Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
laboratorium
Pemeriksaan Pediatrik
Bedah Minor
Faculty of Medicine
Gadjah Mada University
2011
CONTRIBUTOR
Departemen Pediatrik
Departemen Bedah
Laboratorium Keterampilan
Sekolah Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
KATA PENGANTAR
Ini adalah hal yang sangat penting bagi mahasiswa kedokteran untuk
keterampilan praktik klinik, yang mana diperlukan untuk karier di masa
mendatang sebagai seorang dokter medis. Sekolah medis pada jaman sekarang
ini harus meyakinkan mahasiswanya untuk terampil sebelum mereka
melakukan kontak dengan pasien yang sebenarnya. Oleh karena itu, latihan
keterampilan sebelumnya sangat dibutuhkan.
Pada blok 14 ini, dua topik dari latihan keterampilan adalah
pemeriksaan pediatric dan bedah minor. Pada blok ini, pemeriksaan pediatric
hanya difokuskan pada heteroanamnesis.
Tujuan dari blok ini adalah menolong mahasiswa di sekolah medis
Universitas Gadjah Mada untuk menyiapkan diri mereka untuk latihan
keterampilan praktik klinik. Perhatian utama diberikan sebagai prosedur yang
harus ditunjukkan, termasuk langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
mahasiswa untuk dapat mampu menunjukkan prosedur secara benar, lebih
dahulu relasi anatomi dan fisiologi juga didiskusikan secara singkat. Daftar
cek adalah untuk menolong mahasiwa untuk menilai penampilan mereka, juga
digunakan sebagai penilai sebagai evaluasi keterampilan (uji keterampilan).
Kami berharap dengan adanya buku ini dapat digunakan oleh
mahasiswa sebagai instruktur keterampilan yang termasuk dalam pelatihan
keterampilan.
Kami sangat berapresiasi atar kontribusi universitas dari berbagai
departemen yang telah bersedia untuk berpartisispasi dalam konstruksi buku
ini. Kami juga berterima kasih atas saran dan dukungannya.
Blok 14
PEMERIKSAAN PEDIATRIK
I. PENDAHULUAN
Membuat diagnosa fisik tanpa pemeriksaa laboratorium, pada dasarnya
memerlukan perhatian besar. Kemampuan verbal dan perasaan dibutuhkan
seorang dokter untuk mengidentifikasi manifestasi penyakit dengan menemukan
tanda dan gejala. Keuntungan dari data riwayat/anamnesis dan pemeriksaan fisik
digunakan untuk membuat diagnose, terapi dan prognosis secara sistematis dan
analisis kritis.
Terdapat dua langkah dari membuat diagnose fisik, ini adalah koleksi data
dan analisis data.
A. Pengumpulan Data
(1). Data Subjektif
Semua informasi atau data dari pasien yang dating ke dokter disebut
data subjektif. Mampu dalam kemampuan verbal atau keterampilan komunikasi
dan membuat laporan yang baik dalam hubungan intrapersonal agar berhasil
dalam mengumpulkan data subjektif. Data subjektif juga ditemukan dan dimulai
dari autoanamnesis/anamnesis dan heteroanamnesis/alloanamnesis.
B. Analisis Data
Analisis data yang dil;akukan oleh seorang dokter tidak hanya dilakukan
setelah melengkapi data, tapi juga informasi yang menguntungkan. Sebelum
pemeriksaan spesifik telah dilakukan, dokter harus mampu membuat analisis dan
ringkasan dari pemeriksaan dari data yang tepat. Dengan itu, dokter dapat
mendiagnosa penyakit.
Hanya dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter harus dapat
mengelompokkan diagnose klinik secara benar, seperti misalnya malnutrisi, defek
kongenital, hemiplegia, paraparesis, faringitis, abces, dan lain sebagainya. Lebih
dari itu, untuk diagnosa yang pasti hanya dari data anamnesis yang diperlukan,
seperti misalnya stress(disebabkan oleh ketakutan, pemeriksaan tatap muka, hati
yang hancur, dan lainnya) yang dinyatakan dengan anamnesis.
Aktifitas mengumpulkan data dan analisis meliputi :
a. Aktifitas motorik, seperti anamnesis dan pemeriksaan.
b. Aktifitas mental, seperti kesiapan dan kemampuan untuk membuat persepsi
dari fakta yang ditemukan, kemudian kritik dalm membuat kesimpulan dan
kebijakan untuk melangkah.
c. Kemampuan intelektual mengenai relasi konsep teoritis yang baik dan
kemampuan untuk menganalisis.
II. KEUNIKAN PEMERIKSAAN PEDIATRIK
Konsep dan teknik medis, untuk membuat pemeriksaan dalam pediatrik,
dasar, yang sama dengan orang dewasa. Terdapat keunikan atau teknik yang
spesifik dari pemeriksaan pediatrik, seperti misalnya:
1. Pola dan manifestasi penyakit berbeda dari dewasa, oleh karena itu,
dibutuhkan riwayat yang tepat dan pemeriksaan fisik.
2. Terkadang dalam pediatrik, riwayat didasari pada hetero-anamnesis,
perasaan anak kecil tidak selalu sama dengan complain yang dinyatakan
oleh orang tua. Ibu hanya melihat secara subjektif atau menggambarkan
secara berlebihan mengenai tanda-tanda dan gejala-gejalayang disebabkan
karena kecemasan mereka, dan berharap dokter memberikan obat yang
efektif.
3. Pemeriksaan pediatrik diperlukan untuk mendapatkan perhatian lebih,
keterampilan yang baik, dan kesabaran.
4. Pasien anak kecil seringkalitidak bekerjasama (menangis, meronta),
sehingga beberapa pemeriksaantidak dapat dilakukan, seperti misalnya
melaksanakan reflex, inspeksi mukosa konjungtifa dan auskultasi suara
jantung.
5. Perintah implementasi dari modifikasi pemeriksaan; seperti misalnya
pemeriksaan kepala dilakukan terakhir, seringkali pemeriksaan kepala
membuat anak kecil takut. Auskultasi suara jantung dilakukan di awal.
6. Metode dari perkusi yang dijalankan secara halus dan lembut, karena
dinding dari cavitas tubuh sangat tipis.
7. Regio axilla adalah bagian yang penting dalam auskultasi thorax, diantara
bagian kiri dan kanan, yang mana bagian lateral dari dinding torax.
