Você está na página 1de 16

Makalah

Keperawatan Medikal Bedah 2


“Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen dan Pengkajian Sistem Integumen”

Dosen M.K : Irhamdi Achmad, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Tingkat 2B ( Kelompok 2 ) :

1. Abu Hasan Timumu 11. Rahmawati Polpoke


2. Aprilia Anggita Putri P 12. Rakima Mau
3. Asti Ardila Hasan 13. Rizky Emelya Tomagola
4. Firdiani Sri A. La Abudan 14. Salma Namakule
5. Hesti Weldemina Proym 15. Sendy Rumawatine
6. Irmawati Harifin 16. Siti Irna K. Alwi
7. La Samidin 17. Sitra Ekhleklam
8. Merlin Sapulette 18. Wa Nurmiyanti
9. Muhammad B. Siwa Siwan 19. Winda Daimani
10. Nur Aini R. Salaputa
KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLTEKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TAHUN AKADEMIK 2017-2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Anatomi dan
Fisiologi Sistem Integumen dan Pengkajian Sistem Integumen” ini.

Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.

Masohi, 15 Februari 2018

Penyusun

Kelompok II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab. I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II. Pembahasan

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen


B. Pengkajian Sistem Integumen

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri
atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan
reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic, perawat mendapatkan
informasi penting melalui riwayat kesehatan pasien dan observasi langsung. Pengkajian kulit
melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala dan kuku. Kulit
merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi
pada kulit.
Oleh karena itu, dalam penyusunan maklaah kali ini penyusun akan membahas mengenai
anatomi dan fisiologi sistem integumen dan pengkajian sistem integumen.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami kaji dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari sistem integumen ?
2. Bagaimanakah pengkajian sistem integumen ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) II.
2. Tujuan Khusus :
Selain sebagai pemenuhan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB), makalah ini juga kami susun agar kami selaku mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami mengenai Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen dan Pengkajian Sistem
Integumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen
1. Pengertian
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari
bahaya yang datang dari luar. kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk memperindah kecantikan, selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit
yang diderita pasien.
Kulit (integuman) mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh pembungkus permukaan
tubuh berikut turunanya termaksud kuku, rambut dan kelenjar. kulit adalah lapisan jaringan
yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi permukaan tubuh. kulit
berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. pada permukaan kulit
bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kulit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis = kutis ).
kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada di bawahnya dengan perantara
jaringan ikat bawah kulit (hypodermis = subkutis), dermis atau kulit mempunyai alat tambahan
atau pelengkap kulit, yaitu: rambut dan kuku.

2. Anatomi Sistem Integumen


Lapisan kulit dan bagian-bagian pelelngkapnya, kulit terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu :
1) Kulit Ari (Epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. ketebalan epidermis berbeda-beda peda
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm misalnya pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. sel-sel epidermis disebut Keratinosit. epidermis melekat erat pada dermis karena secara
fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antara sel dari plasma yang
merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas 5 lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tunduk (stratum corneum)
Lapisan tunduk (stratum corneum) merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan
menutupi semua lapisan epidermis lebih kedalam. lapisan tunduk terdiri atas beberapa lapisan
sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air.
pada telapak tangan dan dan telapak kaki jumlah garis Kreatinosit jauh lebih banyak, karena
di bagiana ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. lapisan tanduk ini sebagaian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. lapisan ini dikenal dengan lapisan Horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang
mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel
biasanya hanya 28 hari. pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai
muncul lapisan baru.
proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari
memiliku Self Repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. bertambahnya usia dapat
menyebabkan proses keratinisasi bejalan lebih lamabt. ketika usia mencapai sekitar 60
tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk
yang sudah menjadi lebih besar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putik karena
melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya
serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lacidum)
Lapisan bening (stratum lacidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah
lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.
lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). lapisan ini sangat tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum garnulosum)
Lapisan berbutir (stratum garnulosum) tersusun oleh sel sel keratonosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti
mengkerit. lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. jika
sel-sel lapisna saling berelepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. setiap sel berisi filamen-
filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun
menjadi beberapa baris.
e. Stratum malpigi
Unsur-unsur lapisan taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Stratum
malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang berbatasan dengan dermis
dibawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang).

2) Kulit Jangat (Dermis)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung
rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (sepacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-
pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (mulkulus aretor pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada didasar kandung rambut, terus menerus mebelah dalam
membentuk batang rambut. kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. kulit
jangat sering di sebut kulit sebenarnya dan 95% kulit jangat membentuk ketebalan kulit.
ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan anatara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di
kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. susunan
dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan se-
sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit janag, memungkinkan membedakan
berabgai rangsangan dari luar. masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti
saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuahan, tekanan, panas dan dingin. saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. jika kita
mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. kelenjar
palit yang menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut. sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. kelenjar
keringat menghasilkan cairran keringat yang dikeluarkan di permukaan kulit melalui pori-pori
kulit.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit
berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat ptotein ini yang di sebut kolagen. serat-serat
kolagen ini disebut juga jarinagn penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-
jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah
mengendur hingga timbul kerutan. factor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia
atau kekurangan gizi. diperlukan pehatian bahawa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan
memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. di dalam lapisan kulit jangat terdapat 2
macam kelenjar yaitu :
a. Kelenjar keringat (sudorifera)
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentu pori-pori keringat. semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan
telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. kelenjar keringat membantu suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. ada dua junis kelenjar
keringa yaitu :
- Kelenjar keringat ekrin
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 %
air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida
dan sampingan dari metabolisme seluler. kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai
dari telapak tangan dan tealpak kaki sampai ke kulit kepala. jumlahnya di seluruh badan sekitar
2 juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. bentuk
kelenjar keringat ekin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsungoada
permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
- Kelenjar keringat apokrin
Kelenjar keringat ini hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin
dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-
putihan serta berbau khas pada setiap orang. sel kelnjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali
sehingga dapat menimbulkan bau. muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. kelenjar kerinagt apokrin jumblahnay tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang di sekresikan dari kelenjar ini. kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
- Kelenjar palit (sebacea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut
terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara kedalam kandung rambut (folikel). folikel
rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. kelenjar
palit memebentuk sebum atau urap kulit. terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar
sebasea yang bermuara pada asaluran folikel rambut. pada kulit kepala, kelanjar palit atau
kelenajr sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. pada
kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kaelenjar sebasea membesar
sedangkan folikel rambut menegcil. pada kulit badan termaksud pada bagian wajah, jika
produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih
berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

3) Subkutis (Hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan
atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak dari variasi sepanajng kontur tubuh, paling tebal
di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. jika usia menjadi tua, kinerja limfosit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilanagn kontur

3. Fisiologi Sistem Integumen


1) Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi diataranya adalah:
a. Menutupi dan melindungi organ-organ di bawahnya
b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing.
c. Pengaturan suhu
d. Ekskresi: melalui perspirasi atau berkeringat, mebuang sejumlah kecil urea.
e. Sintesis: konfersi 7-dehydrocholesterol menjadi vitamin D3 (cholecalciferol) dengan
bantuan sinar UV.
f. Tempat penimbunan lemak

2) Proses berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anterior (area preoptik), impuls dipindahkan melalui jarak
otonom ke medulla spinalis dan kemudian melalui saraf simpatis ke kulit ke seluruh tubuh. saraf
simpatis merangsang kelenjar keringat untu memproduksi keringat.

3) Warna pada kulit dan fungsi melanin


Kulit mendapatkan warna dari 3 faktor :
1) adanya melanin (pigmaen gelap yang diproduksi melanosi): melanin berfungsi
melindungi kulit dari sinar ultraviolet yang berlebihan
2) pigmen berwarna kuning (karoten): dalam sel lemak dermis dan hypodermis
3) warna darah: dalam pembuluh dermal dibawah lapisan epidermis.

4) proses dan tahapan penyembuhan luka


a. Fase inflamasi
Fase inflamasi terjadi sejak terjadi luka sampai kira-kira hari ke-5. fase ini menyebabkan
perdarahan, dan menghentikannya dengan cara vasokonstriksi, retraksi atau pengerutan
pembuluh darah yang putus dan reaksi hemostatis terjadi karena trombosit dan jalan fibrin
keluar sehingga menyebabkan pembekuan. reaksi inflamasi yaitu sel mast menghasilkan
serotonin dan histamin yang menyebabkan eksudasi cairan dan peradangan itu
menyebabkan membengkak, terjadi kemerahan, rasa nyeri dan panas.
b. Fase poliperasi
Fase poliperasi berasal dari sel mensenkrim yang belum deferensiasi menghasilkan
mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen,
serat yang akan mempertautkan tepi luka. proses ini baru berhenti setelah epitel saling
meyentuh dan menutup saluran permukaan luka.
c. Fase penyudahan
Odim dan sel radang di serap sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap sisanya menegrut sesuai dengan regangan
yang ada, selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas serta
mudah digerakkan dari dasar.

