Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh :
Tingkat 2B ( Kelompok 2 ) :
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Anatomi dan
Fisiologi Sistem Integumen dan Pengkajian Sistem Integumen” ini.
Dari penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak.
Begitupulah kami, manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun daripada semua pihak sangatlah kami perlukan agar penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi daripada makalah yang sekarang ini.
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab. I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri
atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan
reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic, perawat mendapatkan
informasi penting melalui riwayat kesehatan pasien dan observasi langsung. Pengkajian kulit
melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala dan kuku. Kulit
merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi
pada kulit.
Oleh karena itu, dalam penyusunan maklaah kali ini penyusun akan membahas mengenai
anatomi dan fisiologi sistem integumen dan pengkajian sistem integumen.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami kaji dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari sistem integumen ?
2. Bagaimanakah pengkajian sistem integumen ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) II.
2. Tujuan Khusus :
Selain sebagai pemenuhan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB), makalah ini juga kami susun agar kami selaku mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami mengenai Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen dan Pengkajian Sistem
Integumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen
1. Pengertian
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari
bahaya yang datang dari luar. kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk memperindah kecantikan, selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit
yang diderita pasien.
Kulit (integuman) mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh pembungkus permukaan
tubuh berikut turunanya termaksud kuku, rambut dan kelenjar. kulit adalah lapisan jaringan
yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi permukaan tubuh. kulit
berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. pada permukaan kulit
bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kulit dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis = kutis ).
kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada di bawahnya dengan perantara
jaringan ikat bawah kulit (hypodermis = subkutis), dermis atau kulit mempunyai alat tambahan
atau pelengkap kulit, yaitu: rambut dan kuku.
3) Subkutis (Hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan
atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak dari variasi sepanajng kontur tubuh, paling tebal
di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. jika usia menjadi tua, kinerja limfosit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilanagn kontur
2) Proses berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anterior (area preoptik), impuls dipindahkan melalui jarak
otonom ke medulla spinalis dan kemudian melalui saraf simpatis ke kulit ke seluruh tubuh. saraf
simpatis merangsang kelenjar keringat untu memproduksi keringat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala
dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan
perubahan yang terjadi pada kulit.
Inpeksi dan palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan dalam memeriksa kulit,
dan pemeriksaan ini memerlukan ruangan yang terang dan hangat.
Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna, suhu, kelembaban, kekeringan,
tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku.
Turgor kulit edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit harus di nilai dengan palpasi.
Warna kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada
ekstremitas, dasar kuku, bibir serta membrane mukosa. Icterus, yaitu kulit yang menguning,
berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum dan acap kali terlihat pada
sclera serta membrane mukosa.
a. Mengkaji Pasien Dengan Kulit Gelap
Gradasi warna yang terjadi pada orang yang berkulit gelap terutama dibentukan oleh
transmisi genetik, kulit yang gelap dan sehat memiliki dasar kemerahan atau undertone.
Mukosa pipi, lidah, bibir dan kuku dalam keadaan normal tampak merah mudah.
Dalam memeriksa pasien dengan berkulit gelap cahaya ruangan harus baik dan
pemeriksaan dilakukan terhadap kulit serta dasar kuku disamping mulut.
a) Eritmea
Karena adanya kecendurungan pada yang gelap untuk berwarna kelabu kebiruan ketika
terdapat inflamsi, eritema (kemrrahan pada kulit yang sebabkan oleh kongesti kapiler)
mungkin sulit terdeteksi untuk menentuan inflamasi yang mungkin terdapat,kulit di palpasi
agar berdambah kehangatan atau kelicinan (edema) atau kekerasan pada kulit dapat di
ketahui.
b) Ruam
Pada kasus-kasus pruritus (gatal-gatal), kepada pasien harus menunjukan bagian tubuh
yang terasa gatal. Kemudian kulit direngangkan dengan hati-hati untuk mengurangi tonus
kemerahan dan membuat ruam tersebut menghilang.
c) Sianosis
Bila seorang pasien berkulit gelap mengalami syok, kulit biasanya berwarna kelabu.
Untuk mendeteksi sianosis, daerah di sekitar mulut serta bibir dan daerah tulang pipi serta
daun tengah harus diamati.
d) Perubahan warna
Perubahan warna pada orang yang berkulit gelap dapat diketahui dan biasanya
menyembukan distress pada pasiennya. Contoh, hipopigmentasi (kehilangan atau
berkurangnya warna kulit) yang dapat di sebabkan oleh vitiligo (suatu keadaan yang
ditandai oleh penghancuran melanosit pada daerah kulit yang terbatas atau luas).