8. Peralatan dari pemeriksaan yang sesuaidengan tubuh atau bagian dari
ukuran tubuh seperti misalnya kepala stetoskop (khususnya untuk bayi),
ukuran manset (panjang dari lengan atas yang tepat), timbangan berat,
stadiometer, infantometer, dan lain sebagainya.
9. Terdapat referensi yang berbeda dalam perbandingan ukuran dengan
ukuran normal orang dewasa, antara laboratorium dan lainnya; seperti
misalnya tekanan darah, Hb, Hmt, rasio bagian tubuh.
10. Beberapa tanda atau tanda-tanda patognomis berbeda antara anak kecil
dan orang dewasa, seperti misalnya kriteria dari sepsis neonatal yang
spesifik, berbeda dengan kriteria pada orang dewasa; pada tetanus
neonatorum, kontraksi otot masseter seperti mulut ikan bukan seperti risus
sardonicus.
III. ANAMNESIS
Mahasiswa kedokteran harus dapat mempraktikkan anamnesis, tidak
hanya menanyakan beberapa pertanyaan kepada pasien atau orang tua dengan
dafatar pertanyaan tapi bagaimana menanyakan pasien dan membuat pertanyaan
yang dijawab menjadi perintah atau rangkaian pada jalur yang benar dengan
riwayat penyakit yang tepat.
Tujuan dari anamnesis adalah :
a. Merekonstruksi riwayat penyakit yang diderita oleh pasien. Jika data yang
didapatkan jelas dan berarti, akan sangat berguna untuk digunakan dalam
menganalisa untuk penegakkan diagnose. Pengetahuan dari riwayat alami dari
sebuah konspe penyakit adalah penting.
b. Menyatakan faktor resiko yang relevan untuk diagnosis, pencegahan, dan
prognosis.
c. Mengetahui usaha dari pengobatan yang telah diberikan oleh diri sendiri,
dokter, obat-obatan alternatif, dan bagaimana efek dari pengobatan. Jika di
masa lampau terapi diberikan oleh dokter atau paramedis, selanjutnya
informasi 1) dianalisis dan diinterpretasikan untuk mengetahui diagnosis yang
telah dibuat dan juga terapi pendidikan. 2) baik itu terapi akhir dari obat
spesifik, seperti misalnya aturan hidup untuk tuberculosis, diabetes mellitus,
demam rematik, asma dan lain sebagainya. 3) Nasihat spesifik yang telah
diberikan, seperti misalnya kontrol secara regular, manifestasi alergi,serangan,
dan lain sebagainya.
3. Riwayat Personal
Riwayat dari perhatian atas intrauterine (antenatal),perhatian tenaga kerja
dan postnatal. Lahirnya riwayat terutama penting selama 2 tahun pertama
kehidupan dan untuk neurological dan pendalaman masalah. Laporan
rumah sakit harus melihat jika informasi pertama dari orang tua
mengindikasikan kesusahan signifikan mulanya, selama atau setelah
disampaikan.
- Prenatal (parhatian antenatal)
Berapa kali seorang ibu mengunjungi dokter selama kehamilan?
Minimal, seorang ibu harus mengunjungi dokter sebanyak 4 kali
selama kehamilan; satu kali pada trimester pertama(sebelum minggu
ke 14), satu kali pada trimester kedua(sebelum minggu ke 28) dan
kedua pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sebelum
minggu ke 36). Menanyakan tentang vaksin yang dia dapatkan
sebelum kehamilan, khususnya tetanus toxoid, dan berapa kali vaksin
yang dimasukkan. Menanyakan mengenai suplemen Fe selama
kehamilan.
Kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan, termasuk nutrisi dan
penyakit spesifik yang berelasi atau kesulitasn selama kehamilan;
dosis dan durasi seluruh obat yang digunakan selama kehamilan;
keuntungan yang diperoleh; pendarahan vagina; durasi selama
kehamilan; perhatian perilaku parental terhadap kehamilan dan
kedudukan sebagai orang tua secara umum dan anak khususnya.
- Perhatian natal :
Riwayat mengenai perhatian natal termasuk tanggal dan tempat
kelahiran, yang memperhatikan penyampaian, yang mana obstetrisian
atau bidan, proses penyampaian (spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi
vacuum, pembagian cesar), gestasi multiple, kondisi yang benar
setelah penyampaian dan morbiditas pada hari pertama setelah
kelahiran. Usia kehamilan juga penting untuk ditanyakan, yang mana
preterm, aterm dan posterm. Usaha respirasi setelah kelahiran juga
penting untuk ditanyakn, ketika bayi menangis secara spontan atau
tidak. Berat kelahiran dan panjang juga penting. Relasi morbiditas
untuk menyampaikan dan ketika neonates harus ditanyakan, termasuk
asphyxia, trauma, infeksi intrapartum, icterus, dan lain-lain. Ini
berelasi dengan masalah yang hadir.
- Perhatian postnatal :
Kunjungan yang tetap untuk memeriksa kondisi ibu dan kondisi
neonates dan di mana mereka melakukannya(rumah sakit, komunitas
pusat kesehatan).
Pemberian riwayat ini dan kesimpulan dari riwayat status nutrisi.
Pemberian riwayat secara khusus penting selama 2 tahun pertama
kehidupan dan dalam hubungan dengan masalah di bawah dan kelebihan
nutrisi. Dengan pemberian riwayat kita juga dapat menanyakan mengenai
makanan yang dikonsumsi oleh anak sebelum sakit (masa yang pendek)
atau sejak masa pertumbuhan (masa yang panjang). Kemudian mengukur
kualitas dan kuantitas, apakah cukup atau kurang yang merujuk pada nilai
nutrisi.
- Masa pertumbuhan :
o Menyusukan : frekuensi dan durasi yang diberikan, menggunakan
pamberian keseimbangan dan tambahan, kesulitan bertemu, waktu
dan metode pemberhentian.
o Pemberian tambahan : tipe, konsentrasi, jumlah, dan frekuensi
pemberian, kesulitan (memuntahkan, mulas, diare) pertemuan,
waktu dan metode pemberhentian.
o Makanan keras : tipe dan jumlah yang diberikan kepada bayi,
ketika diperkenalkan, respon bayi, perkenalan dan table makanan,
pemberian diri sendiri, parental dan respon bayi dari proses
pemberian makanan.
- Masa kanak-kanak :
o Menanyakan makanan suplemen, usia ketika diberikan pertama
kali, tipe, jumlah, dan jadwal. Perilaku orang tua terhadap
makanan secara umum dan terhadapa anak yang kurang atau
berlebihan makan, respon orang tua untuk masalah pemberian
makanan (jika ada). Catatan diet lebih dari 7 sampai periode 14
hari mungkin memerlukan penilaian akurat dari masukan makanan
ketika ada masalah pemberian makan di masa kanak-kanak.
Pertumbuhan dan Pengembangan riwayat
Hal yang penting selama masa pertumbuhan dan masa kanak-kanak dan
hubungan dengan masalah pertumbuhan fisik yang lambat, psikomotor,
dan retardansi intelektual dan gangguan perilaku.
- Pertumbuhan fisik : Kenyataan berat dan tinggi ketika kelahiran dan
pada 1,2,5 dan 10 tahun; riwayat mengenai keuntungan lambat atau
cepat atau kerugian; erupsi gigi dan kehilangan pola.
- Pengembangan Milestone (lihat app 1) : untuk anak-anak dibawah 5
tahun, menanyakan pengembangan milestone dalam motorik yang
kasar, motorik yang baik, personal-sosial, dan adaptasi-bahasa. Untuk
usia sekolah,pengembangan dinilai dengan evaluasi hasil studi mereka,
sebagai contoh jika seorang anak terlalu tua di kelasnya atau gagal
untuk mencapai kelas untuk beberapa waktu, itu menjadi peranan
penting bagi kita untuk pengembangan kecacatan kognitif. Kondisi ini
seringkali menjadi dasar dari emosional murni (ketakutan anoreksia
pada remaja) atau organik (hiperaktifitas dalam penderitaan anak-anak
dari kurangnya perhatian).
Riwayat imunisasi
Ini adalah penting untuk ditanyakn mengenai status imunisasi, dasar
imunisasi atau penyokong, khususnya BCG, DPT, Polio, campak dan
Hepatitis-B dan juga imunisasi lainnya, seperti misalnya MMr, Hepatitis-
A dan Hib. Imunasai itu ditanyakan untuk mengetahui proteksi pediatric
dan juga untuk menolong diagnose (lihat app 2).
Tanggal spesifik administrasi vaksin harus dicatat sehingga terus-menerus
program pendukung dapat terjaga seluruhnya di masa kanak-kanak dan
masa remaja. Reaksi terhadap vaksin spesifik juga harus dicatat.
Status sosial-ekonomi dan lingkungan
Hal yang penting kondisi lingkungan adalah kondisi rumah, berapa orang
yang tinggal dan dengan siapa anak tinggal, lokasi (kota yang ramai,
pinggiran kota atau pedesaan), lingkupan, sanitasi, dan lain-lain. Apakah
ada orang yang sakit di dalam rumah?
Terdapat beberapa kondisi yang menyebebabkan morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan dengan social-ekonomi dan lingkungan, seperti
misalnya malnutrisi dan tuberculosis.
1. INSPEKSI
Inspeksi artinya melihat secara berhati-hati dengan mata atau dengan peralatan.
Seringkali, ini adalah langkah pertama dalam melakukan pemeriksaan fisik.
Inspeksi dapat dilakukan untuk seluruh tubuh atau hanya beberapa bagian tubuh.
2. PALPASI
Palpasi artinya melakukan pemeriksaan dengan sentuhan. Bagian yang lebih
sensitive seringkali pada permukaan jari, dengan atau tanpa palmar; dan bagian
yang paling sensitive untuk suhu adalah bagian dorsal jari II-IV.
3. PERKUSI
Perkusi adalah uji yang digunakan dengan metode mengetuk pada permukaan
tubuh dengan jari, untuk mendeteksi massa dibawah dinding tubuh.
Suara yang dapat diproduksi dari perkusi adalah :
*Datar : mengindikasikan masa yang keras di bawah dinding tubuh
(tulang, otot; seringkali tidak dilakukan)
*Tumpul : mengindikasikan massa yang besar di bawah dinding tubuh.
(liver, tumor yang padat, kista, cairan)
*Resonansi : mengindikasikan massa aerogen di bawah dinding tubuh.
(normalnya jaringan jantung)
*Hiper-resonansi : suara resonansi yang berlebihan
*Timpani : mengindikasikan adanya udar di bawah dinding tubuh
(abdomen)
Teknik perkusi pada anak-anak sama dengan pada orang dewasa, tapi
seringkali kita mengetuk dengan lemah lembut. Perkusi dapat dilakukan dengan
mengetuk bagian tengah kiri jari antar phalanx II dan III, dengan jari tengah bagian
kanan. Untuk mencari garis jantung, kita mengidentifikasi perubahan suara dari
resonansi sampai relatif tumpul. Terkadang sulit untuk menemukan sejumlah kecil
cairan dengan perkusi.
4. AUSKULTASI
Tujuan dari auskultasi adalah untuk mendengarkan suara dari aaktifitas organ (di
dalam tubuh), seperti jantung, paru-paru, dan traktus gastrointestinal. Auskultasi
pada anak kecil membutuhkan stetoskop yang spesifik, kita dapat
menggunakannya dengan diameter 1 inch atau membrane dengan diameter 1,2-
1,5 inch. Untuk neonatus, khususnya pada bayi yang beratnya rendah, dibutuhkan
diameter yang lebih kecil untuk bell atau membrane. Kami memilih yang earpiece
yang cocok, sehingga dapat melengkapi suara bagian luar. Hal ini berbicara
mengenai stetoskop yang spesifik untuk pemeriksaan, jadi jika mereka
menggunakan stetoskop yang berbeda, ini akan menurunkan sensitifitas dalam
mendeteksi suara.Teknik auskultasi pada anak-anak sama dengan pada orang
dewasa. Perhatian khusus diberikan pada hal berikut :
Auskultasi dada
- Menunjukkan auskultasi jantung untuk pertama kalinya, dan kemudian
auskultasi paru-paru, khususnya untuk anak-anak yang tidak bisa
bekerja sama.
- Jangan lupa untuk mendengarkan murmur vaskular, jika terdapat
indikasi.
- Mendengarkan dengan cermats suara normal jantung pertama kali, dan
kemudian mendengarkan suara murmur. Jika kamu menemukan suara
murmur, dengarkan dengan cermat untuk mendapatkan deskripsi yang
rinci. Lakukan hal yang sama dengan auskultasi paru-paru.
