan usia pra-sekolah, nutrisi dan asupan kalori yang cukup dapat membantu
anak-anak mencapai perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. Banyak anak mengalami
penurunan nafsu makan dimulai pada tahun kedua mereka. Biarkan anak Anda untuk makan
sebagai perintah kelaparan sendiri. ” Nutrition Through the Life Cycle” mencatat bahwa anak-
anak secara alami mengatur asupan kalori mereka sendiri. Namun, mereka tidak akan selalu
tertarik ke arah makanan yang baik bagi mereka. Orang tua perlu membiasakan anak-anak untuk
memilih makanan sehat dengan nutrisi seimbang yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, protein
tanpa lemak, biji-bijian dan produk susu rendah lemak, serta membatasi asupan makanan ringan
bergula dan asin.
2.3.3 Usia sekolah
Di usia sekolah, anak-anak memerlukan asupan nutrisi dengan penekanan pada buah-buahan
segar dan sayuran, yang merupakan sumber makanan yang kaya vitamin dan antioksidan. Selain
buah dan sayuran, biji-bijian atau produk gandum yang difortifikasi dan produk susu rendah lemak
merupakan pilihan yang baik agar kebutuhan nutrisi anak tercukupi.

8
2.3.4 Orang dewasa
Kebutuhan gizi orang dewasa bervariasi, berdasarkan tingkat aktifitas, jenis kelamin dan status
kesehatan mereka. Konsekuensi kesehatan pada orang dewasa termasuk obesitas, diabetes,
penyakit jantung dan osteoarthritis. Orang dewasa yang kerja “kantoran” harus cukup berolahraga
untuk membakar kalori yang dikonsumsi. Pastikan kalori berasal dari sumber yang sehat. Diet
yang seimbang yang mencakup buah-buahan, sayuran, protein, lemak sehat dan biji-bijian dapat
menyediakan semua nutrisi yang diperlukan orang dewasa. Namun, Harvard School of Public
Health mencatat bahwa orang dewasa mungkin memerlukan manfaat dari suplemen multivitamin
dengan mineral untuk mengisi kesenjangan gizi yang terjadi akibat asupan nutrisi dari makanan
yang kurang optimal.
2.3.5 Orang dewasa lebih tua
Penurunan massa otot dan penurunan aktifitas fisik kerap kali menyertai proses penuaan.
Orang dewasa yang lebih tua mengalami peningkatan kebutuhan mineral tertentu dan vitamin,
seperti kalsium, vitamin B6 dan vitamin D. Orang dewasa yang lebih tua harus mengonsumsi
makanan padat nutrisi dengan proporsi tinggi vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Orang dewasa
yang lebih tua juga harus makan banyak protein tanpa lemak berkualitas tinggi. Mempertahankan
cadangan protein dapat membantu menjaga otot-otot tetap kuat.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan
secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak
balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, dan pokok masalah.Pertama, penyebab langsung
yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita. Timbulnya gizi kurang bukan saja
karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang
cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat
melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah
terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan
yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi
tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu

9
sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi
pencernaan dapat menyebabkan diare, HIV/AIDS,tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi
kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia.
Penyakit Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang
tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga,
pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan
yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih
yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena
penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998). Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah
gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang
mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang
pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
Gangguan gizi (Almatsier,2003) disebabkan oleh faktor primer dan sekunder. Faktor primer
adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan
oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan,
kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua factor yang
menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makan dikonsumsi. Misalnya
faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan seperti gigi geligi yang tidak baik,
kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang mengganggu absorbsi
zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan (obat cuci perut), dan sebagainya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah
banyak kencing (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obat.
Ada pula yang membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri atas :
a. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

10
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang
tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
b. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-
anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

2.5 Masalah Gizi Pada Setiap Kelompok usia


2.5.1 Masalah Gizi Balita
Balita termasuk ke dalam kelompok usia beresiko tinggi terhadap penyakit. Kekurangan
maupun kelebihan asupan zat gizi pada balita dapat mempengaruhi status gizi dan status
kesehatannya. Ada beberapa masalah gizi yang biasa diderita balita sebagai berikut.

