Você está na página 1de 6

Misteri di Balik Gunung Kerinci

Lantunan ayat suci mulai terdengar, begitu hanyut diriku mendengarnya. Hari pun
masih terlalu gelap. Aku bergegas ke pancuran air belakang rumah untuk
berwudhu seperti biasanya aku mengerjakan kewajibanku sebagai seorang
muslim. Setelah selesai sholat subuh, aku merebahkan badan ke sajadah merah
pemberian dari ayah. Aku pun terlelap tidur, tanpa aku sadari cahaya mentari pagi
mulai menyinari dunia mulai memasuki jendela kamar ku. Mentari pagi menyapa
diriku, aku terkejut ketika dering handphone berbunyi, ada panggilan masuk dari
temanku “Riana”

“Assalamualaikum......”
“waalaikumsalam........”Mimi. .
“Iya, kenapa, Riana?” kata Mimi.

“kamu mau ikut dengan kami mendaki Gunung Kerinci tidak hari ini?” Ucap
Riana. Kita akan melihat pemandangan yang eksotis dari Puncak Gunung Kerinci.
“ii..ya,”jawabku.
“okee,” kami tunggu di Kampus ya.

Namaku Ranti Risumi dipanggil Mimi. Aku mahasiswa Universitas Negeri di


Jambi. Aku, adik, dan Kedua Orang Tuaku baru pindah ke Jambi semenjak aku
mendapat beasiswa di Universitas Negeri Jambi. Aku asli orang Bangka
Belitung .Ayahku pengusaha timah di Bangka Belitung .Hidup ku sangatlah
berkecukupan, di kampus aku mengikuti organisasi mahasiswa pencinta alam.
Aku sudah ikut organisasi pencinta alam semenjak SMA. Aku mulai mendaki
Bukit Maras, Bukit Kejora yang ada di Bangka Belitung. Lihat saja dinding kamar
ku penuh dengan foto-foto waktu aku mendaki bukit, memasuki hutan-hutan yang
masih perawan yang belum dijamahi oleh manusia dengan berbagai pose. Biarpun
aku wanita jiwaku seorang laki-laki. “Aku seorang wanita yang tangguh dan
pemberani” . Aku pun mulai mempersiapkan tas ransel yang ku penuhi dengan
perlengkapan untuk mendaki. Aku berkata dalam hati aku pasti memerlukan jaket
ketika sudah di puncak gunung suhu akan meningkat dan cuaca akan menjadi
dingin.

“Aku terkejut”.

“ Ketika ada seseorang berkata...”

“Kakak mau kemana... ???” Kata adik.

“Kakak ingin mendaki ‘Gunung kerinci’ ,”dik.

“ Kak andai saja diriku ini tidak lumpuh, aku pasti ikut bersama kakak mendaki
gunung”. kata adikku .

Adik ku bernama Adi Bahri. Ia lumpuh dari kecil, Dokter mengatakan adikku
mengidap penyakit Guillain Barre Syndrome. Mata ku mulai berkaca-kaca ketika
dia berbicara seperti itu. “aku sangat menyayanginya dan bangga padanya”, Ia
punya semangat yang luar biasa untuk sembuh dari penyakitnya.

“Kakak yakin Allah punya rencana yang terbaik untuk dirimu”. Ucapku.
Adik akan sembuh dan bisa mendaki gunung bersama kakak, “ Kakak akan
memperlihatkan foto-foto keindahan alam dari atas Gunung Kerinci dan
menceritakan petualangan kakak ketika kakak berada dipuncak Gunung Kerinci.

“Janji....yah”. Kata adikku

“Iya.....kakak janji”. Jawabku

Sebelum berangkat aku berpamitan kepada ibu dan ayah meminta izin agar tidak
terjadi sesuatu hal diperjalanan. Kemudian aku bergegas pergi dari rumah menuju
kampus.“Petualangan ini baru mau di mulai,” Aku berkata dalam hati. Mereka
disana telah berkumpul. Dino ketua organisasi pencinta alam di Kampus, dia
sudah banyak pengalaman berpetualangan mendaki gunung. Tetapi yang aku tidak
suka darinya dia punya sifat yang sombong. Banyak teman-teman yang tidak suka
dengannya.
“Kenapa belum berangkat”??

