Você está na página 1de 11

Analisis Pancasila Sila Keempat

SILA KE – 4 PANCASILA
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pendidikan Pancasila
yang dibina oleh Bapak Marsudi

oleh
KELOMPOK 4
1. ARUM PRATIKA H 110321419533
2. HANIF NUR ROHMAN 110321406343
3. NOVITA USWATUN H 110321406347
4. RURIN RAHMA Z.S 110321419523

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia , hidayah dan
nikmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Inti dari Sila ke- 4
Pancasila yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan” dengan sebaik – baiknya. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
matakuliah Pendidikan Pancasila , Bapak Marsudi.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Pendidikan Pancasila, serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Inti dari sila ke- 4 Pancasila,
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan
Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai inti dari sila
ke-4 Pancasila yaitu Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
sebagai calon pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami
makna serta kedudukan dari sila ke-4 ini dan seluruh sila-sila dalam Pancasila, dan
khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin.

Malang, 03 Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 3
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………. 3
1. Latar Belakang………………………………………………………… 4
2. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 5
3. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………. 5
BAB II: PEMBAHASAN………………………………………………………….. 5
2.1.MAKNA SILA KE-4 PANCASILA……………………………………………………. 6
2.1.1. Makna sila ke-4 dari Pancasila………………………………………….. 6
2.1.2. Nilai dan butir-butir sila ke-4 Pancasila………………………………… 8
2.1.3. Implementasi dari sila ke-4 Pancasila………………………………… …. 10
2.1.4. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap sila ke-4……………… 11
BAB III: PENUTUPAN……………………………………………………………. 13
KESIMPULAN…………………………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Aguatus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung
di balik legitimasi ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain dalam kedudukan
yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebgai dasar filsafat serta pandangan
hidup bangsa dan Negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi
demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara
Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa
MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus
juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia.
Dari kenyataan di atas, dapat kita simpulkan bahwa lemahnya nilai-nilai
Pancasila dalam Negara Indonesia, terutama sila ke-4 yang berbunyi, “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, yang
seharusnya Negara ini dapat memiliki kekuatan hukum pada pemimpin Negara yang
dapat berlaku bijaksana dengan memusyawarahkan setiap permasalahan dalam
Negara dan dapat mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Hakekat Bangsa dan
Negara, serta Pentingnya Integrasi Nasional”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih
bisa memahami tentang hakikat bangsa dan negara, serta pentingnya integrasi
nasional dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan.

1.2. Rumusan Masalah


1). Apa makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila?
2). Nilai-nilai dan butir-butir apa yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila?
3). Apa implementasi dari sila ke-4 Pancasila bagi Indonesia?
4). Apa penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4?

1.3.Tujuan Penulisan Makalah


1). Memahami makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila
2). Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-4 dalam Pancasila
3). Dapat mengethui dan menjalankan implementasi dari makna yang terkandung
dalam sila ke-4 Pancasila.
4). Mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4 dalam
Pancasila di Negara Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MAKNA SILA KE-4 PANCASILA


2.1.1. Makna dari Sila ke-4 Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir
tidak diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila
berbunyi ”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksnaan dalam
perwusyawaratan perwkilan.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah
Negara berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi
Negara Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi
Negara Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-empat
mengandung pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah
kerakyatan yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sila ke-empat pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :
· Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
· Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
· Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
· Bermusyawarah sampai mencapai consensus ataukatamufakat
diliputidengan semangat kekeluargaan.

Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara
bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara
demokrasi. Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan
mempunyai nilai filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan
bermasyarakat. Tidak hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari
setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.
Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya,
setiap apapun langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur
dari, oleh dan untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi.
Itulah yang seharusnya terangkat ke permukaan sehingga menjadi realita yang
membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang
dimaksud adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang
tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang
diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
keputusan secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti
bahwa penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat
sebagai hasil kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu
harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di
barat dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan
diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara
bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila
pengambilan keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru
diadakan pemungutan suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa
yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika
demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka dari pengamatan sejarah bahwa
kekuatan itu memang di Indonesia berada pada tangan rakyat atau masyarakat.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-desa kekuasaan ditentukan
oleh kebulatan kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala desa. Musyawarah
yang ada di desa-desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan kehendak
bersama. Bentuk musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah
Minangkabau yang mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena
mufakat”.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang
mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin
yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang
bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang
berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara
demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui
tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat
menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh
orang profesional-dewasa melalui sistem musyawarah (government by
discussion).)