11
a. Penyebab Langsung
Penyebab langsung terjadinya KEP (Kurang Energi Protein) yaitu makanan dan penyakit
infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya KEP tidak hanya makanan yang kurang tetapi
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita diare atau
demam, akhirnya akan menderita. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik daya tuhun
tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian balita mudah diserang infeksi,
kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang KEP
b. Penyebab Tidak Langsung
Penyebab tidak langsung timbul karena 3 faktor, yaitu :
Kurangnya ketersediaan pangan dikeluarga menunjukkan adanya kerawanan ketahanan pangan
keluarga. Artinya kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan pangan, baik jumlah maupun
mutu gizi yang lengkap dan seimbang, serta memenuhi standar kecukupan gizi balita. Harga dan
daya beli keluarga yang dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, serta pengetahuan tentang gizi
yang terkandung didalam makanan.
Pola pengasuhan anak yang tidak memadai. Pola pengasuhan anak adalah sikap dan perilaku ibu
atau pengasuh lain dalam hal dekatnya dengan anak memberikan makanan, merawat menjaga
kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Semuanya itu sangat berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai dapat menyebabkan anak tidak suka makan
atau tidak diberi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang juga dapat memudahkan terjadinya
infeksi. Pola asuh anak berhubungan dengan keadaan ibu seperti kesehatan fisik dan mental, status
gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik.
2.5.2 Masalah Gizi Pada Remaja
Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber utama yaitu
pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja, secara garis besar
dipengaruhi dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor personal atau individu dari remaja
itu sendiri. Berikut kami sajikan sebuah model yang menunjukkan factor-faktor yang
mempengaruhi pola makan pada remaja, yang diadaptasi dari Story M, Alton I (1996).
Perilaku makan yang kurang tepat dapat membawa dampak negative terhadap kesehatan atau
status gizi remaja. Berikut beberapa masalah gizi yang dapat dialami oleh remaja. Kelebihan berat
badan atau obesitas, Kekurangan berat badan Anemia zat besi atau kurang darah, Hyperlipidemia,

12
Hipertensi, Anorexia dan bulimia nervosa, Body image, Diabetes mellitus, Gangguan kesehatan
reproduksi.
Setiap masalah tersebut di atas akan kami uraikan satu persatu pada tulisan-tulisan yang
akan datang, mulai dari penyebab munculnya masalah sampai kepada cara penanganan masalah.
2.5.3 Masalah Gizi Bagi Ibu Hamil
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemenuhan gizi ibu hamil dan menyusui:
Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam
zat gizi bisa terpenuhi.
Cara makan yang berlebihan harus dihindari, karena dapat merugikan sendiri. Bagaimanapun juga
penambahan jumlah gizi harus disesuaikan dengan keperluannya.
Hendaknya lebih banyak memakan bahan makanan sumber protein (zat pembangun), agar janin
mengalami pertumbuhan yang baik. Bahan makanan sumber protein adalah ikan, daging, telur,
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lainlain.
Kuantitas makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil,
akan tetapi kualitasnya tetap sama. Ibu menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan
tambahan protein 25 gr sehari, di atas kebutuhan bila ibu tidak menyusui.
2.5.4 Masalah gizi bagi lansia
Gizi berlebih: Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-
kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan beratbadan berlebih, apalagi
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan
itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah
satu pencetus berbagai penyakit, misalnya: penyakitjantung, kencingmanis, dan darahtinggi.
Gizi kurang, Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat
badan kurang dari normal. Apabila halini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan
terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

13
2.6 Penanggulangan Masalah Gizi
2.6.1 Penanggulangan Masalah Gizi Pada Balita
Mengatasi masalah gizi pada balita tentu saja bukan perkara yang mudah, dan harus diterapkan
setahap demi setahap. Ini karena balita memerlukan penanganan khusus yang secara langsung jauh
berbeda dengan orang dewasa. Masalah gizi tentu saja sangat erat kaitannya dengan konsumsi
makanan, namun Anda tidak harus memaksa balita untuk mengkonsumsi makanan sehat terus-
menerus, karena dengan trik jitu tanpa paksaan di artikel ini, Anda bisa mengatasi masalah gizi
pada balita.
1. Dekat dengan anak
Cara yang paling awal untuk mengatasi masalah gizi pada balita adalah dekat dengan mereka.
dalam artian, Anda sebagai orang tua memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan. Sayangi
anak Anda dengan sepenuh hati dan perlakukanlah mereka sebaik mungkin. dengan cara ini,
diharapkan balita Anda akan mudah menuruti perkataan Anda.
2. Tawarkan makanan yang ringan
Setelah psikologi si balita bisa kita kendalikan, maka tahap selanjutnya dalam mengatasi masalah
gizi pada balita adalah dengan menawarkan makanan sehat yang ringan terlebih dahulu.
Pengkonsumsian makanan sehat tidak harus dengan memaksa anak mengkonsumsi sayuran, buah,
dan beragam daging sehat dalam mangkuk besar. namun, coba tawarkan roti gandum beserta selai
manis, atau buah yang dipotong kecil-kecil dan begitu variatif.
3. Buatlah variasi masakan
Balita juga memiliki selera makan yang sama dengan orang dewasa, dan mereka tentu saja tidak
ingin mengkosumsi makanan yang mempunyai rasa sama dari waktu ke waktu. Mungkin, ini
adalah masalah yang sering terjadi, dimana Anda terus memberikan asupan makanan yang sama
dari waktu ke waktu sehingga anak bosan dan tidak ingin makan.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi
sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi
melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program
fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.
Meskipun demikian angka kurang gizi di masyarakat terutama pada kelompok rentan masalah gizi
seperti bayi, balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil, dan menyusui, serta usia lanjut masih tetap
menjadi masalah.