“Lihatlah arlojimu... ini sudah jam berapa Dino?” Kata temanku.

“Ayo berangkat” Kata Dino.

Sebelum berangakat kami berdoa menurut agama kepercayaan kami masing-


masing agar perjalanan kami lancar dan diridhoi Allah swt. Kami pun berjalan
memasuki kawasan Gunung Kerinci. Aku melihat rumah masyarakat kerinci yang
masih tradisional . Aku melihat begitu indah pemandangan Gunung kerinci di
bawah kaki gunung . Tak lama dari perjalanan Dino mendapat telepon dari Pusat
BMKG Jambi bahwa cuaca buruk . Akan terjadi hujan petir , pasti jalanan
menuju puncak gunung akan licin . Dino menyampaikan kepada kami informasi
itu . Kami diminta untuk kembali . Tetapi aku teringat dengan janjiku pada
adikku . Aku bertekad seberapa buruk cuaca aku akan terus mendaki sampai ke
puncak.
“ Rasa takut pada kematian lebih buruk daripada kematian itu sendiri”-shuichi
akai .

“Mau kemana kamu mimi ? kata dino.


“Aku ingin melanjutkan perjalanan ini ,” jawabku . Aku akan tetap mendaki
Gunung Kerinci hingga puncak . Walaupun harus aku sendiri yang mendaki itu
tidak masalah bagiku .

“kamu sudah gila,” kata Dino . Cuaca sedang buruk jangan cari mati kamu .

Aku menghiraukan semua perkataan Dino yang ku ingat hanyalah janjiku pada
adikku.Aku terus melanjutkan pendakian . Riana , Chiko dan Ardi mereka
rupanya mau ikut bersama ku mendaki Gunung Kerinci hingga puncak . Dino dan
tema n-teman yang lain kembali turun mereka tidak mau melanjutkan pendakian .
“ meninggalkan anak buahmu dan berusaha melarikan diri adalah tindakan sang
pengecut “ shinichi kudo .

Aku mendengar suara gemuruh , tapi langkah kaki ku dan teman-teman terus saja
.Kami menghiraukan suara itu. Hujan pun mulai turun begitu deras dan
membasahi dedaunan , pepohonan yang ada didekat kami. Kami berteduh di
sebuah pohon yang besar dan rindang . pohon itu mungkin sudah berumur
puluhan tahun . Hujan turun begitu deras . Kami tidak bisa melanjutkan perjalanan
untuk sementara ini . Aku dan teman-teman hanya bisa saling memandang dan
tersenyum . Suara petir pun menggelegar . Pohon yang ada di samping kami
tersambar petir . Pohon itu tumbang dan hangus . Aku dan teman-teman ketakutan
melihat kejadian tersebut. Aku terus berdoa didalam hati meminta pertolongan
agar kami dilindungi dari segala mara bahaya yang ada .

Satu jam menunggu di bawah pohon itu akhirnya hujan pun berhenti . “Baiklah,
sekarang kita harus tetap melanjutkan perjalanan. Dan tentunya perjalanan kita ini
semakin susah Jalanan menuju puncak gunung akan licin.”Ucap Riana . Aku dan
teman-teman harus berhati-hati benar ketika berjalan bisa-bisa jurang yang curam
dan dalam siap menerima santapan manusia yang jatuh ke bawah . Aku melihat di
sepanjang perjalanan masih banyak pohon manis khas daerah jambi di bawah
kaki gunung ini . Kulit pohon manis ini biasanya di jemur dan dibuat sebagai kayu
manis . Aku melihat wajah teman-teman yang mulai kelelahan begitu pula diriku
penat rasanya kaki ini untuk melangkah .

“Aaauuhhh” aku menjerit, kakiku tergelincir menginjak batu yang berlumut. Aku
menangis menahan sakit . Ardi mencoba menenangkan ku . Kakiku di urut oleh
Ardi , dia memang sangat hebat . Kakiku yang terkilir tadi setelah di urut Ardi
tidak terasa lagi sakitnya . Aku dipopoh oleh Riana dan Ardi untuk berjalan .

