Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Description
Latar Belakang
Penyakit Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
dapat menyerang semua orang dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama
pada anak (Susilaningrum dkk, 2013). Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
sering menyerang pada anak karena terutama pada anak usia kurang dari tujuh tahun
belum dapat membentuk kekebalan tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar
rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang
hari (Slamet dalam Nengrum, 2014).
Kementerian kesehatan RI mencatat jumlah penderita Dengue Haemorrhagic
fever (DHF) di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 13.219 orang
penderita DHF dengan jumlah kematian 137 orang. Proporsi penderita terbanyak yang
mengalami DHF di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapai
42,72% dan yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49% (Depkes RI,
2016). Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat
juga menyerang orang dewasa tahun 2014 penderita DHF di Kabupaten Mojokerto 49
penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 28 penderita dan perempuan sebanyak 21
penderita. Tidak ada kasus penderita yang meninggal dunia. Pada tahun 2013 penderita.
DHF sebanyak 59 penderita dan yang meninggal sebanyak 4 orang. Terjadi penurunan
kasus DHF dari tahun 2013 ke tahun 2014 (Dinkes Mojokerto, 2014). Berdasarkan studi
pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 28 februari 2017 di RSU Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto di dapatkan data rekam medik dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
dengan jumlah 341 pasien dengan rentang usia 1-6 tahun sebanyak 27% usia 6-10 tahun
sebanyak 24% usia 10-18 tahun sebanyak 49% yang menderita penyakit Dengue
Haemorrhagic fever (DHF).
Faktor penyebab terjadinya DHF adalah virus dengue yang di sebabkan oleh
gigitan nyamuk aedes aegypti. dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat
perkembangbiakan larva nyamuk aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan
masyarakat menyebabkan seringnya terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umbor,
2016). Sebagian besar penderita menunjukan gejala menimbulkan demam yang tidak
khas. Tanda dan gejala demam dengue (DD) yang klasik antara lain berupa demam
tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital),
rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit
makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan
demam dengue dikenal sebagai demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto,
2012).Komplikasi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan dengan
syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairan yang
berlebihan selama fase kebocoran plasma dapat berakibat efusi massif, yang berujung
pada gagal nafas, Dapat terjadi gangguan elektrolit/metabolik: hipoglikemia,
hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Siregar dalam Liza, 2015). bahwa
pencegahan dan penanggulangan Dengue Haemorrhagic fever(DHF) sangat tergantung
kepada partisipasi masyarakat. Pemutusan rantai nyamuk dengan fogging focus serta
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Masalah keperawatan yang bisa muncul karena
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), yaitu hipertermia dan kekurangan volume cairan,
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hipertermia
yaitu menurunkan suhu tubuh pasien, yang pertama dengan cara kompres hangat pada,
kedua ketiak, lipatan paha, kedua lutut bagian dalam paling banyak pembuluh darah,
sehingga sel saraf akan segera memberi sinyal ke hipotalamus untuk menurunkan suhu
tubuh (Sodikin dalam Susilo, 2016). Penggunaan kompres hangat dapat mencegah
pasien tidak menggigil. Kompres hangat merangsang vasodilatasi sehingga
mempercepat proses evaporasi dan konduksi yang dapat menurunkan suhu tubuh
(Sodikin dalam Permatasari, 2012). Mengatasi mual muntah dengan mempertahankan
intake dan output yang adekuat, rehidrasi oral, seperti memberikan minum jus buah atau
susu supaya tidak terjadi dehidrasi (Nugrahajati, 2012).
5. Evaluasi
Responden 1 pada tanggal 12 juni 2017 masalah kekurangan volume
cairan teratasi sebagian klien mengatakan sudah tidak mual lagi dan sudah tidak
mengeluh nyeri perut, selanjutnya tindakan yang bisa dilakukan dirumah adalah
anjurkan klien untuk banyak minum, memantau tanda dan gejala syok,
melakukan langkah untuk mengatasi syok. Salah satu tindakan non farmakologis
untuk mengatasi kekurangan volume cairan adalah menganjurkan klien untuk
minum air putih yang banyak (Yekti dalam Daryani, 2016). Tujuan dari minum
air putih atau cairan yang mengandung elektrolit yang banyak yaitu untuk
menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah
pada klien Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) (Sodikin, 2012).
Responden 2 pada tanggal 12 juni 2017 masalah resiko perdarahan teratasi
sebagian ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mual muntah lagi dan sudah
tidak mengeluh nyeri perut, selanjutnya tindakan yang bisa dilakukan dirumah
adalah anjurkan klien untuk minum banyak, anjurkan klien untuk tidak makan-
makanan yang keras,mengajarkan keluarga untuk memantau tanda-tanda
perdarahan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perdarahan
dapat ditingkatkan dengan salah satunya mengkaji ada tidaknya perdarahan pada
klien (Pujianti dalam Daryani, 2016).
Simpulan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian keluhan yang muncul dari 2 responden adalah
responden 1 panas sejak 4 hari naik turun tinggi pada saat malam hari, mual.
Pemeriksaan fisik terdapat ptekie, klien tampak lemas, perdarahan gusi dan
stomatitis pada lidah, nyeri pada perut bagian atas, pemeriksaan laboratorium
didapatkan penurunan trombosit 20 (10^3/uL). Responden 2 panas sejak 4 hari
naik turun, mual muntah. Pemeriksaan fisik klien mengatakan nyeri pada ulu
hati saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen, pemeriksaan
laboratorium di dapatkan penurunan trombosit 69 (10^3/uL). dan hematocrit
38,7%
2. Diagnosa
Klien pertama dan kedua memiliki masalah keperawatan yang berbeda.
Klien pertama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif. Klien kedua yaitu resiko perdarahan berhubungan dengan
koagulopati inheren (trombositopenia).
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan kedua klien berbeda. Tujuan dan kriteria hasil
dilakukan intervensi antara klien 1 dan 2 tidak sama sehingga hasil yang akan
dicapai kedua klien berbeda. Terjadinya perbedaan kriteria hasil pada kedua
klien karna tanda dan gejala yang muncul antara klien 1 dan 2 berbeda.
4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan pada An. D dan An. A selama 2x24 jam dirumah
sakit selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama 2x24 jam pada kedua responden sudah
teratasi sebagian, karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan.
Rekomendasi
Di anjurkan minum air putih yang banyak untuk menggantikan cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma dan pendarahan sehingga mengakibatkan penurunan
trombosit.
Daftar Pustaka
Dinkes. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto.
Daryani, Shinta. Intan. D., (2016). Upaya Pencegahan Terjadinya Perdarahan Dan Syok
Pada Pasien DHF Di RSUD Pandan Arang Boyolali (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://eprint.ums.ac.id/44585/di akses
pada tanggal 22 juni 2017 jam 21 : 35 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimul (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Permatasari Kariana, I., Hartini, S. & Bayu Muslim, A. (2013). Perbedaan Efektifitas
Kompres Air Hangat Dan Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Dengan emam di RSUD Tugurejo Semarang.
http://182.253.197.100/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/126/15
1.di akses pada tanggal 05 mei 2017 jam 20:43 WIB
Nengrum,AS. (2014) Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An.E Umur 4 Tahun
Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat 1 https://digilib.uns.ac.id di
akses pada tanggal 20 maret 2017 jam 10 : 45 WIB
Susilaningrum.R., Nursalam., Utami. S., (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.
Jakatra: Salemba Medika.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilo, A. S. A. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada
Anak DBD Di RSPA Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/44518/7/PUBLIKASI%20ILMIAH.pdf akses pada
tanggal 10-januari-2017 jam 21 : 01 WIB
Tjokroprawiro. A., Setiawan. B., P., Effendi. C., Santoso. D., Soegiarto. G., (2015).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Unair.
Umboh I.V., Kandou D.G., Kepel J.B. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Sikap Tentang Program 3M Plus Dengan Kejadian DBD Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.
http://ejournalhealth.com/index.php/ikmas/article/view/73/71 di akses pada
tanggal 17 mei 2017 jam 10 : 25 WIB
Alamat corespondensi
Email : dwir8897@gmail.com
Alamat : Desa krangren (01/01) kecamatan krejengan kabupaten probolinggo
No. Hp : 081335837375