Você está na página 1de 20

ANALISIS SOLUSI PERMASALAHAN PETANI KOMODITI SELADA DI

DESA KERTA, GIANYAR

NAMA KELOMPOK 6 :
1. ALDI OKTAVIAN 1610521019
2. I GUSTI AYU KRISNA DEWI 1610521021
3. RENDY SINAGA 1610521023
4. GABRIELLA MUTIARA HASEAMA 1610521024
5. DEVI HAGELIA ARITONANG 1610521025
6. YOGA BREMANA CHORINTHI 1610521026
7. LUH GEDE MENING LESTARI 1610521027
8. ZAINUL FIKRI 1610521028
9. ESMERALDA OKTAVIANI SIMARMATA 1610521032
10. RIAN LAMHOT PARASIAN HUTABARAT 1610521034
11. NI LUH PUTU RATNA GITA UTAMI 1610521038
12. LUH PUTU AYU EVITASARI CESARINI 1610521039
13. WIJAYA SAPUTRA 1511205047
14. ANDRICO GULTOM 1511205048

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Solusi
Permasalahan Petani Komoditi Selada di Desa Kerta, Gianyar” sebagai bentuk
penugasan dari kegiatan BISMA tahun 2017. Kami ucapkan terima kasih banyak
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M.T selaku dosen pembimbing
kelompok kami, Ariani Dewi selaku pembimbing kelompok kami, serta keluarga dan
teman-teman sekalian yang juga sudah ikut membantu kami.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman baik bagi penulis maupun pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 13 Mei 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....1


1.2 Tujuan ………………………………………………………………….....3
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selada…………………………………………………………………..... 4
2.2 Gambaran Umum Desa Kerta, Gianyar …………………………………. 7

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat……..……………………………………………….... 8


3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………... 8
3.3 Instrumen Penelitian ……………………………………………………...8
3.4 Pengumpulan Data ………………………………………………………..9

BAB IV ISI

4.1 Identifikasi Kerusakan Bahan …………………………………………...10


4.2 Identifikasi Rantai Pasok……………………………………………….. 10
4.3 Masalah Penanganan Pascapanen Selada ……………………………….11
4.4 Analisis Solusi Kerusakan Selada ………………………………………12

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………...15


5.2 Saran …………………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk pertanian memiliki karakteristik dan bentuk-bentuk yang


berbeda jika dibandingkan dengan komoditi lain, misalnya umur
penggunaan yang pendek, tingkat kerentanan yang tinggi terhadap
lingkungan mikro (cuaca/iklim), sehingga produk ini memerlukan
penanganan khusus dalam proses packaging dan distribusinya guna
mempertahankan kualitas produk tersebut. Setelah dipanen, semua produk
pertanian dapat didistribusikan untuk dikonsumsi langsung kepada
customer atau digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan dan
minuman.
Namun tak jarang kita temukan penurunan kualitas sayuran yang
akan di salurkan kepada costumer.Hal tersebut dikarenakan kuantitas hasil
panen produk pertanian sangat tergantung pada proses pertumbuhan
terkait penanaman di lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan produk
pertanian dapat mengalami kerusakan atau loss function sejak dipanen dari
lahan pertanian.
Penurunan kualitas produk sayuran juga terkait dengan aktivitas
distribusi produk komoditi pertanian hingga ke konsumen dikarenakan
suatu perubahan dalam dimensi waktu-jarak atau suhu serta media/sarana
pengangkutan dalam setiap mata rantai aktivitas distribusi. Maka hal ni
sangat berpengaruh besar pada harga jual sayuran dan apabila kondisi ini
terus berlangsung, maka akan menimbulkan kerugian bagi petani sebagai
produsen dan masyarakat sebagai konsumen.
Cara penangkutan komoditi sayur-mayur harus mendapatkan
perhatian lebih karena sifatnya yang mudah rusak tersebut. Misalnya dari
lahan pertanian dan setelah panen seharusnya produk tersebut diangkut

1
sesuai dengan sifat fisiokimia produk, misalnya klimaterik/non-klimaterik,
perlu suhu rendah atau tidak, tidak ditumpuk, dikemas dengan kemasan
dari bahan apa, dan sebagainya. Kondisi tersebut harus diperhatikan atau
dikendalikan dengan baik agar kehilangan (loss) selama proses
pengangkutan dan distribusi dapat diminimalkan.
Penjagaan kualitas atau quality assurance pada produk pertanian,
seperti sayur-mayur, relatif sulit karena komoditi ini memiliki sifat-sifat:
bulky (volumenya besar), perishable (mudah rusak) dan seasonal
(musiman). Kendala ini merupakan tantangan dalam menjaga kualitas
produk karena para pemasok produk pertanian diharapkan dapat memasok
produk dengan kualitas baik atau sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh industri atau pasar. Hal ini juga diperkuat adanya
penerapan ISO 9001:2008 yang menyatakan bahwa semua pemasok yang
memasok bahan baku/pembantu pada industri yang telah memiliki ISO
tersebut harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan aturan yang ada.
Seperti halnya yang terjadi di Banjar Tengah, Desa Kerta, Gianyar
yang memiliki potensi dari hasil pertanian berupa sayuran , salah satunya
selada. Namun permasalahan yang terdapat pada desa ini yaitu kerusakan
dan pembusukan pada selada pada saat produk belum sampai pada pasar
atau konsumen. Tentunya hal ini merugikan para petani, dimana selada
dikenal dengan harga yang relative murah ditambah lagi dengan kerusakan
sayur saat perjalanan menuju pasar/konsumen membuat para petani
mengalami rugi banyak setiap kali produksinya.

Oleh sebab itu kami berusaha menganalisis dan memberikan solusi


agar selada tersebut tidak mudah rusak dan memiliki daya simpan yang
cukup lama hingga sampai ke pasar atau konsumen. Selain masalah yang
telah kami cantumkan di atas, hal yang paling penting diperhatikan yaitu
disaat proses panen sayur selada tersebut. Misalnya, saat proses panen
berlangsung ada baiknya dilakukan saat cahaya matahari tidak terlalu

2
terik, tingkat kekerasan pada saat memanen juga sangat penting untuk
diperhatikan, tertimbunnya bahan lama yang belum terjual dengan barang
yang baru dipanen mengakibatkan barang lama busuk dan diabaikan. Hal
yang paling sering dilakukan yaitu barang yang ingin didistribusikan
sering kali tidak memperhatikan tingkat kebersihannya dalam mencuci
sehingga terkadang ada ulat atau kotoran lain yang mengakibatkan
cepatnya proses pembusukan pada sayur selada. Banyak hal yang perlu di
perhatikan dan dilakukan pada sayur selada untuk menjaga kualitas bahan
hingga sampai pada pasar atau konsumen dengan tujuan tingginya nilai
rupiah yang akan diperoleh oleh para petani selada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor penyebab selada mudah busuk (kualitasnya menurun)?
2. Bagaimana solusi untuk menangani penurunan kualitas selada?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas selada.
2. Menemukan solusi untuk menangani permasalahan penurunan kualitas
selada terutama dalam hal cepatnya proses pembusukan pada selada.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selada

Selada adalah tanaman bergenus Lactuca yang memiliki bunga yang


berkumpul pada suatu tandan dan membentuk sebuah rangkaian. Selada
biasanya disajikan dan dimakan dalam keadaan mentah. Sayuran ini memiliki
ciri fisik seperti warna dan tekstur yang mampu menyegarkan tampilan
makanan. Hal inilah yang membuat selada biasa dijadikan sebagai sayur
penyegar.

Klasifikasi ilmiah dari selada adalah sebagai berikut.

Kingdom: Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa

Tanaman selada terdiri dari tiga jenis, yaitu selada mentega, selada
tutup, dan selada potong. Selada mentega memiliki krop bulat dan keropos.
Keunggulan selada jenis mentega dibandingkan dengan jenis selada lainnya
ialah selada ini tidak mudah rusak sehingga dapat dikirim ke tempat yang
jauh. Sementara itu, selada tutup memiliki krop bulat dan agak padat. Berbeda
dengan kedua selada tadi, selada potong memiliki krop lonjong atau bulat
panjang.