Auskultasi abdomen
- Lakukan auskultasi pertama kali sebelum perkusi
Mendengarkan dengan telinga dan mencium dengan hidung tanpa alat (suara
bernapas/ suara batuk dan bau yang abnormal) harus di praktikkan, karena hal
tersebut dapat memberikan informasi yang penting.
Hal yang penting untuk diperhatikan :
a. Kondisi umum : pada langkah pemeriksaan ini, mengidentifikasi tanda-tanda;
tanda-tanda ini akan menggambarkan secara spesifik mengenai organ yang
berelasi, jika terdapat indikasi.
1. Kemampuan untuk mengakui munculnya tanda-tanda umum dari pasien
mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk dipraktikan; terkadang ini
melihatkan diagnosis atau kondisi, yang dibutuhkan dalam penyembuhan.
a) Kemunculan dari beberapa penyakit/yang diderita : evaluasi primer
untuk menetapkan pengaturan dengan segera : seperti misalnya
berbaring, analgesic, transquillizer, anticonvulsant, dan lain-lain. Jika
kebutuhan mengetahui angka Karnofsky.
b) Abnormalitas pernapasan : dispneu, apneu, takhipneu, brakhipneu,
hiperpneu/nyperventilation, Cheyne-Stokes, Biot, stridor, desahan.
c) Yang terlihat secara umum kita dapat memperkirakan abnormalitas
suara (tanpa stetoskop) : suara tangisan (mengejang, cri du chat,
menangis dengan lemah), mendengkur, kecacatan berbicara (aphoni,
aphasia,bisu, keserakan pada laryngitis, kelumpuhan suara nasal pada
pallatum molle), batuk.
d) Posisi yang diwajibkan (orthopneu pada asma, kesalahan jantung,
appendiksitis).
e) Abnormalitas pergerakan (kelumpuhan, hemfarises, tremor, balismus,
chorea, atetoid, hahnen Tredgang, cara berjalan yang lebar,
convulsion, dan lain-lain).
b. Pemeriksaan kulit dan mukosa
Pemeriksaan adalah :
1. Inspeksi
a) Pigmentasi (putih, kuning, coklat, hitam).
b) Alterasi warna (puvat, kemerahan, vitiligo, ruam, berdarah) : anak-
anak dengan prevalensi anemia. Terdapat banyak penyakita pediatric
dengan ruam, petechia (dan manifestasi pendarahan lainnya) juga tidak
selalu pada anak-anak, icteric, venectasia, caput medusa,
telangiectasia.
c) Cyanosis (ekstremitas, umum)
d) Edema (local, umum/anasarca), lesi kulit (squama, lichenification,
bekas luka, tumor kulit).
e) Mukosa : pucat, hyperemia, titik koplik, titik Bitot pada sclera.
2. Palpasi :
Dengan palpasi kita dapat memeriksa :
a) Kondisi kulit : temperature, kelembapan kulit, permukaan kulit,
tekanan kulit kondisi sub dermal, edema, (springy, scleredema atau
edema berbintik), elastisitas kulit, tumor (keras bekas luka, springy
lymphoma; fluktuasi kista, abses).
b) Sensasi kulit (Hypesthesia, noemal, hyperesthesia) pada anak-anak
adalah kesusahan dalam mengukur.
c) Nodus Limfa
Pemeriksaan primer adalah palpasi : pembesaran (local, umum),
single, banyak, ukuran, inflamasi. Pemeriksaan supraclavicular nodus
limfa pada anak-anak adalah penting, karena dengan prevalensi yang
tinggi untuk menemukan kerusakan yang lainnya (tumor, inflamasi)
dalam pengeringan region yang menghubungkan dengan limfa nodus.
PEMERIKSAAN SPESIFIK
Pemeriksaan spesifik termasuk bagian tubuh (kepala, leher, dada, abdomen,
anogenital,ekstremitas) juga berelasi dengan organ dan fungsi. Untuk anak-anak,
pemeriksaan yang menakutkan harus dilakukan pada pertemuan terakhir, sebagai
contoh pemeriksaan kepala menggunakan peralatan medis (lampu, otoscop, spatula
lidah, dan lain-lain).
1. Pemeriksaan leher
Beberapa pemeriksaan anak-anak membutuhkan perhatian khusus :
- Pemeriksaan limfa nodus : pembesaran limfa supraclavicular, banyak,
tanda tanpa inflamasi suspek primer TB paru-paru, khususnya
dibawaha nutrisi.
- Jika terdapat pembesaran pada leher, yakinkan bahwa kelenjar parotid
(seringkali pembesaran dibawah telinga) atau pembesaran kelenjar
limfa (lokasi bisa dimana saja).
- Pemeriksaan tekanan vena jugulare untuk bayi adalah sulit.
2. Pemeriksaan dada
a. Pemeriksaan Dinding Dada
Morfologi thorax dapat menggambarkan kondisi mengenai dinding dada
dan organ intrathoracal. Perhatikan dengan hati-hati mengenai :
emphysematous, retraksi, dada corong (seringkali obstruksi jalannya
udara), dada merpati, vausseur cardiaque, costa, pergerakan simetris,
retraksi (supraclavicular, suprasternal, infrasternal, infrasternal, subcostal,
intercosta). Palpasi di anata costa adalah penting jika di area tersebut
menonjol. Dinding dada pada anak-anak seringkali tebal, hanya
membutuhkan perkusi yang halus.
b. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung harus dilakukan sebelum paru-paru. Auskultasi
membutuhkan kehati-hatian untuk mendeteksi abnormalitas congenital.
c. Pemeriksaan paru-paru
Jika terdapat abnormalitas pada inspeksi dinding dada, pemeriksaan paru-
paru harus dilakukan secara berhati-hati karena hal itu memungkinkan
bahwa etiologi dari sistem respirasi. Saat melakukan inspeksi pada dad,
posisi dokter harus pada area sagital dari kaki pasien. Bandingandada kiri
dan dada kanan pada anak-anak lebih mudah karena ukuran paru-paru
yang masih kecil, sehingga membuat pemeriksaan mudah untuk
mendeteksi abnormalitas paru-paru. Jika terdapat perbedaan antara kanan
dan kiri paru dalaam inspeksi, palpasi, dan auskultasi menunjukkan
abnormalitas salah satu paru.
3. Pemeriksaan Abdominal
Pemeriksaan abdominal dimulai dengan inspeksi yang diikuti oleh auskultasi
dan lainnya. Inspeksi abdomen harus ditunjukkan dengan pemeriksaan thorax.
Dalam neonatus, jangan lupa untuk memeriksa tali umbilical. Jika hal itu
dihubungkan, yakinkan bahwa tidak adagranuloma atau hernia. Dinding
abdominal adalah yang terbaik untuk memeriksa tekanan kulit dan elastisitas.
Palpasi abdominal pada anak-anak seringkali tidak sulit jika anak kecil
bekerja sama. Dinding abdominal terlihat membesar menunjukkan
meteorismus, cairan(kista, acites, hydronephrosis), vesica urinaria yang
penuh, atau tumor yang keras (pembesaran organ, neuroblastoma,
nephroblastoma, akumulasi feses pada kongenital megakolon).
Pada pemeriksaan perubahan ketumpulan, setelah garis antara timpani dengan
tumpul ditemukan, mencondongkan pasien(jari untuk dasar perkusi tidak
dipindahkan dari garis batas), setelah itu perkusi pada bagian lawan.
Pemeriksaan ascites dengan oleh uji berombak tidak sensitive untuk cairan.
Jangan lupa untuk memeriksa inguinal hernia.
4. Pemeriksaan Anogenital
Terdapat beberapa kecacatan kongenital dan acquisital pada anogenital, yang
mana:
a. Kongenital : kecacatan genital eksternal : scrotal hernia, hypospadia,
epispadia, penurunan testis, hermaphodyte, kelainan genital, imperforate
hymen, imperforate anus.
b. Acquisital : hydrocele, diaper rash, infeksi, fimosis, parafimosis.
Anomali tersebut harus dibayar dengan memperhatikan bayi.
5. Pemeriksaan Ekstremitas
Pada keadaan pendek ukuran ekstremitas harus mengilustrasikan pertumbuhan
anak. Lingkaran ekstremitas atas digunakan sebagai salah satu parameter.
Pseudohypertrophy pada otot bawah kaki dalam DMD (Duchene Muscular
Dystrophy). Beberapa kecacatan morfologi hadir dalam anomali kongenital
(pes equinovarus/equinovalgus, phocomelia, syndactilu dan kecacatan jari
lainnya, garis simian, dan lain-lain)
Pergerakan yang aktif atau gaya berjalan terkadang memiliki arti yang banyak
dalam diagnosis. Penundaan kemampuan bergerak dapat diilustrasikan
menunda pengembangan motorik atau kecacatan neurological. Terdapat
beberapa perilaku yang spesifik dan pergerakan pada beberapa penyakit;
posisi spesifik dari duduk atau berbaring pada DMD, gaya berjalan
monoparalitic pada post polio, gaya berjalan yang lebar dapat meningkatkan
tekanan intracranial, gaya berjalan atetoid pada cerebral palsy, Sydenham
chorea pada demam rematik.
Untuk mengukur usia kehamilan saat bayi lahir, tunjukkan angka Dubowitz dengan
komponen sebagai berikut : karakteristik fisik dan neurologi. Jumlah total antara
karakter fisik dan neurologi dapat memastikan usia kehamilan berdasarkan standar
grafik (lihat pada gambar).
Terdapat refleks primitif pada neonatus, hal yang penting adalah :
- Refleks Moro : respon asimetris kerusakan sistem saraf pusat
- Refleks menggenggam
- Refleks tonik leher : abnormalitas kerusakan sistem saraf pusat
Refleks primitif adalah reflex yang terlihat dan tidak terlihat berdasarkan periode
pengembangan.
Prosedur Implementasi :
1. Mengambil riwayat penyakit anak dari ibu secara efektif dan efisien.
2. Menuliskan data mengenai rekam medis dan membuat hipotesis dari riwayat
yang telah didapatkan.
LAMPIRAN I
Perkembangan fisik dan mental anak-anak umur 0-5 tahun (motorik kasar dan baik,
emosiaonal, social, perilaku, dan bahasa)
0-3 bulan
Mencoba untuk mengangkat kepala
Mengikuti benda dengan mata
Merespon dengan wajah dan senyuman
Merespon suara
Menuruti ibunya dengan mencari, mencium, mendengar, dan kontak
Bersuara
3-6 bulan
Mengangkat tangan 90°
Mencoba untuk meraih benda
Meletakkan benda ke dalam mulutnya
Tertawa atau berteriak selama bermain
Berusaha untuk mencari benda yang hilang
6-9 bulan
Mampu untuk menghadap ke bawah dan ke atas
Mampu untuk duduk sendiri
Mampu untuk merangkak
Mengambil barang dengan satu tangan
Berbicara beberapa kata
Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
Takut menghadapi orang lain
Berpartisipasi dalam tepuk tangan atau bersembunyi dan mencari
9-12 bulan
Mampu untuk berdiri tanpa ditolong
Berjalan dengan bantuan tangan
Mencoba untuk mengatakan satu atau dua kata
Mengerti komando yang sederhana
Selalu mencoba untuk meletakkan benda ke dalam mulutnya
Berpartisipasi dalam bermain
12-18 bulan
Berjalan dan menggali di dalam rumah dan sekelilingnya
Mampu untuk menumpuk 2 atau 3 kubus
Mengatakan 5-10 kata
Menunjukkan kecemburuan dan kompetisi
18-24 bulan
Berjalan naik dan turun tangga
Mampu menumpuk 6 kubus
Berpusat pada mata dan hidungnya
Mampu untuk menyusun sebuah kalimat dengan 2 kata
Mencoba untuk makan sendiri
Mencoba untuk mengontrol urinary dan defekasi
Memperhatikan apa yang telah dilakukan
Bermain dengan anak-anak lain
2-3 tahun
Melompat, memanjat
Membuat jembatan dengan 2 kubus
Mampu membuat kalimat sederhana
Mampu untuk menggambar lingkaran
3-4 tahun
Berjalan sendiri mengunjungi tetangga
Belajar menggunakan pakaian sendiri
Menggambar orang dengan kepala dan peti
Mengetahui 2 atau 3 warna
Berbicara dengan baik, menyebutkan nama orang lain, jenis kelamin dan
usia
Menanyakan bagaimana bayi dilahirkan
Mengetahui bagian atas, bawah, depan dan belakang
Mampu untuk melakukan tugas
4-5 tahun
Melompat, menari
Menggambar orang dengan kepala, tangan dan peti
Menggambar segiempat dan segitiga
Mampu untuk menghitung jari, menyebutkan hari dalam seminggu
Mengkomplain larangan yang dia lakukan
Mengetahui 4 warna
Menilai bentuk dan ukuran suatu benda, membedakan besar dan kecil
Memperhatikan aktifitas orang dewasa
LAMPIRAN 2
JADWAL IMUNISASI
I. IDENTITAS
a) Anak
Nama :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat :
b) Orang tua
Nama ayah :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Usia ketika menikah :
Nama ibu :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Usia ketika menikah :
Keluhan Utama :
Kehadiran Penyakit :
Penyakit Keluarga :
Silsilah :
B. Riwayat personal
1. Riwayat perinatal
Perhatian Postnatal :
Lanjutan
2. Kebiasaan makan
Lanjutan
4. Imunisasi
BCG
DPT
Polio
Measles
Hepatitis B
Imunisasi lainnya
Status sosial-ekonomi
Status Lingkungan
HIPOTESIS
KETERAMPILAN BEDAH MINOR
PENDAHULUAN
A. PERLENGKAPAN
Peralatan bedah minor dibedakan menjadi : pemotong, pemegang dan alat
penarik.