2.2.Nilai-nilai dan butir-butir yang terkandung dalam sila ke-4 dari Pancasila
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari
serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Demokrasi
pancasila menyerukan pembuatan keputusan melalui musyawarah mencapai
mufakat. Ini adalah demokrasi yang menghidupkan prinsip-prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi dengan
sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut
keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke
atas harkat dan martabat manusia, serta memperhatikan penguatan dan pelestarian
kesatuan nasional menuju keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat
dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan
subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh
karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara
mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam sila keempat adalah :
1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia
menganut demokrasi.
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad
baik sesuai dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan
rakyat.
5. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6. Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
7. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
8. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
9. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok,
ras, suku maupun agama.
10. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
11. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan
beradab.
12. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainya tujuan bersama.

Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:


1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

2.1.3. Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila


Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran
bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama
masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi
persatuan. Adapun pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari
pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil
keputusan musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan
keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.

2.1.4. Penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4


Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin
tergeser dari fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini
sebelumnya sudah dianut oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara
adidaya dan bukan lagi termasuk negara berkembang, pun di Amerika sendiri yang
sudah berabad- abad menganut demokrasi masih dalam proses demokratisasi.
Artinya sistem demokrasi Amerika serikat sedang dalam proses dan masih
memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi Negara yang benar- benar
demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di Amerika sudah
lebih menghasilkan banyak kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika
bangsa Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan
kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4
adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya
didalam hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia
dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya
kepada pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya
mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara
Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas
untuk mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan
yang dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi
dari kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan
bersama atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
1. Pancasila digunakan sebagai dasar negara dan ideologi negara.
2. Pancasila juga digunakan sebagai tolak ukur dalam berpikir dan bertingkah laku.
3. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan merupakan sila keempat pancasila, yang mengandung arti atau makna
penerimaan dari rakyat oleh rakyat, untuk rakyat dengan cara musyawarah dan
mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan
4. Terdapat nilai-nilai sila keempat antara lain menjunjung tinggi asas musyawarah
sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab dan mewujudkan dan
mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapainya tujuan
bersama.
5. Implementasi sila keempat adalah menerapkan nilai-nilai yang terdapat pada sila
keempat antara lain menghargai persamaan derajat yaitu setiap manusia memiliki
persamaan hak dan kewajiban, mengutamakan musyawarah untuk mencapai
mufakat, serta dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah
6. Sila keempat telah diterapkan di Indonesia, namun masih ada pelanggaran antara
lain demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib, tidak
menerima hasil musyawarah dan kasus kecurangan terhadap pemilu dan masih
banyak pelanggran yang dilakukan oleh warga negara dan juga pemerintah yang
tidak sesuai dengan Pancasila sila ke-empat dikarenakan masih ada masyarakat
yang lebih mementingkan kepentingan kelompoknya daripada kepentingan Negara.
DAFTAR PUSTAKA

· (http://adietsaputra91.blogspot.com/2010/11/arti-dan-makna-sila-ke-4.html
· http://maxbugbear.wordpress.com/2008/11/21/ujian-nasional-2008/ 2 Maret 2012
· http://seo7.blogdetik.com/index.php/2010/02/butir-butir-pancasila/ 2 Maret 2012
· http://berbagizone.wordpress.com/2010/10/09/nilai-yang-terkandung-dalam-sila-
ke-4-pancasila/
· Sumber : http://pormadi.wordpress.com/2007/10/01/nilai-nilai-pancasila-dan-uud-
1945/
· http://www.mail-archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg28901.html
· (http://graha.students-blog.undip.ac.id/2009/06/12/makna-sila-pancasila)
· http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=implementasi+sila+ke-4+pancasila.html
· http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
· Darmodiharjo, 1996, Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum
Indonesia, penerbit Rajawali, Jakarta.
· Kaelan, 1995, “Hakikat Sila-sila Pancasila”, Dalam Ensiklopedi Pancasila Pariata
Westra (Ed), Penerbit BPA, Yogyakarta.
· Toyibin Aziz, M., 1997, Pendidikan Pancasila, Rineka Cipta, Jakarta.
· Anonim, 2011, Penyimpangan Demokrasi Pancasila.http://www.selamatkan-
indonesiaku.net. : 26 April 2011
· Anonim, 2011, Demokrasi
Pancasila,http://www.id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila : 26 April 2011
· hardi junaedi ; http://hardidbullier.blogspot.com/2011/11/makalah-pendidikan-
pancasila-tinjauan.html

Você também pode gostar