4
Tanaman selada dapat tumbuh menjalar atau tegak hingga ketinggian 1
meter. Tanaman ini memiliki perakaran tunjang serta percabangan yang
banyak dan berbatang licin. Batangnya mengandung banyak cairan serta
berongga. Daun tanaman ini berbentuk majemuk, tersusun berselang–seling
dan tidak memilki stipula. Bunga tanaman ini biseksual, yang memiliki
simetris banyak berwarna kekuningan, terletak pada rangkaian yang lebat dan
tangkai bunga mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah
berbentuk polong yang berisi biji. Biji didalam buah tersebut berbentuk pipih,
berukuran kecil, berbulu dan berwarna kecoklatan.

Daun selada mengandung antioksidan, seperti betakaroten, falat dan


lutein serta mengandung indol yang bermanfaat untuk mencegah kanker. Serat
alami didalamnya juga berguna untuk melancarkan dan menyehatkan
kesehatan pencernaan. Kandungan gizi yang terkandung berdasarkan 100
gram selada diantaranya 15.000 kalori, 1,20 gprotein,0,2 g lemak, 2,9 gram,
22,00 mgCa, 0,5 mg Fe, 540 SIvitamin A, dan 0,04 Vitamin B1.

Syarat-syarat penting untuk bertanam selada adalah sebagai berikut.

 Media tanam selada adalah tanah mengandung humus.

 Suhu udara terbaik untuk tumbuhnya adalah suhu di antara 15-20° C.

 Tingkat keasaman (pH) tanah di antara 5-6,5.

 Waktu menanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan, yaitu
pada bulan Maret dan April.

Ada beberapa hal yang dapat menurunkan mutu dan kualitas dari
selada, yaitu hama dan penyakit serta kerusakan selama panen dan
pascapanen. Hama tanaman selada, di antaranya Crocidolomia binotalis, ulat
tritip, siput, ulat Thepa javanica, dan cacing mematoda. Hama-hama ini dapat
dikendalikan dengan penyemprotan pestisida secara teratur dan berdasarkan
hama yang ingin dikendalikan. Penyakit-penyakit yang menyerang selada,

5
antara lain penyakit akar pekuk, bercak daun alternaria, busuk basah, embun
tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizotonia, bercak daun, dan virus
mosaik. Hal ini dapat dicegah dengan penanaman dan pemeliharaan selada
yang baik dan sesuai aturan.

Teknik pemanenan selada yang baik dan benar juga berpengaruh


terhadap kualitas selada. Pemanenan selada dilakukan dengan memotong
bagian tanaman di atas permukaan tanah. Ini juga dapat dilakukan dengan
mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang
rusak dibuang. Kemudian, masing-masing selada dikelompokkan berdasarkan
ukurannya. Selada-selada ini harus segera dikirimkan karena tidak tahan
panas dan mudah menguap.

Selama pasca panen, kualitas pada dapat dipengaruhi faktor mekanis


dan biologis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis umumnya
terjadi karena penanganan yang kurang baik pada saat pengangkutan dan
bongkar muat, sehingga banyak daun yang robek – robek dan patah.
Kerusakan ini harus dicegah. Sebab kerusakan fisik yang terjadi pada daun
sangat membantu parasit yang dapat mempercepat kerusakan daun.

Selada yang telah dipanen masih mengalami aktivitas biologis, seperti


proses penguapan dan respirasi. Hal ini menyebabkan penyusutan dan
penurunan kualitas daun. Menurut Robinson et.al. (1975) dalam Toekidjo
Martoredjo 1984), bahwa pada sayuran yang berupa daun, kehilangan air
sebanyak 10% dari berat aslinya karena adanya penguapan (transpirasi) maka
daun selada menjadi layu dan kualitasnya sangat rendah. Perubahan biologis
lainnya seperti perubahan tepung mengakibatkan selada yang telah dipanen
mudah diserang penyakit.

