Você está na página 1de 3

Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan

zaman pada awal abad 21 ini. Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam. Semakin
banyak manusia tinggal di suatu daerah maka kebutuhan hidup juga bertambah.
Dengan bertambahnya manusia yang berperan sebagai konsumen, para produsen
memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan konsumen mereka.
Sedangkan semakin banyak produk yang dikeluarkan oleh industry mengeluarkan
limbah yang dibuang ke lingkungan. Limbah inilah yang mengakibatkan kerusakan
alam khususnya pada lingkungan hidup.
Masalah lingkungan yang diakibatkan ulah manusia, dalam kegiatannya bisa
mengancam manusia dan lingkungan hidupnya. Masalah lingkungan hidup terjadi
berurutan dari kegiatan manusia dan menyebabkan siklus permasalahan lingkungan
yang berpanjangan. Masalah lingkungan wujudnya berupa kerusakan-kerusakan
lingkungan yang terjadi.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Manusia
memanfaatkan lingkungan tanpa disadari dapat merugikan lingkungan hidup. Contoh
kegiatan manusia yang menimbulkan kerusakan lingkungan alam adalah Sampah,
Eksploitasi terhadap alam, Pencemaran, masih banyak lagi.
Urusan kita dengan sampah tidak berhenti saat kita membuang sampah saja.
Membuang sampah di tempatnya memang baik, tetapi masih ada hal-hal yang kita
perlu perhatikan setelah membuang sampah.
Masyarakat Indonesia (terutama di pedesaan dan di kalangan menengah ke
bawah) seringkali mengatasi sampah dengan membakarnya. Mungkin ada di antara kita
yang beranggapan, ini adalah perkara biasa yang terjadi dimasyarakat, bahkan kalau
tiba masa kerja bakti disekitar kompleks atau bahkan di tempat kerja atau kampus,
rutinitas dari beres-beres pasti berujung pada pembakaran hasil sampah yang
terkumpul.
Saat membakar sampah dalam tumpukan, tidak terjadi proses pembakaran yang
baik. Pembakaran yang baik adalah dengan membutuhkan Oksigen (O2) yang cukup.
Berbeda saat membakar tumpukan sampah, mungkin bagian luar tumpukan cukup
mendapatkan Oksigen sehingga menghasilkan CO2, tapi di dalam tumpukkan sampah
akan kekurangan O2 sehingga yang dihasilkan adalah gas Karbon Monoksida (CO).
Belum lagi dengan gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah, yang juga dapat
merusak atmosfer bumi. Gas tersebut adalah senyawa chlor, yang dihasilkan dari
pembakaran plastik.
Pembakaran bahan sintetis yang mengandung nitrogen, seperti nilon, busa
poliuretan yang ada pada sofa atau karpet busa, juga membahayakan karena dapat
menghasilkan gas HCN yang berbahaya. Pembakaran sampah merupakan kegiatan
yang dideteksi mempunyai peranan besar dalam pencemaran udara. Proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah
jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon. Hal penting yang perlu
diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi particulat
akibat proses pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu
diperhatikan adalah emisi HC dalam bentuk gas methane. Pembungkus kabel, kulit,
pipa pralon jika dibakar akan menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif, dan nilon,
busa yang terdapat dalam matras, sofa dan karpet berbusa jika dibakar akan
menghasilkan gas berbahaya. Jika pembakaran dilakukan pada suhu lebih dari 600 oC
akan menghasilkan HCN. Sebaliknya jika dilakukan pada suhu kurang dari 500oC akan
dihasilkan isosianat yang juga sangat berbahaya.
Sampah yang bercampur plastik jika terbakar asapnya menghasilkan senyawa
kimia Dioksin, senyawa zat yang bisa digunakan sebagai racun tumbuhan (herbisida).
Selain itu, mungkin pula dihasilkan fosgen yang pernah dipakai sebagai racun
pembunuh pada Perang Dunia I. Tercatat 75 racun lain yang diketahui ada dalam hasil
pembakaran sampah yang mengandung klor.
Maka dari itu diperlukan cara dalam mengelola sampah selain dibakar, untuk
mengelola sampah sebaiknya di pilah terlebih dahulu sebelum benar – benar di buang,
baiknya sampah dipilah berdasarkan jenisnya.
Sampah kertas secara spesifik bisa diolah menjadi didaur ulang. Kertas
dibersihkan dari tinta dan plastiknya, kemudian dijadikan pulp. Pulp ini kemudian
dikirim ke pabrik kertas untuk digunakan kembali sebagai bahan baku. Difermentasi
setelah dibersihkan untuk menghasilkan senyawa2 kimia yg berguna spt alkohol.
Kertas pada dasarnya adalah cellulose yg mmg merupakan bahan baku utk fermentasi
bioethanol.
Sampah plastik secara spesifik bisa diolah seperti didaur ulang secara
mekanikal utk dijadikan benda2 plastik lainnya spt bangku taman, tempat sampah,
hiasan, dll. Didaur ulang secara kimiawi secara pyrolysis untuk mengambil kembali
bahan baku plastik spt polyethylene, polypropylene, aromatik, atau bahkan untuk
bahan bakar minyak (bensin dan diesel). Sedangkan sampah organic secara spesifik
dapat diolah menjadi kompos, kemudian kompos tersebut dapat digunakan sebagai
pupuk yang akan diberikan pada tumbuhan – tumbuhan produktif yang ada di sekitaran
rumah kita.

Você também pode gostar