Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
ROSARINA ZEBUA
032013057
2.2.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan terkait
dengan masalah kesehatan.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit.
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dlaam meningkatkan mutu
hidupnya.
(Andarmoyo,2012)
2.2.3 Sasaran
Sasaran asuhan keperawatan keluarga yakni keluarga, yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keluarga dijadikan sebagai unit
pelayanan keluarga saling berkaitan dan saling memengaruhi sesama anggota
keluarga dan akan memengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan.
2.2.4 Alasan Keluargaa Menjadi salah Satu unit Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaikai masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3. Masalah- masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila
salah satu keluarga mempunyai masalah kesehatan keluarga akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya.
4. Delam memelihara kesehtan, anggota keluarga sebagai individu, keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
para anggotanya.
5. Keluaraga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan.
2.2.5 Tugas keluaraga Dalam Pelayanan Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang
dialami oleh anggota keluarganya. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan
seberapa besar perubahannya. (Suprajitno, 2012, hal 17)
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga .
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mecari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan dan menetukan tindakan keperawatan. (Suprajitno, 2012)
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Jika anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. (Suprajitno, 2012)
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
(Suprajitno, 2012)
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
(Suprajitno, 2012)
Identifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu (dx.kep)
Rencana perawaatan
penyusunan rencana,
mengiidentifikasi sumber-
sumber, mengidentifikasi
pendekatan alternatif
Intervensi, implementasi
rencana pengarahan, sumber-
sumber.
Evaluasi keperawatan
c. jenis Data kesehatan Keluarga
d. Tipologi Masalah
2.2.7.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawaatn merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang
dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawaatn berfungsi sebagai alat untuk
menggambarkan masalah pasien yang dapat ditangani oleh perawat. Cara yang
seragam dan standar untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan melabel
fenomena yang spesifik memungkinkan perawat untuk menangani respons pasien
dengan efektif.
Diagnosa keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawaatan keluarga
sebagai berikut:
1. kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
2. risiko terhadap cedera
3. risiko penularan penyakit
4. disfungsional komunikasi keluarga
5. berduka dan diantisipasi
6. isolasi sosial
7. dll
(Andarmoyo,2012)
2.2.7.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan
Menentukan prioritas masalah pada asuhan keperawaatn keluarga adalah dengan
menggunakan skala menyusun prioritas atau skoring
No. Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala: Aktual 3
Risiko 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala: Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah dapat dicegah 1
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
2.2.7.4 Intervensi
Tipologi intervensi keperawatan
1. Suplemental. Perawat berlaku sebagai pemberi pelayanann perawaatn
langsung dengan mengintervensi bidang-bidang keluarga tidak bisa
melakukannya
2. Fasilitatif. Dalam hal ini, perawat menyingkirkan halangan terhadap
pelayanan-pelayanan yang tidak diperlukan
3. Perkembangan. Perawat membantu keluarga dalam memanfaatkan
sumber-sumber keluarga dan dukungan
2.3 Konsep Medis
2.3.1 Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA
atas dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan
atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis
atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi
yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut,
bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi
2.3.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, 7 8 Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
2.3.3 Tanda dan Gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare (Muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara
lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara
17 nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan
dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila
tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
2.5.4 Ruang Lingkup Pelayanan yang di Berikan
a. Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit ISPA. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit
ISPA. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam
upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan
penataan rumah dan lingkungan yang baik.
b. Primer
Pencegahan primer merupakan usaha sungguh sungguh untuk menghindari
suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui
kegiatan promosi kesehatan dan tindakan perlindungan. Upaya
pencegahan primer yang dapat dilakukan antara lain: pemenuhan nutrisi
serta istirahat, menciptakan rumah yang sehat, menghindarkan balita dari
polusi udara, personal hygiene dan mencari informasi tentang ISPA.
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab
itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di
masingmasing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-
perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama
dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu
merupakan peletak dasar perilaku, terutama perilaku kesehatan bagi
anakanak mereka (Notoatmodjo, 2003).
c. Sekunder
Pencegahan sekunder, yang mencakup deteksi dini dan pengobatan
terhadap kondisi kesehatan yang merugikan. Tidak ada satupun obat yang
dapat menyembuhkan atau mempersingkat perjalanan penyakit ini.
Antibiotik tidak bisa mencegah pneumonia akibat common cold.
Antihistamin dan obat simpatomimetik tidak bisa mencegah otitis media;
dekongestan juga tidak bisa mencegah otitis media effusion (OME)
maupun disfungsi tuba eustachii; steroid (inhalasi/nebulasi/oral) tidak bisa
mencegah wheezing pada common cold. Selain itu, pembedaan antara
batuk berdahak dengan batuk kering tidak ada manfaatnya dari sisi terapi.
Kenyataannya, pada anak, umumnya yang terjadi adalah batuk berdahak,
bukan batuk kering; oleh karena itu tenaga kesehatan dihimbau untuk tidak
menekan refleks batuk. Batuk akibat common cold umumnya justru
mengganggu orangtua (termasuk menganggu tidur mereka) bukan
mengganggu si anak. Jarang sekali anak mengalami insomnia dan muntah
berkepenjangan akibat batuk (Pujiarto,2014).
d. Tersier
Pencegahan tersier yang dilakukan jika penyakit atau kondisi tertentu telah
menyebabkan kerusakan pada individu (Anderson dan Judith, 2006)
BAB 3
TINJAUN KASUS (KELUARGA)
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Keluarga
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan yang ada, memutuskan tindakan yang akan
dilakukan , merawat anggota keluarga sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan
5.2.2 Bagi Penulis
Diharapkan penulis mampu menjalin hubungan saling percaya,
mefasilitator, pembimbing, koordinator, pelaksana, membela dan mampu
berkolaborasi dengan timkesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA