Você está na página 1de 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KEMUDI, REM, SUSPENSI


WORM AND PIN & WORM AND ROLLER

Dosen Pengampu :
1. Dr. Tawardjono Usman, M.Pd
2. Nirmala Adhi Yoga P, M.Pd

Kelas : C11

Anggota Kelompok :
1. Wisnu Wardhana NIM. 16504241045
2. Anggun Mahirezqi Hidayat NIM. 16504241046
3. Brata Sukma Dwi Pangestu NIM. 16504241042
4. Rizki Ilyas Dermawan NIM. 16504241043
5. Hashfi Nur Muharom NIM. 16504241044

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
I. Kompetensi :
1. Membongkar dan memasang pompa power steering dengan prosedur yang benar.
2. Menganalisa kondisi benda kerja yang digunakan untuk praktikum.

II. Sub Kompetensi :


1. Mengidentifikasi tipe-tipe power steering
2. Melepas dan memasang pompa power steering dengan cara yang benar
3. Menjelaskan cara kerja pompa power steering dengan menggambarkan sirkulasi
hidroliknya.
4. Mengidentifikasi gangguan dalam sistem dan cara mengatasinya.

III. Alat dan Bahan :


1. Pompa power steering ( 2 unit )
2. Tool Box
3. Alat-alat ukur yang diperlukan.

IV. Keselamatan kerja


1. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
2. Bekerja dengan hati-hati dan teliti

V. Landasan Teori

Pada setiap kendaraan bermotor membutuhkan kekuatan dari pengemudi untuk


mengarahkan kendaraan tersebut. Bagi pengemudi yang mempunyai tenaga yang cukup besar,
mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah. Tapi bagi perempuan atau yang tidak mempunyai
tenaga cukup besar, hal ini akan menjadi masalah yang cukup serius untuk dihadapi. Oleh
karena itu diperlukan suatu alat yang dapat membantu memperingan tenaga pengemudi dalam
menggerakkan roda kemudi. Alat tersebut saat ini dikenal dengan nama Power Steering.

Power steering memiliki berbagai jenis, hal ini dapat dibedakan melalui komponen-
komponennya, Sebagai contoh gear box dari suatu power steering. Berdasarkan gear box yang
dipakai power steering ada dua macam yaitu power steering model worm dan model rack and
pinion.Pada mobil KIA Shuma yang di gunakan adalah tipe Rack and pinion.
a. Prinsip kerja

Gambar 2. Prinsip kerja power steering


Tekanan hidrolis bekerja pada piston yang terdapat pada silinder. Diantara
menutup katup, fluida akan berusaha ke luar dari saluran di bawah silinder, sehingga
tekanan fluida bertambah dan mendorong piston ke atas. Apabila katup dibuka
tekanan fluida berkurang dan piston bergerak ke bawah. Jumlah fluida yang mengalir
diatur oleh membuka dan menutupnya katup-katup
b. Komponen Power steering
1. Rotor
Rotor pompa power steering rack and pinion disini berbentuk bulat dan terdapat
beberapa alur untuk meletakkan vane plate. Rotor berfungsi untuk menciptakan
kevakuman sehingga fluida dari reservoir dapat terhisap masuk ke dalam pompa (ruang
dalam rotor). Fluida tadi akan dinaikkan tekanannya oleh rotor dengan cara mempersempit
volume fluida melalui rotor yang berputar di dalam cam ring yang bentuknya oval. Karena
cam ring yang berbentuk oval inilah ada saatnya fluida tekanannya naik pada saat rotor
berputar.
2. Vane pump
Sistem power-steering mengadopsi pompa oil tipe vane untuk menghasilkan tekanan
fluida yang cukup untuk mengoperasikan steering dan menjamin pengiriman fluida yang
cukup untuk merespon steering dengan cepat.

Adapun bagian komponen yang ada dalam vane pump adalah sebagai berikut :

a) Reservoir Tank
Tangki reservoir menampung persediaan minyak power steering.
Penempatannya dapat disatukan dengan pump body dan juga terpisah dengan pump
body dengan pipa penghubung. Biasanya tutup tangki reservoir dilengkapi dengan
pengukur minyak (Level gauge / deep stick) untuk memeriksa permukaan minyak
power steering dalam tangki. Bila ketinggian permukaan minyak dalam tangki kurang
dari yang ditentukan, maka pompa akan kemasukan udara dan kinerja pompa menjadi
tidak normal.
b) Pump Body
Pompa digerakkan oleh puli poros engkol mesin dengan drive belt, yang
berfungsi untuk menaikan tekanan minyak serta mengalirkanya ke gear housing.
Banyaknya minyak yang dialirkan ke gear housing diatur oleh control valve dengan
kelebihan minyak dialirkan ke sisi hisap (sunction side).
c) Flow Control Valve
Katup pengatur aliran (flow control valve) mengatur volume aliranminyak dari
pompa ke gear housing dan menjaga agar volumenya tetap pada saat RPM pompa
berubah-ubah. Sekarang banyak pompa power steering yang menggunakan control
spool bersama dengan flow control valve untuk menurunkan volume aliran minyak
pada saat pompa mencapai kecepatan tertentu. Jenis ini dikenal dengan RPM sensing
type power stering untuk memperoleh gaya pengemudian yang sesuai dengan yang
diperlukan, walaupun kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi. Pompa mempunyai
relief valve yang dipasang di dalam flow control valve untuk mengatur tekanan minyak
maksimum. Tekanan maksimum tercapai pada saat roda kemudi diputar sepenuhnya
ke kiri ataupun ke kanan, dan control valve menutup saluran balik (return port).
3. Flow control valve
Flow control valve berfungsi untuk mengontrol aliran yang diperbolehkan tetap melalui
orifice di posisi pertengahan dari sirkuit hydraulic. Dengan kata lain,kelebihan fluida
dikembalikan ke reservoir melawan tahanan pada relief circuit dan volume fluida yang
sudah diukur disupplai ke sirkuit.Di negara lain,volume aliran dikontrol dengan
membedakan ukuran orifice dan tegangan dari valve spring.Bagaimanapun,tidak
dibolehkan menyetel sembarangan,karena banyaknya aliran fluida telah ditetapkan sudah
disetel dengan hati-hati oleh pabrik sebelum dipasarkan.
4. Pressure control
Pressure control valve berfungsi untuk mengatur tekanan maksimum fluida yang telah
ditetapkan melewati orifice dan saat tekanan maksimum tercapai,tahanan yang lebih tinggi
di dalam circuit dibebaskan sebagai contoh saat steering wheel diputar sampai mengunci
ketika kendaraan diam ,dengan demikian peningkatan tekanan yang menyebabkan
kerusakan pada saluran pipa dapat dicegah.
5. Relief valve
Relief valve terletak di dalam flow control value. Apabila tekanan P2 melebihi 80
kg/cm2, relief valve membuka untuk menurunkan tekanan fluida. Apabila tekanan P2
kembali turun, flow control value terdorong ke kiri dan mengontrol tekanan maksimum.
6. Safety check valve
Safety check valve dipasang untuk memungkinkan kerja steering secara manual ketika
mesin mati atau ketika terjadi gangguan pada oil pump,kebocoran circuit hydrolic dan
sebagainya.
Ketika worm shaft berputar dari posisi netral dan terjadi kontak dengan stopper,lebih
lanjut gerak putar shaft menyebabkan komponen berubah terhadap kerja konvensional dari
mekanisme system steering.
Bagaimanapun,ruang pada kedua sisi dari ball-nut terisi dengan fluida yang harus
dikembalikan untuk mengurangi tahanan pada saat system steering mengontrol secara
manual.Safety check valve digunakan untuk mengurangi tahanan dan fungsi seperti yang
diilustrasikan.Apabila tekanan fluida normal,safety check valve tertutup oleh tekanan
fluida yang dipompa keluar dari oil pump,sehingga tidak berpengaruh banyak terhadap
kerja power steering,tetapi ketika terjadi suatu masalah di dalam hydraulic circuit dan
pengiriman fluida dari oil pump berhenti,check valve tertekan dan terbuka oleh tekanan
fluida yang dipaksa keluar oleh piston pada manual steering,mengikuti fluida mengalir ke
ruang belakang piston.
Sistem power steering adalah suatu tipe peralatan hidraulis yang membutuhkan tekanan
sangat tinggi dan debit yang besar, penghasil tekanannya vane pump. Vane pump
termasuk dalam pompa rotari. Vane pun disamping untuk membangkitkan tekanan juga
untuk mengatur jumlah aliran fluida yang diperlukan sesuai putaran mesin, juga sebagi
alat idle up untuk mencegah masin mati saat setir diputar maksimal. Pada pompa rotari ini
dipergunakan vane (sliding blade), sehingga vane pump nama yang dipakai pada pompa
tipe ini yang digunakan pada power steering.