Hiperpigmentasi (peningkatan warna kulit) dapat timbul sesudah terjadi penyakit atau
cedera pada kulit.
b. Mengkaji Lesi Kulit
Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonjol pada kelainan dermatologic. lesi
kulit dapat diuraikan sebagai lesi primer atau sekunder. Lesi primer merupakan lesi inisial dan
karakteristik penyakit itu sendiri. Lesi sekunder terjadi akibat sebab-sebab eksternal, seperti
garukan, trauma, infeksi atau perubahan yang disebabkan oleh kesembuhan luka.
Pengkajian pendahuluan terhadap erupsi atau lesi harus membantu mengenali tipe
dermatosis (keadaan kulit yang abnormal) dan menunjukan apakah lesi tersebut primer ataukah
sekunder. Untuk menentukan luas distribusi regional, bagian sisi kiri dan kanan tubuh harus
dibandingkan sementara warna dan bentuk lesi dicatat. Sesudah observasi dilaksanakan, lesi
dipalpasi untuk menentukan tekstur, bentuk serta tepinya, dan melihat apakah lesi tersebut
teraba lunak atau berisih cairan, atau teraba keras dan terviksasi pada jaringan disekitarnya.
Sebuah pengaris dapat digunakan untuk mengukurkan besar lesi sehingga setiap pembesaran
lebih lanjut dapt di bandingkan dengan ukuran awalnya.
c. Mengkaji Vaskularitas dan Hidrasi
Setelah warna kulit diinpeksi dan keadaan lessi dicatat, pengkajian terhadap perubahan
vaskuler pada kulit harus dilakukan. Uraian tentang perubahan vaskuler mencakup lokasi,
distribusi, warna, ukuran dan adanya pulsasi.
Kelembaban kulit, suhu dan tekstur kulit dinilai terutama dengan cara palpasi. Elastisitas
(turgor) kulit yang menurun pada proses penuaan yang normal dapat terjadi salah satu
penyebab untuk menilai status hidrasi seorang pasien.
d. Mengkaji Kuku dan Rambut
a) Kuku
Inspeksi singkat pada kuku mencakup observasi untuk melihat konvigurasi, warna dan
konsistensi. Banyak kuku atau dasar kuku (nailbed) yang mencerminkan kelainan local atau
sistemik yang sedang berlangsung atau yang terjadi akibat peristiwa di masa lalu.
Paroniki
Suatu invlamasi kulit disekitar kuku, biasanya akan disertai gejala nyeri tekan dan
eritema. Sudut antara kuku normal dan pangkalnya (basis unguium) adalah I60 derajat.
Clubbing
Clubbing (jari tabuh) terlihat sebagai pelurusan sudut yang normal (menjadi 180 derajat
atau lebih) dan pelunakan pada pangkal kuku.
b) Rambut
Pengkajian rambut dilaksanakan dengan cara inpeksi dan palpasi. Sarung tangan harus
digunakan dan ruang pemeriksaan harus memiliki penerangan yang baik. Sibak rambut
pasien agar kondisi kulit yang dibaliknya dapat dilihat dengan mudah; kemudian perawat
harus mencatat warna, tekstur serta distribusinya. Setiap lesi yang abnormal, gejala gatal-
gatal, atau tanda-tanda infestasi parasite (tuma atau kutu) harus dicatat.
Warna dan tekstur
Warna rambut yang alami berkisar dari putih hingga hitam. Warna rambut mulai berubah
menjadi kelabu (beruban) ketika seseorang menjadi tua. Kondisi alami dapat berubah
dengan penguanaan perwarna rambut, pemutih dan produk untuk, mengeriting atau
meluruskan rambut.
Tekstur
Rambut kulit kepala berkisar dari halus hingga tebal; ulet hingga sudah pata; berminyak
hingga kering; dan lurus, berombak atau keriting. Rambut yang kering dan midah patah
dapat terjadi akibat penggunaan warna rambut yang berlebihan, pengering rambut dan alat
pengeriting rambut atau akibat gangguan fungsi tiroid.
Distribusi
Distribusi rambut tubuh bervariasi menurut lokasinya. Rambut yang tumbuh di seluruh
badan memiliki tekstur yang halus kecuali rambut di daerah aksila dan pubis yang kasar
serta tumbuh pada usia pubertas. Distribusi rambut pada laki-laki memiliki bentuk wajik yang
meluas sampai didaerah umbilicus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, Kulit (integuman) mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh
pembungkus permukaan tubuh berikut turunanya termaksud kuku, rambut dan kelenjar. kulit
adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar untuk menutupi dan melindungi
permukaan tubuh. kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang
masuk. pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termaksud membrane mukosa, kulit kepala
dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan
perubahan yang terjadi pada kulit. Pengakjian pada system integument dimulai dengan
pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien.
B. Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini akan
dapat bermanfaat bagi pembaca dalam hal penambahan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Rika Andriyani, dkk. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Jakarta :
Deepublish
John Gibson. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Ed. 2. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Ed. 2. Jakarta :
Salemba Medika