14
2.6.2 Pada Remaja
Perilaku Gizi pada remaja, merupakan respon yang didasari oleh seberapa jauh pengetahuan
tentang gizi, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa sikap terhadap gizi dan seberapa
besar keterampilan dalam melaksanakan atau melakukan praktek gizi. Perilaku gizi yang kurang
tepat dapat diubah melalui pendidikan gizi. Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif
dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt)
setelah pertumbuhan pada masa balita.
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan agar
masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang
ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau
berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Penanggulangan masalah gizi remaja
Obesitas
1. Modifikasi diet
Penanganan obesitas mempunyai beberapa cara tatalaksana diet. Bila anak berumur >7
tahun, IMT pada 85-95 persentil, tanpa penyakit penyerta, maka direkomendasikan untuk
mempertahankan berat badan dalam jangka waktu yang lama untuk merubah IMT, tetapi bila
mempunyai penyakit penyerta maka berat badannya harus diturunkan. Sedangkan pada anak >
7 tahun dengan nilai IMTnya > 95 persentil, mempunyai maupun tidak mempunyai penyakit
penyerta, maka kelebihan berat badan anak tersebut harus diturunkan secara bertahap.
Diet dengan kalori sangat rendah. Diet ini diterapkan pada anak dan remaja yang obesitas
yang disertai penyakit penyerta dan tidak memberkan respons terhadap anjuran diet diatas.
Tujuan pemberian diet sangat rendah kalori ini adalah jika berat badannya >140% BB ideal
(superobes). Protein hewani dianjurkan dikonsumsi 1,5-2,5 g/kg BB ideal, minum lebih dari
1,5 L cairan per hari, suplementasi vitamin dan mineral. Diet ini hanya boleh diterapkan selama
12 minggu dengan pengawasan dokter. Pemberian diet cara ini mempunyai efek samping yaitu:
terbentuknya batu empedu, diare, kekurangan protein, tekanan darah rendah.

15
2. Latihan fisik
Latihan fisik dimaksudkan untuk mengurangi gaya hidup sedentari dan meningkatkan
penggunaan energi untuk mengeluarkan kalori., meningkatkan masa muskuler, dan membantu
mengkontrol berat badan. Latihan fisik perlu dilakukan secara teratur, selama 30-60 menit per
hari. Latihan fisik saja jarang membawa keberhasilan dalam menurunkan berat badan, tetapi
lathan fisik dikombinasikan dengan diet dapat merupakan cara untuk meningkatkan gaya hidup
sehat dan rasa harga diri.
3. Anemia
a. Promosi atau kampanye
Promosi atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas, ditunjang dengan
kegiatan penyuluhan kelompok serta konseling yang ditujukan secara langsung pada
Remaja Putri/Wanita melalui wadah yang sudah ada di masyarakat seperti sekolah,
pesantren, tempat kerja (formal/informal), organisasi dan LSM bidang kepemudaan,
kesehatan, keagamaan dan wanita.
Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan mengacu pada gizi
seimbang, diikuti dengan pembinaan kantin di sekolah atau penjaja makanan di sekitar
remaja/wanita berkumpul.
Kurang Energi Kronis (KEK)
a. Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan
pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
b. Penanganan KEK
Meningkatkan program penyuluhan tentang gizi seimbang dan bagi remaja lebih meningkatkan
konsumsi makanan yang mengandung sumber zat besi seperti sayuran hijau potein hewani
(susu, daging, telur) dan penambahan suplemen zat besi sebaiknya juga memperhatikan gizi
dan pola makan sehari-harinya
Remaja tetap membutuhkan asupan nutrisi yang baik agar perkembangan dan pertumbuhannya
lebih maksimal. Namun ada beberapa masalah gizi yang kerap menyerang kaum remaja. Saat
remaja terjadi perubahan fisiologis yang bisa mempengaruhi kebutuhan gizi termasuk untuk
pertumbuhan yang cepat, biasanya pertumbuhan cepat lebih banyak terlihat pada remaja laki-

16
laki. Namun remaja kadang memilih makanan yang tidak tepat sehingga mempengaruhi asupan
gizi yang masuk ke tubuhnya.