VI. Langkah Kerja

1. Pembongkaran :
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Melepas control valve cap , dan inlet joint saluran keluar menggunakan kunci ring 10
c. Melepas pully, sebelumnya lepas terlebih dahulu baud pully kemudian lepas dengan
menggunakan palu karet
d. Melepas 6 buah baud ukuran 12 dengan menggunakan kunci ring 12.
e. Memisahkan housing pump dengan cover pump
f. Melepas ring pada tipe vane pump
g. Melepas roda gigi dan pump rotor & cam pump ring serta vane. catatan : lepas satu per
satu roda gigi pump.
h. Mengeluarkan control valve dari tempatnya.
i. Bersihkan komponen yang dibongkar
2. Pemeriksaan dan cara kerja
A. Cara Kerja
Cara kerja pompa power steering ada bebrapa tahap diantaranya :

1) Pemasukan
Ruangan yang dibentuk oleh fixed dan rotor terbagi oleh enam buah slipper.
Ruangan tersebut akan membesar sehubungan dengan putaran rotor. Pada waktu
kapsitas ruangan membesar, fluida mengalir masuk dari alur pemasukan yang
terapat pada bagian belakanh poros rotor (rotor shaft) dan berkumpul di dalam
ruangan antara fixed ring dan rotor

Gambar. Pemasukan
2) Pengeluaran
Pada waktu rotor terus berputar, kapasitas rungan antara fixed ring dan rotor
mengecil. Fluida yang terdapat di dalamnya ditekan ke luar menuju ke gear box
melalui pengeluaran dari pada rotor shaft, sementara volumenya di atur oleh flow
control valve. Slipper-slipper selalu berhubungan langsung dengan rotor shaft
karena ditekan oleh tegangan pegas, ini dimaksudkan untuk mencegah kebocoran
fluida dari alur pengeluaran (outlet port) ke alur pemasukan (in let port). Bagian
yang dipotong dari slipper disediakan untuk mengalirkan fluida ke dalam ruangan
antara fixed ring dan slipper. Tekanan hidrolis yang berkeja pada punggung slipper
akan menutup dengan rapat antara slipper dan fixed ring, untuk mencegah ke
bocoran fluida ke ruangan di sebelahnya.

Gambar. Pengeluaran.
3) Flow Control Valve

Volume fluida bertambah secara proporsional terhadap putaran pompa.


Flow control valve mengalirkan fluida secara konstan ke gear box tanpa ada
hubungan dengan tekanan hidrolis. Fluida ditekan ke luar dari pompa ke gear box,
akan tetapi apabila volume aliran melebihi 6 liter/menit flow control valve bekerja
dan saluran ke inlet port terbuka. Pada saat terbuka fluida melewati bagian A dan
mengalir kembali ke reservoir. Jadi dengan demikian volume fluida yang dialirkan
ke gear box terkontrol
Cara kerja flow control ada beberapa tahap tergantung pada kecepatan putaran
pompa diantaranya yaitu :
 Selama putaran rendah (650-1250 rpm).
Tekanan yang dikeluarkan pompa P1 bekerja pada sisi sebelah kanan dari flow
control valve dan p2 bekerja sisi sebelah kiri setelah melalui orifice 1 dan 2.
Perbedaan tekanan antara P1 dan P2 menjadi besar karena putaran mesin
bertambah. Apabila tekanan p1 melebihi tegangan per flow control valve, maka
flow control valve bergerak ke kiri.

Gambar. Cara kerja control valve Gambar. Cara kerja control spool

Sehingga membuka saluran yang menuju ke sisi pengisian pompa, lalu fluida
kembali ke sisi pengisapan pompa. Volume fluida yang menuju gear housing
dikontrol oleh cara ini. (volume fluida yang dikontrol : 6,6 L/menit)
 Selama putaran sedang (1250-2500 rpm).
Tekanan yang dikeluarkan pompa p1 bekerja pada sisi sebelah kiri dari control
spool. Apbila putaran pompa di atas 1250 rpm, tekanan p1 melebihi tegangan
pegas dan control spool bergerka ke kanan, maka volume fluida yang melalui
orifice 2 terpaksa berkurang, dan mengakibatkan bertambah rendah tekanan p2.
Oleh karena itu perbedaan tekanan antara p1 dan p2 bertambah besar. Dengan
cara ini flow control valve bergerak kea rah kiri.

Oleh karena itu fluida kembali ke sisi pengisian pompa dan mengurangi volume
fluida yang menuju gear housing. Dengan kata lain, bilamana control spool
bergerak ke kanan ujung dari spool bergerak kea rah orifice 2, sehingga
mengurangi volume fluida yang melalui orifice.

 Selama putaran tinggi (lebih dari 2500 rpm).


Apabila putaran pompa melebihi 2500 rpm, control spool terdorong seluruhnya
kea rah kanan, sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada saat ini
tekanan p2 hanya ditentukan oleh jumlah fluida yang lewat melalui orifice no
1. Volume fluida yang menuju gear housing dikontrol oleh cara ini (volume
fluida yang dikontrol 3,3 L/menit)

4) Relief valve
Relief valve terletak di dalam flow control valve. Apabila tekanan P2 melebihi
80 kg/cm2 relief valve membuka untuk menurukan tekanan. Apabil tekanan p2
turun, flow control valve terdorong ke kiri dan mengontrol tekanan maximum.
B. Pemeriksaan
1) Pump Rotor/Vane

Kondisi rotor tipe vane masih baik sehingga hanya perlu perawatan dengan
pembersihan berkala.

Kondisi rotor tipe roda gigi masih baik sehingga hanya perlu perawatan dan
pelumasan.
2) Bearing

Kondisi bearing masih dalam kondisi baik sehingga putaran dari mesin dapat
disalurkan dengan baik menuju pompa power stering.

3) Pump Camp Ring

Kondisi pump camp ring masih baik sehingga jika digunakan kompresi dari
vane masih bekerja dengan baik

4) Control Valve

Kondisi control valve masih baik sehingga tekanan dalam pompa power stering
tetap terjaga sehingga sirkulasi fluida dapat bersirkulasi dengan baik sesuai
kebutuhan.
5) Oil Seal

Oil seal masih dalam kondisi baik sehingga masih merapatakan antar
komponen pompa power stering.

6) Vane plate

Kondisi vane plate masih baik sehingga rotor dapatan berputar dengan baik.
7) Inlert port.

Kondisi inlert port masih baik sehingga fluida dapat masuk ke pompa power
stering dengan baik.