5) Kelenjar-kelenjar pada kulit dan fungsinya :


a. Kelenjar sudoriferus atau kelenjar keringat
- Eccrine atau mesocin: fungsinya mengatur suhu tubuh, mengeluarkan keringat
dengan proses fisiologis.
- Apokrin atau odiferus: fungsinya menghasilkan keringat yang mengandung lemak,
mengeluarkan keringat dengan bau khusus terdapat di ketiak, areola mamae, labia
mayora, anal dan genital.
b. Kelenjar sebaseosa atau kelenjar minyak
Secret dari kelenjar ini disebut sebum fungsinya melembabkan kulit, mencegah
terjadinya absorpsi dan penguapan dari kulit.

B. Pengkajian Sistem Integumen


1. Riwayat Kesehatan
Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic, perawat mendapatkan
informasi penting melalui riwayat kesehatan pasien dan observasi langsung. Selama
wawancara riwayat kesehatan, ajukan pertanyaan tentang riwayat alergi kulit, reaksi alergi
terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit.
Nama-nama kosmetika, sabun, sampho atau produk hygiene personal lainnya juga harus
ditanyakan jika terdapat masalah kulit yang terjadi setelah memakai produk tersebut.

2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala
dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan
perubahan yang terjadi pada kulit.
Inpeksi dan palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan dalam memeriksa kulit,
dan pemeriksaan ini memerlukan ruangan yang terang dan hangat.
Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna, suhu, kelembaban, kekeringan,
tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku.
Turgor kulit edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit harus di nilai dengan palpasi.
Warna kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada
ekstremitas, dasar kuku, bibir serta membrane mukosa. Icterus, yaitu kulit yang menguning,
berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum dan acap kali terlihat pada
sclera serta membrane mukosa.
a. Mengkaji Pasien Dengan Kulit Gelap
Gradasi warna yang terjadi pada orang yang berkulit gelap terutama dibentukan oleh
transmisi genetik, kulit yang gelap dan sehat memiliki dasar kemerahan atau undertone.
Mukosa pipi, lidah, bibir dan kuku dalam keadaan normal tampak merah mudah.
Dalam memeriksa pasien dengan berkulit gelap cahaya ruangan harus baik dan
pemeriksaan dilakukan terhadap kulit serta dasar kuku disamping mulut.
a) Eritmea
Karena adanya kecendurungan pada yang gelap untuk berwarna kelabu kebiruan ketika
terdapat inflamsi, eritema (kemrrahan pada kulit yang sebabkan oleh kongesti kapiler)
mungkin sulit terdeteksi untuk menentuan inflamasi yang mungkin terdapat,kulit di palpasi
agar berdambah kehangatan atau kelicinan (edema) atau kekerasan pada kulit dapat di
ketahui.
b) Ruam
Pada kasus-kasus pruritus (gatal-gatal), kepada pasien harus menunjukan bagian tubuh
yang terasa gatal. Kemudian kulit direngangkan dengan hati-hati untuk mengurangi tonus
kemerahan dan membuat ruam tersebut menghilang.
c) Sianosis
Bila seorang pasien berkulit gelap mengalami syok, kulit biasanya berwarna kelabu.
Untuk mendeteksi sianosis, daerah di sekitar mulut serta bibir dan daerah tulang pipi serta
daun tengah harus diamati.
d) Perubahan warna
Perubahan warna pada orang yang berkulit gelap dapat diketahui dan biasanya
menyembukan distress pada pasiennya. Contoh, hipopigmentasi (kehilangan atau
berkurangnya warna kulit) yang dapat di sebabkan oleh vitiligo (suatu keadaan yang
ditandai oleh penghancuran melanosit pada daerah kulit yang terbatas atau luas).
Hiperpigmentasi (peningkatan warna kulit) dapat timbul sesudah terjadi penyakit atau
cedera pada kulit.
b. Mengkaji Lesi Kulit
Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonjol pada kelainan dermatologic. lesi
kulit dapat diuraikan sebagai lesi primer atau sekunder. Lesi primer merupakan lesi inisial dan
karakteristik penyakit itu sendiri. Lesi sekunder terjadi akibat sebab-sebab eksternal, seperti
garukan, trauma, infeksi atau perubahan yang disebabkan oleh kesembuhan luka.
Pengkajian pendahuluan terhadap erupsi atau lesi harus membantu mengenali tipe
dermatosis (keadaan kulit yang abnormal) dan menunjukan apakah lesi tersebut primer ataukah
sekunder. Untuk menentukan luas distribusi regional, bagian sisi kiri dan kanan tubuh harus
dibandingkan sementara warna dan bentuk lesi dicatat. Sesudah observasi dilaksanakan, lesi
dipalpasi untuk menentukan tekstur, bentuk serta tepinya, dan melihat apakah lesi tersebut
teraba lunak atau berisih cairan, atau teraba keras dan terviksasi pada jaringan disekitarnya.
Sebuah pengaris dapat digunakan untuk mengukurkan besar lesi sehingga setiap pembesaran
lebih lanjut dapt di bandingkan dengan ukuran awalnya.
c. Mengkaji Vaskularitas dan Hidrasi
Setelah warna kulit diinpeksi dan keadaan lessi dicatat, pengkajian terhadap perubahan
vaskuler pada kulit harus dilakukan. Uraian tentang perubahan vaskuler mencakup lokasi,
distribusi, warna, ukuran dan adanya pulsasi.
Kelembaban kulit, suhu dan tekstur kulit dinilai terutama dengan cara palpasi. Elastisitas
(turgor) kulit yang menurun pada proses penuaan yang normal dapat terjadi salah satu
penyebab untuk menilai status hidrasi seorang pasien.
d. Mengkaji Kuku dan Rambut
a) Kuku
Inspeksi singkat pada kuku mencakup observasi untuk melihat konvigurasi, warna dan
konsistensi. Banyak kuku atau dasar kuku (nailbed) yang mencerminkan kelainan local atau
sistemik yang sedang berlangsung atau yang terjadi akibat peristiwa di masa lalu.
 Paroniki
Suatu invlamasi kulit disekitar kuku, biasanya akan disertai gejala nyeri tekan dan
eritema. Sudut antara kuku normal dan pangkalnya (basis unguium) adalah I60 derajat.
 Clubbing
Clubbing (jari tabuh) terlihat sebagai pelurusan sudut yang normal (menjadi 180 derajat
atau lebih) dan pelunakan pada pangkal kuku.
b) Rambut
Pengkajian rambut dilaksanakan dengan cara inpeksi dan palpasi. Sarung tangan harus
digunakan dan ruang pemeriksaan harus memiliki penerangan yang baik. Sibak rambut
pasien agar kondisi kulit yang dibaliknya dapat dilihat dengan mudah; kemudian perawat
harus mencatat warna, tekstur serta distribusinya. Setiap lesi yang abnormal, gejala gatal-
gatal, atau tanda-tanda infestasi parasite (tuma atau kutu) harus dicatat.
 Warna dan tekstur
Warna rambut yang alami berkisar dari putih hingga hitam. Warna rambut mulai berubah
menjadi kelabu (beruban) ketika seseorang menjadi tua. Kondisi alami dapat berubah
dengan penguanaan perwarna rambut, pemutih dan produk untuk, mengeriting atau
meluruskan rambut.
 Tekstur
Rambut kulit kepala berkisar dari halus hingga tebal; ulet hingga sudah pata; berminyak
hingga kering; dan lurus, berombak atau keriting. Rambut yang kering dan midah patah
dapat terjadi akibat penggunaan warna rambut yang berlebihan, pengering rambut dan alat
pengeriting rambut atau akibat gangguan fungsi tiroid.
 Distribusi
Distribusi rambut tubuh bervariasi menurut lokasinya. Rambut yang tumbuh di seluruh
badan memiliki tekstur yang halus kecuali rambut di daerah aksila dan pubis yang kasar
serta tumbuh pada usia pubertas. Distribusi rambut pada laki-laki memiliki bentuk wajik yang
meluas sampai didaerah umbilicus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, Kulit (integuman) mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh
pembungkus permukaan tubuh berikut turunanya termaksud kuku, rambut dan kelenjar. kulit
adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi
permukaan tubuh. kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang
masuk. pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala
dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan
perubahan yang terjadi pada kulit. Pengakjian pada system integument dimulai dengan
pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien.

B. Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini akan
dapat bermanfaat bagi pembaca dalam hal penambahan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Rika Andriyani, dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Jakarta :
Deepublish

John Gibson. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Ed. 2. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Ed. 2. Jakarta :
Salemba Medika

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan . Edisi 2. Jakarta: EGC

Você também pode gostar