6
2.2 Gambaran Umum Desa Kerta, Kecamatan Payangan

Desa Kerta, Kecamatan Payangan secara geografis terletak diantara


koordinat 8° 18’48” - 8° 29’40” Lintang Selatan dan 115° 13’29,0” - 115o
17’36,7” Bujur Timur. Batas-batas Desa Kerta adalah sebagai berikut.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bangua.


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Puhu.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Buahan.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Taro.

Desa Kerta merupakan kawasan dengan batuan induk yang berasal


dari abu vulkan intermedier. Tanah yang terbentuk dari batuan ini adalah jenis
tanah regosol coklat kekuningan dan regosol berhumus. Daerah di Kabupaten
Gianyar dan wilayah Bali lainnya biasanya beriklim laut tropis yang
dipengaruhi angin musim. Musim kemarau terjadi pada Juni sampai
September dan musim hujan biasa terjadi sekitar bulan Desember hingga
Maret. Pada tahun 2007, suhu di Desa Kerta adalah 27° C dan kelembaban
udaranya 75,50%. Berdasarkan keadaan iklim rata-rata wilayah Gianyar,
curah hujan dan hari hujan di desa tersebut cenderung meningkat pada tahun
2003-2007.

Luas wilayah Desa Kerta adalah 1.442 Ha. Pada tahun 2009,
penggunaan lahan wilayahnya sebagai sawah adalah 153 Ha dan digunakan
sebagai tegalan seluas 871,95 Ha. Sementara itu wilayah yang digunakan
sebagai permukiman 31,9 Ha, kuburan 10 Ha, dan lainnya 375,36 Ha.

Menurut I Gusti Ayu Dewi Hariani, pada tahun 2014 jumlah petani di
Kabupaten Gianyar kurang lebih mencapai 48.000 orang. Jika dirata-ratakan,
satu orang petani mendapat bagian sekitar 30 are lahan untuk dikembangkan.
Hal tersebut tentu tergolong minim jika diasumsikan rata-rata petani
menghasilkan 6 ton setiap produksi, maka penghasilan petani perbulan hanya
mencapai 800 ribu.

7
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Rencana penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2017


sampai dengan 21 Mei 2017. Bertempat di Desa Kerta, Banjar Marga Tengah,
Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel diambil menggunakan metode purposive


sampling. Peneliti memilih beberapa orang dari kelompok petani selada di
desa Kerta yang dirasa sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang pertanian selada di lokasi setempat.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survei


atau observasi pada tempat penelitian, dan juga mewawancarai petani dengan
mengajukan beberapa buah pertanyaan yang berkaitan tentang kegiatan pasca-
panen yang dilakukan para petani selada. Beberapa pertanyaannya adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana cara petani memanen selada?


2. Kapan biasanya waktu memanen selada dilakukan?
3. Apa penanganan pasca-panen yang dilakukan oleh petani selada?
4. Apakah selada yang sudah selesai dipanen langsung dibawa menuju
pasar?

8
5. Apa saja penanganan yang dilakukan oleh petani ketika membawa
selada dari tempat panen menuju pasar atau pengepul?

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara


dengan beberapa petani selada yang telah dipilih sebagai sampel. Hasil
observasi atau survey serta wawancara ditulis di kertas. Hasil observasi atau
survey juga didokumentasikan berupa foto-foto di lokasi penelitian.

9
BAB IV
ISI

4.1 Identifikasi Kerusakan Selada


Kerusakan pada komoditi selada yang terdapat di Desa Kerta, Gianyar
diidentifikasikan penyebabnya oleh 3 faktor, yaitu faktor mekanis, fisiologis
dan penyakit. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis berupa
kerusakan fisik akibat tindakan penanganan pascapanen yang tidak baik,
seperti robeknya daun akibat cara pengambilan selada dengan kasar,
pencucian yang kurang bersih sehingga kotoran masih tertinggal, tidak
dilakukannya sortasi yang berakibat tercampurnya selada yang cacat dengan
selada yang bagus, dan waktu pemanennya yang tidak tepat.
Kerusakan oleh faktor fisiologis adalah kerusakan yang dialami selada
akibat proses biologis yang masih terjadi di dalam selada itu sendiri. Dalam
hal ini, daun selada masih melakukan proses respirasi dan transpirasi setelah
dipanen. Kedua proses ini yang menyebabkan menurunnya kualitas selada.
Terlebih lagi karena selada tidak dikemas di dalam plastik yang dapat
menghambat kedua proses tersebut. Kerusakan akibat faktor penyakit berasal
dari bakteri, hama, cuaca yang tidak menentu, dan perubahan suhu udara yang
tidak stabil.