1. Alat Pemotong
Alat pemotong dibedakan menjadi pisau bedah dan gunting.
a. Pisau bedah
Terdapat dua tipe pisau bedah :
(1) Pisau bedah yang dapat dipisahkan antara pegangan dan mata
pisau. Adalah yang sering digunakan.
(2) Pisau bedah yang tidak dapat dipisahkan antara pegangan dan mata
pisau.
Terdapat beberapa ukuran dan bentuk dari pegangan pisau atau
mata pisau, tapi yang sering digunakan adalah pegangan no.3 dan
mata pisau no. 10, 11 dan 15. Mata pisau no. 10 biasanya
digunakan untuk mengiris kulit, no.11 untuk mengiris bengkak,
dan no. 15 biasanya digunakan untuk membuat sebuah presisi dan
irisan bengkok.
b. Gunting
Terdapat beberapa bentuk dan ukuran gunting :
(1) Gunting Mayo. Sebuah pasangan yang besar yang digunakan
untuk memotong fascia atau tendon. Terdapat dua jenis dasar dari
matanya, dengan mata melengkung dan mata yang lurus.
(2) Gunting Metzanbaum atau Macindoes. Sebuah gunting halus untuk
diseksi dan memotong jaringan, juga dengan dua jenis mata :
melengkung dan lurus. Kedua gunting memiliki satu atau kedua
bagian yang tumpul.
(3) Gunting tajam, kedua bagian adalah tajam dan seringkali
digunakan untuk diseksi dengan presisi tinggi. Dasar mata
dibedakan menjadi 2, dasar melengkung dan dasar yang lurus.
(4) Pembalut dan gunting sutura. Gunting yang mempunyai bentuk
khusus; mata dari gunting tebal dan tumpul.
2. Alat pegangan
Alat pegangan dibedakan menjadi 3 : pemegang jarum, penjept dan
gunting tang.
a. Pemegang jarum
Alat ini seringkali dilengkapi dengan sebuah kunci pada bagian bawah.
Seperti mata pisau, alat ini juga ada dalam berbagai ukuran : pendek sedang,
dan panjang. Sebuah pemegang jarum dapat digunakan dengan tepat sesuai
dengan ukuran jarum.
Gambar pemegang jarum
b. Penjepit
Digunakan untuk memegang jaringan selama diseksi. Terdapat 3 jenis
penjepit:
(1) Gigi yang tajam(=penjepit bedah), memungkinkan untuk menjepit dan
memegang jaringan. Tidak digunakan untuk memegang jaringan seperti
peritoneum dan pleura.
(2) Penjepit yang halus (tidak bergigi=penjepit anatomi), seringkali digunakan
untuk memegang spon untuk membersihkan luka.
(3) Penjepit Adson/penjepit jaringan, gigi yang bhalus seringkali untuk
permukaan sutura kulit.
c. Klem
Klem digunakan menggengam, pegangan dengan kuat, atau digunakan
untuk menarik objek dan fiksasi jaringan selama diseksi. Terdapat
beberapa jenis klem :
(1) Klem hemostatis, digunakan untuk mengengam pada perdarahan
pembuluh darah/arteri selama operasi, memiliki gigi pengunci, dengan
2 jenis:lurus dan melengkung.
(2) Klem Allis, gigi tajam yang haus atau penjepit yang tidak bergigi
untuk memegang jaringan kulit dan fascia, untuk jepitan jaringan.
(3) Klem Kocher, jepitan yang kuat yang memiliki mata tajam dengan gigi
pengunci, yang digunakan untuk traksi pada jaringan yang kuat.
(4) Klem Cunam, lubang khusus di ujung gunting tang biasanya
digunakan untuk memegang spons, gauze, atau kapas untuk
membersihkan darah yang keluar dari irisan bedah atau
membersihkan.
3. Alat retraksi
Dua jenis retraksi yang mungkin, satu yang dapat dipegang oleh tangan
selama pembedahan, yang lainnya adalh pada bagian kiri dapat meretraksi
jarinagn tanpa dipegang. Ukuran, panjang dan bentuk dapat bervariasi. Jika
retraktor memiliki ujung yang tajam, itu tidak dapat digunakan untuk
pembuluh darah atau organ cavitas.
B. TEKNIK ASEPTIK
Komplikasi yang paling sering dalam pembedahan harus selalu tepat dan
mencegah infeksi. Prosedur aseptik membolehkan kita untuk menyediakan dan
memelihara lingkungan yang bebas dari kontaminasi bakteri sebisa mungkin.
Konsep dasar dari prosedur ini untuk membatasi bakteri yang masuk dari
lingkungan ke dalam luka.
Prosedur aseptic terdiri dari tiga langkah :
1) Operatif pada tempat yang steril.
2) Tim steril pembedahan, yang secara khusus bagian tubuh mengalami kontak
secara langsung.
3) Peralatan dan perlengkapan yang steril.
b. Ethylenoxyde
Sterilisasi kimia adalah cara yang tepat untuk disinfeksi peralatan yang
tidak tepat untuk panas uap air yang terbuka tapi dapat ditolerasi
dengan uap lembab, seperti misalnya plastik atau peralatan latex.
Dapat diberikan ethylenoxyde dan meletakkannya ke dalam autoclave
dengan temperatur 50-60°C untuk 3 jam.
d. Radiasi Gamma
Metode ini digunakan untuk disinfektan peralatan yang tidak cocok
dalam pemanasan.
e. Filtrasi
Peralatan cair selalu disterilkan menggunakan filtrasi melewati
saringan 0,22 micron Millipore. Sterilisasi peralatan akan dilakukan
pada posisi yang fungsional dan tempat sterilisasi.
