Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Tugas BPK RI
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:
1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang,
unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja
untuk dan atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional Pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.
Dari data BPK yang diperoleh menyebutkan, setidaknya ada 19 catatan penting yang
ditorehkan BPK untuk RSUD yang dipimpin Ali Imron itu. Baik itu, temuan maupun
rekomendasi. Temuan itu misalnya, manajemen RSUD Raden Mattaher belum mendesain
SPI atas pengelolaan pelayanan. Sehingga, tujuan penyusunan peraturan tatak kelola rumah
sakit tidak tercapai.
Dari laporan itu diketahui, hal tersebut terjadi karena Dirut RSUD lalai, tidak
menyusun sistim dan prosedur pelayanan rawat inap yang komperhensif. Di samping itu,
ada beberapa poin lainnya juga yang menyebabkan pelayanan bobrok karena kelalaian
Dirut. Masih dari hasil pemeriksaan disebutkan, manajemen RSUD belum optimal dalam
mengimplementasikan SPI, sehingga batasan tanggung jawab dan kewenangan antar unit
kerja di RS tidak jelas. Diterangkan dalam laporan itu, dirut RSUD tidak menempatkan
dan menugaskan personel sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan serta lalai tidak
menyusun dan menetapkan hospital bylaws dan medical staff bylaws.
Selain itu, manajemen RSUD juga belum memenuhi unsur perencanaan dalam
pengelolaan pelayanan rawat inap. Ini diakibatkan Dirut tidak menyusun dan menetapkan
SOP perencanaan dan identifikasi kebutuhan, khususnya terkait pelayanan rawat inap.
Selain itu, manajemen juga dituding dalam laporan hasil pemeriksaan itu, belum
memenuhi kriteria perncanaan yang baik dalam penyusun perencanaan pemenuhan
kebutuhan OBHP. Sehingga, pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan pembekalan
farmasi yang bermutu, efektif dan efisien kepada pasien tak tercapai.
Diterangkan dalam laporan itu, hal in disebabkan direktur pelayanan RSUD tidak
cermat mengevaluasi perencanaan kebutuhan OBHP. Disamping itu, banyak lagi poin
lainnya yang menjadi temuan dari BPK RI. Setidaknya, ada 19 temuan dari hasil audit itu.
Syahbandar, dari Fraksi Gerakan Keadilan DPRD Provinsi Jambi yang dimintai
tanggapannya sangat menyayangkan hal tersebut. dia mengatakan, jika memang demikian
hasil audit dan menerangkan jika memang pelayanan RSUD dan manajemen sangat buruk,
maka memang butuh penyegaran.
“Ini kan tentu menjadi acuan untuk Gubernur melalui Dirut untuk membenahi RSUD.
Kalau memang tak bisa membenahi butuh penyegaran kan,” cetusnya. Pasalnya, kata dia,
jika tak ada upaya yang sungguh-sungguh, dirinya merasa ragu untuk pelayanan kesehatan
yang lebih baik. “Kembali lah ke jalan yang benar, acuan sudah dibuat oleh BPK RI, ya
mengacu dengan rekomendasi itu dan ikuti saja. Kalau ada yang kurang ya bicarakan
dengan mitra kerjanya,” tegasnya.
Dia berharap, manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-
benar berbasis kepada kinerja RSUD. “Saya sangat menyayangkan hal ini dan ini momen
untuk memperbaiki dari keadaan ini. kalau tahun depan audit masih seperti ini kinerjanya,
layak saya bilang (Dirut, red) tak layak lagi untuk dipertahankan,” tandasnya. Selain itu,
dia juga meminta anggota Fraksi Gerakan Keadilan yang ada di Komisi IV untuk
menindaklanjuti hal ini. “Ketua Komisi IV (Bambang Bayu Suseno, red) juga segera
tindaklanjuti ini. ini yang membidangi komisi IV, jangan di dewan ini kalau ada keluhan
saja baru mau bergerak. Ini sudah jelas hasil audit sudah ada, tinggal Ketua Komisi sebagai
pimpinan di Komisi IV tindak lanjuti secara baik,” tegasnya.
Sementara itu, Ali Imron, Direktur Utama RSUD RM yang berusaha dikonfirmasi
harian ini, kemarin (18/2), belum bisa dimintai keterangannya. Dihubungi harian ini via
ponselnya, tak kunjung mendapatkan jawaban, meski sudah berkali-kali coba dihubungi.
Bahkan, pesan singkat yang dikirimkan harian ini juga tak mendapatkan balasan.
Sementara, Humas RSUD Raden Mattaher, Salahuddin menolak memberikan komentar. Ia
beralasan tak punya wewenang untuk memberikan tanggapan. "Maaf, saya tak berwenang
untuk sampaikan komentar," ujarnya singkat.
B. PEMBAHASAN
Pada kasus BPK ditemukan puluhan masalah di RSUD Raden Mattaher, BPK
menyebutkan, setidaknya ada 19 catatan penting yang ditorehkan BPK untuk RSUD yang
dipimpin Ali Imron. Dari data yang diperoleh dari laporan BPK dapat dikelompokkan
menjadi 3 analisis yang berhubungan dengan audit kinerja.
Analisis :
Solusi :
Manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-benar
berbasis kepada kinerja RSUD. RSUD Raden Matteher harus memperbaiki
kinerja manajemen RSUD dan memperbaiki SPI atas pengelolaan pelayanan
sehingga tujuan penyusunan peraturan tata kelola rumah sakit dapat tercapai. Dan
menyelenggarakan pelayanan yang bermutu prima dan memuaskan agar dapat
menarik kepercayaan para pasien untuk berobat di RS tersebut . RSUD juga harus
cermat dalam menyusun sistim dan prosedur pelayanan rawat inap yang
komperhensif.
RSUD juga harus meningkatkan program untuk menjadikan Rumah Sakit
ini mempunyai kualitas yang baik adalah dengan Program Peningkatan Mutu
Pelayanan antara lain dengan kegiatan Peningkatan Mutu Manajemen dan
Administrasi, Peningkatan Pendukung Pelayanan Kesehatan, Peningkatan
Tertib/Disiplin dan Kompetensi Pegawai, Peningkatan Kesejahteraan Pegawai.
Manajemen juga sebaiknya memberikan solusi bagaimana caranya menyiapkan
kualitas pelayanan yang terbaik dengan harga yang terjangkau. Serta
meningkatkan pengelolaan sumber dayanya agar pelayanan juga dapat maksimal.
Memberikan pelatihan-pelatihan terhadap karyawan sehingga dapat meningkatkan
kualitas karyawan sehingga lebih baik dalam memberikan pelayanan.
Dalam kegiatan operasional diberika reward bagi karyawan yang dinilai
memiliki kinerja baik dan hukuman bagi karyawan yang tidak menaati peraturan
perusahaan, sehingga dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
Selama ini sektor publikatau pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang
korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor
publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber dayanya
berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan
yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan
tetapi juga audit kinerja. Karena audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit.
Dari kasus yang telah dibahas kali ini, dapat disimpulkan bahwa RSUD Raden
Matteher belum melakukan kinerja secara ekonomis, efisien, dan efektif karena
manajemen RSUD Raden Mattaher belum mendesain SPI atas pengelolaan pelayanan
sehingga, tujuan penyusunan peraturan tatak kelola rumah sakit tidak tercapai, manajemen
RSUD belum optimal dalam mengimplementasikan SPI, sehingga batasan tanggung jawab
dan kewenangan antar unit kerja di RS tidak jelas, manajemen RSUD juga belum
memenuhi unsur perencanaan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap dan belum
memenuhi kriteria perncanaan yang baik dalam penyusun perencanaan pemenuhan
kebutuhan OBHP sehingga, pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan pembekalan
farmasi yang bermutu, efektif dab efisien kepada pasien tak tercapai.
Manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-benar berbasis
kepada kinerja RSUD. RSUD Raden Matteher harus memperbaiki kinerja manajemen
RSUD dan memperbaiki SPI atas pengelolaan pelayanan sehingga tujuan penyusunan
peraturan tata kelola rumah sakit dapat tercapai. Dan menyelenggarakan pelayanan yang
bermutu prima dan memuaskan agar dapat menarik kepercayaan para pasien untuk berobat
di RS tersebut .
DAFTAR PUSTAKA
http://www.metrojambi.com/v1/metro/27878-bpk-temukan-puluhan-masalah-di-rsud-raden-
mattaher.htmldiakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 16.00 WIB