Você está na página 1de 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya
tergantung dari seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar
peluang terjadinya risiko bahaya pada pekerjaan yang kita lakukan tersebut.
Hal ini tentu berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja atau yang
biasa kita kenal dengan K3.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk


menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan bertujuan mencapai
produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan
pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat
mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaannya, K3 sangat dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan.
Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3
yang efektif dan efisien.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat suatu


pekerjaan yang dilakuakn, maka setiap tempak kerja yang mempekerjakan
lebih dari 100 orang dan memiliki risiko besar terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan yang dilakukan wajib menerapkan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hal ini seperti yang sudah tertuang pada
Permenaker No. 5 Tahun 1996.

Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjaga


dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial seluruh para pekerja
dan pada semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari risiko yang
berdampak buruk pada kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja dalam

1
lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologi, menyesuaikan
pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan pekerjaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hazard dan risiko?
2. Apa saja upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
pengkajian asuhan keperawatan?
3. Apa saja upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
perencanaan asuhan keperawatan?
4. Apa saja upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
implementasi asuhan keperawatan?
5. Apa saja upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap
evaluasi asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari hazard dan risiko.
2. Mengetahui dan memahami upaya mencegah dan meminimalkan risiko
dan hazard pada tahap pengkajian asuhan keperawatan.
3. Mengetahui dan memahami upaya mencegah dan meminimalkan risiko
dan hazard pada tahap perencanaan asuhan keperawatan.
4. Mengetahui dan memahami upaya mencegah dan meminimalkan risiko
dan hazard pada tahap implementasi asuhan keperawatan.
5. Mengetahui dan memahami upaya mencegah dan meminimalkan risiko
dan hazard pada tahap evaluasi asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pembaca mengenai upaya mencegah dan
meminimalkan risiko dan hazard pada tahap pengkajian, perencanaan,
serta tahap evaluasi asuhan keperawatan.
2. Sebagai sarana pendamping belajar selain buku induk dan literatur lain
yang telah ada.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Dan Hazard

Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan


terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat
kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya menurut OHSAS
18001:2007. Risiko juga dapat diartikan bahaya, akibat atau konsekuensi yang
dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian
yang akan datang.

Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang


berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja
berdasarkan OHSAS 18001:2007. Hazard juga dapat di definisikan sebagai
keadaan yang dapat menimbulkan atau meningkatkan terjadinya kerugian
(chance of loss) dari suatu bencana yang terjadi. Hal-hal seperti pemeliharaan
rumah-tangga yang buruk, jalan raya yang rusak berlobang, mesin yang tidak
terawat, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazards, karena itu semua
merupakan keadaan yang dapat meningkatkan terjadinya kerugian.

2.2 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Pengkajian Asuhan Keperawatan

Pengkajian adalah salah satu proses keperawatan yang bertujuan untuk


mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan perawatan klien. Dalam
melakukan pengkajian ini, perawat dapat mengalami risiko dan hazard,
sehingga hendaknya perawat perlu memperhatikan adanya risiko dan hazard
dalam melakukan pengkajian.

3
Berbagai macam upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan
hazard yang didapatkan perawat dalam tahap pengkajian tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut:

1. Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada klien


maupun keluarganya.
2. Perawat hendaknya tidak menyinggung perasaaan klien saat
pengkajian dilakukan, misalnya menggunakan masker yang
sebenarnya tidak peru, dan lain sebaginya.
3. Perawat dapat membangun trust dengan klien.
4. Dalam merawat klien, perawat harus memperlakukan klien sama.
5. Sebelum menuju klien hendaknya perawat melakukan cuci tangan.
6. Dalam melakukan wawancara kepada klien, perawat seharusnya
menjadi pendengar yang baik. Saat melakukan wawancara, perawat
harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat klien sebaik
mungkin dan apabila ada pertanyaan yang perlu diajukan, harap
menggunakan bahasa dan tutur kata yang sopan.
7. Ketika klien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
klien terlebih dahulu.
8. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari klien terlebih dahulu.
9. Perawat hendaknya menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan
fisik pada klien.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk menciptakan suasana
nyaman bagi klien dan keluarga.
11. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam
bentuk apapun kepada pihak rumah sakit.
12. Sebaiknya, perawat menghindari memegang benda yang mungkin
terkontaminasi.

4
2.3 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perawat harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 yang berdampak pada perawat
itu sendiri dan klien. Sehingga dalam menyusun perencanaan untuk tindakan
keperawatan yang tepat, perawat perlu:
1. Mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat
memyusun rencana keperawatan. Misalnya, mempertimbangkan
kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik
bagi klien maupun perawat itu sendiri.
2. Melakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja saat menyusun perencanaan keperawatan.
3. Mengendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun
rencana tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana
atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah, dan
menggunakan alat pelindung diri.
4. Dalam menyusun rencana keperawatan, hendaknya perawat
berpedoman pada pedoman rencana asuhan keperawatan yang ada
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang muncul.
5. Perawat juga diharapkan mampu mempertimbangkan alokasi
waktu pencapaian dari rencana keperawatan yang disusun untuk
menjadi indicator evaluasi keperawatan.