C. PENJAHITAN
1. Bahan Menjahit ( Benang )
a. Berbagai pilihan dari bahan menjahit dan dan kombinasi-kombinasi
penjahitan adalah untuk dapat digunakan hari ini. Pilihan menjahit untuk
prosedur utama harus menjadi dasar bagi karakter fisik dan biologis
material dari benda penjahitan, ukuran dan penyembuhan dari suatu
jaringan yang dijahit.
b. Karakteristik dari bahan penjahitan harus didasarkan pada tensil yang dari
bahan yang dipilih.
c. Tipe yang mungkin digunakan dari bahan penjahitan yang mungkin dapat
diabsorpsi dan tidak, natural dan sintesi,multifilament atau satu,tidak
berwarna atau tidak. Bahan benang yang multifilament dapat
mengabsorpsi cairan dari jaringan dan oleh karena itu dapat menyebabkan
produksi media yang baik untuk bakteri.
d. Absorbsi bahan benang dapat terlihat pada bagian implantasi, seperti
misalnya:
- Kolagen
- Catgut
- Asam poliglokolik (dekson)
- Asam poliglatik ( vicryl )
- Polidioxanon (PDS)
e. Bahan benang yang tidak dapat terabsorpsi tidak dapat terlihat dari bagian
implantansi dan oleh karena itu harus dihilangkan dalam beberapa
waktu.Bahan yang tidak dapat diserap antara lain :
- Silk (multifilament)
- Stainles (monofilament)
- Nilon (etilon)
- Polypropylene
g. Bahan-bahan elastic seperti misalnya silk dan polyester adalah cukup kuat
untuk melawan keregangan. Oleh karena itu bahan ini sering digunakan
untuk mengikat.
h. Bahan sutura dengan permukaan yang kasar tidak dapat digunakan untuk
jaringan yang sensitive, seperti misalnya mata dan mukosa intestinal tetapi
bahan ini dibutuhkan untuk membuat simpul dan melanjutkan penjahitan.
2. JARUM
a. Ada jarum yang didisain untuk digunakan dengan peralatan ( pemegang
penjepit jarum) dan jarum dapat dipegang secara langsung dengan tangan
kosong.
b. Jarum dibuat dari lapisan stainles dengan bahan khusus yang memungkinkann
untuk merobek jaringan.
c. Terdapat 3 komponen dasar dari jarum: titik akhir jarum bagian tengah dan
bagian bawah (dasar).
d. Jarum atromatik tidak memiliki lubang pada bagian bawah dari bagian akhir
jarum ke benang, saat tipe mayor dan tipe mayo dan tipe frens memiliki
sebuah lubang untuk dilewati benang.
e. Jarum dapat berbentuk atau melengkun dengan berbagai bentuk , ukuran, dan
diameter.
f. Jarum yang lurus jarang digunakan
g. Jarum melengkung dapat digunakan untuk penjahitan kulit atau struktur yang
dalam. Terdapat beberapa ukuran jarum lengkung, termasuk 3,I,1 dan
lingkaran N.
3. Simpul
Terdapat 5 bentuk yang dapat diperhatikan saat membuat simpul.
1) Tipe Simpul :
- Simpul segiempat
- Simpul bedah
- Simpul Granny
Metode 2 :
4) Membuat simpul dengan alat
5) Potongan simpul
Jahitan harus dipotong dan ditutup dengan simpul. Membuka tepi dari
guntingan yang harus mengalami kontak dengan jahitan, siap untuk
dipotong, memindahkan simpul dan menyimpul 45° dan akhirnya
dipotong dengan simpul. Hal ini penting untuk memotong benang dan
struktur jahitan untuk mencegah jahitan yang terbuka.
Perhatian :
1. Jika simpul terlaltu rapat, luka akan terasa sakit dan jahitan akan
meninggalkan bekas
2. Simpul harus membuat batas luka, yang mana vaskularisasi adalah yang
terbaik.
4. Menutup luka
Sebuah luka dapat tertutup dengan jahitan minor, interupsi atau
berkelanjutan.
a. Jahitan minor dapat dibuat secara interupsi atau berkelanjutan
b. Jahitan kasur dapat dibuat secara horizontal atau vertical, interupsi atau
berkelanjutan
c. Jahitan interupsi seringkali membuat kulit terjahit, karena jika terdapat
infeksi memproduksi nanah, satu atau dua jahitan dapat terbuka
meninggalkan kelengkapan lain.
d. Jahitan kasur secara vertical digunakan untuk mendapatkan batas yang
tepat pada luka, tapi tidak dapat digunakan untuk area sedikit
vaskularisasi.
e. Jahitan kasur horizontal dapat digunakan untuk fascia, ini tidak dapat
digunakan untuk subkutan karena meninggalkan kulit yang
bergelombang.
f. Jahitan yang berkelanjutan dapat dengan cepat dan kuat, tapi dapat
menyebabkan jahitan terbuka jika salah satunya terbuka dan terbuka.
g. Jahitan lanjutan yang saling menyambungkan adalah jahitan lanjutan
dengan benang yang berada di bawah. Metode ini efektif untuk
menghentikan perdarahan, tapi dapat menyebabkan iskemik pada
jaringan.
Metode
a. Menggunakan diseksi sempit yang halus untuk batas kiri luka.
b. Menempatkan jarum melengkung dengan nilon nonfilamin nomor 3/0 pada
penjepit jarum, antara 2-3 distal dan 1-3 proksimal dan posisi mengunci.
2. Jahitan subkutan
Jahitan subkutan berlemak dapat ditunjukkan dengan jahitan interupsi
minor dengan simpul buried.
Metode
a. Jarum yang benar dimulai dan diakhiri dari dalam luka.
b. Batasan luka ditinggalkan dengan bagian yang sempit bergerigi sehingga
batasan antar dermis dan lemak dapat terlihat bersih.
c. Jahitan dimulai dari bagian yang jauh dari operator.
d. Titik lengkung jarum dengan jahitan yang mampu diabsorbsi adalah dalam
ke jaringan lemak samapi terlihat dekat dengan permukaan.
e. Tangan dengan jarum harus maksimum pada posisi yang mudah
mengalami kecelakaan, memungkinkan jarum yang masuk berada pada
pergerakan supinasi.
f. Penjepit jarum dipindahkan untuk menjepit jarum lagi dan dengan posisi
tidak baik dan pergerakan supinasi, jarum masuk dari dasar yang dalam
ke dalam lapisan pada bagian lain luka.
g. Akhirnya, simpul dapat dibuat dan jahitan dipotong pada akhirnya.