Perjalanan semakin dekat dan akhirnya kami pun sampai . Sungguh menakjubkan
aku melihat kekuasaan Allah yang sangat luar biasa . Kami berempat langsung
sujud syukur sampai kepuncak gunung dengan selamat . Baru kali ini aku melihat
pemandangan seperti ini ada sebuah misteri menurutku . Tanpa ada orang yang tau
bahwa di balik Gunung Kerinci terdapat danau yang begitu luas dikelilingi tujuh
gunung yang berdekatan . Air danau yang begitu jernih , Rerumputan yang begitu
indah . Aku teringat dengan Surah Ar-Rahman “ Maka nikmat Tuhan yang mana
yang kamu dustakan? .
Langit begitu mendung sepertinya akan turun hujan lagi . Aku dan teman-teman
pun mulai memasang tenda . Tak lama kemudian hujan pun turun . Aku dan Riana
berselimut karna cuaca yang begitu dingin . Chiko dan Ardi rupanya berkeliling
mencari kayu untuk dibuat api unggun malam nanti . Mereka berhujan-hujanan .

Malam pun tiba cahaya bintang-bintang tampak indah di langit. Kami pun mulai
membuat api unggun. Cuaca yang dingin setelah turun hujan tadi terasa lebih
hangat ketika api unggun mulai memancarkan apinya. Aku dan Riana pun mulai
memangang ayam yang telah kami siapkan dari rumah. Aku melihat senyum
bahagia dari teman-temanku . Aku pun menyuruh mereka agar tidur . Aku melihat
mereka kelelahan setelah melakukan perjalanan yag begitu terjal .

Mentari pagi menyapa diriku lagi. Aku dan Riana terbangun dari lelapnya tidur .
Aku keluar dari tenda dengan wajah yang masih sembab. Aku mendengar burung-
burung yang berkicau riang . Udara pagi yang menyejukkan. Aku melihat dari
danau seseorang yang sepertinya aku mengenal nya. Ia sedang medayung perahu
seseorang itu Ardi , dia melambaikan tangannya kepadaku .

“Apakah kamu mau ikut dengan ku keliling danau ini , mimi ?” tanya Ardi

“Iyaa , aku mau ikut,” kata ku . Aku dan Ardi mulai mendayung perahu bersama-
sama .

“Dimana kamu mendapatkan perahu ini ?” tanyaku. Aku menyewanya dari


penjaga Gunung Kerinci ini. Aku dulu sudah pernah kesini bersama teman-
temanku .Aku melihat pemandang yang indah ketika mengelilingi danau. Aku
mulai memotret alam yang ada disitu . Banyak sekali yang aku potret sehingga
memori kamera ku penuh . Aku dan Ardi terus mendayung perahu untuk kembali.
Riana dan Chiko rupanya mereka telah membuat sarapan untuk kami . Setelah
selasai sarapan Chiko mengajak kami ke padang rumput yang hijau . Kebiasaan
aku mengajak mereka berfoto selfie sebagai kenang-kenangan.

Hari sudah hampir siang , kami bergegas untuk pulang . Sebelum pulang Aku dan
teman-teman berpamitan kepada bapak yang tinggal di puncak gunung ini . Aku
sangat sedih harus meninggalkan Gunung kerinci ini . Alam yang begitu indah
membuat diriku ingin menetap tinggal disini.

Perjalanan pulang pun begitu terasa cepat . Untung lah hujan tidak turun lagi
waktu kami pulang . Aku berpamitan pulang kepada Riana ,Chiko, dan Ardi .
Sesampainya di rumah aku disambut dengan pelukan hangat oleh Ibu dan
Ayahku . Aku terkejut ketika membuka pintu kamar . Adikku telah menunggu ku
untuk mendengarkan cerita petualangan yang keren ini .Aku pun mulai
menceritakannya kepada adikku .

Você também pode gostar