2.4 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kreteria hasil yang di harapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan

5
kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Pada saat melakuakn implementasi keperawatan, tentu perawat
memiliki risiko dan hazard, misalnya dapat tertular penyakit yang diderita oleh
klien dan lain sebagainya. Sehingga perlu adanya upaya mencegah atau
meminimalisir risiko dan hazard tersebut. Contohnya:

1. Perawat hendaknya menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan


teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan
alat kesehatan dalam keadaan steril jika dperlukan.
2. Perawat hendaknya mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
sudah ditetapkan oleh RS dan tidak terburu-buru dalam melakukan
tindakan.
3. Perawat hendaknya memerhatikan cara menutup jarum suntik yang benar.
4. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi,
dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang
berisiko ke klien.
5. Jika diperlukan, perawat dapat membentengi diri dengan imunisasi.
Misalnya imunisasi hepatitis B.
6. Perawat hendaknya juga memahami prosedur dan pertolongan awal
apabila terjadi sesuatu yang membahayakan.
7. Diharapkan perawat dapat menghindari kontak langsung dengan segala
macam cairan klien apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun /
tidak menggunakan APD / tubuh sedang terjadi luka (lecet).
8. Perawat sebaiknya tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan
yang berat. Sebisa mungkin meminta tolong oleh rekan sejawat.
9. Perawat juga dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah
disediakan oleh pihak rumah sakit yang bertujuan mengurangi risiko
cedera baik bagi klien maupun perawat itu sendiri.
10. Perawat sebaiknya mmenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
menerapkan pola hidup dan pola diit yang sehat pula.
11. Rumah sakit menyediakan ruangan isolasi khusus untuk klien yang
menderita penyakit dengan risiko penularan tinggi baik pada perawat

6
maupun pada klien lain disekelilingnya, misalnya ruangan khusus untuk
klien dengan TB Paru.
12. Rumah sakit hendaknya rutin mengadakan konseling dan rutin
mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala kepada tenaga kesehatan,
terutama tenaga kesehatan yang bergelut di tempat berisiko terkena
kecelakaan kerja dalam hal ini khususnya perawat.
13. Ruangan perawatan menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-
benda tajam yang sesuai dan praktis.
14. Rumah sakit hendaknya mengadakan hari bina fisik bersama yang diikuti
oleh semua tenaga kesehatan dalam satu minggu, misalnya senam pagi
bersama di hari Jumat untuk mempertahankan imunitas tubuh tenaga
kesehatan khususnya perawat.
15. Rumah sakit sebaiknya memberikan waktu istirahat yang cukup bagi
karyawannya, dalam hal ini khususnya adalah perawat.

2.5 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Evaluasi Asuhan Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi


dan implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan
klien. Dalam tahap ini tentu ada risiko dan hazard yang sewaktu-waktu dapat
terjadi baik pada perawat maupun pada klien. Adapun beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mencegah dan mengurangi risiko dan hazard pada
tahap evaluasi keperawatan ini adalah:

1. Mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun


evaluasi keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya baik bagi klien maupun perawat itu sendiri.
2. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan


terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat
kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya. Sedangkan
hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, tentu perawat


tidak pernah terlepas dari risiko dan hazard. Adapun beberapa hal yang dapat
dilakuakn dalam mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap-
tahap proses keperawatan adalah sebagai berikut:

a. Pengkajian
1. Sebelum menuju klien hendaknya perawat melakukan cuci tangan.
2. Dalam melakukan wawancara kepada klien, perawat seharusnya
menjadi pendengar yang baik. Saat melakukan wawancara, perawat
harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat klien sebaik
mungkin dan apabila ada pertanyaan yang perlu diajukan, harap
menggunakan bahasa dan tutur kata yang sopan.
3. Ketika klien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
klien terlebih dahulu.
b. Perencanaan
1. Melakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan
kerja saat menyusun perencanaan keperawatan.
2. Mengendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun
rencana tindakan keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana

8
atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah, dan
menggunakan alat pelindung diri.
3. Dalam menyusun rencana keperawatan, hendaknya perawat
berpedoman pada pedoman rencana asuhan keperawatan yang ada
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang muncul.
c. Implementasi
1. Perawat hendaknya menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan
teknik aseptik seperti mencuci tangan, memakai APD, dan
menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril jika dperlukan.
2. Perawat hendaknya mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang sudah ditetapkan oleh RS dan tidak terburu-buru dalam
melakukan tindakan.
3. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang
tinggi, dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan
yang berisiko ke klien.
d. Evaluasi
1. Mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun
evaluasi keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan
potensi bahaya baik bagi klien maupun perawat itu sendiri.
2. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat sebaiknya juga mempertimbangkan risiko


dan hazard yang bisa saja terjadi saat melakukan asuhan keperawatan pada
klien, sehingga perlu adanya upaya untuk mencegah dan meminimalkan hal
tersebut. Misalnya dengan menggunakan APD dan melaksanakan SOP yang
telah ditetapkan dengan baik dan benar. Hal ini bertujuan untuk keselamatan
perawat dan klien. Maka dari itu, perawat harus mampu mengupayakan
pencegahan risiko dan hazard pada saat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien demi keamanan dan kenyamanan bersama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop


Keselamatan Klien dan Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS

https://id.linkedin.com/pulse/pengertian-hazard-risk-dalam-disiso-45001-rendi-
mahendra

https://ansharbonassifa.wordpress.com/2013/09/03identifikasi-risiko-keselamatan-
pasin-patient-safety-di-rumah-sakit/amp/

http://anitad105.blogspot.co.id/p/bab-ipendahuluana_12.html

10

Você também pode gostar