NO Kriteria Nilai
0 1 2
1 Mampu membuat hubungan interpersonal dengan orang tua
dan pasien
2 Menanyakan identitas pasien dan orang tua secara lengkap
3 Menanyakan keluhan utama
4 Mampu menggali hadirnya keluhan penyakit secara sistemastis
5 Mampu menggali riwayat penyakit lampau
6 Mampu menggali riwayat penyakit keluarga
7 Mampu membuat silsilah keluarga
8 Mampu menggali riwayat perhatian antenatal
9 Mampu menggali riwayat perhatian natal
10 Mampu menggali riwaya perhatian postnatal
11 Menanyakan kebiasaan makan
12 Menanyakan tentang pertumbuhan pasien dan perkembangan
sejak neonatus hadir (motorik kasar, motorik baik, personal-
sosial, bahasa)
13 Mampu bertanya mengenai riwayat imunisasi
14 Mampu menjelaskan status social-ekonomi dan lingkungan
15 Mampu membuat anamnesis dari sistem tubuh
16 Mampu memeriksa informasi yang belum jelas
17 Mampu untuk menuliskan rekam medis secara lengkap
Nilai Total
Penjelasan
Nilai 0 : tidak menunjukkan semuanya
Nilai 1 : menunjukkan dengan tidak sempurna
Nilai total
Nilai 2 : menunjukkan dengan sempurna Nilai akhir= X 100%
34
Jogjakarta, …………………………..
Instruktur Pengamat
(………………………………..) (……………………)
NO Kriteria Nilai
0 1 2
1 Mensterilkan daerah bedah dengan agen antimicrobial dalam
melingkar yang melebar (simulasi dengan sarung tangan dan
luka yang telah diberikan anastesi lokal)
2 Menempatkan lembaran pada bagian bedah
3 Menggunakan gigi sempit yang halus untuk mengangkat
batasan luka
4 Menempatkan jarum melengkung no. 3/0 pada penjepit jarum,
di antara 2-3 distal dan 1-3 proximal, dan posisi terkunci
5 Dengan pergelangan pada posisi tidak baik, siku dengan
kemiringan 90° dan bahu abduksi, jarum dimasukkan ke dalm
kulit dengan lurus vertikal
6 Menunujukkan penetrasi 1 cm dari bats luka dengan
mengangkat dan memperpanjang kulit
7 Jarum dengan pergerakan supinasi dengan pergelangan dan
abduksi bahu, mendorong jarum berdasarkan bentuk lengkuk
jarum
8 Menjepit jarum dengan penjepit jarum setelah terlihat pada
permukaan kulit, menariknya keluar, dan menarik benang
dengan meninggalkan 3-4 cm dari kulit.
9 Menjepit jarum satu kali lagi ke dalam batas dari dalam
dengan metode yang sama
10 Tangan kiri memegang benang yang panjang dan tangan kanan
memegang penjepit jarum
11 Membungkus benang yang panjang dengan sebuah penjepit
jarum
12 Mencubit dan mendorong benang panjang dan menempatkan
disamping benang yang pendek
13 Menunjukkan dan mengulangi no. 9 - 11 sekali lagi
14 Memotong simpul dengan menempatkan akhir yang terbuka
dari gunting pada jahitan, siap untuk dipotong, memindahkan
gunting ke simpul, 45° dan dipotong
15 Hasil dari jahitan harus tidak sempit dan batasan pinggiran
harus bertemu
16 Simpul harus ditempatkan pada bagian irisan luka
Nilai Total
Penjelasan
Nilai 0 : tidak menunjukkan semuanya
Nilai 1 : menunjukkan dengan tidak sempurna
Nilai total
Nilai 2 : menunjukkan dengan sempurna Nilai akhir= X 100%
36
Jogjakarta, …………………………..
Instruktur Pengamat
(………………………………..) (……………………)
Evaluasi Keterampilan Bedah Minor
Jahitan interpsi kulit dan simpul yang digunakan tanpa alat
NO Kriteria Nilai
0 1 2
1 Mensterilkan daerah bedah dengan agen antimicrobial dalam
melingkar yang melebar (simulasi dengan sarung tangan dan
luka yang telah diberikan anastesi lokal)
2 Menempatkan lembaran pada bagian bedah
3 Menggunakan gigi sempit yang halus untuk mengangkat
batasan luka
4 Menempatkan jarum melengkung no. 3/0 pada penjepit jarum,
di antara 2-3 distal dan 1-3 proximal, dan posisi terkunci
5 Dengan pergelangan pada posisi tidak baik, siku dengan
kemiringan 90° dan bahu abduksi, jarum dimasukkan ke dalm
kulit dengan lurus vertikal
6 Menunujukkan penetrasi 1 cm dari bats luka dengan
mengangkat dan memperpanjang kulit
7 Bentangkan kulit dengan pergerakan supinasi dengan
pergelangan dan abduksi bahu, mendorong jarum berdasarkan
bentuk lengkuk jarum
8 Menjepit jarum dengan penjepit jarum setelah terlihat pada
permukaan kulit, menariknya keluar, dan menarik benang
dengan meninggalkan 3-4 cm dari kulit.
9 Menjepit jarum satu kali lagi ke dalam batas dari dalam
dengan metode yang sama
10 Tangan memegang akhir dari benang panjang dan pendek
11 Tangan kiri memegang akhir dari benang untuk mengikat
simpul
12 Mengulang kedua kalinya
13 Memotong simpul dengan menempatkan akhir yang terbuka
dari gunting pada jahitan, siap untuk dipotong, memindahkan
gunting ke simpul, 45° dan dipotong
14 Hasil dari jahitan harus tidak sempit dan batasan pinggiran
harus bertemu
15 Simpul harus ditempatkan pada bagian irisan luka
Nilai Total
Penjelasan
Nilai 0 : tidak menunjukkan semuanya
Nilai 1 : menunjukkan dengan tidak sempurna
Nilai total
Nilai 2 : menunjukkan dengan sempurna Nilai akhir= X 100%
30
Jogjakarta, …………………………..
Instruktur Pengamat
(………………………………..) (……………………)