4. Penanggulangan
Cara mengakhiri masalah gizi kurang adalah dengan penanggulangan kurang gizi jangka
panjang. Cara tersebut akan bergantung pada kemampuan manusia untuk bekerja sama untuk
terwujudnya perkembangan pendidikan dan ekonomi, kedamaian, pengendalian pertumbuhan
penduduk, perbaikan sanitasi, keadilan sosial bagi perempuan dan anak-anak. Faktor lain adalah
kebijakan dan praktik yang benar terhadap lingkungan dan produktivitas pertanian. Kelompok
yang sangat terpengaruh oleh kurang gizi harus aktif herpartisipasi dalam proses perencanaan dan
implementasi program perbaikan gizi-kesehatan.
Terdapat program yang telah berhasil mengurangi rnasalah kurang gizi di berbagai negara di
dunia yang dapat diadopsi. Program yang sering didengungkan adalah perbaikan ekonomi,
pendidikan, gizi dan sanitasi akan mengatasi masalah kurang gizi dan penyakit infeksi serta
meningkatkan usia harapan hidup di negara maju sekitar 100 tahun silam. Selain itu, kurang zat
gizi tertentu secara nyata dapat diatasi melalui fortifrkasi makanan dan program edukasi gizi,
contohnya:
1. Program suplementasi vitamin A dan edukasi tentang makanan kaya kandungan vitamin A
dikaitkan dengan penurunan drastis kasus kurang vitamin A sedang dan berat serta infeksi pada
anak-anak di Indonesia
2. Suplementasi makanan pada kelompok bayi di Rusia, Brazll, Afrika Selatan dan Cina dikaitkan
dengan peningkatan skor IQ pada usia 8 tahun
3. Yodisasi garam dapat mengatasi masalah kurang yodium di Bolivia dan Ekuador
4. Kematian pada anak balita akibat kurang gizi dan penyakit terkait turun secara nyata di negara
yang mempraktikkan pernberian ASl
5. Status kesehatan masyarakat di negara yang sedang berkembang mengalami perbaikan dengan
penggunaan cairan oralit yang melindungi anak dari kekurangan cairan akibat diare dan program
vaksinasi yang melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi.
Untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi, sudah banyak
program yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi melalui
pernberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi

17
bahan makanan seperti fortifikasi yodium pada garam maupun fortifikasi besi pada tepung.
Meskipun demikian, angka kurang gizi di masyarakat terutama pada kelompok rentan masalah
gizi seperti bayi,balita,anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui serta lanjut usia masih tetap
menjadi masalah.
Penanggulangan gizi pada lansia dilakukan melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi
(promosi garam beryodium, aneka ragam makanan (protein hewani terutama produk laut, sayur
dan buah), hindari kegemukan dan obesitas, suplementasi Zn pada diabetes dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dan mengembalikan fungsi pengecap. Lansia dengan penyakit degeneratif perlu
diberikan konseling gizi mengenai penyakit.

18
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kebutuhan Gizi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Gizi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ
tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel
yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar
dari ancaman-ancaman penyakit.

3.2.Saran
Kebutuhan Gizi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya
untuk melakukan peningkatan kebutuhan Gizi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan
dengan gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut
harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit
akibat imune tubuh yang menurun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Siagian, albiner. Pendekatan Fortifikasi pangan untuk mengatasi masalah kekurangan zat gizi
mikro dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3762/1/fkm-albiner5.pdf.
Diakses pada November 2012.

http://posyandu.org/posyandu/posyandu-lansia/525-pengertian-posyandu-lansia.html. Diakses
pada November 2012.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20YANDU%20LANSIA.pdf

Septanto, Agustinus Aditya. Konseling Gizi dalam


http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/09/05/peran-ahli-gizi-dalam-
konseling-gizi/. Diakses pada November 2012.

20

Você também pode gostar