4.2 Identifikasi Rantai Pasok


Pola rantai pasok komoditi selada yang berlaku di Desa Kerta, Gianyar
diperkirakan melalui beberapa jalur.

Pengepul

Konsumen
Petani

Pedagang Pasar

10
Jalur pertama, pasokan selada dari petani-petani selada dibawa ke
pengepul untuk dikumpulkan, dicuci, disortasi dan disimpan. Kemudian
pedagang pasar membeli pasokan selada dari pengepul, dan barulah dijual ke
konsumen. Jalur kedua, pasokan selada dari petani-petani selada dibawa ke
pengepuluntuk dikumpulkan, dicuci, disortasi dan disimpan. Kemudian
konsumen dapat langsung membeli selada dari pengepul. Jalur ketiga,
pasokan selada dari petani-petani selada dibawa ke pasar untuk dijual
langsung oleh pedagang sayur. Konsumen dapat membeli selada dari
pedagang sayur di pasar.

Sesuai dengan skema, jalur terpanjang yang dilalui dalam proses


distribusi selada adalah jalur pertama, sedangkan jalur terpendeknya adalah
jalur kedua dan ketiga.

4.3 Masalah Penanganan Pascapanen Selada


Penanganan pascapanen yang dilakukan petani selada masih kurang
baik sehingga menimbulkan penuruan kualitas selada setelah dipanen.
Permasalahan penanganan pascapanen yang dilakukan petani selada di Desa
Kerta, Gianyar antara lain :
1. Petani cenderung tidak teliti dalam mencabut selada dari lahan
ketika dipanen. Pemanenan dilakukan secara kasar sehingga
menyebabkan rusaknya fisik selada yang dipanen seperti daun
yang robek, bagian batang yang patah atau tergores sehingga
meninggalkan luka.
2. Petani memanen di siang hari, dimana seharusnya pemanenan
yang baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat pagi dan sore
hari, suhu lingkungan rendah sehingga dapat meminimalkan proses
respirasi dan transpirasi selada.
3. Tidak dilakukan proses sortasi, grading dan bunching (pengikatan)
pada pasokan selada yang akan dibawa ke pengepul atau pasar,

11
sehingga menyebabkan selada yang memang sudah rusak saat
dipanen dengan selada yang bagus menjadi tercampur. Hal ini
memungkinkan selada yang bagus menjadi terkontaminasi oleh
selada yang rusak. Terlebih lagi apabila jarak penumpukan antar
selada terlalu rapat.
4. Selada yang telah dipanen tidak dicuci sampai benar-benar bersih
sehingga kotoran masih tertinggal. Dengan adanya kotoran yang
masih tertinggal dapat memicu pertumbuhan bakteri atau virus
yang dapat merusak kualitas selada.
5. Tidak dilakukan proses pendinginan untuk mempertahankan
kualitas selada. Apabila distribusi selada memakan waktu lebih
dari sehari, dari petani hingga sampai di pasar untuk dijual, maka
perlu proses pendinginan untuk mempertahankan kualitas selada.
6. Pasokan selada tidak langsung dibawa ke pengepul atau ke pasar,
atau proses distribusinya memakan waktu lebih dari sehari. Hal ini
tentu akan berakibat pada penurunan kualitas selada selama
penyimpanan, mengingat selada adalah sayuran yang sangat rentan
untuk membusuk. Pihak pengepul menunggu pasokan selada dari
petani-petani terkumpul sebanyak-banyaknya, barulah dibawa
sekaligus seluruhnya ke pasar. Padahal, waktu panen tiap petani
selada berbeda-beda. Petani juga cenderung menunggu seladanya
sampai panen semuanya, barulah dibawa ke pengepul atau ke pasar
langsung. Dalam hal ini, selada yang panen lebih awal dan
memiliki kualitas bagus, terpaksa ‘menunggu’ sampai selada lain
panen.

4.4 Analisis Solusi Kerusakan Selada


Ada beberapa teknik penanganan pascapanen yang dapat
mempertahankan kualitas bahan hasil pertanian. Teknik-teknik tersebut dapat

12
diterapkan oleh petani-petani dan pengepul di Desa Kerta, Gianyar sebagai
solusi permasalahan komoditi selada. Adapun teknik atau solusi tersebut
antara lain :
1. Petani harus lebih teliti dan berhati-hati dalam memanen selada.
Pencabutan selada dari lahannya sebaiknya tidak sembrono, kasar,
atau terlalu dipaksa. Bila jumlah selada yang dipanen terlalu
banyak, maka petani dapat saling membantu sesame atau dapat
meminta tolong kepada pihak lain seperti keluarga untuk
membantu memanen seladanya.
2. Petani harus melakukan panen di pagi hari atau sore hari. Suhu
lingkungan yang cenderung rendah pada pagi dan sore hari dapat
memperlambat proses respirasi dan transpirasi pada selada
sehingga meminimalkan kerusakan seperti pembusukan. Selain itu,
di pagi hari selada akan terlihat lebih segar dibanding pada saat
sudah siang hari.
3. Proses sortasi, grading dan bunching harus dilakukan sebelum
pasokan selada dibawa ke pasar. Proses ini dilakukan untuk
memisahkan selada yang sudah rusak saat panen dengan selada
yang bagus, serta mengelompokkan selada berdasarkan ukuran
atau berat. Selada-selada yang telah disortasi dan dikelompokkan
harus diikat agar tidak berserakan. Penumpukan selada yang telah
diikat juga tidak boleh terlalu rapat, harus diberi ruang untuk
sirkulasi udara dan menghindari gesekan sesama selada.
4. Setelah dipanen dan disortasi, selada hendaknya dicuci sampai
bersih menggunakan air dingin atau agak dingin. Petani sebaiknya
dibantu oleh pihak lain seperti anggota keluarga atau bisa juga
sesama petani saling membantu dalam proses pencucian agar lebih
efisien. Pencucian harus benar-benar bersih agar tidak ada kotoran
yang tertinggal pada masing-masing selada.

13
5. Untuk mempertahankan kualitas selada hendaknya dilakukan
pendinginan awal dan pendinginan selama penyimpanan.
Pendinginan dengan suhu rendah dapat menghambat proses
respirasi dan transpirasi pada selada, sehingga menambah umur
simpannya. Pendinginan awal (pre-cooling) dapat dilakukan
dengan menyemprotkan air dingin pada selada atau dengan
merendam selada sekitar 3-5 detik. Hal ini bertujuan agar panas
dari lingkungan dapat dinetralisir. Pendinginan selama
penyimpanan dapat dilakukan dengan memasukkan pasokan selada
pada kulkas dengan suhu 2℃ - 5℃.
6. Jika rantai distribusi terlalu panjang, maka akan berakibat
menurunnya kualitas selada. Hal ini tentu tidak efisien, terlebih
apabila pasokan selada terpaksa ‘menunggu’ beberapa hari
sebelum dibawa ke pasar. Pasokan selada yang sudah dipanen
harus segera dibawa ke pengepul (jika melalui pengepul, dibawa
ke pasar jika langsung ke pasar), dan pihak pengepul harus segera
membawa ke pasar. Untuk memudahkan proses distribusi, selada
yang sudah dipanen dapat digabung dengan komoditi lain yang
memiliki karakteristik fisiologis yang mirip atau serupa dengan
selada-selada tersebut (meminimalkan kemungkinan kerusakan
akibat komoditi lain yang tidak sama). Para petani dapat saling
bekerjasama dalam hal mengumpulkan hasil panen mereka agar
bisa sekaligus segera dibawa ke pengepul atau ke pasar. Tidak
perlu menunggu selada lain yang belum siap panen. Selada yang
belum siap panen dapat menyusul bersama dengan komoditi lain
yang waktu panennya bersamaan. Hal juga bertujuan supaya pihak
pengepul tidak perlu menunggu sampai seluruh petani menyetor
masing-masing hasil panen mereka. Sebaiknya pula, pasokan
selada langsung dibawa ke pasar tanpa melalui pengepul (namun
sudah dilakukan proses penanganan pascapanen yang tepat).