3. Analisis Komponen
Dari hasil data praktik diatas dan penjelesan diatas dapat kita bahas. Dalam praktik
kelompok kami mengidentfikasi tipe-tipe pompa power steering yaitu tipe vane pump dan
gear pump.
A. Pump roda gigi .
Pump gear ini masih dalam keadaan baik dari pengamatan praktik dan
pengukuran celah dengan menggunakan filler geuge. Bila pump roda gigi terdapat
keausan hal ini dapat menyebabkan tekanan pada power steering akan turun
menyebabkan sistem akan bermasalah diantaranya: saat pada mesin kecepatan
rendah sedang berbelok, otomatis kemudi akan sedikit berat. Cara mengecek kondisi
pump gear, yang pertama melakukan pengamatan bila keadaan pump gear masih
dalam keadaan baik, maka selanjutnya pengukuran celah gear apabila hasil
pengukuran melebihi spesifikasi maka pump gear ini perlu diganti yang baru.
B. Pump rotor, pump vane dan pum cam ring.
Ketiga komponen masih dalam keadaan baik, jika ketiga komponen terdapat
kerusakan maka dapat menimbulkan sistem power steering akan bermasalah, peran
ketiga komponen layaknya sama dengan pump gear. Bermasalah ini dalam arti akan
membuat tekanan hidrolis sistem power steering berkurang hal ini pengontrolan
tekanan pada control juga akan terganggu.
C. Control valve.
Control valve dalam keadaan baik. Control valve mempunyai fungsi sebagai
mengontrol tekanan hidrolis dan volume hidrolis. Apabila control valve ini
bermasalah atau terjadi kerusakan akan menyebabkan pengontrolan fluida terganggu
sehingga sistem kemudi akan tidak optimal menyebabkan bila tekanan tidak diatur
maka oli seal akan jebol. Fluida akan keluar maka terjadi kebocoran. Bila volume
fluida tidak diatur menyebabkan kemudi menjadi berat bila mesin pada kecepatan
rendah sedang berbelok. Cara mengetahui kerusakan pada control valve, bila terjadi
berat pada sistem kemudi padahal fluida masih keadaan penuh, teridentifikasi control
valve rusak. Solusinya ganti yang baru sesuai dengan spesifikasi.
D. Bearing
Keadaan bearing saat pengamatan diperoleh dalam keadaan baik. Jika bearing
terdapat keausan dan kerusakan dapat menyebabkan berisik pada pompa power
steering serta dapat menyebakan pump gear,pump rotor ataupun pump vane cepat
menimbulkan keausan disebabkan putaran drive shaft kurang stabil atau dikatakan
ngegol dikarenakan bearing terjadi keausan. Bila keadaan ini dibiarkan akan
menyebakan fungsi dari pump gear ataupun pump vane menurunkan tekanan hidrolis
sehingga untuk mendorong piston akan berkurang maka kemudi menjadi berat.
Solusinya ganti yang baru.
E. Oil seal
Keadaan oil seal ini masih baik dari pemeriksaan dan pengamatan. Fungsi oil
seal sendiri yaitu agar fluida di dalam pompa tidak keluar dan menjaga volume fluida
tidak berkurang. Apabila oil seal terdapat sobek dan kerusakan dapat menyebakan
fluida akan keluar menyababkan fluida di sistem power steering akan cepat
berkurang, hal ini dapat menimbulkan sistem kemudi berat dikarenakan untuk
mendorong piston juga berkurang. Bila oil seal rusak ganti yang baru.
F. Inlert Port
Keadaan inlert port masih baik berdasarkan pemeriksaan dan pengamatan.
Fungsi dari inlert port inj adalah saluran dari fluida agar dapat masuk menuju pompa
power stering. Apabila inlrt port rusak atau tersumbat dan tidak bias mengalirkan
fluida maka fluida tidak dapat masuk menuju pompa power stering, sehingga kemudi
terasa berat karenan tidak ada aliran menuju pompa power stering. Bila Inlert port
rusak maka perlu penggantian.

4. Pemasangan
a. Masukan bearing ke poros pump gear serta pasang oil seal . Baud dan kencangkan
pada pump cover .
b. Masukan pump cover serta baud dan kencangkan pada tipe gear pump
c. Pasang pully
d. Pasang dan kencangkan baud control valve cap, dan inlet joint saluran keluar.
e. Masukan pump housing pada tipe gear pump. Sedangkan tipe vane pump melakukan
pemasangan pump cover
f. Masukan pump gear kedalam lubang pada tipe gear pump, catatan : dalam melakukan
pemasukan gear harus satu per satu. Sedangkan pada vane pump masukan drive poros
ke dalam housing , kemudian masukan pum cam ring, pump rotor dan pump vane serta
pasang ring .

VII. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan terkait pompa power steering, dapat
ditarik kesimpulan :
1. Ada dua tipe pompa power steering yang kami praktikan yaitu tipe vane pump dan gear
pump. Kedua tipe ini mempunyai karakteristik yang sama dalam hal tekanan yang stabil
atau tekanan terus menerus (kontinu). Namun berbeda dalam media penggeraknya.
2. Pembongkaran dan pemasangan dari dua tipe diatas hampir sama namun pada tipe gear
pump harus melepas pully sedangkan di tipe vane pump tidak harus melepas pully untuk
membuka cover pump yang di baud 6 buah.
3. Pompa power steering ada beberapa tahap cara kerja yang pertama pemasukan dan yang
kedua pengeluaran, di samping itu control valve bekerja. Control valve ini bekerja
bergantung tiap perbedaan putaran pompa power steering, hal ini control valve memiliki dua
fungsi sebagai pengatur tekanan hidrolis serta mengatur jumlah volume yang akan
dikeluarkan oleh pompa.
4. Gangguan pompa power steering akan menyebabkan semua sistem kemudi akan bermasalah
diantaranya kemudi menjadi berat. Biasanya kerusakan yang terjadi pada control valve,oil
seal, dan pump vane ataupun pump gear.

Você também pode gostar