14
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Penanganan pascapanen komoditi selada di Desa Kerta, Gianyar masih
kurang baik. Kualitas pasokan selada menurun (selada mengalami
kerusakan) sebelum tiba di pasar.
2. Beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam menangani masalah tersebut
adalah pemanenan secara hati-hati; waktu pemanenan di pagi atau sore
hari;sortasi/sorting, grading dan bunching; pencucian; pendinginan; dan
penggabungan komoditi yang akan dibawa ke pengepul atau ke pasar.

5.2 Saran
1. Perlu diadakan pengkajian yang lebih dalam tentang pascapanen pertanian
di Desa Kerta, Gianyar.
2. Solusi yang diberikan dapat juga dipergunakan untuk komoditi lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2016. “Proses Penanganan Pasca Panen Sayuran Segar”.


[kartono.net/proses-penanganan-pasca-panen-sayuran-segar/] Diakses pada 10 Mei
2017.

Ni Putu Rima Y., I. G. A. Lani T., Wayan Gede Sedana Y. 2016. “Analisis Ekonomi
dan Penanganan Pascapanen pada Jalur Distribusi Selada (Lactuca sativa L.)
dari Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti sampai Kota Denpasar”. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 4 (4), 24-32. [Diunduh pada 10 Mei 2017].

Novandi,R.2017.“BudidayaTanamanSelada”.
[http://rizkinovandi2.blogspot.co.id/2017/03/budidaya-tanaman-selada.html] Diakses
pada 12 Mei 2017.

S. Fachri, Muhammad. 2015. “Penanganan Kualitas Produk Pasca Panen”.


[www.academia.edu/29853516/Penanganan_Kualitas_Produk_Pasca_Panen] Diakses
pada 13 Mei 2017.

Shinoda, B. Tanpa Tahun. “Pendinginan”. [www.academia.edu/6052251/3.


Pendinginan] Diakses pada 13 Mei 2017.

Haryanto, E., Rahayu, E., Suhartini, S., dan Sunarjono, H. 2007. “Sawi & Selada”.
Jakarta: Penebar Swadaya.

16
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK 6

1. Makalah Bisma
Koor : Gabriella Mutiara Haseama (1610521024)
Anggota : Devi Hagelia Aritonang (1610521025)
Luh Gede Mening Lestari (1610521027)
Luh Putu Ayu Evitasari Cesarini (1610521039)
2. Power Point
Koor : Zainul Fikri (1610521028)
Anggota : Rian Lamhot Parasian Hutabarat (1610521034)
3. Tempat Sampah
Koor : I Gusti Ayu Krisna Dewi (1610521021)
Anggota : Esmeralda Oktaviani Simarmata (1610521032)
Wijaya Saputra (1511205047)
Andrico Gultom (1511205048)
4. Penampilan Dance
Koor : Ni Luh Putu Ratna Gita Utami (1610521038)
Anggota : Rendi Sinaga (1610521023)
Yoga Bremana Corinthi (1610521026)
5. Yel – Yel
Koor : Yoga Bremana Corinthi (1610521026)
Anggota : Aldi Oktavian (1610521019)
6. Presentasi
 Gabriella Mutiara Haseama (1610521024)
 Zainul Fikri (1610521028)
7. Sosialisasi
 Devi Hagelia Aritonang (1610521025)
 Zainul Fikri (1610521028)
 Esmeralda Oktaviani Simarmata (1610521032)
 Rian Lamhot Parasian Hutabarat (1610521034)
 Ni Luh Putu Ratna Gita Utami (1610521038)

17

Você também pode gostar